[Episode 11: Palsu atau Asli...Yang
Terpenting adalah Hati]
Bom yang
merasakan sakit dikepalanya, akhirnya kembali ke rumah. Ia melihat foto-foto
selfie Shi Kyung dalam ponselnya yang terlihat bahagia. Teringat kembali
kata-kata Shi Kyung saat bicara dengan Soo Bin “Maksudku... yang
terpenting adalah hatimu. Kalau begitu,
haruskah kita melakukan tos?” mengajak Soo Bin High five.
“Lee Shi
Kyung... Kedengarannya itu bagus. Aku ingin berusaha untuk hidup juga. Haruskah kita melakukan
tos?” ucap Bom seperti high five dengan Shi Kyung dengan naruh tangan di layar
ponsel.
Nyonya
Shin berbaring dengan Soo Bin yang tertidur disampinga, Ia yakin kalau anaknya
pasti sangat terkejut karena melihat sesuatu yang seharusnya tidak dilihatnya
dan juga masih takut saat
membayangkannya.
“Jika Shi
Kyung tidak berada di sana...Tolong beritahu Shi Kyung kalau aku
berterimakasih. Aku iri karena kau memiliki Shi Kyung.” Ungkap Nyonya Shin.
Nyonya Oh heran berpikir kenapa dengan anaknya.
“Dia anak
yang baik... Dia hangat dan tulus. Dia tahu bagaimana merawat orang lain.” Kata
Nyonya Shin memuji.
“Sepanjang
hidupku, aku tidak pernah menyangka akan mendengar seseorang memuji Shi Kyung.”
Komentar Nyonya Oh.
“Kuharap
Soo Bin bertemu dengan pria seperti Shi Kyung.” Kata Nyonya Shin.
“ Dia
akan menderita jika bertemu dengan pria seperti itu. Mereka khawatir tentang
seluruh dunia dan tidak tahu kesulitan yang mereka hadapi. Coba Lihat aku. Aku
bertemu dengan pria seperti itu.” Keluh Nyonya Oh.
“Itu
seratus kali lebih baik daripada seseorang yang hanya peduli dengan dirinya
sendiri. Tapi Kenapa dia harus melihat ini sekarang? Bagaimana aku akan berubah
di hari-hari yang akan datang... Apa yang mungkin akan kulakukan dengan Soo Bin... Aku takut. Dia
menantikan liburan itu. Sekarang, aku seperti sudah menguncinya di penjara.”
Ungkap Nyonya Shin sedih.
Nyonya Oh
didapur dengan Shin Kyung yang menceritakan apa yang dikatakan oleh Nyonya
Shin. Shi Kyung seperti tak percaya mendengarnya. Nyonya Oh mengaku merasa
sangat tidak enak saat mengatakan kalau Nyonya Shin telah menguncinya di
penjara.
Shi Kyung
duduk di kamar ayahnya, kembali bicara pada ayahnya kalau ini sesuatu yang
serius Jadi meminta tolong dengarkan baik-baik. Ia ingin bertanya dua hal.
“Pertama,
Apa Ayah kenal Soo Bin? Apakah ada cara untuk bisa membantu Soo Bin dan ibunya?
Dan juga... Bom.” Ucap Shi kyung lalu teringat dengan kata-kata Bom “Apakah itu
asli atau palsu,yang terpenting adalah hatimu.”
Ia
melirik ke arah sebuah poster Cinema Paranoid, yang ada dinding dan mengaku
pernah menonton film itu. Ia memuji ayahnya yang bergerak dengan kecepatan
cahaya sambil mengacungkan jempol kalau sudah mengerti sekarang. Tapi ia mulai
berpikir apakah bisa melakukannya.
Guru Park
menjelaskan tentan pertengahan abad ke-16, Joseon sudah menderita sejak invasi
Jepang dan Dinasti Qing, jadi mereka lemah. Jadi, ingin tahu apakah pembicara
dengan teori bagus bisa memahaminya atau tidak.
Saat itu melihat Shi Kyung sibuk dengan bukunya.
“Kau
pasti sangat sibuk” sindir Guru Park sudah berjongkok depan meja. Shi Kyung
kaget.
“Lee Shi
Kyung... Pemerintah, buruh, dan kepatuhan. Pilihlah salah satu dari itu.”
Kata Guru Park.
“Bisakah
Anda mengatakannya sekali lagi?” ucap Shi Kyung binggung. Guru Park akhirnya
mengambil buku dari tangan Shi Kyung.
“Kau
tulis "Bom, Bom, Bom. Berlian..."Italia, liburan. Soo Bin"? Apa
kau sudah merencanakan berbulan madu dengan Bom? Dan juga, siapa Soo Bin? Apa
kau berselingkuh?” ucap Guru Park. Shi Kyung tertunduk malu dengan semua teman
sekelas yang tertawa.
Shi Kyung
melirik pada Bom, Tapi Bom malah tersenyum dengan gerakan bibir mengatakan
“Terima kasih.”
Shi Kyung
bertemu dengan wakepsek untuk meminjam Proyektor sekolah. Wakepsek ingin tahu
alasanya. Shi Kyung meminta izin agar bisa menggunakannya karena ini penting.
Wakepsek ingin tahu apa alasan Shi Kyung ingin meminjamnya.
“Saya
akan membawa kaktus nanti dan memberi tahu Anda.” Ucap Shi Kyung berusaha
menyakinkan.
“Dimana
dan bagaimana caramu menggunakan proyektor?” tanya wakepsek.
“Anda
tahu bagaimana mereka menggunakannya di bioskop. Pokoknya, saya membutuhkannya.
Saya akan memberitahu Anda nanti dan masih merencanakannya.” Kata Shi Kyung.
“Baiklah...
Pemerintah, buruh, dan kepatuhan. Jika kau bisa menentukan salah satunya, maka aku
akan mengizinkanmu meminjamnya.” Kata Wakepsek menanyakan hal yang sama.
“Apa Anda
dekat dengan Guru BK?” keluh Shi Kyung. Wakepsek pikir itu Tentu saja, semua
guru juga dekat Apalagi saat mereka bergosip tentang para siswa. Shi Kyung
memilih pergi.
“Apa Kau
tidak membutuhkan proyektor?” ucap Wakepsek melihat Shi Kyung pergi.
“Saya
akan pergi dan mencari tahu maksudnya. Tapi Siapa yang membawa kaktus kering
ini? Apa Seseorang membawa yang seperti ini? Astaga. Aneh sekali.” Ejek Shi
Kyung melihat kaktus kering akhirnya jatuh.
“Itu yang
dibawa Lee Shi Kyung.” Kata Wakepske. Shi Kyung pun hanya bisa terdiam.
Shi Kyung
kembali ke kelas kaget melihat bangku Bom kosong bertanya apakah pacarnya itu
sudah pulang. Ki Goon membenarkan kalau Bom mengambil tasnya dan pergi. Lalu Ji
Hye bertanya Siapa Soo Bin dan berpikir kalau itu cinta segitiga.
“Dia
tidak terlihat baik. Apa Bom sakit parah?” kata Yeon Jung menahan temanyaa gar
tak bicara.
“Bom
sudah pulang. Siapa Soo Bin? Apa itu cinta segitiga?” kata tiga orang teman
lainya masuk ke dalam kelas.
“Hei!
Kalian bertiga bahkan tidak bisa mengerjakan trigonometri. Istirahat saja sana,
dan urusi urusan kalian sendiri.” Kata Shi Young membela kakaknya. Shi Kyung
akhirnya berlari keluar dari kelas.
“Aku
merasa Bom semakin menjauh.” Gumam Shi Kyung tak melihat Bom ada di depans
sekolah.
Bom masuk
rumah sakit melihat Nenek Kim langsung memeluknya sambil menangis. Nenek Kim
binggung bertanya-tanya siapa yang memeluknya lalu Bom melepaskan pelukanya. Ia
tahu kalau itu Bom dan bertanya kenapa datang ke rumah sakit disaat jam
sekolah. Bom hanya terdiam dan menangis. Nenek Kim ingin tahu Apa ada masalah.
Keduanya
akhirnya duduk dengan nenek Kim memegang tanga Bom bertanya apakah mau pergi ke
RSUD. Bom menganguk. Nenek Kim bertanya lagi apakah ingin ia menemaninya. Bom
memberitahu kalau RSUD menyuruh untuk datang dengan seorang wali.
“Baiklah
kalau begitu. Aku bisa mendapatkan udara
segar dalam perjalanan. Kau Cobalah untuk tidak takut. Jika kau
meletakkan terlalu banyak beban, maka kau akan mematahkan kaki meja. Itu
berarti dunia ini penuh dengan kekhawatiran yang tidak berguna. Kau bisa
khawatir setelah mendapatkan hasil tesnya. Untuk saat ini, kau harus tenang.”
Pesan Nenek Kim.
“Omong-omong,
Nenek... Bisakah Nenek merahasiakan ini dari Shi Kyung?” ucap Bom. Nenek Kim
bertanya kenapa Shi Kyung tak boleh tahu.
“Dia
mungkin khawatir tanpa alasan. Aku akan memberitahunya begitu mendapatkan hasil
tesnya.” Kata Bom
“Baiklah.
Aku dikenal karena kemampuanku menyimpan rahasia. Jangan khawatir. Tapi Tetap
saja, kau harus tahu bagaimana cara bersandar pada orang lain saat keadaan
sulit. Itulah persahabatan.” Jelas Nenek Kim.
Shi Kyung
binggung melihat Bom yang tak datang dan menelp juga tidak mengangkat
teleponnya. Ia mulai panik karena takut terjadi sesuatu pada Bom.
“Semua
orang ada di sini. Cepat kesini. Jika kau berangkat sekolah, datanglah ke ruang
latihan.” Tulis Shi Kyung mengirim pesan pada Bom.
Nyonya Oh
dan Soo Bin berusaha mengangkat Nyonya Shin ke atas kursi roda tapi tenaga dua
wanita tak bisa mengangkatnya. Nyonya Oh pikir akan mudah jika ada yang bisa
membantu mengangkatnya, lalu melihat teman Shi Kyun yang sedang berkerja part
time meminta bantuanya.
“Tolong
bantu kami. Kami akan membawanya mandi. Bisakah kau membantunya naik kursi
roda?” ucap Nyonya Oh.
“Pegang
leherku.” Kata teman Shi Kyung. Soo Bin pikir tak perlu karena akan memeganginya di satu sisi. Teman Shi
Kyung bisa memindahkan dengan cepat.
“Terima
kasih. Kau terlihat sangat gagah, dan pasti kuat juga.” Ungkap Nyonya Shin. Teman
Shi Kyung terdiam seperti tak biasa menerima pujianya. Soo Bin dan Nyonya Oh
juga mengucapkan terimakasih.
“Anda
bilang akan membawanya mandi, 'kan?” ucap teman Shi Kyung akhirnya membantu
mendorong kursi roda.
Nenek Kim
dan Bom turun dari motor. Nenek Kim yang memakai helm merasa kepalanya terasa
sangat berat, lalu mengetahui pasti merasa lapar. Bom sedikit. Nenek Kim
mengaku sudah merencanakan untuk
memberikannya setelah melakukan tes di RS.
“Aku
mengemasi kue beras dan kentang manis. Ayo kita cari tempat untuk memakannya.
Sekarang saatnya makan siang.” Ucap Nenek Kim lalu keduanya duduk di kursi
taman menikmati makanan yang dibawa oleh Nenek Kim.
“Kapan
kau akan mendapatkan hasilnya?” tanya Nenek Kim. Bom menjawab harus menunggu beberapa hari.
“Apa kau
ingin aku ikut denganmu juga?” kata Nenek Kim. Bom hanya terdiam lalu
mengeluarkan sesuatu dari tasnya.
“Nenek,
lihat ini. Aku memberikan satu untuk Nenek sebagai tanda mengucapkan terima
kasih. Kita masing-masing akan memilikinya.” Kata Bom memperlihatkan gantungan
boneka berwarna kuning
“Apa Kau
ingin aku memasang ini di tasku?” ucap Nenek Kim. Bom membenarkan.
“Kim Duk
Boon pasti diberkati di usia tuanya. Aku tidak pernah menerima boneka sepanjang
hidupku. Tolong pasangkan di tasku.” Ucap Nenek Kim dan Bom pun memasangkan di
tas Nenek Kim.
“Apa kau
yakin ini bukan untuk Shi Kyung?” kata Nenek Kim. Bom membenarkan kalau itu
untuk Kim.
“Ini
sangat lucu, jadi aku membeli dua, tapi aku tidak tahu harus memberikannya
kepada siapa. Aneh rasanya ada orang” kata Bom. Nenek Kim menganguk mengerti.
“Aku
harus pergi ke Panti Jompo dan Hospice untuk memamerkannya.” Ucap Nenek Kim
bangga lalu memakai tasnya dan bertanya apakah memang cocok. Bom mengangkat
jempolnya kalau itu memang cocok.
“Apa yang
akan kau lakukan sekarang? Apa kau mau pergi ke sekolah?” tanya nenek Kim. Bom
menganguk karena sudah dapat SMS dari
Shi Kyung untuk menyuruhnya segera kembali.
Semua
anak berkumpul dengan wajah sedih. Ki Goon merasa sudah melihat banyak pasien di
rumah sakit, tapi itu sangat menyedihkan. Yeon Jung pikir mereka tahu tentang
Soo Bin sekarang, tapi ingin tahu alasan Si Kyung memanggil semuanya.
“Aku
butuh bantuan kalian.” Ucap Shi Kyung meminta mereka mendekat saat itu Bom baru
saja masuk lorong kelas.
“Jadi
Bagaimana menurut kalian?” kata Shi Kyung setelah menjelaskan idenya.
“Ini ide
yang terbaik dari semua ide yang kau miliki sejauh ini. Hal ini luar bisa.
Bagaimana kau bisa memikirkan hal ini?” komentar Ki Goo. Shi Kyung tak percaya
kalau idenya luar biasa
“Karena
ujian sudah selesai, kita punya waktu, dan kedengarannya menyenangkan. Bukankah
menurutmu itu akan terlalu banyak pekerjaan?” ucap Min Suk
“Kita
bisa menggunakan ini untuk melakukan semua jam sukarela kita. Tapi, apakah
menurutmu ini akan sangat membantu mereka berdua?” kata Yeon Sung
“Kupikir
mereka akan menyukai kenyataan kalau kita melakukan sesuatu untuk mereka.”
Ungkap Ga Ram.
“Aku suka
itu. Aku akan melakukan apapun yang kau butuhkan.” Kata Ji Hye. Shi Young juga
setuju.
“Wahh..
hei.. Sampah, akhirnya kau tahu nilai sebenarnya Oppa-mu.” Kata Shi Kyung
mengejek. Shi Young menegaskan kalau melakukannya
untuk Soo Bin, bukan karena kakaknya. Bom sengaja mendengarkan dari luar kelas.
“Lagi
pula, ini adalah idenya... Ini ide Kim Bong Gu.” Ucap Shi Kyung. Semua bertanya-tanya Siapa.
“Itu Bom.
Ini adalah kode rahasia mereka. Kim Bong Gu dan Bernard..” Kata Shi Young
membuka rahasia kakanya.
“Apa
anak-anak dari Seoul banyak yang melakukannya?” ejek Ki Hoon.
Shi Kyung
memberitahu kalau Bom mengatakan apakah itu asli atau palsu, yang terpenting
adalah hatinya. Ki Hoon mengejek agar mereka
Dengarkan dan bersiaplah untuk terkesan dengan mengejek Shi Kyung, Si
redup. I Hye bertanya apakah tahu artinya. Ki Hoon pikir tidak ingin tahu
karena yang terpenting adalah hatinya.
“Aku
benar-benar ingin melihat senyum Soo Bin.” Ucap Shi Kyung
“Kau
terus memikirkan Soo Bin. Apa Guru BK benar tentangmu? Aku mencium sesuatu yang
aneh, Bernard.” Ucap teman-temanya mengejek.
“Terserah
kau. Aku tidak seperti itu.” Ucap Shi Kyung
“Yang
terpenting adalah hatimu. Penyair... Lee
Shi Kyung.” Ejek Ki Hoon. Ga Ram melihat Bom berdiri di depan pintu lalu
memberitahu Shi Kyung saat Bom memilih untuk pergi.
Shi Kyung
mengejarnya sampai ke depan sekolah bertanya kenapa tidak memberitahu sudah
datang padahal sudah menunggu dari tadi dan ingin tahu alasan pergi dan juga
absen Apa pergi ke suatu tempat. Bom hanya diam saja.
“Aku
sedang berbicara dengan anak-anak tentang bagaimana membantu Soo Bin.” Ucap Shi
Kyung bersemangat.
“Kau
harus pergi... Kau tampak sibuk. Dan juga... Jangan hanya mengurus orang lain.”
Ucap Bom sinis lalu berpikir Shi Kyung melupakan yang dikatakan.
“Aku
tidak mengatakan kalau kau melakukan kesalahan. Aku akan pergi.” Kata Bom lalu
bergegas pergi. Shi Kyung binggung melihat sikap Bom tak seperti biasa.
Shi Kyung
duduk didepan rumah. Nenek Kim baru pulang heran melihat cucunya yang duduk
didepan rumah lalu duduk disamping cucunya merasa kalau lututnya mulai sakit
karena berjalan terlalu lama. Shi Kyung kaget melihat neneknya memakai
gantungan kunci yang dipakai oleh Bom juga.
“Bom
memberikannya padaku. Dia ingin kami memakai boneka yang serasi dengan tas
kami.” Ucap Nenek Kim.
“Apa Nenek
bertemu bom? Kapan?” tanya Shi Kyung kaget
“Aku
pergi bersamanya ke RSUD.” Ucap Nenek Kim lalu panik karena kecepolosan bicara.
“RSUD!
Apa Bom sakit? Apa Bom sakit atau ada sesuatu, Nenek beritahu aku? Apa itu
anemia lagi?” kata Shi Kyung panik.
“Dia
tidak sakit. Dia hanya... Hanya itu...” ucap Nenek Kim. Shi Kyung binggung apa
yang dimaksud dengan neneknya.
“Aigoo,
kau tahu hal itu... Itu hal yang dialami wanita.” Ucap Nenek Oh. Shi Kyung
seperti mulai percaya.
“Aku
banyak mendengar tentang orang sakit belakangan ini. Apa Bom sakit parah sampai
harus pergi ke rumah sakit? “Ah, dia sakit parah karena... ”pikir Shi Kyung
ragu dan juga khawatir
“Dia akan
baik-baik saja begitu minum obat
penghilang rasa sakit dan banyak tidur. Dia akan segera lebih baik.” Kata Nenek
Kim
Shi Kyung
ingin tahu alasn neneknya pergi ke rumah
sakit bersama Bom. Nenek Kim menjelaskan Bom
tidak ingin pergi sendiri, jadi meminta untuk pergi bersama. Shi Kyung
ingin tahu apakah Bom sakit parah. Nenek Kim menceritakan ketika melewati itu di masa mudanya.
“Kupikir
aku akan mati karena sakit. Aku akan marah tanpa alasan dan memukul orang. Aku
ingin makan permen, jadi makan banyak permen.” Kata Nenek Kim.
“Oh, aku
tidak tahu apa-apa tentang itu. Dia seharusnya memberitahuku tentang itu.” Kata
Shi Kyung lalu bergegas pergi. Nenek Kim binggung kemana Shi Kyung akan pergi.
Shi Kyung
bergumam dalam hati kalau Bong Gu sangat bodoh, karen atak sulit untuk
mengatakan padanya. Bom didepan rumah binggung tiba-tiba Shi Kyung datang
dengan membawa kantung belanja. Shi Kyung
mengatakan kalau sudah Nenek memberitahu semuanya pergi ke rumah sakit,
Bom kaget mendengarnya.
“Kenapa
hal itu menjadi masalah besar sehingga kau tidak bisa mengatakannya kepadaku?”
kata Shi Kyung
“Berapa
banyak yang Nenek katakan?” tanya Bom terlihat kecewa.
“Semuanya...
Nenek menceritakan semuanya padaku. Aku
mendengar kalau kau akan melalui "itu." Itukah sebabnya kau marah
padaku?” kata Shi Kyung. Bom binggung.
Shi Kyung
memberikan obat pada Bom, kalau itu obat penghilang rasa sakit. danTidak ada
salahnya jika kau meminumnya pada hari-harinya itu jadi tidak akan merasa sakit. Bom tersenyum
mendengarnya, ternyata nenek menceritakan alasan lain.
“Dan ini
juga... Apa kau mau permen?” kata Shi Kyung. Bom binggung kenapa Shi Kyung
memberinya permen.
“Nenek mengatakan
kalau dia akan selalu memakan permen dan makan gula-gula. Aku membeli banyak
untuk berjaga-jaga.” Ucap Shi Kyung
“Jadi,
maksudmu... Apa Kau pikir itu adalah "itu"?” kata Bom berpikir kalau
ia terkena sakit mensturasi.
“Nenek
mengatakan sakit adalah "itu." Dia bahkan membawamu ke rumah sakit karena
perutmu sangat sakit.” Kata Shi Kyung. Bom langsung tersenyum. Shi Kyung
bahagia karena melihat Bong Gu tersenyum.
“Berjanjilah
padaku satu hal. Kau mengatakan kepadaku tidak ada yang akan datang berlari
jika menelepon sambil menangis. Tapi Aku selalu siaga untuk datang berlari.
Jadi Berjanjilah untuk tidak menghindariku jika kau mengalami kesulitan. Katakan
apa masalahmu, apapun itu.” Ucap Shi Kyung memberikan jari kelinking dengan
memberikan cap salin dan ditandatangani.
“Kau
sudah berjanji padaku. Kita berjanji, cap, dan menandatangani salinannya. Dan
juga, kami membuat acara untuk Soo Bin dan ibunya. Apa kau akan bergabung juga,
Bong Gu? Kalau kau Diam berdiri maka artinya kau ingin ikut. Dan Angkat satu
tangan sambil melompat jika kau tidak
mau.” Ucap Shi Kyung dan melihat Bom diam jadi jawabanya akan ikut
Shi Kyung
dan Bom mendatangi ruangan Nyonya Shin dan juga Soo Bin memberikan selembar
[Undangan untuk Liburan Masa Depan] Wajah keduanya terlihat sangat bahagia.
Ga Ram
merayu ayahnya agar bisa melakukan sesuatu, ayahnya tak bisa menolak dan
akhirnya memutuskan untuk mencobanya. Teman Shi Kyung pun di dorong masuk untuk
bertemu dengan Shi Kyung, keduanya seperti masih terlihat canggung.
Bibi Oh
berbicara pada Yong Gi menanyakan alasan
tidak bernyanyi untuk Soo Bin dan ibunya, padahal Ia melihat anak muridnya itu
penyanyi yang sangat hebat. Bibi Oh menyakinkan kalau Ini kesempatan untuk menunjukkan Bakatnya
kepada orang lain juga. Semua anak pun bersiap-siap dengan kostum mereka.
Nyonya Oh
memberikan lipstik pada bibi Nyonya Shin. Soo Bin dan ibunya mengunakan pakaian
kembar dengan wajah ceria. Nyonya Oh memastikan kalau Nyonya Shin sudah minum obat penghilang rasa sakit, Nyonya Shin pikir akan
baik-baik saja selama berjam-jam.
“Apa itu
Liburan masa depan?” tanya Nyonya Shin.
“Benar,
Bu. Aku sangat bersemangat dan penasaran. “ ucap Soo Bin
“Anak-anak
di sini sangat piawai melakukan acara ini. Ibu mertuaku bahkan tampil dengan
menyanyi rap karena anak-anakku memaksanya.” Cerita Nyonya Oh. Keduanya tak
percaya mendengarnya.
“Apapun
itu, itu akan menyenangkan jadi kalian harus menikmatinya.” Ucap Nyonya Oh.
Nyonya Shin tiba-tiba merasakan sakit lalu bisa menahnya.
“Ibu Shi
Kyung, terima kasih. Bisakah aku berasumsi kalau aku sudah membuat teman baru
di akhir hidupku?” kata Nyonya Shin. Nyonya Pikir itu Tentu saja. Soo Bin
mengajak ibunya untuk segera pergi.
Soo Bin
mengajak ibunya di lorong rumah sakit, Seseorang menyapa dengan bahasa italia.
Soo Bin bisa tahu kalau itu Seung Do dengan mengunakan wig. Seung Do
mengantarkan mereka masuk ke sebuah ruangan. Nyonya Shin dan Soo Bin melonggo
karena suasana seperti ada di tepi pantai.
Yong Gi
pun menyanyikan lagu italia dengan iringan piano Bibi Oh. Dua meja sudah ada
didepan proyektor. Shi Kyung memberikan dua gelas espresso asli Italia Dan Bom membawakan pizza
margarita terbaik.
“Baunya
sangat enak.. Kopi ini asli.” Ucap Nyonya Shin mencium baunya.
“Ibu,
hari ini kau harus meminumnya.” Kata Soo Bin. Nyonya Shin pun menyetujuinya
mencicipi kopi kesukaanya.
Tiba-tiba
Bom merasakan kepalanya pusing, lalu bergegas keluar dari ruangan. Ia duduk dan
melihat pesan yang masuk ke dalam ponselnya “Kim Bom, hasil tes Anda sudah
keluar. Silakan datang untuk mengambilnya” wajanya sedikit tegang. Shi Kyung
keluar ruangan bertanya kenapa Kim Bom ada disini.
“Tidak
ada apa-apa. Ayo masuk.” Ucap Bom. Shi Kyung panik berpikir Bom pusing karena anemia dan ingin duduk dan
istirahat. Bom menyangkalnya dan mengajak Shi Kyung segera masuk saja.
Semua
menonton video yang di rekam oleh Soo Bin, wajah Nyonya Shin masih bisa
tersenyum walaupun sedang sakit. Tiba-tiba Nyonya Shin mulai merasakan sakit,
Soo Bin pun panik menemaninya dan akan memanggil dokter. Beberapa kali Soo Bin
menemani ibunya di rumah sakit yang mengalami gejala kesakitan.
“Soo
Bin... Bagi Ibu... Waktu yang Ibu habiskan bersamamu... Membuat Ibu sangat
bahagia dan itulah yang paling Ibu syukuri.” Ucap Nyonya Shin tak bisa menahan
rasa sedihnya.
“Ibu... Ibu,
kau akan selalu bersamaku. Jadi... Ibu
akan selalu berada di suatu tempat. Kita harus bertemu lagi. Berjanjilah padaku.”
Kata Soo Bin.
“Baiklah,
Ibu akan menunggumu.” Kata Nyonya Shin. Bom
berdiri di samping Shi Kyung tiba-tiba langsung mengengam tangan pacarnya. Shi
Kyung sempat terkejut tapi membiarkanya.
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar