Hae Ra
melempar teflon di dalam tasnya, tapi si pengemudi motor tetap melajukan
motornya. Akhirnya Ia berteriak “Oppa! Minggir!” lalu melempar sepeda milik
anak kecil yang berdiri disampingnya. Soo Ho terdiam di tengah jalan dan
akhirnya si pengemudi motor pun jatuh berguling di jalan.
“Apa yang
kau lakukan? Cepat kemari!” teriak Hae Ra marah melihat SooHo malah mengambil
sepeda yang terjatuh.
Si ibu
menelp polisi melaporkan ada di depan warung tenda meminta segera datang karena
Ada kecelakaan. Si anak terus menangis karena sepedanya rusak. Si ibu
memberitahu kalau Ada sepeda motor yang terjatuh.
“Apa kau
melempar panci ini?” ucap Soo Ho membawa telfon yang bengkok.
“Bagaimana
kau bisa diam saja?” kata Hae Ra marah.
“Aku
tadinya akan menghindarinya.” Kata Soo Ho santai
“Itu
hampir mengenaimu.” Ucap Hae Ra lalu berteriak menyuruh si pengemudi yang kabur
untuk berhenti.
“Kau mau
kemana? Kau harus membayar sepeda anakku.” Ucap si ibu marah menahan Hae Ra
agar tak pergi
“Aku akan
membayarnya untukmu, Bu... Jangan khawatir” kata Soo Ho pada si ibu
“Nak,
jangan menangis. Aku akan memberikanmu sepeda yang lebih baik dan lebih keren.”
Ucap Soo Ho menenangkan si anak yang terus menangis.
“Pengendara
sepeda motor itu melaju seolah-olah ingin menabrak kami. Orang itu sepertinya
baru mengendarai sepeda motor.” Ucap Hae Ra memberikan keterangan pada polisi.
Soo Ho menjauh membiarkan Hae Ra berbicara dengan si ibu.
“Tidak...
Gaya dan pakaiannya bukan pemula... Motor itu bahkan tidak ada plat nomornya...
Mohon periksa CCTV... Ini adalah percobaan pembunuhan... Dan teflon ini, Aku
menyerahkan ini sebagai bukti. Helmnya pasti punya goresan.” Kata Hae Ra.
Polisi
bertanya apa yang diberikan Hae Ra. Hae Ra menjelaskan kalau melemparkan ke
helm si pengemudi. Soo Ho menatap Hae Ra seperti tak percaya kalau ada yang
menyelamatkanya.
Keduanya
duduk di restoran, Soo Ho mengejek kalau
Banyak sekali barang dalam tas seorang gadis dan baru tahu hari ini
dengan bertanya Apa ada korek api atau pembuka botol juga. Hae Ra meminta Soo
Ho Berhenti bercanda karena masih merasa takut.
“Aku
hanya penasaran Kenapa kau bawa-bawa panci? Apa kau suka panci?” ejek Soo Ho
“Aku
membawanya untuk melindungimu!” ucap Hae Ra kesal. Soo Ho tertawa
mendengarnya.
“Kau
harusnya mengucapkan "terima kasih" padaku. Ini bukan saat yang tepat
untuk bercanda!” kata Hae Ra kesal
“Terima
kasih telah menyelamatkanku.” Ucap Soo Ho. Hae Ra mengeluh karena warungnya
tutup malam ini
“Aku jadi
tak bisa membuktikan kejadian kemarin.” Kata Hae Ra kesal
“Kau
meludah. Kau berbaring di kursi. Tidak ada saksi untuk membuktikan apa yang
kulihat” ucap Soo Ho
Hae Ra
pikir semua Omong kosong. Soo Ho pikir Jika Hae Ra melakukan hal itu lagi lain kali, maka akan
merekamnya. Hae Ra setuju, lalu membahas Tentang motor tadi bertanya Apa ada
orang yang dendam pada Soo Ho. Soo Ho pikir Kalau begitu, itu tidak akan
berakhir dengan sepeda motor. Hae Ra membenarkan.
“Kau
panggil apa aku tadi... saat kau melempar sepeda?” ucap Soo Ho. Hae Ra
memalingkan wajah mengaku tak ingat
“Aku
mendengarnya.” Kata Soo Ho. Hae Ra berpura-pura sibuk dengan ponselnya melihat
berita artis terbaru yang sedang berkencan. Soo Ho hanya bisa tersenyum melihat
tingkah Hae Ra, Hae Ra memperlihatkan ponselnya agar Soo Ho mempercayainya.
Sharon
pergi ke alamat rumah Hae Ra lalu bergegas bersembunyi karena ada mobil yang
datang. Hae Ra dan Soo Ho masuk ke dalam rumah bersama. Sharon tak percaya
kalau keduanya benar-benar hidup bersama. Ia pun membayangkan dirinya berubah
menjadi sosok Soo Ho dengan mengunakan dasi milik Soo Ho.
“Aku
hanya akan bersenang-senang denganmu. Tapi aku sudah bosan. Aku minta maaf.”
Ucap Sharon yang berubah jadi sosok Soo Ho yang dikingin.
“Ini akan
membantu, kan? Aku butuh sesuatu dari Soo Ho's.” Kata Sharon yakin.
Sementara
Ji Hoon sibuk memilih setelan jas, kalau memastikan kalau akan mendapatkan poin
apabila membelinya. Pegawai bertanya apakah Ji Hoo akan wawancara kerja. Ji Hoo
mengaku besok akan ada Wawancara oleh pacar. Ia pun membayar belanja dengan
uang yang diberikan oleh Gon.
Gon
mengeluh bosan berlari ke UGD dan berpikir ayahnya itu berpura-pura. Young Mi
pikir Urolithiasis lebih menyakitkan daripada melahirka dan Biasanya akan
baik-baik saja setelah batu itu dikeluarkan. Gon memastikan kalau dokter berhasil
mengeluarkannya, Young Mi menganguk.
“Ngomong-ngomong,
sesuatu yang tidak terduga terjadi.” Ucap Young Mi. Gon binggung apa maksud
Sesuatu yang tak terduga
“Kurasa...
Ayahmu menyukai bibi Hae Ra.” Kata Young Mi. Gon kaget mendengarnya.
Flash Back
Young Mi
bersama Bibi Lee berada disamping Tuan Park, seperti memastikan kalau baik-baik
saja. Young Mi mengucapkan Terima kasih
pada Bibi Lee yang sudah menemaninya, lalu meminta pada Tuan Park agar bisa
bertahan karena dokter memberikan penghilang rasa sakit.
“Mereka
akan melakukan CAT-scan saat kau stabil.” Ucap Young Mi. Bibi Lee meminta izin
untuk pergi sekarang. Young Mi menganguk membiarkan bibi Lee pergi.
“Semoga
dia tidak...Lupa memberi Hae Ra sebuah toko.” Bisik bibi Lee. Young Mi pikir
Jangan khawatir. Tiba-tiba tangan Bibi Lee ditahan oleh Tuan Park.
“Jangan
pergi, Noona.... Noona.” Ucap Tuan Park. Keduanya kaget melihat sikap Tuan
Park.
Young Mi
pun memutuskan untuk mempekerjakan Bibi Soo Hee sebagai pengasuh.
Bibi Lee
memakaikan cream pada lehernya, merasa kalau Wajah terlihat seperti berusia
akhir 20 Tapi punya beberapa kerutan dileher jadi dengan begitu orang tua itu
memanggilnya "Noona". Hae Ra menegaskan kalau Bibi Lee bukan pengasuh
dan akan membuatnya sakit.
“Untuk
mendapatkan toko dari orang tua jahat itu, Aku harus main mata dengannya.
Bukankah begitu?” kata Bibi Lee. Hae Ra tak habis pikir Bibi Lee yang ingin
Menggodanya
“Aku
lebih baik memanfaatkan penampilanku.” Kata Bibi Lee bangga
“Tolong
jangan.. Aku akan sangat marah jika kau membuat masalah lagi.” Tegas Hae Ra
“Jangan
khawatir” ucap Bibi menyakinkan, saat itu terdengar suara Soo Ho yang memanggil
Hae Ra.
Hae Ra
membuka pintu, Soo Ho sudah ada didepan
pintu mengatakan Hae Ra yang perlu diobati. Keduanya pergi ke ruang tengah, Soo
Ho tahu Seseorang yang menyelamatkannya menyakiti tangannya sendiri. Hae Ra tak
pecaya kalau Soo Ho melihat luka dibagian telapak tanganya.
Akhirnya
Soo Ho menyuruh Hae Ra duduk disampingnya, Hae Ra menarik tanganya karena
merasakan perih saat diberik salep. Soo Ho perlahan memberikan obat dengan
sambil meniupnya, tapi beberapa saat kemudian Soo Ho membalut tanganya Hae Ra
seperti terkena patah.
“Bukankah
itu baik? Ini untuk melindungi lukamu... Ini sangat bagus dan Ini sempurna.
Bukan?” ucap Soo Ho bangga. Hae Ra hanya bisa melonggo dan akhirnya memberikan
pukulan dengan batalan tanganya yang besar.
“Kenapa
kau tak pasang perban seperti ini?” kata Soo Ho heran. Hae Ra sudah memasang
plester ditanganya.
“Perban
tadi terlalu banyak.”kata Hae Ra kesal. Soo Ho mengaku ingin memegang tangan
Hae Ra untuk waktu yang lama.
“Apa kau
pemain, atau pernahkah kau berkencan dengan seorang gadis?” ejek Hae Ra. Soo Ho
mengaku sebagai Pemain.
“Itulah
yang kau inginkan. Jadi... Selamat malam.” Kata Hae Ra lalu bergegas pergi.
Ia
teringat sesuatu, dengan mengucapkan Terima
kasih untuk e-mail yang dikirimkan padanya, karena Berkat itu, menjadi pahlawan
dalam rapat tadi. Soo Ho tak percaya mendengarnya. Hae Ra menceritakan sudah menggabungkan ide sewa kostum dengan
situs perjalanan jadi Mereka menyuruhny untuk segera melakukannya.
“Jika
berjalan lancar, maka Aku ingin dikirim ke cabang di luar negeri.” Kata Hae Ra
bersemangat.
“Tapi
bukan itu yang kuinginkan.” Pikir Soo Ho dengan wajah serius.
“Sudah
kubilang aku ingin kabur dari sini, sejak pertama kali kita bertemu” ucap Hae
Ra. Soo Ho mengaku sangat ingat.
“Aku
tidak hanya mengatakan itu. Tapi Aku bersungguh-sungguh.” Tegas Hae Ra
“Kalau
begitu, maka kau harus mengikuti jalan itu. Aku akan mendukung apa pun yang kau
lakukan” ucap Soo Ho. Hae Ra pun mengucapkan Terima kasih.
“Terima
kasih telah menyelamatkanku tadi dan
Tidur yang nyenyak. Kau adalah orang kedua yang menyelamatkanku.” Kata
Soo Ho
Hae Ra
ingin tahu Siapa orang pertama. Soo Ho mengaku itu Seseorang yang tidak dikenal
Hae Ra, yaitu Seorang wanita cantik. Hae Ra pikir itu pasti ibu Soo Ho. Soo Ho mengaku kalau itu bukan keluarga. Hae
Ra yaikin pasti seseorang seperti penjaga pantai karena Biasanya cowok kuliahan
yang penjaga pantai dan itu gurunya.
“Ahh...
sudah Lupakan. Aku tak tertarik...Aku berpura-pura penasaran karena sopan
santun.” Ucap Hae Ra
“Kau
tidak cemburu, kan?” ejek Soo Ho. Hae Ra mengaku kalau cemburu.
“Jika kau
cemburu, Lalu kenapa kau mau ke luar negeri? Aku kembali ke Korea untukmu.”
Kata Soo Ho
“Karena
hidupku lebih penting.” Ucap Hae Ra singkat.
“Apa aku
belum termasuk dalam hidupmu?” tanya Soo Ho. Hae Ra mengaku tak berpikir
begitu.
“Aku
harus masuk... Jadi Perhatikan baik-baik.” Kata Soo Ho mendekat sengaja membuat
Hae Ra terdesak di dingin.
Keduanya
sempat saling menatap. Hae Ra dengan sangat memanggil Soo Ho dengan panggilan
“Oppa” menyuruhnya minggir. Soo Ho
meminta izin agar bisa melakukan sesuatu. Hae Ra terdiam saat Soo Ho mendekat
seperti ingin menciumnya, tapi Soo Ho memberikan ciuman di pipi Hae Ra.
Tiba-tiba terdengar suara teriakan bibi Lee yang memanggil Hae Ra.
“Hae Ra,
mataku sakit... Kurasa ada sesuatu yang ada dimataku. Rasanya menyengat.”
Teriak Bibi Lee. Soo Ho memilih untuk bergegas ke dalam kamar walaupun ada
wajah kecewa.
Hae Ra
mendekati bibi Lee yang tak bisa melihatnya, akhirnya menarik masker diwajah
bibinya lalu masuk ke dalam kamar. Soo Ho duduk di atas tempat tidurnya,
seperti bisa tersenyum mengingat kejadian sebelumnya. Hae Ra pun tersipu malu
berbaring ditempat tidurnya karena Soo Ho mencium pipinya.
Baek Hee
berdiri di dalam rumah, lalu berkeliling mencari catatan yang dibutuhkan dari
jaman joseon dulu. Ia bertemu dengan seorang paman yang memberitahu Ada banyak
hal sejak sekitar tahun 1800an dan Harusnya ada banyak penyimpanan di museum.
“Hal-hal
yang tercatat setelah Raja Yeongjo dan Jeongjo lebih banyak keluar. Banyak
orang membelinya sebagai investasi. Ketua Park yang memiliki banyak bangunan terkenal
mengumpulkan artikel lama.” Ucap si pria.
Baek Hee
mencoba menelp dari nomor yang didapatkanya, tapi tak bisa dihubungi, berpikir
kalau itu salah. Baek Hee pikir bisa mencoba bisa menemukannya melalui orang
itu.
Saat itu
Soo Ho menelp. Baek Hee terlihat bahagia menanyakan kabar Soo Ho. Soo Ho sedang
melihat peta (Desa Bukchon Hanok) dengan bertanya apabila Baek Hee tak sibuk
maka bisa makan malam di tempatnya. Baek Hee setuju.
“Bagaimana
kalau kita bertemu di awal tahun baru?” ucap Baek Hee.
“Tentu...
Apa ada sesuatu yang ingin kau makan?” kata Soo Ho ingin menyambut Baek Hee
dirumahnya.
Gon
menatap bangunan didepanya mengingat ucapan Ji Hoon “Mereka berbicara tentang
hak permukaan dengan peta tersebar di atas meja.” Ia bertanya-tanya Tanah mana yang diinginkan
Moon Soo Ho, saat itu Soo Ho datang dengan Tuan Han lalu masuk ke rumah
tradisional korea
“Terima
kasih atas waktumu, pak... Kami datang ke sini untuk meminta bantuanmu.” Ucap
Soo Ho menemui seperti pemilik rumah
Bibi Lee
sibuk memasang roll rambutnya, sambil berjalan keluar dari kamar karena ada
yang datang. Ia melihat di layar interkom bertanya siapa yang datang, Sharon
mengaku datang untuk mengantarkan pakaian Jung Hae Ra. Bibi Lee sempat binggung
tapi akhirnya membuka pintu. Sharon langsung menyelonong masuk ke dalam rumah.
“Hae Ra
tidak ada disini sekarang.. Aku tidak tahu itu pakaian apa, tapi tinggalkan
saja dan pergilah.” Kata Bibi Lee.
“Tidak,
aku harus mengatur dan menggantungnya sendiri. Dimana kamarnya?” tanya Sharon.
“Kita
pernah bertemu sebelumnya kan? Di sebuah toko pakaian di Cheongdam-dong.” Kata
Bibi Lee. Sharon pura-pura lupa/
“Sharon
Tailor, benarkan?” kata Bibi Lee. Sharon kaget Bibi Lee bisa mengetahuinya.
“Apa rahasiamu
agar tetap awet muda? Kau masih terlihat sama Dari foto yang diambil saat Hae
Ra masih kecil.” Kata bibi Lee. Sharon menatap dengan sinis, Bibi Lee heran
Sharon yang tidak menjawab
“Kau
harus tidur nyenyak, minum cukup air, dan berolahraga secara teratur.” Kata
Sharon. Bibi Lee pikir itu omong kosong
“Yah..
Ini omong kosong. Kau perlu facelifts, suntikan wajah, dan botox.” Kata Sharon.
Bibi Lee mengaku pasti tahu dengan hal itu.
Sharon
bertanya Di mana harus meletakkan pakaian. Bibi Lee pikir Sharon bisa menaruh
diruang tengah. Sharon mengaku haus, jadi meminta agar bisa memberikan sesuatu
untuk diminum. Bibi Lee pun pergi ke dapur mengambil minum.
“Lukisan
yang bagus... Dia juga menyukai lukisan dimasa lalu.” Ungkap Sharon melihat
seperti lukisan didepanya. Tapi tiba-tiba gambar lukisan berubah jadi saluran
berita.
“Mungkin
kau belum pernah melihat ini sebelumnya... Ini adalah televisi.” Kata Bibi Lee
menyalakan Tv dan memberikan minuman teh sitrus.
“Aku
tahu.” Ungkap Sharon terlihat malu. Bibi Lee mengaku agak sibuk bersiap untuk
keluar jadi meminta agar meletakan pakaian dan pergi, lalu kembali masuk kamar.
Sharon
sengaja pergi ke tempat pakaian Soo Ho mencari dasi dan memasukan ke dalam
tasnya. Bibi Lee binggung karena Sharon tak ada diruang tengah, lalu menemukan
di ruangan pakaian milik Soo Ho dan bertanya kenapa ada diruangan itu.
“Maafkan
aku. Aku sedang mencari gantungan baju.” Kata Sharon. Bibi Lee mengajak keluar
karena bukan ruangan mereka.
“Kupikir
Hae Ra masih lajang. Lalu Pakaian apa ini?” tanya Sharon. Bibi Lee mengaku Ceritanya
panjang.
“Ini
kamar pemilik kami... Kami adalah penyewa khusus nya.” Kata bibi Lee
“Jadi Kau
tinggal di tempat pelayannya atau apa?” pikir Sharon. Bibi Lee heran dianggap
sebagai Tempat tinggal pelayan
“Perusahaan
pemilik rumah membeli rumah yang rencananya akan kami pindahi. Kami tinggal di
sini untuk sementara waktu.” Jelas Bibi Lee. Sharon mengaku tahu dengan sinis
menanyakan kamar Hae Ra
Sharon
mengantungkan pakaian di dalam lemari dan melihata Satu-satunya yang layak
adalah pakaian yang diberikan pada Hae Ra, karena Boon Yi memakai pakaian lusuh
dirumah. Ia lalu melihat buku-buku yang dibaca Hae Ra "The Great
Gatsby", "Wuthering Heights"
“Apa kau
sudah selesai? Aku harus keluar sekarang.” Ucap Bibi Lee masuk kamar. Sharon
mengaku hampir selesai
“Astaga...
Berapa harga baju ini?” pikir Bibi Lee melihat setelan diatas tempat tidur.
Sharon bertanya apakah Bibi Lee ingin mencobanya. Bibi Lee terlihat senang.
Tuan Park
masih teringat dengan wajah Sharon yang dilihatnya lalu kembali memanggil “Noona”.
Bibi Lee terlihat memakai setelah hitam milik Hae Ra. Young Mi berkomentar
Pakaian yang dipakai Bibi Lee terlihat
kekecilan jadi berpikir merasa tak nyaman.
“Suasana
ini lebih tidak nyaman buatku.” Kata Bibi Lee. Tuan Park memanggil Young Mi.
“Aku
ingin pulang.” Kata Tuan Park. Young Mi meminta Tuan Park Beristirahatlah hari
ini.
“Dia juga
di sini untuk menjagamu.” Kata Young Mi menunjuk Bibi Lee.
“Mengapa
kau membuang-buang uang untuk hal yang tidak berguna? Aku tak membutuhkan
pengasuh.” Kata Tuan Park sinik
“Astaga,
apakah kau lupa bagaimana meraih tanganku dan memintaku untuk tidak pergi?”
kata Bibi Lee. Tuan Park kaget kalau ia
yang melakukanny
“Ya, kau
terus memanggilnya "Noona" kemarin.” Ucap Young Mi. TUan Park seperti
tak percaya kalau memanggil Bibi Lee dengan panggila "Noona"
“Aku jauh
lebih muda darimu. Jangan panggil aku "Noona" dan Makanlah jeruk
ini.” Kata Bibi Lee yang sudah mengupas jerusk.
“Bayar
dia untuk hari ini.” Kata Tuan Park. Young Mi mengatakan sudah memintanya melakukannselama sebulan dan
sudah membayar uangnya.
“Aku
biasa menjalankan tugas untuk klinik oriental saat masih muda. Aku bisa
mengobati sebagian besar penyakit, apa kau tahu.” Kata Bibi Lee bangga
“Aku
tidak tahu Hae Ra punya bibi lucu seperti dia.” Ungkap Tuan park mengejek.
“Jika kau
melihat lebih dekat, mataku dan Hae Ra terlihat sama.” Kata bibi Lee bangga.
“Young
Mi.. Tidakkah kau melihat seorang wanita muda di depan tokomu kemarin?” ucap
Tuan park. Bibi Lee pikir itu dirinya. Tuan Park merasa Mungkin sedang
bermimpi.
Sharon
kembali ke rumah dengan melihat dasi milik Soo Ho yang sudah dicuri olehnya. Ia
melihat tulisan dibahunya, lalu berpikir kalau akan ada juga tulisan diwajahnya
kalau melakukan kesalahan lagi.
“Aku tahu
aku telah berdosa, tapi kenapa hanya aku yang dihukum? Kau dulunya
meninggalkanku. Kau akan dihukum juga... Jika kau mengabaikanku sampai akhir.”
Ucap Sharon marah.
Soo Ho
menjelasakn rumah Hanok ini dibangun pada tahun 1930an, dan imilik Pak Choi
Soon Woo yaitu penulis buku "Berdiri di Pilar Bait Suci Muryangsu".
Ia menjelaskan Tuan Choi adalah orang
besar dalam sejarah seni Korea.
“Rumah
itu dikelola dengan buruk setelah kematiannya. Bahkan Rumah ini terancam
dibongkar. Sekarang, ini telah menjadi tempat, dimana siapapun bisa berkunjung
dan menghargai. Itu karena orang menyumbangkan uang untuk melindungi rumah ini.
Melindungi aset budaya adalah tugas negara di masa lalu, Tapi saat ini para
relawan yang melakukannya. Mereka menyadari pentingnya sejarah dan
kenangan.”ucap Soo Ho
“Aku setuju
untuk melestarikan kota tua. Kita bisa mengubah hanok tua menjadi sebuah kafe dan
penggilingan ke toko roti. Ini hal yang baik untuk dilakukan. Tapi saat kota
semakin mempesona, biaya sewa akan lebih tinggi.” Kata Gon akhirnya ikut
berkomentar
“Aku
berencana membuat beberapa peraturan. Akan ada batas atas kenaikan sewa. Toko
waralaba asing akan. diatur untuk periode tertentu. Mereka akan didukung secara
finansial untuk memperbaiki bangunan tua oleh pemerintah daerah.” Kata Soo Hoo.
Gon
bertanya apakah itu mungkin. Soo Ho menegaskan akan mengusahakannya. Lalu
memberitahu semua orang bahwak Geumseong-dong di Jongro telah disebut kota
pohon kesemek sejak dulu. Tapi Ada sebuah perdebatan yang terjadi antara
melestarikan kota atau untuk membangun kompleks apartemen.
“Ini
adalah kota yang hangat dengan penuh kasih sayang manusia. Tolong beri aku
dukungan agar aku bisa melindungi kota ini.” Ucap Soo Ho. Gon pun hanya bisa
terdiam.
Gon
melihat surat Pendukung dengan nama Moon Soo Ho. Saat itu Soo Ho datang berkomentar
kalau berpikir Tuan Park yang akan datang. Gon tahu kalau Ayahnya tidak bekerja
tapi hanya menyuap. Ia tahu kalau ayahnya itu sudah menyuap dan menghibur dan
Itulah yang biasanya dilakukan.
“Kudengar
dia tiba-tiba pingsan.” Kata Soo Ho. Gon
heran dengan Soo Ho yang sudah mendengarnya
“Kudengar
dari pengumuman.” Ucap Soo Ho. Gon pikir Itu bukan apa-apa.
“Terima
kasih.. Ayahmu mengirimiku sepeda motor sebagai hadiah kemarin,benar kan?...
Kuharap dia bukan orangnya. Tolong sampaikan padanya.” Kata Soo Ho lalu
berjalan pergi. Gon terlihat kaget dengan sikap ayahnya.
Tuan Park
berbicara di telp membahas dengan audiensi publik, karena Itu semua formalitas.
Saat itu Gon menelp ayahnya bertanya apakah melakukan sesuatu pada Soo Ho
kemarin. Tuan Park membenarkan aklau meminta orang untuk menakutinya dengan
motor.
“Apa dia
menggunakan pemeran pengganti?” ejek Tuan Park
“Ayah,
mengapa kau begitu rendah? Moon Soo Ho bukanlah lawan yang mudah.” Keluh Gon.
“Apakah
dia terluka?” tanya Tuan Park. Gon mengatakan kalau Soo Ho yang baik-baik saja.
“Dia
mencurigai ayah yang melakukannya.” Kata Gon. Tuan Park tak ingin membahasnya
mengaku lelah dan langsung menutup telpnya.
“Kau bisa
saja mematahkan kakinya. Apa orang-orang tidak
berlatih naik motor sekarang?” keluh Tuan Park kesal
Young Mi
membawakan secangkir teh jeruk panas untuk ayah mertuanya. Bibi Lee memintaa
agar Tuan Park segera minum karena setelah itu akan moksibusi perutnya. Tuan
Park menyuruh Young Mi agar membawa Bibi Lee keluar dan belikan makan siang
dengan makanan yang mahal dan enak.
“Bagaimana
kita bisa meninggalkan pasien di sini?” keluh Bibi Lee. Saat itu ponsel Tuan
Park kembali berdering.
“Apakah
kau Ketua Park?” tanya Baek Hee. Tuan Park bertanya balik siapa yang menelpnya.
Baek Hee
sudah menunggu di sebuah ruangan, tiba-tiba merasa kedinginan seperti merasa
tidak sehat Saat itu Tuan Park masuk ruangan bertanya apakah Baek Hee orang
yang memanggilnya. Baek Hee sempat kaget melihat Tuan Park yang ada didepanya.
Flash Back
Tuan Park
sudah dewasa menaiki taksi, Sopir memberitahu
kalau akan mengajak tamu lain dan
meminta agar bisa mengerti karena ini adalah akhir tahun. Tuan Park pun
menganguk mengerti. Saat itu Baek Hee
menghentikan taksi meminta agar pergi Ke namsan dengan membayar dua kali lipat.
Taksi yang dinaiki Tuan Park pun berhenti, tapi Tuan Park tertidur pulas.
“Astaga.
Ini dingin sekali. Aku akan membeku sampai mati.” Ungkap Sharon naik Baek Hee
dengan mengunakan penutup kepala dan syalnya
“Ini
kurang dingin dari sebelumnya. Dulu sangat dingin selama Reformasi Gabo pada
tahun 1894. Itu mengerikan.” Kata Baek Hee.
Sopir
taksi membangukan Tuan Park kalau sudah sampai di tempat tujuan. Tuan Park
terbangun membayar ongkos taksi lalu turun dari mobil, tapi tiba-tiba ia melihat
kedalam taksi mengetahui kalau ada Seo Rin dan juga Baek Hee Noona. Keduanya
melongo kaget dan buru-buru menutupi wajahnya.
“Kurasa
kau salah... Silakan pergi” ucap Sharon menutup wajahnya.
“Noona,
ini aku. Aku adalah Chul Min... Aku Chul Min yang mengantarkan surat kabar
untukmu. Tidakkah kau ingat saat aku terjatuh, kau merawat luka-lukaku?” kata
Tuan Park
“Cuacanya
dingin... Pak, bisakah kau pergi sekarang?” kata Baek Hee pada sopir.
“Kalian
adalah Noona (Seo Rin dan Baek Hee), bukan? Kalian tidak berubah sama sekal”
kata Tuan Park. Baek Hee meminta agar pak sopir untuk pergi. Tuan Park hanya
bisa berteriak memangil Nunna.
“Jadi Pak
Yoon yang menyebarkan rumor bahwa Aku punya banyak lukisan bagus... Silahkan
duduk.” Kata Tuan Park pada Baek Hee
“Aku
minta maaf... Kau bukan orang yang kucari... Kudengar itu wanita. Kupikir Pak
Yoon pasti bingung. Jadi Selamat makan. Aku akan membayar tagihannya.” Kata
Baek Hee akan bergegas pergi dengan memalingkan wajahnya.
“Bukan
begini caranya kau berbisnis... Pertama-tama, setidaknya kau harus
melihat-lihat.” Kata Tuan Park membuka kotak kumpulan peninggalan.
Baek Hee
tiba-tiba merasakan sesuatu, Sharon merasakan tubuhnya mulai panas dengan
tulisan di punggungnya, seperti terdengar suara “Jadilah hantu yang mengembara
selamanya” Keduanya sama-sama merasakan sesuatu.
Tuan Park
melihat Baek Hee menanyakan keadaanya, Baek Hee terdiam melihat sebuah cincin
dan akhirnya bergegas pergi saja. Tuan Park hanya bertanya apakah Baek Hee
merasakan sakit.
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar