Nyonya
Park makan bersama dengan Nyonya Hong lalu bertanya Apa cocok dengan seleranya. Nyonya Hong
mengaku Tidak buruk, tapi... Nyonya Park menyela kalau Pemilik restoran tempat
mereka makan itu terkenal dengan masakannya.
“Semua
orang punya selera yang berbeda, kau tahu itu” ucap Nyonya Hong sinis. Nyonya
Park benar-benar tak mengerti dengan sikap ibu Ji Wook itu.
“Bagaimana
anakmu sama sekali tidak mirip denganmu?” keluh Nyonya Park. Nyonya Hong
membela diri kalau Waktu Ji Wook masih anak-anak, orang sering bilang Kalau mereka
itu sangat mirip saat dengan bersama.
“Orang
hanya membicarakan yang benar, kau terlalu dalam menanggapinya Mulai dari wajahnya
sampai kepribadiannya, Aku tidak tahu bagaimana kau bisa punya anak seperti dia
Apa kau menemukannya di jalanan atau apa?” ejek Nyonya Park
“Tidak, aku
tidak memungutnya di jalanan.. Aku memang bukan ibu kandungnya, tapi aku
membesarkannya dengan hatiku. Apa kita sudah selesai sekarang?” balas Nyonya
Hong
Nyonya
Park merasa bersalah mendengarnya, lalu meminta maaf dan mengaku kalau
perkataan sebelumnya hanya bercanda lalu mengumpata pada diri sendiri kalau
Mulutnya memang buruk. Nyonya Hong mengaku kalau berharap Nyonya Hong tidak
minta maaf,
“Aku
bahkan tidak bisa marah padamu sekarang” keluh Nyonya Hong
“Apakah kau
ibu kandungnya atau bukan... Tidak merubah apapun.Semua ibu menyayangi anaknya
Dengan sama” kata Nyonya Park lalu mengajak untuk minum soju. Nyonya Hong
dengan gaya sombongnya hanya terbiasa minum anggur.
Nyonya
Park menceritakan pada Bong Hee berusaha yang terbaik untuk berteman dengan
Nyonya Hong tapi menurutnya mereka begitu berbeda. Bong Hee bisa mengerti
dengan wajah sendunya. Nyonya Park juga
berpikir kalar merasa tidak enak pada saat yang sama karena Sebenarnya hatinya
lembut.
“Sebagai
mertua masa depanmu, dia... Tidak terlalu buruk” ucap Nyonya Park. Bong Hee
mengeluh dengan perkataan ibunya karena hatinya sedang gundah.
“Jangan
khawatir... Ibu yakin sudah melatihmu, jadi kau harus... Terus bersinar untuk
Pengacara No” kata Nyonya Park penuh semangat.
Bong Hee
ingin memberitahu masalah sebenarnya, tapi tertunda karena ada telp dan itu
dari Kantor polisi. Bong Hee bergegas masuk kantor polisi, lalu melihat seorang
anak kecil. Anak itu langsung menunjuk Bong Hee sebagai pengacara. Bong Hee
kaget tiba-tiba seorang anak kecil menunjuk padanya.
Polisi
mengatakan kalau si anak itu bekata bahw pelatih taekwondonya adalah pengacaranya dan
apa itu benar. Bong Hee membenarkan, lalu menyimpulkan penjelasan dari
polisi,bahkan anak itumenyaksikan pembunuhan dan Satu-satunya saksi mati.
Polisi pun meminta anak buahnya agar memperlihatkan rekaman CCTV. Bong Hee
melihat Seorang pria keluar dari toko klontong, setelah itu si anak berlari
keluar dari toko.
“Kau
melihat wajah si pembunuhnya, benarkan? Tapi kenapa kau tidak memberitahu kami?”
ucap Polisi. Bong Hee melihat si anak yang ketakutan dengan meremas tanganya.
“Tidak
apa-apa, kau bisa memberitahu mereka” ucap Bong Hee menenangkanya.
“Dia
bilang mau didampingi pengacara... Hei kau, berhentilah menonton TV” keluh Si
polisi.
“Bukan
begitu, aku benar-benar tidak ingat wajahnya” teriak si anak kecil.
Bong Hee
datang ke kantor dengan si anak. Tuan Bang dan Eun Hyuk berteriak gembira melihatnya.
Tuan Byun sedang mencuci piring kembali memanggilnya Nona kurang bukti dengan
mengomel kalau tak boleh izin berkerja. Bong Hee hanya bisa meminta maaf.
“Tapi,
anak siapa itu?” tanya Tuan Byun melihat seorang anak yang bersembunyi dibalik
tubuh Bong Hee. Ji Wook pun turun melihat Bong Hee dengan seorang anak. Bong
Hee ingin menjelaskan tapi Si anak lebih dulu memanggil Bong Hee dengan
panggilan “ibu”
Semua
hanya bisa melonggo karena Bong Hee tiba-tiba datang dengan seorang anak yang
memanggilnya “ibu”. Si anak menceritakan kalau Ayahnya sudah meninggal dan
tinggal dengan bibinya yang jelek dan pamannya, ia adalah anak yang malang
seperti Harry Potter.
“Kenapa
tidak kau beritahu dulu namamu?” kata Bong Hee. Si anak memberitahu namanya Kim
Jae Hong. Tuan Bang pun menyapa dengan senyuman lebarnya.
“Dia
pengacaraku” ucap Jae Hong kembali mengatakan pada semuanya. Bong Hee mengaku
kalau semua terjadi begitu saja, dengan memeluk Jae Hong.
Tuan Bong
kaget mengetahui Jae Hong adalah saksi mata pembunuhan. Bong Hee dan Jae Hong
mengangguk bersamaan.
Flash Back
Jae Hong
pergi ke toko klontong, dengan membawa uang koin tak sengaja menjatuhkan dan
mencoba mengambil dari kolong rak. Lalu seseorang masuk dan menikam si pemilik
toko dengan pisau. Jae Hong yang kaget langsung bersembunyi di balik rak, si
pelaku merasakan ada seseorang didalam toko ketika ingin mendekat ponselnya
berbunyi dan akhirnya keluar dari toko.
Jae Hong menceritakan
kalau Itulah yang terjadi. Tuan Byun memarahi si anak yang berbohong karena
menurutnya Jae Hong masih terlalu kecil untuk itu. Jae Hong berbisik pada Bong
Hee kalau tidak menyukai kakek di depanya. Bong Hee berbisik kalu bisa
mengerti. Tuan Byun yang mendengarnya menyuruh keduanya keluar saja dengan nada
marah.
“Predir Byun,
kau yang seharusnya pergi” ejek Eun Hyuk. Ji Wook pun tak banyak berbicara
hanya bisa menatap Bong Hee dan juga Jae
Hong.
Ji Wook
membuat kopi didapur, Bong Hee sedikit gugup karena harus berpapasan hanya
berdua lalu berkata kalau Jae Hong bertanya apa ada makanan, seperti Es krim
atau apa saja yang bisa dimakan. Ji Wook mengejek kalau Jae Hong itu mirip
seseorang yang dikenalnya.
Bong Hee
mengurangi rasa gugup dengan Ji Wook yang sudah
Lama tidak bertemu, Ji Wook membenarkanya saja, lalu menanyakan kabar
Bong Hee. Bong Hee mengaku kalau baik-baik saja.
“Apa kau
benar-benar tidak apa-apa?” tanya Ji Wook. Bong Hee mengaku kalau baik-baik
saja.
“Itu
bukan apa-apa bagiku, kau tahu betapa sehatnya aku” ucap Bong Hee tak ingin
sebelumnya bertemu dengan Ji Wook.
Ji Wook
tiba-tiba mendekat membuat Bong Hee berdegup kencang, tapi Ji Wook hanya ingin
mengambilkan es krim dan memberikan pada Bong Hee. Bong Hee mengambilnya dan
buru-buru pergi sambil mengucapkan Terima kasih. Ji Wook hanya bisa tersenyum
melihat Bong Hee seperti panik didekatinya.
Tuan Bang
berbicara di telp sambil berkata akan
mengurusnya sementara waktu dan akan mengunjunginya. Setelah itu menutup
telpnya. Jae Hong sedang makan es krim
merasa sudah bilang, bibinya tidak perduli padanya. Bong Hee pikir Jae Hong
bisa tinggal denganya sampai selesai mengurus pernyataannya. Ji Wook masuk
membawakan buah.
“Oh,
benar... Kau seharusnya tinggal di rumah bibimu. Aku tinggal dengan orang lain
sekarang, jadi aku tidak bisa mengurusmu, maafkan aku” ucap Bong Hee sedih.
“Bagaimana
dengan Presdir Byun atau pengacara Ji?” tanya Ji Wook
“Presdir
Byun pergi main golf dan Pengacara Ji ada persidangan” ucap Tuan Bang.
“Aku
tidak bisa meninggalkan anak ini sendirian karena dia saksi mata” kata Ji Wook.
Jae Hong
membela diri kalau Ia bukan anak kecil.
Ji Wook kesal menyuruh Jae Hong makan cemilan saja dari daripada membodohi
orang dewasa. Bong Hee binggung dengan yang harus mereka lakukan. Ji Wook pikir
akan mengirim Jae Hong ke rumahnya Presdir Byun atau pengacara Ji.Tuan Bang
pikir Jae Hong masih kecil, tapi Ji Wook menyuruh semua pergi saja.
Akhirnya
hanya ada Ji Wook dan Jae Hong dalam ruang rapat. Ji Wook menegaskan apda Jae
Hong kalu mereka sekarang ada di lantai
1, dan lantai diatas adalah adalah lantai 2 jadi Jae Hong tidak boleh naik ke
lantai 2 serta Jangan naik ke atas atau berbicara denganku
“Jangan
memintaku melakukan apapun untukmu atau berjalan-jalan sendirian. Jangan lakukan
apapun, kau harus berpikir... Dan tetap berada di tempatmu, Buatlah pernyataan
dan pergilah secepatnya, Mengerti?” ucap Ji Wook seperti tak ingin dibuat repot
dengan anak kecil. Jae Hong menganguk mengerti.
Eun Hyuk
mengantar Bong Hee dengan mobilnya, lalu bertanya apakah Bong Hee tak
ingin berterima kasih karena memberikan
tumpangan. Bong Hee mengaku sangat berterima kasih dan menyukainya. Eun Hyuk
senang melihat Bong Hee tersenyun dan tidak sakit, menurutnya kelihatan hebat
“Tapi aku
memang jarang sakit” ucap Bong Hee bangga. Eun Hyuk mengejek kalau Bong Hee
memang jarang sakit, tapi suhu tubuhnya sampai 40°C. Bong Hee membenarkan.
“Tapi Bagaimana
kau tahu itu?” kata Bong Hee binggung. Eun Hyuk mengatakan aklau datang ke
rumah sakit
“Tunggu,
aku tidak ingat melihatmu” pikir Bong Heee. Eun Hyuk merasa Bong Hee tidak
ingat karena suhu tubuhnya sangat tinggi
Bong Hee
menganguk mengerti kalau Eun Hyuk datang ke rumah sakit lalu memikikan sesuatu.
Eun Hyuk membenarkan kalau pergi dengan Ji Wook. Bong Hee benar-benar tak
percaya lalu mengingat kalau ia mencium Ji Wook. Eun Hyuk binggung apa yang
dipikirkan Bong Hee sekarang.
Bong Hee
mencoba menyakini kalau hanya bermimpi, Eun Hyuk binggung apa yang
dipikirkanya. Bong Hee kembali mengingat tadi menyapa Ji Wook yang sudah lama
tak bertemu lalu merasa benar-benar tak percaya Ji Wook bersikap seolah-olah
sudah lama tak bertemu.
Eun Hyuk
benar-benar penasaran apa yang dipikirkan Bong Hee. Bong Hee pikir Setelah
mencampakkannya, melakukan itu padanya, bahkan mengatakan padanya kalau lama
tidak bertemu tanpa tahu malu dan membenturkan kepala berpikir lebih baik mati
saja. Eun Hyuk mencoba menahan kepala Bong Hee malah terjepit.
“Kalau
kau benar-benar menyesal, maka hentikan, kita bisa saja kecelakaan nanti” keluh
Eun Hyuk merasa kesakitan. Bong Hee pun mengangguk mengerti walaupun merasa
sangat malu.
Jae Hong
tidur di kamar Bong Hee tapi mimpi buruk kembali datang dengan pembunuh yang
mendekatinya, lalu terbangun dari tidurnya. Ji Wook tertidur di sofa dan
merasakan ada seseorang yang datang dan langsung berteriak kesal memarahi Jae
Hong.
“Bukankah
aku sudah bilang jangan naik? Kau Turun sana” ucap Ji Wook. Jae Hong malah
mendekat.
“Apa yang
kau lakukan? Jangan dekat-dekat... Hei, mundur, kembali” kata Ji Wook.
Ji Wook
pun membiarkan Jae Hong tidur dikamarnya, Jae Hong hanya berbaring memalingkan
wajahnya. Ji Wook bertanya apa yang dilihat Jae Hong sampai membuatnya Naik dan
pergi kekamarnya. Jae Hong mengaku itu karena bermimpi buruk
“Kau itu
masih anak-anak, seharusnya kau tidak punya... Mimpi buruk” kata Ji Wook merasa
kasihan.
“Kalau
aku tidak bersaksi, Apa bisa pelakunya tertangkap? Dan kalau pelakunya tidak
tertangkap karena aku tidak bersaksi, Apakah itu salahku?”kata Jae Hong dengan
tatapan polosnya. Ji Wook pun mengingat dengan kejadianya saat kecil.
Flash Back
Jaksa Jang
mengatakan kalau semua salah Ji Wook jadi harus bersaksi supaya kami bisa
menangkap pelakunya Kalau pelakunya tidak tertangkap, maka itu semua salahnya.
“Kau
hanya harus mengatakan padaku apa yang kau lihat, Kau tahu apa yang kau lihat, Benarkan?”
ucap Jaksa Jang.
Jae Hong
melihat Ji Wook hanya diam saja memanggilnya. Ji Wook pun sadar dari
lamunannya. Ji Wook mengatakan kaalu Jae Hong tidak perlu bersaks, Lakukan saja
apa yang diinginkan menurutnya Tidak masalah apakah Jae Hong bersaksi atau
tidak dan Semuanya bukan salahnya. Seperti ia tak ingin membuat Jae Hong
seperti dirinya yang dipaksa untuk bersaksi.
Bong Hee
menerima telp dari Detektif Park, lalu memberitahu bahw Kim Jae Hong bilang tidak
ingat apapun, Jadi tidak banyak yang bisa dilakuka dan akan berusaha bicara
dengannya Tapi menurutnya jangan terlalu berharap.
Beberapa anak
sekolah keluar dari sekolah, Bong Hee binggung karena meminta Jae Hong menunggu
tapi tak ada didepan sekolah. Lalu bertanya pada dua pelajar lainya, apakah
mereka satu kelas dengan Kim Jae Hong di kelas satu –tiga. Mereka mengelengkan
kepala karena tak kenal. Bong Hee panik kemana Jae Hong pergi.
Jae Hong
berlari ketakutan dan sampai akhirnya map yang dibawanya jatuh, lalu melihat
pria yang membantunya bertanya apakah ada orang yang mengejarnya. Bong Hee
akhirnya melihat Jae Hong dengan memarahinya karena menyuruh menunggu di depan
gerbang sekolah, lalu melihat apakah terluka.
“Aku baru
saja bicara dengan Detektif Park, ternyata Detektif Park keras kepala juga. Jae
Hong tidak ingat apapun, Tapi dia terus memaksa, yang membuat aku merasa tidak
nyaman” ucap Bong Hee mengeluh sendiri.
“Tidak
apa-apa, Kau tidak perlu bersaksi kalau itu terlalu berat, Kau tahu itu kan?”
kata si pria
“Lagian
aku tidak bisa bersaksi karena aku tidak ingat apapun” kata Jae Hong.
Bong Hee
berjalan dengan Jae Hong dan dikagetkan dengan melihat Ji Wook yang sudah
menunggu didepan sekolah. Keduanya terlihat gugup, akhirnya Jae Hong pergi
menaiki mobil Ji Wook tanpa Bong Hee. Wajah Jae Hong menatap Ji Wook dengan
senyuman mengejek.
“Apa
mungkin, kau... Dan pengacara Eun...” ucap Jae Hong dengan mengejek. Ji Wook
langsung memarahinya.Jae Hong terus tertawa mengejek.
“Aku
bilang jangan tertawa” kata Ji Wook. Jae Hong tetap saja tertawa. Ji Wook
mengejek kalau Jae Hong itu tak tahu apapun dan menyuruhnya agar berhenti
tertawa dengan berusaha menutup mulut Jae Hong.
Jae Hong
tertidur dan tiba-tiba terbangun dengan wajah ketakutan, Ji Wook pun bertanya apakah Jae Hong
bermimpi buruk lagi. Jae Hong benar-benar ketakutan karena bayangan pembunuh
kembali datang. Ji Wook akhirnya memeluk Jae Hong untuk menenangkanya.
“Itu
sakit... “ ucap Jae Hong. Ji Wook mengangguk mengerti.
“Bagaimana
kalau...Pelakunya... Datang dan berusaha membunuhku” kata Jae Hong ketakutan.
Ji Wook menyakinkan kalau itu tidak akan terjadi dan tidak akan pernah terjadi,
“Aku
tidak tahu siapa pelakunya Dan aku tidak tahu apakah harus bersaksi... Atau
tidak” ucap Jae Hong
“Aku akan
memastikan... Kau aman apapun keputusan yang kau pilih. Tapi ada satu hal yang
harus kau ketahui. Kalau kau terus mengunci masalah ini tanpa menyelesaikannya
Mimpi buruk itu mungkin Akan terus memburumu. Bahkan saat kau sudah besar dan
jadi orang dewasa” nasehat Ji Wook.
Jae Hong
bangun pagi lalu pergi menemui Ji Wook di dapur dan mengatakan kalau akan
bersaksi. Ji Wook tersenyum mendengarnya lalu mengantar Jae Hong ke kantor
polisi. Polisi pun bertanya apakah
mengingat sesuatu dan datanguntuk memberi kesaksian. Jae Hong mengangguk,
Polisi pun memuji Jae Hong memang anak baik
“Di
supermarket... “ ucap Jae Hong mulai ragu. Polisi pun mulai menasehati Jae
Hong.
“Jae
Hong, kau kesini untuk bersaksi, kau boleh memberitahu kami apapun yang kau lihat”
kata polisi. Ji Wook memeluk Jae Hong agar menenangkanya.
“Itu
orangnya” ucap Jae Hong menunjuk Si pria yang bertemu sebelum di sekolah.
Si pria
yang berkerja sebagai polisi binggung tiba-tiba di tunjuk oleh Jae Hong. Jae
Hong lalu mengetahui kalau itu bunyi ringtone yang didengarnya, Pria itu
mengeluarkan ponselnya yang berdering dengan membela diri kalau Semua orang
tahu nada dering jadi berhentilah bercanda.
“Sepatu
itu... Ada darah di sepatunya” kata Jae Hong menujuk. Si polisi mulai panik. Ji
Wook menatap seperti tak percaya.
Si polisi
akhirnya dibawa ke penjara dengan berteriak kalau tidak melakukannya dan tak ada yang percaya
padanya. Polisi pun akan hanya harus
menuliskan pernyataannya.
Ji Wook
seperti mengingat kembali saat masa kecilnya, saat memberikan pernyataan Ji
Wook mengatakan tak tahu dan tidak ingat siapa orangnya, lalu diberikan foto
Tuan Eun dan dengan mudah mengatakan kalau itu pelakunya.
“Kenapa Dua
ingatan yang berbeda muncul di dalam kepalaku? Yang mana... Yang benar?”gumam
Ji Wook panik
“Pengacara
Bang, Aku tiba-tiba harus ada yang dikerjakannya, Tolong kerjakan yang lain
untukku” kata Ji Wook. Tuan Bang
menganguk mengerti.
Ji Wook
pun berpesan pada Jae Hong agar jangan takut dan khawatir karena Tuan Bang akan
ada bersamanya. Setelah itu keluar dari ruangan dengan berjalan sempoyongan
mencoba mengingatnya.
Tuan Jang
meminta agar Ji Wook bisa mengenalinya, kalau Tuan Eun adalah orang Yang membunuh ayah dan ibunya,
dengan memperlihatkan foto Ayah Bong Hee.
“Orang
ini adalah orang yang membunuh ibu dan ayahmu, Dia membunuh ibumu” Tuan Jang menyakinkan.
Dan ingatan Ji Wook pun mengatakan kalau tak ingat dan tidak tahu.
Bong Hee
menerima telp dari Pengacara Bang saat
menjengkuk Hyun Soo yang masih terbaring dengan alat bantu nafas. Ia memberitahu kalau Hyuk Soo masih tetap sama
dan Dokter bilang tidak ada peningkatan. Tapi saat menutup telp dan berbaring,
Bong Hee dikagetkan dengan melihat Hyun Soo yang bisa bangun dan turun dari
tempat tidurnya. Hyun Soo menatap Bong Hee seperti siap membunuhnya.
[Epilog]
Di depan
ruang IGD, Ji Hae melihat Eun Hyuk yang sangat mengkhawatirkan Bong Hee, lalu
meberitahu kalau Bong Hee sudah meminum penurun panas, jadi akan segera sembuh.
Eun Hyuk terlihat sangat gelisah melihat Bong Hee.
“Kita
bisa melihat bagaimana keadaannya kalau kau khawatir” kata Ji Hae akan masuk.
Eun Hyuk memegang tangan Ji Hae menahanya. Ji Hae terkejut tiba-tiba Eun Hyuk
memegang tanganya.
“Kita
seharusnya... Tetap berada di sini” kata Eun Hyuk lalu ponselnya berdering. Yoo
Jung menelpnya lalu ia berjalan pergi. Ji Hae tersipu malu memegang pipinya karena
Eun Hyuk mengatakan "Kita"
Bersambung
ke episode 33
penasaran
BalasHapusgumawo unnie udah buat sinopsisnya....ijin ambil linknya buat dipublish blog aku...
BalasHapusbaca sini buat baca sinopsis suspicious partner selengkapnya...