PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 29 Desember 2017

Sinopsis Black Knight Episode 8 Part 1

PS : All images credit and content copyright : KBS
Hae Ra melempar teflon di dalam tasnya, tapi si pengemudi motor tetap melajukan motornya. Akhirnya Ia berteriak “Oppa! Minggir!” lalu melempar sepeda milik anak kecil yang berdiri disampingnya. Soo Ho terdiam di tengah jalan dan akhirnya si pengemudi motor pun jatuh berguling di jalan.
“Apa yang kau lakukan? Cepat kemari!” teriak Hae Ra marah melihat SooHo malah mengambil sepeda yang terjatuh.
Si ibu menelp polisi melaporkan ada di depan warung tenda meminta segera datang karena Ada kecelakaan. Si anak terus menangis karena sepedanya rusak. Si ibu memberitahu kalau Ada sepeda motor yang terjatuh.
“Apa kau melempar panci ini?” ucap Soo Ho membawa telfon yang bengkok.
“Bagaimana kau bisa diam saja?” kata Hae Ra marah.
“Aku tadinya akan menghindarinya.” Kata Soo Ho santai
“Itu hampir mengenaimu.” Ucap Hae Ra lalu berteriak menyuruh si pengemudi yang kabur untuk berhenti.
“Kau mau kemana? Kau harus membayar sepeda anakku.” Ucap si ibu marah menahan Hae Ra agar tak pergi
“Aku akan membayarnya untukmu, Bu... Jangan khawatir” kata  Soo Ho pada si ibu
“Nak, jangan menangis. Aku akan memberikanmu sepeda yang lebih baik dan lebih keren.” Ucap Soo Ho menenangkan si anak yang terus menangis. 


“Pengendara sepeda motor itu melaju seolah-olah ingin menabrak kami. Orang itu sepertinya baru mengendarai sepeda motor.” Ucap Hae Ra memberikan keterangan pada polisi. Soo Ho menjauh membiarkan Hae Ra berbicara dengan si ibu.
“Tidak... Gaya dan pakaiannya bukan pemula... Motor itu bahkan tidak ada plat nomornya... Mohon periksa CCTV... Ini adalah percobaan pembunuhan... Dan teflon ini, Aku menyerahkan ini sebagai bukti. Helmnya pasti punya goresan.” Kata Hae Ra.
Polisi bertanya apa yang diberikan Hae Ra. Hae Ra menjelaskan kalau melemparkan ke helm si pengemudi. Soo Ho menatap Hae Ra seperti tak percaya kalau ada yang menyelamatkanya. 

Keduanya duduk di restoran, Soo Ho mengejek kalau  Banyak sekali barang dalam tas seorang gadis dan baru tahu hari ini dengan bertanya Apa ada korek api atau pembuka botol juga. Hae Ra meminta Soo Ho Berhenti bercanda karena masih merasa takut.
“Aku hanya penasaran Kenapa kau bawa-bawa panci? Apa kau suka panci?” ejek Soo Ho
“Aku membawanya untuk melindungimu!” ucap Hae Ra kesal. Soo Ho tertawa mendengarnya. 
“Kau harusnya mengucapkan "terima kasih" padaku. Ini bukan saat yang tepat untuk bercanda!” kata Hae Ra kesal
“Terima kasih telah menyelamatkanku.” Ucap Soo Ho. Hae Ra mengeluh karena warungnya tutup malam ini
“Aku jadi tak bisa membuktikan kejadian kemarin.” Kata Hae Ra kesal
“Kau meludah. Kau berbaring di kursi. Tidak ada saksi untuk membuktikan apa yang kulihat” ucap Soo Ho
Hae Ra pikir semua Omong kosong. Soo Ho pikir Jika Hae Ra  melakukan hal itu lagi lain kali, maka akan merekamnya. Hae Ra setuju, lalu membahas Tentang motor tadi bertanya Apa ada orang yang dendam pada Soo Ho. Soo Ho pikir Kalau begitu, itu tidak akan berakhir dengan sepeda motor. Hae Ra membenarkan.
“Kau panggil apa aku tadi... saat kau melempar sepeda?” ucap Soo Ho. Hae Ra memalingkan wajah mengaku tak ingat
“Aku mendengarnya.” Kata Soo Ho. Hae Ra berpura-pura sibuk dengan ponselnya melihat berita artis terbaru yang sedang berkencan. Soo Ho hanya bisa tersenyum melihat tingkah Hae Ra, Hae Ra memperlihatkan ponselnya agar Soo Ho mempercayainya. 


Sharon pergi ke alamat rumah Hae Ra lalu bergegas bersembunyi karena ada mobil yang datang. Hae Ra dan Soo Ho masuk ke dalam rumah bersama. Sharon tak percaya kalau keduanya benar-benar hidup bersama. Ia pun membayangkan dirinya berubah menjadi sosok Soo Ho dengan mengunakan dasi milik Soo Ho.
“Aku hanya akan bersenang-senang denganmu. Tapi aku sudah bosan. Aku minta maaf.” Ucap Sharon yang berubah jadi sosok Soo Ho yang dikingin.
“Ini akan membantu, kan? Aku butuh sesuatu dari Soo Ho's.” Kata Sharon yakin.
Sementara Ji Hoon sibuk memilih setelan jas, kalau memastikan kalau akan mendapatkan poin apabila membelinya. Pegawai bertanya apakah Ji Hoo akan wawancara kerja. Ji Hoo mengaku besok akan ada Wawancara oleh pacar. Ia pun membayar belanja dengan uang yang diberikan oleh Gon. 
Gon mengeluh bosan berlari ke UGD dan berpikir ayahnya itu berpura-pura. Young Mi pikir Urolithiasis lebih menyakitkan daripada melahirka dan Biasanya akan baik-baik saja setelah batu itu dikeluarkan. Gon memastikan kalau dokter berhasil mengeluarkannya, Young Mi menganguk.
“Ngomong-ngomong, sesuatu yang tidak terduga terjadi.” Ucap Young Mi. Gon binggung apa maksud Sesuatu yang tak terduga
“Kurasa... Ayahmu menyukai bibi Hae Ra.” Kata Young Mi. Gon kaget mendengarnya. 


Flash Back
Young Mi bersama Bibi Lee berada disamping Tuan Park, seperti memastikan kalau baik-baik saja.  Young Mi mengucapkan Terima kasih pada Bibi Lee yang sudah menemaninya, lalu meminta pada Tuan Park agar bisa bertahan karena dokter memberikan penghilang rasa sakit.
“Mereka akan melakukan CAT-scan saat kau stabil.” Ucap Young Mi. Bibi Lee meminta izin untuk pergi sekarang. Young Mi menganguk membiarkan bibi Lee pergi.
“Semoga dia tidak...Lupa memberi Hae Ra sebuah toko.” Bisik bibi Lee. Young Mi pikir Jangan khawatir. Tiba-tiba tangan Bibi Lee ditahan oleh Tuan Park.
“Jangan pergi, Noona.... Noona.” Ucap Tuan Park. Keduanya kaget melihat sikap Tuan Park.
Young Mi pun memutuskan untuk mempekerjakan Bibi Soo Hee sebagai pengasuh.

Bibi Lee memakaikan cream pada lehernya, merasa kalau Wajah terlihat seperti berusia akhir 20 Tapi punya beberapa kerutan dileher jadi dengan begitu orang tua itu memanggilnya "Noona". Hae Ra menegaskan kalau Bibi Lee bukan pengasuh dan akan membuatnya sakit.
“Untuk mendapatkan toko dari orang tua jahat itu, Aku harus main mata dengannya. Bukankah begitu?” kata Bibi Lee. Hae Ra tak habis pikir Bibi Lee yang ingin Menggodanya
“Aku lebih baik memanfaatkan penampilanku.” Kata Bibi Lee bangga
“Tolong jangan.. Aku akan sangat marah jika kau membuat masalah lagi.” Tegas Hae Ra
“Jangan khawatir” ucap Bibi menyakinkan, saat itu terdengar suara Soo Ho yang memanggil Hae Ra. 

Hae Ra membuka pintu, Soo Ho  sudah ada didepan pintu mengatakan Hae Ra yang perlu diobati. Keduanya pergi ke ruang tengah, Soo Ho tahu Seseorang yang menyelamatkannya menyakiti tangannya sendiri. Hae Ra tak pecaya kalau Soo Ho melihat luka dibagian telapak tanganya.
Akhirnya Soo Ho menyuruh Hae Ra duduk disampingnya, Hae Ra menarik tanganya karena merasakan perih saat diberik salep. Soo Ho perlahan memberikan obat dengan sambil meniupnya, tapi beberapa saat kemudian Soo Ho membalut tanganya Hae Ra seperti terkena patah.
“Bukankah itu baik? Ini untuk melindungi lukamu... Ini sangat bagus dan Ini sempurna. Bukan?” ucap Soo Ho bangga. Hae Ra hanya bisa melonggo dan akhirnya memberikan pukulan dengan batalan tanganya yang besar.
“Kenapa kau tak pasang perban seperti ini?” kata Soo Ho heran. Hae Ra sudah memasang plester ditanganya.
“Perban tadi terlalu banyak.”kata Hae Ra kesal. Soo Ho mengaku ingin memegang tangan Hae Ra untuk waktu yang lama.
“Apa kau pemain, atau pernahkah kau berkencan dengan seorang gadis?” ejek Hae Ra. Soo Ho mengaku sebagai Pemain.
“Itulah yang kau inginkan. Jadi... Selamat malam.” Kata Hae Ra lalu bergegas pergi.
Ia teringat sesuatu,  dengan mengucapkan Terima kasih untuk e-mail yang dikirimkan padanya, karena Berkat itu, menjadi pahlawan dalam rapat tadi. Soo Ho tak percaya mendengarnya. Hae Ra menceritakan  sudah menggabungkan ide sewa kostum dengan situs perjalanan jadi Mereka menyuruhny untuk segera melakukannya.
“Jika berjalan lancar, maka Aku ingin dikirim ke cabang di luar negeri.” Kata Hae Ra bersemangat.
“Tapi bukan itu yang kuinginkan.” Pikir Soo Ho dengan wajah serius.
“Sudah kubilang aku ingin kabur dari sini, sejak pertama kali kita bertemu” ucap Hae Ra. Soo Ho mengaku sangat ingat.
“Aku tidak hanya mengatakan itu. Tapi Aku bersungguh-sungguh.” Tegas Hae Ra
“Kalau begitu, maka kau harus mengikuti jalan itu. Aku akan mendukung apa pun yang kau lakukan” ucap Soo Ho. Hae Ra pun mengucapkan Terima kasih.
“Terima kasih telah menyelamatkanku tadi dan  Tidur yang nyenyak. Kau adalah orang kedua yang menyelamatkanku.” Kata Soo Ho
Hae Ra ingin tahu Siapa orang pertama. Soo Ho mengaku itu Seseorang yang tidak dikenal Hae Ra, yaitu Seorang wanita cantik. Hae Ra pikir itu pasti ibu Soo Ho.  Soo Ho mengaku kalau itu bukan keluarga. Hae Ra yaikin pasti seseorang seperti penjaga pantai karena Biasanya cowok kuliahan yang penjaga pantai dan itu gurunya.
“Ahh... sudah Lupakan. Aku tak tertarik...Aku berpura-pura penasaran karena sopan santun.” Ucap Hae Ra
“Kau tidak cemburu, kan?” ejek Soo Ho. Hae Ra mengaku kalau cemburu.
“Jika kau cemburu, Lalu kenapa kau mau ke luar negeri? Aku kembali ke Korea untukmu.” Kata Soo Ho
“Karena hidupku lebih penting.” Ucap Hae Ra singkat.

“Apa aku belum termasuk dalam hidupmu?” tanya Soo Ho. Hae Ra mengaku tak berpikir begitu.
“Aku harus masuk... Jadi Perhatikan baik-baik.” Kata Soo Ho mendekat sengaja membuat Hae Ra terdesak di dingin. 

Keduanya sempat saling menatap. Hae Ra dengan sangat memanggil Soo Ho dengan panggilan “Oppa” menyuruhnya minggir.  Soo Ho meminta izin agar bisa melakukan sesuatu. Hae Ra terdiam saat Soo Ho mendekat seperti ingin menciumnya, tapi Soo Ho memberikan ciuman di pipi Hae Ra. Tiba-tiba terdengar suara teriakan bibi Lee yang memanggil Hae Ra.
“Hae Ra, mataku sakit... Kurasa ada sesuatu yang ada dimataku. Rasanya menyengat.” Teriak Bibi Lee. Soo Ho memilih untuk bergegas ke dalam kamar walaupun ada wajah kecewa.

Hae Ra mendekati bibi Lee yang tak bisa melihatnya, akhirnya menarik masker diwajah bibinya lalu masuk ke dalam kamar. Soo Ho duduk di atas tempat tidurnya, seperti bisa tersenyum mengingat kejadian sebelumnya. Hae Ra pun tersipu malu berbaring ditempat tidurnya karena Soo Ho mencium pipinya. 


Baek Hee berdiri di dalam rumah, lalu berkeliling mencari catatan yang dibutuhkan dari jaman joseon dulu. Ia bertemu dengan seorang paman yang memberitahu Ada banyak hal sejak sekitar tahun 1800an dan Harusnya ada banyak penyimpanan di museum.
“Hal-hal yang tercatat setelah Raja Yeongjo dan Jeongjo lebih banyak keluar. Banyak orang membelinya sebagai investasi. Ketua Park yang memiliki banyak bangunan terkenal mengumpulkan artikel lama.” Ucap si pria.
Baek Hee mencoba menelp dari nomor yang didapatkanya, tapi tak bisa dihubungi, berpikir kalau itu salah. Baek Hee pikir bisa mencoba bisa menemukannya melalui orang itu. 

Saat itu Soo Ho menelp. Baek Hee terlihat bahagia menanyakan kabar Soo Ho. Soo Ho sedang melihat peta (Desa Bukchon Hanok) dengan bertanya apabila Baek Hee tak sibuk maka bisa makan malam di tempatnya. Baek Hee setuju.
“Bagaimana kalau kita bertemu di awal tahun baru?” ucap Baek Hee.
“Tentu... Apa ada sesuatu yang ingin kau makan?” kata Soo Ho ingin menyambut Baek Hee dirumahnya. 

Gon menatap bangunan didepanya mengingat ucapan Ji Hoon “Mereka berbicara tentang hak permukaan dengan peta tersebar di atas meja.” Ia  bertanya-tanya Tanah mana yang diinginkan Moon Soo Ho, saat itu Soo Ho datang dengan Tuan Han lalu masuk ke rumah tradisional korea
“Terima kasih atas waktumu, pak... Kami datang ke sini untuk meminta bantuanmu.” Ucap Soo Ho menemui seperti pemilik rumah 

Bibi Lee sibuk memasang roll rambutnya, sambil berjalan keluar dari kamar karena ada yang datang. Ia melihat di layar interkom bertanya siapa yang datang, Sharon mengaku datang untuk mengantarkan pakaian Jung Hae Ra. Bibi Lee sempat binggung tapi akhirnya membuka pintu. Sharon langsung menyelonong masuk ke dalam rumah.
“Hae Ra tidak ada disini sekarang.. Aku tidak tahu itu pakaian apa, tapi tinggalkan saja dan pergilah.” Kata Bibi Lee.
“Tidak, aku harus mengatur dan menggantungnya sendiri. Dimana kamarnya?” tanya Sharon.
“Kita pernah bertemu sebelumnya kan? Di sebuah toko pakaian di Cheongdam-dong.” Kata Bibi Lee. Sharon pura-pura lupa/
“Sharon Tailor, benarkan?” kata Bibi Lee. Sharon kaget Bibi Lee bisa mengetahuinya.
“Apa rahasiamu agar tetap awet muda? Kau masih terlihat sama Dari foto yang diambil saat Hae Ra masih kecil.” Kata bibi Lee. Sharon menatap dengan sinis, Bibi Lee heran Sharon yang tidak menjawab
“Kau harus tidur nyenyak, minum cukup air, dan berolahraga secara teratur.” Kata Sharon. Bibi Lee pikir itu omong kosong
“Yah.. Ini omong kosong. Kau perlu facelifts, suntikan wajah, dan botox.” Kata Sharon. Bibi Lee mengaku pasti tahu dengan hal itu. 


Sharon bertanya Di mana harus meletakkan pakaian. Bibi Lee pikir Sharon bisa menaruh diruang tengah. Sharon mengaku haus, jadi meminta agar bisa memberikan sesuatu untuk diminum. Bibi Lee pun pergi ke dapur mengambil minum.
“Lukisan yang bagus... Dia juga menyukai lukisan dimasa lalu.” Ungkap Sharon melihat seperti lukisan didepanya. Tapi tiba-tiba gambar lukisan berubah jadi saluran berita.
“Mungkin kau belum pernah melihat ini sebelumnya... Ini adalah televisi.” Kata Bibi Lee menyalakan Tv dan memberikan minuman teh sitrus.
“Aku tahu.” Ungkap Sharon terlihat malu. Bibi Lee mengaku agak sibuk bersiap untuk keluar jadi meminta agar meletakan pakaian dan pergi, lalu kembali masuk kamar. 

Sharon sengaja pergi ke tempat pakaian Soo Ho mencari dasi dan memasukan ke dalam tasnya. Bibi Lee binggung karena Sharon tak ada diruang tengah, lalu menemukan di ruangan pakaian milik Soo Ho dan bertanya kenapa ada diruangan itu.
“Maafkan aku. Aku sedang mencari gantungan baju.” Kata Sharon. Bibi Lee mengajak keluar karena bukan ruangan mereka.
“Kupikir Hae Ra masih lajang. Lalu Pakaian apa ini?” tanya Sharon. Bibi Lee mengaku Ceritanya panjang.
“Ini kamar pemilik kami... Kami adalah penyewa khusus nya.” Kata bibi Lee
“Jadi Kau tinggal di tempat pelayannya atau apa?” pikir Sharon. Bibi Lee heran dianggap sebagai Tempat tinggal pelayan
“Perusahaan pemilik rumah membeli rumah yang rencananya akan kami pindahi. Kami tinggal di sini untuk sementara waktu.” Jelas Bibi Lee. Sharon mengaku tahu dengan sinis menanyakan kamar Hae Ra

Sharon mengantungkan pakaian di dalam lemari dan melihata Satu-satunya yang layak adalah pakaian yang diberikan pada Hae Ra, karena Boon Yi memakai pakaian lusuh dirumah. Ia lalu melihat buku-buku yang dibaca Hae Ra "The Great Gatsby", "Wuthering Heights"
“Apa kau sudah selesai? Aku harus keluar sekarang.” Ucap Bibi Lee masuk kamar. Sharon mengaku hampir selesai
“Astaga... Berapa harga baju ini?” pikir Bibi Lee melihat setelan diatas tempat tidur. Sharon bertanya apakah Bibi Lee ingin mencobanya. Bibi Lee terlihat senang. 

Tuan Park masih teringat dengan wajah Sharon yang dilihatnya lalu kembali memanggil “Noona”. Bibi Lee terlihat memakai setelah hitam milik Hae Ra. Young Mi berkomentar Pakaian yang dipakai Bibi Lee  terlihat kekecilan jadi berpikir merasa tak nyaman.
“Suasana ini lebih tidak nyaman buatku.” Kata Bibi Lee. Tuan Park memanggil Young Mi.
“Aku ingin pulang.” Kata Tuan Park. Young Mi meminta Tuan Park Beristirahatlah hari ini.
“Dia juga di sini untuk menjagamu.” Kata Young Mi menunjuk Bibi Lee.
“Mengapa kau membuang-buang uang untuk hal yang tidak berguna? Aku tak membutuhkan pengasuh.” Kata Tuan Park sinik
“Astaga, apakah kau lupa bagaimana meraih tanganku dan memintaku untuk tidak pergi?” kata Bibi Lee. Tuan Park kaget kalau ia  yang melakukanny
“Ya, kau terus memanggilnya "Noona" kemarin.” Ucap Young Mi. TUan Park seperti tak percaya kalau memanggil Bibi Lee dengan panggila "Noona"
“Aku jauh lebih muda darimu. Jangan panggil aku "Noona" dan Makanlah jeruk ini.” Kata Bibi Lee yang sudah mengupas jerusk.
“Bayar dia untuk hari ini.” Kata Tuan Park. Young Mi mengatakan  sudah memintanya melakukannselama sebulan dan sudah membayar uangnya.
“Aku biasa menjalankan tugas untuk klinik oriental saat masih muda. Aku bisa mengobati sebagian besar penyakit, apa kau tahu.” Kata Bibi Lee bangga
“Aku tidak tahu Hae Ra punya bibi lucu seperti dia.” Ungkap Tuan park mengejek.
“Jika kau melihat lebih dekat, mataku dan Hae Ra terlihat sama.” Kata bibi Lee bangga.
“Young Mi.. Tidakkah kau melihat seorang wanita muda di depan tokomu kemarin?” ucap Tuan park. Bibi Lee pikir itu dirinya. Tuan Park merasa Mungkin sedang bermimpi.



Sharon kembali ke rumah dengan melihat dasi milik Soo Ho yang sudah dicuri olehnya. Ia melihat tulisan dibahunya, lalu berpikir kalau akan ada juga tulisan diwajahnya kalau melakukan kesalahan lagi.
“Aku tahu aku telah berdosa, tapi kenapa hanya aku yang dihukum? Kau dulunya meninggalkanku. Kau akan dihukum juga... Jika kau mengabaikanku sampai akhir.” Ucap Sharon marah. 

Soo Ho menjelasakn rumah Hanok ini dibangun pada tahun 1930an, dan imilik Pak Choi Soon Woo yaitu penulis buku "Berdiri di Pilar Bait Suci Muryangsu". Ia menjelaskan Tuan Choi  adalah orang besar dalam sejarah seni Korea.
“Rumah itu dikelola dengan buruk setelah kematiannya. Bahkan Rumah ini terancam dibongkar. Sekarang, ini telah menjadi tempat, dimana siapapun bisa berkunjung dan menghargai. Itu karena orang menyumbangkan uang untuk melindungi rumah ini. Melindungi aset budaya adalah tugas negara di masa lalu, Tapi saat ini para relawan yang melakukannya. Mereka menyadari pentingnya sejarah dan kenangan.”ucap Soo Ho 

“Aku setuju untuk melestarikan kota tua. Kita bisa mengubah hanok tua menjadi sebuah kafe dan penggilingan ke toko roti. Ini hal yang baik untuk dilakukan. Tapi saat kota semakin mempesona, biaya sewa akan lebih tinggi.” Kata Gon akhirnya ikut berkomentar
“Aku berencana membuat beberapa peraturan. Akan ada batas atas kenaikan sewa. Toko waralaba asing akan. diatur untuk periode tertentu. Mereka akan didukung secara finansial untuk memperbaiki bangunan tua oleh pemerintah daerah.” Kata Soo Hoo.
Gon bertanya apakah itu mungkin. Soo Ho menegaskan akan mengusahakannya. Lalu memberitahu semua orang bahwak Geumseong-dong di Jongro telah disebut kota pohon kesemek sejak dulu. Tapi Ada sebuah perdebatan yang terjadi antara melestarikan kota atau untuk membangun kompleks apartemen.
“Ini adalah kota yang hangat dengan penuh kasih sayang manusia. Tolong beri aku dukungan agar aku bisa melindungi kota ini.” Ucap Soo Ho. Gon pun hanya bisa terdiam. 

Gon melihat surat Pendukung dengan nama Moon Soo Ho. Saat itu Soo Ho datang berkomentar kalau berpikir Tuan Park yang akan datang. Gon tahu kalau Ayahnya tidak bekerja tapi hanya menyuap. Ia tahu kalau ayahnya itu sudah menyuap dan menghibur dan Itulah yang biasanya dilakukan.
“Kudengar dia tiba-tiba pingsan.” Kata Soo Ho. Gon  heran dengan Soo Ho yang sudah mendengarnya
“Kudengar dari pengumuman.” Ucap Soo Ho. Gon pikir Itu bukan apa-apa.
“Terima kasih.. Ayahmu mengirimiku sepeda motor sebagai hadiah kemarin,benar kan?... Kuharap dia bukan orangnya. Tolong sampaikan padanya.” Kata Soo Ho lalu berjalan pergi. Gon terlihat kaget dengan sikap ayahnya.

Tuan Park berbicara di telp membahas dengan audiensi publik, karena Itu semua formalitas. Saat itu Gon menelp ayahnya bertanya apakah melakukan sesuatu pada Soo Ho kemarin. Tuan Park membenarkan aklau meminta orang untuk menakutinya dengan motor.
“Apa dia menggunakan pemeran pengganti?” ejek Tuan Park
“Ayah, mengapa kau begitu rendah? Moon Soo Ho bukanlah lawan yang mudah.” Keluh Gon.
“Apakah dia terluka?” tanya Tuan Park. Gon mengatakan kalau Soo Ho yang baik-baik saja.
“Dia mencurigai ayah yang melakukannya.” Kata Gon. Tuan Park tak ingin membahasnya mengaku lelah dan langsung menutup telpnya. 

“Kau bisa saja mematahkan kakinya. Apa orang-orang tidak  berlatih naik motor sekarang?” keluh Tuan Park kesal
Young Mi membawakan secangkir teh jeruk panas untuk ayah mertuanya. Bibi Lee memintaa agar Tuan Park segera minum karena setelah itu akan moksibusi perutnya. Tuan Park menyuruh Young Mi agar membawa Bibi Lee keluar dan belikan makan siang dengan makanan yang mahal dan enak.
“Bagaimana kita bisa meninggalkan pasien di sini?” keluh Bibi Lee. Saat itu ponsel Tuan Park kembali berdering.
“Apakah kau Ketua Park?” tanya Baek Hee. Tuan Park bertanya balik siapa yang menelpnya. 

Baek Hee sudah menunggu di sebuah ruangan, tiba-tiba merasa kedinginan seperti merasa tidak sehat Saat itu Tuan Park masuk ruangan bertanya apakah Baek Hee orang yang memanggilnya. Baek Hee sempat kaget melihat Tuan Park yang ada didepanya.
Flash Back
Tuan Park sudah dewasa menaiki taksi, Sopir memberitahu  kalau akan mengajak tamu lain  dan meminta agar bisa mengerti karena ini adalah akhir tahun. Tuan Park pun menganguk mengerti.  Saat itu Baek Hee menghentikan taksi meminta agar pergi Ke namsan dengan membayar dua kali lipat. Taksi yang dinaiki Tuan Park pun berhenti, tapi Tuan Park tertidur pulas.
“Astaga. Ini dingin sekali. Aku akan membeku sampai mati.” Ungkap Sharon naik Baek Hee dengan mengunakan penutup kepala dan syalnya
“Ini kurang dingin dari sebelumnya. Dulu sangat dingin selama Reformasi Gabo pada tahun 1894. Itu mengerikan.” Kata Baek Hee.
Sopir taksi membangukan Tuan Park kalau sudah sampai di tempat tujuan. Tuan Park terbangun membayar ongkos taksi lalu turun dari mobil, tapi tiba-tiba ia melihat kedalam taksi mengetahui kalau ada Seo Rin dan juga Baek Hee Noona. Keduanya melongo kaget dan buru-buru menutupi wajahnya.
“Kurasa kau salah... Silakan pergi” ucap Sharon menutup wajahnya.
“Noona, ini aku. Aku adalah Chul Min... Aku Chul Min yang mengantarkan surat kabar untukmu. Tidakkah kau ingat saat aku terjatuh, kau merawat luka-lukaku?” kata Tuan Park
“Cuacanya dingin... Pak, bisakah kau pergi sekarang?” kata Baek Hee pada sopir.
“Kalian adalah Noona (Seo Rin dan Baek Hee), bukan? Kalian tidak berubah sama sekal” kata Tuan Park. Baek Hee meminta agar pak sopir untuk pergi. Tuan Park hanya bisa berteriak memangil Nunna.


“Jadi Pak Yoon yang menyebarkan rumor bahwa Aku punya banyak lukisan bagus... Silahkan duduk.” Kata Tuan Park pada Baek Hee
“Aku minta maaf... Kau bukan orang yang kucari... Kudengar itu wanita. Kupikir Pak Yoon pasti bingung. Jadi Selamat makan. Aku akan membayar tagihannya.” Kata Baek Hee akan bergegas pergi dengan memalingkan wajahnya.
“Bukan begini caranya kau berbisnis... Pertama-tama, setidaknya kau harus melihat-lihat.” Kata Tuan Park membuka kotak kumpulan peninggalan.
Baek Hee tiba-tiba merasakan sesuatu, Sharon merasakan tubuhnya mulai panas dengan tulisan di punggungnya, seperti terdengar suara “Jadilah hantu yang mengembara selamanya” Keduanya sama-sama merasakan sesuatu.
Tuan Park melihat Baek Hee menanyakan keadaanya, Baek Hee terdiam melihat sebuah cincin dan akhirnya bergegas pergi saja. Tuan Park hanya bertanya apakah Baek Hee merasakan sakit. 
Bersambung ke part 2

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar