Esok
paginya
Shi Kyung
masuk rumah, memanggil ibu dan Kim Bom dengan kepala diangkat. Nyonya Oh
mengeluh dengan yang dilakukan Shi Kyung di pagi hari. Shi Kyung meminta agar
membangunkan Kim Bom. Nyonya Oh ingin tahu Kenapa mencari Bom
“Aku
terjaga sepanjang malam untuk belajar,
dan mimisan.” KatShi Kyung bangga. Nyonya Oh menyuruh Shi Kyung agar
membersihkan karena itu menjijikkan.
“Aku
harus mengirim foto ke Bom dulu.” Kata Shi Kyung
“Bom
pulang ke Seoul saat tengah malam, karena Ibunya ingin dia datang.” Kata Nyonya
Oh menyuruh agar anaknya agar mengusap darahnya.
“Jadi,
aku tidak perlu membaca dan belajar untuk sementara waktu? Sayang sekali.” Kata
Shi Kyung bahagai.
Ia
meminta agar ibunya agar mengambil foto dengan ponsel ibunya. Nyonya Oh menolak
karena sibuk. Shi Young pun akan
membantu dan bertanya dimana foto ibunya. Nyonya Oh mengatakan diatas meja. Shi
Kyung dengan bangga memperlihatkan mimisanya dengan mengangkat dua jari di
wajahnya.
Nyonya Oh
memperlihatkan foto Shi Kyung pada Bom yang kembali dirawat di rumah
sakit. Bom bisa tersenyum melihat,
Nyonya Oh meminta Bom agar mendengar ucapanya dan jangan salah paham.
“Kau
bilang akan berusaha membuat Shi Kyung berhenti menyukaimu. Jadi, aku
membiarkanmu tinggal bersama kami. Aku tidak tahan untuk melihatnya lagi...
Bom, terlalu berisiko untuk tinggal di sini lebih lama lagi jadi Pergilah ke
Seoul dan mendapatkan kemoterapi.” Ucap Nyonya O memohon
“Ahjumma.
Ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu
juga.” Ungkap Bom.
Shi Kyung
akan masuk dan melihat Nyonya Jeom lalu berusaha untuk menghindar, tapi Nyonya
Jeom memanggilnya lebih dulu dan mengaku tidak ingin membicarakannya dan akan
mengatakan yang Sejujurnya...
“Ajusshi,
apa kau benar-benar tidak akan menemui wanita yang menunggumu di luar? Dia
hanya mengambil cuti atau semacamnya, jadi harus kembali ke penjara besok.
Bahkan setelah kau menghilang, dia tetap bersama anggota geng Lalu, dia
ditangkap.” Kata Shi Kyung
“Hentikan.”
Pinta Tuan Kim seperti tak ingin mendengarkanya.
“Apa Ajusshi
tahu kenapa dia tidak pergi? Itu Agar dia tetap bisa berada di sana jika
Ajusshi kembali.” Kata Shi Kyung berusaha untuk menyadarkanya. Tuan Kim
menyuruh Shi Kyung diam karena tak tahu apapun.
“Aku
tidah tahu. Aku memang tidak tahu
apa-apa! Tapi, apa kau tahu betapa egoisnya dirimu, Ajusshi? Jika itu aku, maka
aku pasti sudah menemuinya.” Tegas Shi Kyung
“Aku
melakukan semuanya demi dia! Jika aku tidak mendorongnya pergi, dia akan menderita
selama sisa hidupnya!” kata Tuan Kim
“Itu
hanya pendapat Ajusshi. Apa itu berakhir jika kau menghapus perasaanmu? Apa
semuanya akan menjadi mudah jika kau menghapus perasaanmu? Dengan Berpura-pura
Anda tidak menyukai seseorang dengan tidak mengakhiri perasaan Anda terhadap
mereka. Anda hanya menjadi pengecut!” tegas Shi Kyung marah
Tuan Kim
ingin marah, tapi tiba-tiba tubuhnya jatuh dan tak sadarkan diri. Shi Kyung
panik mencoba menyadarkanya agar bisa bangun.
Dokter Lee
keluar dari ruangan IGD meminta perawat agar memberikan infus dan periksa
urinnya. Shi Kyung menahan Dokter Lee pergi bertanya kenapa Tuan Kim yang belum
bangun dan ingin tahu keadaan apakah baik-baik saja.
“Ini
uremia, adalah keracunan urin. Ginjal tersumbat akibat kanker, sehingga dia
tidak bisa buang air kecil dengan baik. Hal itu bisa menyebabkan kematian.”
Ucap Dokter Lee. Shi Kyung makin binggung.
“Kami
sudah merawatnya, tapi dia harus melewati hari ini. Dia perlu buang air kecil dengan
baik. Aku khawatir. Seseorang harus mengawasinya hari ini.” Kata Dokter Lee.
Shi Kyung langsung mengatakan kalau akan melakukanya.
Shi Kyung
menunggu didalam ruangan, saat itu Nyonya Jeom akhirnya masuk membersihkan
tangan Tuan Kim pelahan. Tuan Kim terbangun melihat Nyonya Jeom dan akhirnya
keduanya hanya bisa menangis dan tangan Tuan Kim memegang wajah Nyonya Jeon.
Shi Kyung melihat keduanya akhirnya keluar dari ruangan.
Bom
diam-diam keluar dari kamar sambil menelp, lalu bertanya pada Shi Kyung apakah
Tiam Kim tidak dalam masa kritis lagi. Shi Kyung membenarkan kalau sudah buang
air kencing dan demamnya turun. Bom pun bisa mengucap syukur.
“Aku
ingin menyampaikan sebuah pengakuan.” Kata Shi Kyung. Bom ingin tahu Pengakuan
seperti apa
“Aku sangat
menyesal, tapi. Untuk sesaat, aku senang kau berangkat ke Seoul. Membaca dan
belajar, Melakukan hal-hal yang tidak biasa aku lakukan bisa membunuhku. Kau
melihat hidungku berdarah, kan?” kata Shi Kyung. Bom membenarkan.
“Bagaimanapun...
Aku tidak ingin seperti menambahkan alkohol kedalam alkohol atau air kedalam
air. Aku ingin berusaha. Tidak...bisa melihatmu
itu lebih sulit daripada membaca atau belajar.” Kata Shi Kyung
“ Lee Shi
Kyung, aku juga punya pengakuan. Kau tidak perlu belajar. Tidak apa-apa suka
main game. Aku suka dirimu apa adanya, Lee Shi Kyung.” Ucap Bom
“Lalu,
kenapa kau bersikap seperti Ibu?” ucap Shi Kyung heran. Bom ingin tahu kenapa
bersikap seperti itu
“Hm, Ibu
menyuruhmu untuk melakukannya? Itulah sebabnya dia setuju untuk membiarkanmu
tinggal bersama kami lagi.” Kata Shi Kyung
“Yah.. Begitulah
cara berpikir Bernard.” Ejek Bom terata
“Kapan
kau kembali? Aku merindukanmu.” Ungkap Shi Kyung. Bom seperti tak percaya.
Keduanya saling menelp tanpa tahu kalau jarak mereka hanya beberapa meter di
lorong.
Esok
paginya,
“Ya, aku
akan mendapatkan kemoterapi seperti yang Ajumma sarankan. Ibuku menemukan
beberapa rumah sakit di Seoul. Sebagai imbalannya, sebelum aku pergi ke rumah
sakit, bisakah aku terusmenemui Shi Kyung?” kata Bom. Nyonya Oh bisa berseri
mendengarnya.
Guru BP
menuliskan kalimat “The show must go on.” Di papan tulis lalu dikagetkan dengan
melihat Bom yang masuk kelas dan langsung duduk di tempat duduknya. Shi Kyung
melihat Bom yang datang langsung tersenyum bahagia. Suara gadung pun terdengar,
Guru BP menyuruh mereka untuk tetap tenang.
“Kenapa
Bapak membawa ungkapan ini berkenaan dengan etika profesional? "The show
must go on."” Ucap Guru BP terus berbicara sementara Shi Kyung sibuk
mengirimkan pesan pada Bom.
“Aku
benar-benar terkejut.” Tulis Shi Kyung. Bom membalas kalau Shi Kyung pasti
senang.
“Aku
sangat senang, sampai ingin menangis. Kau bilang akan berada di Seoul beberapa
hari lagi.” Balas Shi kyung
“Tiba-tiba
aku ingin duduk bersama Bernard.” Ungkap Bom. Shi Kyung bertanya apa yang akan
mereka lakukan
“Aku
hanya ingin bergaul dengan Bernard.” Tulis Bom. Shi Kyung tertawa agarkarena
Bom mengatakan Lelucon yang sangat konyol.
Guru BP
melihat Shi Kyung yang sibuk dengan ponselnya lalu mendekat dan mengulurkan
tangan. Shi Kyung kaget dan akhirnya pasrah memberikan ponselnya. Guru BP
menyuruh Shi Kyung agar bisa membaca tulisan di papan tulis. Si Kyung bisa
membaca “The show must go on.” Guru BP meminta artinya.
“Acara
harus dilanjutkan?” ucap Shi Kyung. Semua anak murid langsung bergemuruh. Guru
BP menyuruh semuanya kembali diam.
“Kenapa
acara harus dilanjutkan?” tanya Guru BP
“Jika
acara berhenti, mereka harus memberikan pengembalian uang. Atau, karena mungkin
orang-orang akan menulis komentar yang buruk?... Ah, apa yang harus kukatakan? Bagaimana aku bisa kabur
dari telapak tangannya?” Gumam Shi Kyung kebingungan..
“Oh, Pak
Guru! kurasa aku harus pergi ke ruang UKS.” Ucap Shi Kyung siap pergi dengan
wajah bahagia. Guru BP menahanya
“Lee Shi
Kyung kami sangat murni. Dia begitu murni dan transparan sehingga aku bisa melihatnya
menembusnya.”sindir Guru Bp
“Tidak,
aku mengatakan yang sebenarnya. Aku merasa sangat mual. Sepertinya aku akan
muntah.” Kata Shi Kyung menyakinkan.
“Baiklah,
kau pergi kesana dan merenung. Datanglah ke ruang guru begitu kau memiliki
jawabannya. Sampai kau menemukan jawabannya, maka aku akan menyita ponselmu.” Kata
Guru BP. Shi Kyung hanya bisa menghela nafas panjang.
Shi Kyung
berbaring di kasur UKS, merasa kalau
tempatnya bagus dan nyaman jadi Sempurna untuk tidur. Ia pikir akan sering
datang bersama Bong Gu selama tahun senior.
Ga Ram datang menyuruh Shi Kyung berhenti tidur dan bangun sekarang.
“Shi
Young dan yang lainnya sudah berada di ruang pemakaman. Ayo ke sana.” Ucap Ga
Ram
“Ruang
pemakaman? Apa ada yang meninggal?” tanya Shi Kyung akhirnya duduk diatas
tempat tidur
“Hospice sedang
mempersiapkan pemakaman untuk orang yang meninggal. Anak-anak ada di sana untuk
mempersiapkan pemakaman orang yang hidup.” Jelas Ga Ram
“kau
bilang Pemakaman orang yang hidup? Apa
itu?” tanya Shi Kyung binggung.
“Itu
mirip dengan pengalaman kematian. Itu adalah salah satu acara sekolah kita. Sama
seperti namanya. Itu adalah pemakaman bagi seseorang yang masih hidup.” Jelas Ga
Ram. Shi Kyung menolak karena tidak ingin mengalaminya.
“Kita
harus menyiapkan pemakaman dan film itu. Ini sesuai dengan catatanmu, jadi ini
sangat penting.” Kata Ga Ram .Shi Kyung pikir tak masalah karena tidak akan
melakukannya dan kembali tertidur.
Yeon Jung
bertanya Apa pemakaman orang yang hidup harus diadakan di ruang pemakaman dan Min
Suk berpikir kalau melakukannya di rumah, seperti pemakaman tradisional. Shi
Kyung datang dengan Bom bersama, Ga Ram kaget melihat temanya akhirnya datang
juga.
“Bom
ingin melakukannya. Menurutnya itu menyenangkan.” Kata Shi Kyung akhirnya duduk
bersama dengan teman-temanya.
“Berapa
banyak yang sudah kalian diskusikan?” tanya Bom. Yeon Jung memberitahu mereka
yang baru mulai.
“Mari
kita bahas konsepnya nanti dan putuskan siapa yang akan menjadi bintangnya. Siapa
yang ingin melakukannya?” kata Yeon Jung. Bom langsung mengangkat tanganya
kalau ingin melakukannya.
“Ini Bom
yang belum pernah kulihat. Hal ini sangat tidak biasa.” Gumam Shi Kyung
“Oh, Kim
Bom... Apa Kau mengajukan diri lebih dulu untuk sesuatu seperti ini?” komentar
Ji Hye tak percaya
“Dia
mengajukan diri lebih dulu. Mari kita berikan pada Bom saja.” Kata Ga Ram.
“Tidak!
Aku menentangnya.” Kata Shi Young menolak. Shi Kyung heran padahal Bom ingin
melakukannya jadi kenapa harus menentangnya
“Karena
itu pilihanku!” tegas Shi Young. Yeon Jung pikir apakah Shi Young akan
melakukanya.
“Baiklah,
Ga Ram dan aku akan melakukannya.” Kata Shi Young. Ga Ram binggung di tunjuk
dengan tiba-tiba.
“Kenapa
kau melibatkan Ga Ram? Biarkan saja Bong Gu melakukannya.”ucap Shi Kyung kesal.
Shi Young
terus menolak Bom yang melakuanya, Bom hanya bisa diam saja. Shi Kyung ingin
tahu alasan adiknya tak ingin Bom melakukannya. Shi Young dengan berani mengaku
kalau ia da Ga Ram berpacaran. Shi Kyung kaget begitu juga Ga Ram. Semua hanya
tersenyum, Ki Hoon pikir Shi Kyung tak tahu karena mereka semua sudah tahu. Shi
Kyung tak percaya kalau semua tahu kecuali dirinya.
Tuan Kim
terlihat senang karena ada yang memijatnya, Nenek Kim masih saja memberikan
pijatan pada pasien dengan memberikan pijatan lembut agar tak membengkak.
Nyonya Oh melihat dari depan pintu seperti sangat mengkhawatirkan kesehatan ibu
mertuanya. Nenek Kim merasakan ada yang melihatnya, tapi ketika menengok tak
ada siapa-siapa.
“Apa yang
sudah kau lihat selama itu?” tanya Kepala Perawat melihat Nyonya Oh berjalan
lesu. Nyonya Oh binggung menjelaskanya.
“Nenek Duk
Boon sudah mengalami "itu," kan?”
kata Kepala perawat. Nyonya Oh kaget kalau Kepala perawat sudah tahu.
“Tugasku
adalah memeriksa gejala pada orang setiap hari.Dan juga, Nenek Duk Boon dulu
sangat menyukai hal-hal itu. Hal ini sangat terlihat pada orang seperti
dirinya. Apa dia sudah minum obatnya?” ucap Kepala perawat. Nyonya Oh
menganguk.
“Dia
sudah meminumnya tanpa memberitahu kami.” Jelas Nyonya Oh. Kepala Perawat pun
mengucap syukur.
“Tidak
lama lagi, akan sulit bagimu untuk menanggung ini sendirian. Kau perlu
memutuskan apa yang akan kau lakukan saat itu.” Pesan Kepala Perawat.
Shi Kyung
berjalan pulang dengan Ga Ram mengaku sangat kecewa karena mengira temanya itu
memiliki standar yang lebih tinggi Tapi menurutnya Lee Shi Young itu bukan
standard wanita dimatanya. Ia merasa Ga Ram juga sedikit kejam karena tidak mengatakan
apapun kepadanya.
“Aku
tidak melakukannya dengan sengaja. Aku juga tidak tahu aku berpacaran dengan
Shi Young.” Ungkap Ga Ram.
“Apa?
Lalu, apa Lee Shi Young sendiri yang mengalami delusi? Apa Dia merencanakan
semuanya dan menyebabkan keributan besar
itu sendirian?” ucap kata Shi Kyung. Ga Ram mengatakan Bukan begitu.
“Kami
tidak pernah benar-benar mengatakan, "Mari mulai berpacaran
sekarang." "Kita berpacaran sekarang, kita pasangan." Sulit
untuk mengatakannya. Tapi Aku juga suka Shi Young.” Jelas Ga Ram.
“Hei...
Park Ga Ram... Aku bertanya karena benar-benar mengkhawatirkanmu. Apa kau
sakit? Apa yang kau suka dari sampah itu? kata Shi Kyung masih tak percaya
Shi Young
berjalan bersama dengan Bom ingin tahu Kenapa tiba-tiba berubah pikiran. Bom merasa seperti menyerah begitu saja dan
tahu ini adalah situasi yang sangat menyedihkan, tapi Tetap saja, harus berusaha
yang terbaik.
“Kau
berbohong, kan? Tentang mendapatkan kemoterapi di Seoul.” Ucap Shi Young
“Tidak.
Itu benar” akui Bom menutupi kalau selama ini di rawat di Hospice.
Shi Young
masuk perpustakaan melihat Ga Ram yang sudah ada didalam, keduanya sempat
terlihat sangat canggung. Akhirnya Shi Young bertanya apakah Ga Ram marah
karena mengatakan kalau berpacaran tanpa memberi tahu lebih dulu. Ga Ram
mengaku tidak.
“Aku
punya alasan.”ungkap Shi Young lalu Ga Ra menuliskan angka dibukunya dan
memperlihatkanya. Shi Young bertanya apa maksudnya.
“Angka
persamaan. Jumlah angka persamaan pada
220 adalah 284. Jumlah angka persamaan pada 284 adalah 220.” Kata Ga Ram. Shi
Young pikir Itu mengagumkan.
“Matematikawan
mengatakan bahwa jumlah persamaan adalah pasangan yang sudah ditakdirkan
bersama.” Jelas Ga Ram
“"Pasangan
yang sudah ditakdirkan bersama."Jadi,
Apa kau bilang kita seperti angka persamaan?”kata Shi Kyung. Ga Ram tersenyum
“Aku sudah
menyiapkannya sebelumnya. Tampaknya terlalu menonjol sekarang karena aku sudah
mengatakan ini.” Kata Ga Ram
“Bukankah
Bernard yang tidak tahu ini? Semua orang
tahu kecuali dia, dan dia terkejut.” Pikir Shi Young
“Selain
Shi Kyung, ada satu orang lagi yang akan terkejut.” Ucap Ga Ram. Shi Young
pikir itu ibunya.
“Jika aku
memberitahu ibuku, aku berpacaran denganmu, dia akan melompat kegirangan.” Kata
Shi Young.
Tuan Park
hanya bisa melonggo melihat Ga Ram dan Shi Young seperti sangat kaget
mengetahui keduanya akhirnya berkencan. Ga Ram pikir dugaanya benar, kalau
ayahnya itu akan terkejut. Shi Young pun bertanya apakah terkejut karena
dirinya atau karena Ga Ram
“Aku
terkejut karena kau, Shi Young. Aku bahkan lebih terkejut karena Ga Ram. Ga Ram
denganmu, Shi Young... Kupikir dia hanya belajar.” Kata Tuan Park tak bisa
menahan tawanya.
“Berapa
lama Anda akan menertawakannya? Aku lapar.” Kata Shi Young, Tuan Park teringat
kalau Nasinya sudah siap jadi meminta Shi young duduk karena akan menyiapkan
makanan yang lezat.
“Hei.. Ga
Ram, kau iblis... Ayah hanya merasa senang, itu saja. Sekarang, Ayah tahu kau
melakukan semua hal yang seharusnya dilakukan oleh seorang anak laki-laki. Ayah
tidak perlu khawatir lagi.” Bisik Tuan Park menarik akanya. Shi Young mendengarnya
hanya bisa tersenyum. Ga Ram lalu merasakan kalau ikan bakarnya gosong.
Shi Kyung
membuatkan toppoki dan menaruh diatas meja dan mengajak Bom untuk makan
bersama. Saat itu Bom akan makan, tapi
garpunya tiba-tiba jatuh dari tanganya dan terlihat bergetar sangat keras. Shi
Kyung tak melihat karena sibuk makan. Bom menyembunyikan tanganya dibawa meja.
“Kenapa
kau tidak makan?” tanya Shi Kyung. Bom meminta agar Shi Kyung bisa menyuapinya.
“Kenapa
kau tidak bilang dari tadi?” kata Shi Kyung dengan senang hati menyuapi Bom,
tanpa melihat tangan Bom yang bergetar.
“Kurasa
aku harus lebih teliti. Maksudku tentang
Shi Young dan Ga Ram. Aku tidak tahu mereka berada dalam hubungan seperti itu.”
Kata Shi Kyung
“Sudah
kukatakan sebelumnya kalau aku mencurigainya.” Ungkap Bom. Shi Kyung tak
percaya mendengarnya.
“Aku
tidak tahu standar Park Ga Ram begitu rendah. Oh ya, kenapa kau ingin menjadi
bintang di pemakaman?” tanya Shi Kyung
“Orang
yang menjadi sorotan adalah bintang sebuah acara. Orang yang sekarat adalah
bintang pemakaman.” Jelas Bom
“Ada
berbagai jenis peran utama. Kau bilang
ingin melakukannya, jadi aku mendukungmu, tapi aku tidak menyukainya. Kau
bahkan tidak suka melakukan hal seperti itu.” Ucap Shi Kyung
Bom
memberitahu akan berhenti sekolah tahun depan. Shi Kyung kaget bertanya kenapa.
Bom mengaku sudah memikirkannya saat berbicara dengan guru wali kelas kalau
bisa mencoba belajar tentang seni kuku jadi akan masuk ke sebuah akademi yang
akan segera buka dan ingin membuka toko di New York. Shi Kyung kaget Bom yang
akan pergi New York.
“Ayah,
kau dengar itu, 'kan? Bom akan pergi ke New York tahun depan. Ibu akan memukulku
jika aku memberitahunya kalau aku ingin pergi bersama Bom, kan? Apakah tidak
ada jalan bagiku untuk pergi tanpa tertabrak? Aku juga ingin pergi ke New York.”
Ungkap Shi Kyung berbaring di kamar tidurnya.
Nyonya Oh
terus mengamati Nenek Kim yang sedang mengelap guci. Shi Kyung keluar dari
kamar sengaja seperti mengendap-ngendap dan berdiri tepat dibelakangnya. Nyonya
Oh kaget karena Shi Kyung datang tanpa bersuara.
“Ibu, apa
yang kau lihat?” tanya Shi Kyung binggung. Nyonya Oh mengaku hanya memeriksa
cuaca dan bertanya balik kenapa Shi
Kyung bertanya. Shi Kyung mengaku tak masalah.
“Aku keluar untuk memeriksa cuaca juga.” Ucap Shi
Kyung.Nyonya Oh balik bertanya kenapa
Shi Kyung perlu tahu cuaca
“Ibu, kau
tahu... Jangan menganggap ini terlalu serius. Dengarkan saja. Apa pendapat Ibu
kalau aku belajar di luar negeri di AS tahun depan?” kata Shi Kyung. Nyonya Oh
sedikit kaget.
“Pergilah.”
Gumam Shi Kyung berharap ibunya mengatakan hal yang sama. Nyonya Oh pikir benar
juga.
“Itu
mungkin lebih baik. Tapi, apa kau memiliki nilai untuk belajar di luar negeri?
Apa kau harus mulai sekolah SMA lagi di sana?” kata Nyonya Oh
“Kenapa
Ibu bersikap seperti ini?” gumam Shi Kyung seperti tak percaya
“Baiklah,
Ibu akan memikirkannya... Hei, tetaplah di sini. Tunggu sampai Nenek masuk,
mengerti?” pesan Nyonya Oh lalu masuk ke dalam rumah lebih dulu.
Shi Kyung
mendekati nenek Kim, sambil mengeluh ibunya yang bersikap seperti itu dan
bertanya Apa ada yang terjadi di Hospice. Nenek Kim bertanya Seberapa jauh
hubungan Shi Kyung dengan gadis itu. Shi Kyung balik bertanya apakah maksudnya
Bom dan ingin tahu Kenapa Nenek Kim bertanya.
“Apa dia
menamparmu?” tanya Nenek Kim. Shi Kyung pikir Tidak sejauh itu...
“Baguslah...
Tidak peduli seberapa besar kau menyukainya, jangan membuatnya menamparmu. Begitu
kau ditampar, semuanya sudah berakhir.” Kata Nenek Kim
“Kami
belum pergi sejauh itu. Nenek, kenapa kau bertanya begitu?” kata Shi Kyung
Binggung
“Kau
bilang Nenek? Apa ibumu terlihat tua
bagimu? Seharusnya aku menemui guru wali kelasmu besok, Shi Yoon... Ahh.. Sebaiknya
aku memakai masker wajah mentimun.” Kata Nenek Kim. Shi Kyung kaget dianggap
sebagai ayahnya.
Shi Kyung
berlari membuka pintu kamar ibunya, sambil berteriak kalau Nenek bertingkah
aneh. Saat itu juga semua berkumpul di luar rumah, Shi Young langsung jatuh
lemas dan menangis mengetahui penyakit neneknya terkena demensia. Semua pun
sedih karena gejalanya akan semakin parah.
Shi Young
sibuk menuliskan sesuatu. Bom masuk bertanya Kenapa tidak tidur. Shi Young mengatakan
membuat catatan kosa kata untuk Nenek. Bom pikir Shi Young sudah berlebihan.
Shi Young pikir Bom tidak mengenalnya dengan baik.
“Nenekku
adalah orang yang benar-benar rapi. Jika semua barang tidak sesuai pada tempatnya,
dia akan merasa kesal.” Jelas Shi Young.
Shi Kyung
masuk kamar mengajak Neneknya sarapan, lalu dibuat binggung melihat semua
barang di tempel note. Nenek Kim
memberitahu kalau Itu adalah catatan kosa kata yang dibuat oleh Shi Young.
Shi Young dengan menahan rasa sedihnya
memberitahu kalau itu bukan hanya catatan kosa kata.
“Itu
adalah tag nama yang memberi tahumu di mana barang itu berada. Coba Lihatlah...
Ini jarum, benang, dan kotak kerja... Ini radiomu... Ini pakaian pemakaman.” Ucap
Shi Young akhirnya menangis
“Aigoo,
Shi Young... Kenapa kau menangis?” ucap Nenek Kim heran.
“Dia
mungkin sedang datang bulan.” Kata Bom mencoba memberikan alasan. Nenek Kim pun
bisa mengerti.
“Aku terbangun
dan mengira aku berada di tempat suci. Aku sangat khawatir.” Ungkap Nenek Kim
dengan Shi Young menangis di pangkuanya.
“Nenek,
ini mengingatkanku pada stiker penyitaan di rumah kami di Seoul.” Komentar Shi
Kyung. Shi Young langsung berteriak marah.
Yeon Jung
bertanya apakah tidak ada yang keberatan dan memutuskan Bom akan membintangi pemakaman orang yang
hidup lalu bertanya pada Min Suk, apa yang perlu mereka lakukan selanjutnya.
Min Suk mengatakan membutuhkan foto pemakaman, peti mati, dan pakaian
pemakaman.
“Aku akan
mengambil foto pemakamanku sendiri.” Kata Bom
“Aku bisa
mendapatkan baju pemakaman dari nenekku.” Kata Shi Kyung
“Dimana
kita bisa mendapatkan peti mati?” tanya Ki Hoon.
Guru Park
terlihat gugup dengan buku yang ada ditanganya, lalu memanggil Bibi Oh dan
memberikan bukunya bertanya apakah sudah membaca buku itu. Bibi Oh mengaku
belum. Guru Park meminta agar meLihat halaman 55 karena Puisi itu sangat bagus.
Bibi Oh
membukanya, ternyata ada dua buah tiket “Musik: Maria” mulutnya pun hanya bisa
melonggo. Guru Park seperti memberikan kode kalau pertama kalinya bibi Oh membaca puisi itu, Bibi Oh mengaku
belum pernah membacanya sebelumnya dengan memuji kalau Itu puisi yang bagus.
Keduanya sama-sama tersenyum.
Yong Gi
bermain piano sendirian, Yeon Jung masuk melihat Yong Gi yang sudah bermain dengan kedua tangan dan
memujinya kalau sudah belajar dengan cepat. Yong Gi menyuruh Yeon Jung Pergi
saja jika sudah selesai mengolok-oloknya.
“Yong Gi,
aku ingin kau mendapatkan peti mati untukku.” Ucap Yeon Jung.
“Apa kau
ingin mengubur seseorang?” tanya Yong Gi
kaget
“Tidak,
kita membutuhkannya sebagai alat pemakaman orang yang hidup. Kita akan langsung
mengembalikannya setelah menyelesaikan pemakaman. Bisakah kau berbicara dengan kakekmu
tentang hal itu?” kata Yeon Jung.
“Apa kau
tahu lagu ini?” kata Yong Gi mencoba memainkan nada dengan mulutnya.
Yeon Jung
duduk disamping Yong Gi memainkan nada di atas piano, Yong Gi membenarkan dan bertanya Apa judul
lagu itu. Yeon Jung menjawab "Chopsticks."
Dan ingin tahu kenapa menanyakan hal itu. Yong Gi meminta Yeon Jung agar bisa
mendapatkan lembaran musiknya setelah itu akan membawakan peti mati untuknya.
Shi Kyung
hanya bisa melonggo melihat wajah Bom yang mengunakan rambut blonde dan juga
lipstik merah. Si paman pikir kalau ini seharusnya menjadi foto pemakaman. Bom
pikir Shi Kyung yang akan mengambil foto
pemakaman.
“Aku
menggunakan ini untuk audisi menjadi komedian.” Kata Bom. Shi Kyung bergumam
Bom bertingkah aneh lagi.
“Jika kau
mengikuti audisi menjadi komedian itu harus berbeda dari foto biasa. Bagaimana
caranya?” kata Paman
“Shi Kyung
bisa melakukan sesuatu yang lucu, dan saat aku menertawakannya maka ambil
gambarnya” jelas Bom. Paman menganguk mengerti lalu menyuruh Shi Kyung mulai.
Shi Kyung binggung.
“Kau
harus Membuat dia tertawa.” Kata Paman. Shi Kyung terdiam akhirnya si paman pun
marah.
“Apa kau
ingin dia gagal dalam audisi komediannya?” ucap Si paman. Shi Kyung mengaku
bukan seperti itu.
Akhirnya
Ia mencari sesuatu dan mengambil camera lainya, dengan berpura-pura mengambil
foto Bom tapi dengan pose yang lucu sebagai foto grapher. Bom tertawa melhat
gaya Shi Kyung mengambil gambar dan paman siap dengan kamera mengambil foto Bom
saat tertawa.
Bersambung
ke episode 14
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar