“Pegunungan
Alpen Selatan sangat indah pada saat ini. Anggurnya pun sangat nikmat. Pastikan
kalian menikmati segelas saat berada di sana.”
Seorang
pria mengemudikan mobil mewah dengan kacamata hitam, terlihat sangat menikmati
udara pengunungan Alpen. Terdengar suara seseorang yang memanggilnya “Permisi,
Tuan Tampan.” Moon Soo Ho menengok seperti ada seseorang yang memanggilnya.
Jung Hae
Ra sedang ada di bandara memanggil seorang pria bertanya mau kemana. Si pria
mengatakan harus makan. Hae Ra menahannya karena akan selesai menjelaskan jadi Pergi setelah itu.
Hae Ra seperti sedang membawa rombongan tour.
“Selain
itu, garam dan madunya juga terkenal, jadi, Anda harus beli untuk oleh-oleh.
Dengan Membeli sebotol anggur juga ide yang bagus. Perlengkapan mandi yang
dibolehkan dibawa ke pesawat cuma sebegini. Kalian tahu, kan?” ucap Hae Ra
memperlihatkan tas ditanganya dalam bentuk kecil.
Hae Ra
melihat seorang nenek membawa botol besar, Si Nenek mengatakan kalau ingin
mencuci rambut. Hae Ra memberitahu Tidak bisa keramas di pesawat jadi meminta
agar meninggalkanya. Si Nenek mengaku
butuh botol besar.
“Walau
begitu, kita tidak bisa keramas di pesawat.” Ucap Hae Ra mencoba memberitahu si
nenek agar tak bawa cairan berlebihan ke dalam pesawat. Lalu Ia saling menarik
plastik yang berisi kimchi.
“Aku
tidak bisa makan tanpa kimchi.” Ucap si nenek.
“Itu akan
diambil saat Anda masuk Atau simpan di bagasi terdaftar. “ ucap Hae Ra
Keduanya
saling tarik menarik, sampai akhirnya plastik kimchi terbuka dan Hae Ra terkena
air kimchi. Seorang Ibu kesusahan menutup koper, Hae Ra menekan bagian bagian
atas koper agar bisa tertutup. Setelah mengecek isi koper, Hae Ra menempelkan
stiker meminta agar para penumpang mengambil koper yang sudah ditempel stiker
dan mereka pun segera masuk bandara. Mereka semua terlihat senang karena tiba
dengan selamat.
Hae Ra
berjalan keluar dari bandara dengan wajah lelah, sambil melepaskan sepatunya
dengan memijat kakinya. Saat itu tiga orang wanita berjalan masuk sangat
bersemangat untuk pergi berjalan-jalan. Hae Ra menatap sedih dan melihat
pesawat yang mulai terbang meninggalkan Seoul.
“Halo,
ini Jung Hae Ra dari departemen bisnis. Anda menelepon kami tadi siang, kan? Kastel
tua yang telah direnovasi menjadi sebuah hotel itu berjarak dua jam dari
stasiun pusat.” Ucap Hae Ra mengangkat telp dari meja kerjanya.
Soo Ho
turun dari mobil dan masuk ke dalam sebuah rumah yang cukup luas dengan pelayan
yang menyambutnya. Wajahnya terlihat sangat tampan memasuki lorong rumah dan
juga tangga, seperti Ia hafal semua jalan yang ada didalam rumah.
“Ada desa
yang tenang di dekat kastel itu. Pasar Natal akan segera diadakan di
alun-alunnya.Walau sempat ada beberapa pekerjaan perbaikan, kastelnya tetap
sama seperti 400 tahun lalu. Seorang kesatria tinggal di sana pada abad
pertengahan. Rumornya pria dari Hong Kong atau negara Asia lainnyamenjadi
pemilik kastel itu.”
“Namun
dia hampir tidak pernah datang ke sana. Entahlah. Pasti dia sangat kaya sampai
bisa mengurus kastel. Ya, ada yang mengatakan dia mafia Asia dan bermata satu.
Banyak rumor tentang dia. Namun tidak seorang pun pernah melihatnya.”
Soo Ho
akhirnya masuk ke sebuah ruangan, Ia melihat sebuah kartu ucapan yang
bertuliskan "Soo Ho, semoga kamu bertemu wanita di di Natal ini"
wajahnya terlihat datar.
“Ada sebuah
legenda tentang kastel itu. Jika kita menemukan tulisan cakar ayam samar di
kamar atap, doa kita akan terkabul.”
Soo Ho
membuka sebuah kotak, ada dua gambar ksatria dan Tuan Putri seperti wayang dan
juga foto seorang anak kecil yang ada dalam figura. Ia seperti mengingat suara
seseorang
“Saat
kita bertemu lagi, kukira kita akan bersama selamanya.” Ucap Hae Ra dengan
tatapan sedih. Soo Ho seperti mengingat
kata-kata seorang anak “Mari kita bertemu di sana saat Natal tiba.”
Ternyata
Soo Ho tinggal di kastil yang besar berada ditebing dan ada pengunungan Alpen
yang sangat indah. Sementara Hae Ra duduk didepan meja kerjanya, wallpaper
layar komputernya adalah kastil yang ditempati Soo Ho dan juga foto dengan
keluarganya serta foto pria dengan pakaian Jaksa.
“Benar.
Anda tidak tertarik dengan tulisan cakar ayam. Aku akan mencarikan jadwal
penerbangannya sekarang. Penerbangan pekan depan ada di hari Selasa, Rabu,
Kamis, dan Jumat. Ada juga penerbangan yang transit di Istanbul... Baiklah,
akan kucarikan untuk Anda sekarang. Apa Mau kupesankan hotel kastel itu untuk
Anda juga?” tanya Hae Ra
“Ya,
tolong pesankan... Akan seru jika si pemilik dengan rumor itu juga bergabung
denganku di sana. Aku tunggu teleponmu.” Kata Jang Baek Hee yang terlihat
elegan dengan rumah yang misterius.
Ia
berjalan di lorong rumah dan berdiri menatap jendela terlihat bulan purnama
yang sangat terang.
Flash Back
Zaman
Joseon, seorang wanita di ancam dengan sebuah pedang seperti melakukan sebuah
kesalahan. Hae Ra di masa itu terlihat akan dihukum dan Soo Ho yang
menyelamatkanya saat ada didalama air. Seorang mengatakan kalau Pria itu bukan
miliknya.
“Jika ada
kehidupan berikutnya, tolong lahirlah di tempat yang indah.” Ucap Soo Ho
menatap Hae Ra yang ada didepanya.
“Sekarang,
semua harus kembali ke tempatnya.” Ucap Baek Hee dengan tatapan misterius.
Hae Ra
duduk dengan melihat jendela kalau bulan penuh yang sangat terang, lalu
menuliskan pesan untuk pacarnya “ Sayang, aku lembur lagi malam ini. Karena
maskapai penernangan Eropa sedang mogok malam ini, jadi aku harus begadang.”
Seorang
pria membalas pesan Hae Ra, terlihat tampan dari bayangan disebuah kamar “Kau
Pasti lelah, Hae Ra. Aku juga masih di Kejaksaan, Baru selesai dan akan segera
pulang. Kirimi aku pesan setelah kau di rumah. Sampai besok.. Aku juga sangat
merindukanmu.”
Pacar Hae
Ra ternyata ada disebuah suite room melempar ponsel di ranjang terlihat ada
pakaian dalam wanita. Ia duduk disofa dengan gaya seperti chaebol meminum wine,
sampai akhirnya di kejutkan dengan bunyi bel kamarnya.
Soo Ho
melihat botol anggur dan tahu kalau itu bukan anggur yang tertera di kontrak
dengan berbicara mengunakan bahasa Prancis.
Si pria mengejek apakah Soo Hoo sudah baca kontraknya dengan benar. So Hoo
terlihat marah langsung membanting botol begitu saja.
“Pak,
anggurnya 6.500 dolar!” teriak Si pria panik
“Aku
tidak akan tanda tangani dokumen itu... Hati-hati. Jangan terluka.” Ucap Soo
Hoo berjalan keluar dengan wajah penuh amarah.
Seorang
Pria tua datang ke tempat Soo Ho meminta aaf sudah mengganggu tengah malam
begini. Soo Ho pun menyuruh si pria untuk duduk, Si pria dengan kepala beruban
kembali meminta maaf karena mengganggu liburanya. Soo Ho seperti tak ingin
berlama-lama bertanya apa yang diinginkan.
“Soo Ho,
siapa sebenarnya kau? Apa kau seorang pembunuh? Semua pesaingmu dan orang yang
mencoba merebut kontrakmu mati atau mengalami kecelakaan. Mulai Lorenzo,
Joseph, Antonio...” ucap si pria yang langsung disela oleh Soo Ho
“Apa aku
membunuh mereka?” tanya Soo Ho yang sempat terdiam.
“Kami
juga sudah memeriksa alibimu. Kurasa kau dianugerahi sebuah berkat khusus dari
Dewi Fortuna. Maaf anakku sudah tidak sopan. Dia jatuh cari tangga di gudang
anggur. Itu belum pernah terjadi.” Ucap si pria dan si anak terlihat tanganya
panah membungkuk meminta maaf pada So
Hoo
‘”Aku
datang untuk mengatakan bahwa ingin tanda tangan dokumen itu.” Kata Si pria
dengan mendekati Soo Ho ingin berjabat tangan. Soo Ho hanya menatapnya.
Hae Ra
sibuk menempelkan tag harga pada jaketnya, sambil mengeluh akalu semua label
desainer seperti ini, karena tidak bisa memasang label harganya lagi. Teman Hae
Ra, Kang Joo Hee mendekat kalau Sudah banyak yang memakai peniti untuk label
harga.
“Mereka
melakukannya karena orang-orang sepertimu. Orang yang memakainya sekali dan
menjualnya lagi.” Ucap Joo Hee melihat Hae Ra y yang sibuk agar bisa
mengembalikanya.
“Hei,
lihat ini. Ini terlihat baru, bukan?” kata Hae Ra tapi Labelnya jatuh lagi saat
baju di angkat. Joo Hee membantu Hae Ra memasangkan label harga karena ada telp
di meja Hae Ra.
Hae Ra
mengangkat telp seperti pelangganya, terdengar suara Kim Young Mi bertanya
apakah sudah memakai baju yang dikirimkan hari ini dan memastikan tidak
menjualnya dan berharap sudah memakainya. Hae Ra pikir Young Mi akan lihat
nanti.
“Putra
sulung Grup Ji Myeong akan datang hari ini. Apa Pacarmu akan datang?” ucap
Young Mi melirik seorang pria yang duduk disampinganya. Hae Ra mengatakan
“Aku
tidak sabar menemui pacar jaksa tersayangmu.” Ucap Young Mi.
“Apa Kau
sudah memilih tempat bulan madumu? Pesanlah dariku. Akan kuberikan harga
khusus.” Kata Hae Ra
Seorang
pria tua masuk ruangan berteriak-teriak mencari Hae Ra. Hae Ra melihat pria itu adalah Tuan Cho
Perusahaan Dagang Tae Gon. Tuan Cho melihat Hae Ra langsung memberikan pukulan
pada wajah Hae Ra sampai terjatuh. Semua karyawan kaget dan binggung langsung
menahan Tuan Choi da membantu Hae Ra bangun.
“Apa kau
sengaja menyusahkanku? Istriku mengecek ponselku setiap hari.d dan Bisa-bisanya
kau mengirimiku pemesanan onsen di sini?” ucap Tuan Cho marah
“Ini
perjalanan Anda dengan wanita lain. Dan aku tidak mengirimkan pesan sesuai
permintaan Anda. Tapi Itu dikirim dari hotelnya di Jepang.” Ucap Hae Ra berani
melawan. Tuan Cho ingin memukul tapi ditahan oleh pegawai lain.
“Aku akan
memakai agen perjalanan lain untuk perjalanan bisnis perusahaan kami mulai
sekarang.” Ucap Tuan Cho akan meninggalkan ruangan.
“Apa Anda
tidak mau minta maaf? Aku akan menyerahkan rekaman kamera pengawas sebagai
bukti dan Anda akan kulaporkan atas penganiayaan.” Ucap Hae Ra menunjuk ke arah
CCTV.
Soo Ho
bertemu dengan Marco di rumahnya. Marco mengataakn baru tiba dari perjalanan
bisnis ke Roma dan bertanya apakah wanita itu akan datang tahun ini. Soo Hoo
hanya terdiam. Marco pikir wanita harus datang dan ia juga harus menyampaikan
sesuatu padanya.
“Aku akan
bilang "Untuk menepati janji di masa kecilnya, Soo Ho menghidupkan kembali
kastel tua ini." Aku ingin berterima kasih kepadanya.” Ucap Marco
“Marco...
Aku akan ke Korea untuk mencarinya. Tapi mungkin dia tidak mengenaliku.” Kata Soo
Ho. Marco terlihat binggung.
Kepala
Tim melihat keadaan Hae Ra memastikan kalau baik-baik saja dan mengumpat marah
pada Tuan Cho, lalu mememarahi Joo Hee yang tidak menghentikannya. Young Mi
mengaku sudah mencoba.Ponsel Hae Ra berdering dan dikagetkan kalau itu dari Kantor
Polisi
“Kami
sedang menginvestigasi sebuah kasus dengan Jaksa Choi. Bisakah Anda datang
untuk membantu?”
Hae Ra
sudah sampai kantor polisi berpikir kalau harus melaporkan Pak Cho juga dan masuk ke ruangan "Divisi
Pidana" lalu memanggil pacarnya yang sedang duduk. Si pria terlihat malu
dengan tangan yang di borgol. Hae Ra mendekat bertanya apa yang terjadi.
“Ada apa
ini? Kenapa kau tidak bisa dihubungi hari ini? Apa kau terlibat skandal
politik? Apa Kau difitnah?” ucap Hae Ra. Si Pria terus menghindar.
“Choi Ji
Hoon... Bisa-bisanya kau melakukan ini padaku?” teriak Seorang wanita langsung
menendang Ji Hoon. Hae Ra kaget meminta agar tak melakukanya, polisi pun
menahan diri si wanita.
“Teganya
kau?!!! Kembalikan 80.000 dolarku.”teriak si wanita. Hae Ra ingin tahu apa
sebenarnya yang terjadi.
“Apa Dia
memeras wanita lusuh seperti itu juga? Orang ini penganggur. Dia bukan jaksa.” Teriak
Si wanita. Hae Ra mulai marah berdiri membela Ji Hoon.
“Hei..Dengar...
Kurasa kau keliru. Kau tahu Jaksa Kang Jae Sool dari Kejaksaan Seoul, kan? Aku
sering melihatnya menyapa jaksa itu. Jadi...” ucap Hae Ra dan saat itu polisi
menyela
“Ibunya lama
menjadi ibu asrama di Sillim. Jadi, dia kenal dengan banyak petugas hukum.” Kata
Polisi. Hae Ra kaget mendengarnya.
Keduanya
akhirnya duduk bersama, Hae Ra hanya terdiam ternyata suaminya berbohong. Ji
Hoon melihat bibir Hae Ra yang terluka, Hae Ra hanya melirik sinis. Ji Hoon
pikir bisa mengerti kalau tidak seharusnya aku mengatakan ini sekarang dan
mengaku tapi sangat menyukai Hae Ra.
“Aku tidak
pernah minta uang darimu... Itu Tidak pernah. Apa Kau tidak tahu alasannya?
Karena aku mencintaimu.” Akui Ji Hoon.
“Kenapa
kau bohong? Kenapa kau pura-pura menjadi jaksa kepada gadis miskin sepertiku?”
kata Hae Ra.
“Aku
kasihan kepadamu. Aku mengasihani semua tentangmu.” Akui Ji Hoon. Hae Ra
melonggo kaget mendengarnya.
Young Mi
menyapa semua tamu bersama dengan Park Gon,
lalu mengenalkan pada Gon tamu yang datang putri bungsu Ketua Jung. Ia
lalu menyapa salah seorang pria. Young Mi memberitahu kalau Pacar temannya
adalah Jaksa Choi Ji Hoon dan bekerja di Kejaksaan Agung, di tim perancanaan
informasi kriminal.
“Pasti dia
anggota tim paling elite atau Bisa jadi dia calon Menteri Hukum.” Ucap si pria
yang tak mengenal Ji Hoon.
“Kita
lihat saja nanti... Seharusnya mereka sudah tiba.” Ucap Young Mi menunggu Hae
Ra datang dengan pacarnya.
Ji Hoon
menjelaskan Hae Ra punya pacar jaksa dan menjadi sangat percaya diri jadi merasa bersalah, maka dari itu ia tidak bisa
memberitahumu atau meninggalkannya. Hae Ra ingin tahu apa yang dilakukan dengan
uang para wanita itu. Ji Hoon pun mengeluh Hae Ran yang menanyakan itu.
“Aku
sangat menyukaimu. Kau hangat, pendengar yang baik, dan yang paling penting, aku
lebih menyukaimu dahulu karena kau jaksa.” Akui Hae Ra. Ji Hoon mengeluh karena
mengetahui alasanya.
“Namun
sekarang, Kurasa aku bisa mencintaimu walau kau bukan jaksa. Beri aku sedikit
waktu.” Akui Hae Ra.
“Kau tidak
boleh melakukan itu, Hae Ra. Kau akan menderita selamanya jika hidup seperti
itu.” Ucap Ji Hoon.
“Kembalikan
semua uang itu dahulu dan Cobalah menghindari hukuman penjara.” Pinta Hae Ra.
“Hae Ra,
aku tidak mau menemuimu... Aku tidak suka wanita miskin. Jadi Dengar aku
baik-baik, Kau harus lari, jika seorang kaya mendatangimu dan bilang
mencintaimu.” Kata Ji Hoon. Hae Ra binggung kenapa Ji Hoon berpikiran seperti
itu.
“Kau anak
yatim dan menafkahi bibimu. Tidak ada yang mau memacarimu. Jadi, persiapkan
dirimu untuk hidup sendirian. Jangan tergoda karena kesepian.” Kata Ji Hoon.
Hae Ra bisa
mengerti, Ji Hoon menyuruh Hae Ra agar lari jika seorang pria baik-baik
mendekatinya, Entah seorang pembunuh atau mengincar organnya. Dan mengaku kalau
mengatakannya karena cemas. Hae Ra sangat
marah membalikan meja mengaku bahagia karena berkencan dengan Ji Hoon.
“Terima
kasih karena sudah mempermainkanku.” Ucap Hae Ra.
“Benar.
Larilah seperti ini dan Jangan lupa.” Teriak Ji Hoon. Hae Ra keluar dari polisi
membiarkan
Tuan Park
Cheol Min melihat beberapa rumah betanya Berapa harga per tiga meter persegi.
Seorang mengatakan Harganya 9.000 dolar, dan terus meningkat. Tuan Park mengeluh
kalau kota kecil jelek begitu mahal. Saat itu Hae Ra yang berjalan sempoyongan
bertemu dengan Tuan Park.
“Bukankah
kau Hae Ra? Kudengar Gon dan Young Mi mau menemuimu hari ini. Apa Kau tidak
pergi?” ucap Tuan Park. Hae Ra hanya diam
“Aku
datang untuk melihat sebuah bangunan di kota ini. Kenapa kau terlihat muram?
Apa Kau menangis?” kata Tuan Park. Hae Ra memilih untuk segera pergi. Tuan Park
mengeluh Hae Ra yang tidak sopan seperti ayahnya lalu berjala pergi.
Sekertaris
Soo Ho memberitahu Sesuai prediksinya Ketua Park sedang mengembangkan area itu,
kalau membeli bangunan-bangunan di area itu. Soo Ho melihat dari komputernya,
berita dan foto-foto tentan Ketua Park. Sek Soo Ho memberitahu Ada agen real
estat dan manajer bank yang bekerja eksklusif untuknya.
“Dia
bahkan mengajukan pinjaman untuk membeli bangunan.” Ucap Sek Soo Ho.
“Aku akan
mengurus orang ini.” Kata Soo Ho dengan mata menerawang jauh.
Flash Back
Soo Ho
mengayuh sepedanya, berteriak memanggil ayahnya saat melihat gudang mulai
terbakar. Saat itu seseorang keluar dari ruangan, Soo Ho meminta tolong si
paman agar bisa menolongnya dengan menarik kakinya. Tapi Si pria seperti tak
peduli, Soo Ho bisa melihat dari balik masker kalau itu adalah Tuan Park.
Akhirnya
Soo Ho masuk kedalam gudang untuk menyelamatkan ayahnya, dan saat itu gedung
pun meledak.
Soo Ho
dengan wajah tertunduk masuk ke sebuah ruang. Tuan Jung datang memberitahu
anaknya kalau mengenal sahabat ayahnya itu, dan Soo Ho adalah putra Doktor
Moon. Hae Ra melihat Soo Hoo yang memiliki luka bakar dan seorang Genius
matematika.
“Soo Ho
akan tinggal di rumah kit di setiap liburan dan akhir pekan mulai sekarang.
Kami ada pelatihan. Dia akan membantumu dengan pelajaranmu.” Ucap Tuan Jung
mengajak Soo Ho masuk ke dalam rumah.
Soo
Ho mengajarkan matematika untuk Hae Ra
dikamar. Tapi Hae Ra malah tidur dengan bertopang dagu, sampai akhirnya terbangun dan meminta agar bermain selama satu jam sebelum melanjutkan.
Soo Ho menolak menyuruh Hae Ra menyelesaikan sebelum kau pergi. Hae Ra
merengek.
“Apa Kau
tidak takut padaku?” tanya Soo Ho. Hae Ra pikir tak ada alasan harus takut.
“Apa
Karena bekas lukamu? Kau bisa menggiling kentang untuk meringankan luka bakar.
Jangan khawatirkan itu.” Kata Hae Ra yang bersikap optimis.
“Apa kau
memang baik atau bodoh?” ejek Soo Ho
“ Aku
menghormatimu, itu saja. Aku sangat payah dalam matematika.” Kata Hae Ra
memperlihatkan gaya imut yang mengoda.
“Kukira
bahasa Korea juga terburuk.” Ejek Soo
Ho.
Soo Ho
bertanya apakah Sek Soo Ho masih tidak
tahu di mana Jung Hae Ra. Sek Soo Ho memberitahu Pak Jung dan istrinya
dilaporkan sudah meninggal. Soo Ho pikir tak masalah dengan hal itu karena
hanya ingin mengetahui kalau Hae Ra masih hidup.
“Perusahaannya
sudah bangkrut. Mereka kehilangan rumah mereka juga. Kelihatannya situasi
mereka juga sulit.” Ucap Sek Seo Ho
“Bisakah
kau mencari tahu apa dia mengganti namanya? Aku harus menemukannya” kata Soo Ho
lalu menutup telpnya merasa kalau Mungkin itu karena dirinya.
Pemilik
rumah memanggil Hae Ra karena tidak
menjawab ponsel seharian. Hae Ra menatap binggung. Si Bibi mengaku tidak ingin
mengungkit tapi harus memberitahumu, jadi menunggunya. Hae Ra ingin tahu ada
apa memangnya.
“Aku
tidak mau mengatakan ini karena tahu situasimu, tapi kau harus pindah sampai
bulan depan.” Ucap si Bibi. Hae Ra binggung kenapa harus pindah.
“Apa Kau
tidak tahu bahwa bibimu mengambil uang jaminannya?” ucap Bibi. Hae Ra melotot
kaget.
Hae Ra
sudah sampai rumah mencari-cari sesuatu, bahkan sampai rumahnya
berantakan. Bibi Lee Sook Hee masuk ke
rumah binggung melihat rumah berantakan dan bertanya Apa yang terjadi berpikir
kalau sedang kerasukan setan.
“Apa yang
Bibi lakukan dengan uang jaminan rumah? Apa yang Bibi lakukan dengan uang sewa
dan biaya hidup yang kuberikan?” ucap Hae ra marah
“Anggaplah
itu pembayaran karena sudah mengerjakan bagianmu.” Ucap Bibi Lee duduk di kursi
dengan nada sinis.
“Apa yang
Bibi lakukan dengan uangku? Selain itu... Kenapa Bibi mengambil pinjaman?” ucap
Hae Ra marah melihat sura pinjama.
“Kau
memanggilku bibi, tapi pada dasarnya kita tidak berkerabat,kan? Aku
diperlakukan dengan buruk sejak masih kecil karena aku adik tiri ibumu.” Keluh Bibi
Lee.
“Aku cuma
menyewa separuh dari rumah ini, tapi semua uangku aku pakai untuk itu.” Ucap Hae
Ra duduk lemas.
“Bibi
sakit parah... Tanpa pil seperti ini, maka bibi bahkan tidak bisa tidur. Kau
tidak tahu? Kau tidak pernah memikirkan bibi karena sibuk memacari pria itu.”kata
Bibi Lee juga marah
Hae Ra
berteriak histeris meminta agar Bibi Lee mengembalikan uang miliknya. Bibi Lee
akhirnya memberikan sebuah berkas pada Hae Ra untuk melihatnya. Hae Ra melihat
itu surat "Kontrak Pembelian Real Estate" merasa tak percaya kalau
Bibi Hae Ra membeli sebuah rumah?
“Kau juga
melihatnya saat kita melintas, Itu Ada di samping pasar.” Ucap Bibi Lee.
“Apa
maksudmu, Rumah rusak bergaya Korea itu?” tanya Hae Ra
“Itu akan
segera dikembangkan, jadi, bibi membelinya tapi rumah itu terdaftar sebagai
Area Konservasi Hanok.” Akui Bibi Lee merasa sedih.
“Bibi
tidak tahu itu akan terjadi dan membeli rumah yang tidak bisa kita tinggali,
bahkan mengambil pinjaman.” Kata Hae Ra
terlihat sangat frustasi.
“ Itu akan
seperti memenangkan lotre jika area itu kembali dikembangkan.” Kata Bibi Lee.
“Mari
kita mati bersama, Bibi.” Kata Hae Ra mengambil pil banyak dalam botol dan
langsung memakanya. Bibi Lee panik menyuruh Hae Ra agar memuntahkanya.
“Bibi
tidak akan melakukan ini jika memikirkan aku. Bibilah yang tahu betapa kerasnya
hidupku. Dan Tega Bibi melakukan ini? Bagaimana bisa Bibi melakukan ini padaku?”
kata Hae Ra benar-benar kehilangan akal sehat.
Bibi Lee
meminta Hae Ra agar memuntahkanya karena bisa mati, Hae Ra mengajak bibinya
agar mati bersama dan mememberikan pil juga untuk bibinya. Bibi Lee mencoba
menghindar bahkan sampai berbaring di lantai. Young Mi dan Gon datang kaget
melihat keadaan rumah dan juga Hae Ra.
Young Mi
melihat baju Hae Ra yang masih di pasang Price tag lalu menariknya karena sudah
mendua dan temanya itu sangat pelit. Hae Ra duduk lemas. Young Mi mengeluh Hae
Ra yang tak datang. Gon ingin tahu apa yang terjadi. Hae Ra akhirnya memilih keluar dari rumah dengan
udara yang dingin.
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar