Dong Man
dan Ae Ra duduk di tepi pantai dengan kembang api terlihat di langit. Dong Man
pikir Pemerintah harus melarang kembang api karnea pasti semua orang memakainya
untuk merayu wanita sertaakan membuat pantai kebakaran dan tangan mereka
terbakar. Ae Ra heran karena tak mungkin pantai kebakaran.
“Omong-omong,
kenapa kau selalu begitu ekstrem, impulsif, vulgar, dan jantan? Kenapa kau
seperti itu?” keluh Ae Ra dengan yang dilakukan Dong Man sebelumnya
“Tadi itu
tidak impulsif, Sudah lama aku hanya bisa melihat bibirmu.” Akui Dong Man. Ae
Ra benar-benar tak menyangka Dong Man mengatakan blak-blakan.
“Jadi,
mulai hari ini kita resmi berpacaran?” kata Dong Man. Ae Ra menegaskan kalau
Mencium teman itu ilegal dan pelanggaran.
“Kita
harus berpacaran. Sebaiknya kau tidak berpikir untuk memacari orang lain. Bahkan
di bus pun, jangan duduk di samping pria.” Tegas Dong Man. Ae Ra benar-benar
tak percaya Dong Man overprotect.
“Jangan
pikirkan orang lain, Khususnya cinta pertamamu. Jangan pikirkan pria
pergelangan tangan itu. Pikirkan aku saja.” Tegas Dong Man melarang Ae Ra
memikirkan orang lain.
“Cinta
pertamaku dan pria pergelangan tangan adalah kau.” Akui Ae Ra. Dong Man
terkejut mendengarnya.
“Cinta
pertamaku. Si bodoh itu. Pria yang telah menggangguku selama 20 tahun. Itu adalah
kau. Kau seperti jerawat meradang bagiku. Tiba-tiba Muncul sendiri, lalu
sembuh. Terasa Sakit, lalu tidak lagi. Akan sembuh sendiri jika kubiarkan, tapi
sakit sekali saat dipecahkan. Seperti itulah selama 20 tahun.” Ungkap Ae Ra
mengumpakan.
Dong Man
benar-benar tak percaya kalau memang ia orangnya, menurutnya Ae Ra itu tipe
yang bisa menculik pria yang disukainya. Ae Ra pikir mereka tidak boleh menjadi
temannya lagi, karena mereka sudah berciuman, jadi, jika kembali berteman, maka
tidak sanggup menjalani hidupnya.
“Aku
sungguh... sangat menyukaimu.” Akui Ae Ra. Dong Man mengumpat Ae Ra bodoh.
“Kenapa kau
tidak pernah coba menciumku? Pasti aku langsung jatuh hati padamu. Apa Kau
menyukainya? Apa Kau mau mencobanya sekali lagi?” ungkap Dong Man malu-malu
lalu mendekat dan mencium Ae Ra kembali.
Bibi
Ganako melihat keduanya berciuman bertanya apakah bisa menembakkan kembang api
itu kepada seseorang. Pelatih Hwan pikri sudah mengatakan firasatnya ini akan
berhasil. Bibi Ganako seperti tak suka dengan melihat keduanya bersama.
Beberapa
perabotan dibawa ke lantai atas, Dong Man dan Joo Man melihat banyak barang
yang dibawa lalu bertanya Apa orang masih membagikan kue beras kepada tetangga
baru. Dong Man pikir Barang itu tidak akan muat di sebuah unit studio. Joo Man
pikir kalau penghuninya wanita. Lalu Dong Man berpikir-pikir apakah penghuni
baru itu cantik.
Sementara
di kamar, Sul Hee berdanda melihat Ae Ra sibuk memakai bando lalu bertanya akan
pergi kemana. Ae Ra mengatakan akan membuang sampah. Sul Hee heran kenapa harus
berpenampilan seperti itu padahal hanya membuang sampah
“Pakaianku
selalu seperti ini saat membuang sampah.” Kata Ae Ra membela diri.
“Apa ada
yang terjadi di Daecheon? Apa kau dan Dong Man...” kata Sul Hee melihat
perubahan temanya.
“Kami
tidak melakukannya.” Ucap Ae Ra menyangkal. Sul Hee malah makin penasaran
melakukan apa yang dimaksud. Ae Ra
terlihat gugup.
Ae Ra
akhirnya keluar rumah bersama Sul Hee bertemu dengan dua pria. Joo Man melihat
pakaian Ae Ra yang diikat berpikir kalau sedang memeras cucian. Dong Man pun
panik melihat pacarnya karena malah memamerkan perutnya dan buru-buru menurunkan
bajunya.
“Dia
bilang ini pakaiannya saat membuang sampah.” Ucap Sul Hee mengejek. Ae Ra
langsung menyuruh Sul Hee agar pergi saja ke kantor.
“Apa
kalian akan berdua lagi hari ini?” tanya Sul Hee curiga melihat keduanya
seperti mesra bahkan saling menyuapi.
“Ya. Kami
berdua tidak bekerja, jadi, tidak akan bosan.” Kata Dong Man. Joo Man mengajak
minum anggur plum nanti. Keduanya pun setuju.
“Kalian
berdua... Sebaiknya kalian tidak melakukannya.” Kata Sul Hee memperingati. Ae
Ra dan Dong Man langsung terbaku mendengarnya.
“Jangan
buka itu. Jangan buka anggurnya itu.” Kata Joo Man memperingatinya.
Tiba-tiba
bibi Ganako sudah ada dibelakang mereka memangil “Kamar 101” keduanya kaget.
Bibi Ganako yakin keduanya pasti tidak dapat kue beras, karena melihatnya nona itu tidak memberikan kue beras kepada
keduanya dan hanya Ae Ra, karena mungkin melupakannya.
“Apa?!!
Kenapa dia melupakanku? Itu menyebalkan.” Keluh Ae Ra kesal
“Kudengar
dia terkenal. Petugas pindahan saja meminta tanda tangannya., Mungkin dia
artis. Kudengar dia sangat terkenal di Korea dan Seorang penyiar.” Kata Bibi
Ganako. Dong Man dan Ae Ra saling berpandangan seperti memikirkan seseorang.
Keduanya
menaiki tangga dan kaget melihat Hye Ran baru saja menuruni tangga. Ae Ra heran
melihat Hye Ran yang pindah ke unit di atas kamar Dong Man. Hye Ran pikir
kenapa tak boleh, karena Ae Ra saja boleh
tinggal di seberang kamarnya,
“Tapi aku
membaca di internet bahwa kau menerima uang cerai berjumlah besar. Jadi, kenapa
pindah ke tempat yang murah seperti ini?” tanya Ae Ra.
“Aku
ingin menemui Dong Man tiap hari seperti kau.” Akui Hye Ran.
“Kami
berpacaran... Kami memutuskan untuk meresmikannya.” Ucap Dong Man ingin
menyadarkan Hye Ran agar tak mendekat.
“Aku tahu
dan Itu demi kebaikan. Akhirnya, kau menghilangkan teman wanita yang memuakkan
itu. Aku akan mengisi peran itu sekarang yaitu akan menjadi temanmu. Tahukah
kau betapa mengganggunya itu? Aku mau kau mengalaminya langsung.” Ucap Hye Ran
seperti ingin membalas dendam.
“Aku
pacarnya dan juga temannya.” Tegas Ae Ra.
Hye Ran
pikir tak mungkin, menurutnya ketika
mereka putus maka Ae Ra bukan apa-apa bagi Dong Man jadi tidak bisa menjadi
temannya lagi. Dong Man merasa Hye Ran tak tahu apapun. Hye Ran menyuruh Dong Man Lakukan atau tidak
sama sekali menurutnya Tidak ada jalan kembali dan Dong Man tidak menyadarinya.
Ae Ra
berbaring dengan gelisah lalu duduk diatas tempat tidurnya merasa kalau Itu bodoh dan bertanya Apa maksudnya "lakukan
atau tidak sama sekali" Saat itu terdengar ketukan pintu dari depan rumah.
Ae Ra menatap wajahanya lebih dulu di cermin lalu keluar dari rumah.
“Ganti
bajumu. Ayo kita pergi. Aku harus ditimbang jadi Temani aku. Setelah itu, kita
bisa berkencan atau semacamnya.” Ucap Dong Man. Ae Ra hanya diam saja menatap
Dong Man terlihat malu-malu.
“Kenapa
diam saja dan kau mendadak malu-malu?” kata Dong Man. Ae Ra mengelak kalau tidak
malu-malu.
“Kau tidak
seksi atau terlihat polos. Kalau kau tidak mau bicara, entah kenapa aku mau
berpacaran denganmu. Tugasmu adalah menjadi lucu dan.. Tentu saja, soal
bersikap manis, kau di atas rata-rata..” kata Dong Man. Ae Ra mencoba
menenangkan jantungnya yang berdegup dengan kencang.
Direktur
Choi memberitahu Kimchi Chung tidak mau membuat acara kedua. Joo Man pikir
semua habis di acara pertama jadi meminta agar Direktur Choi agar
membicarakanya. Direktur Choi pikir membiarkan tentang apa.
“Pemiliknya
berubah pikiran. Mana mungkin dia mau menguntungkan orang yang menolak
putrinya? Apakah kau tahu bahwa Ye Jin cuti?” ucap Direktur Choi. Joo Man hanya
bisa diam saja.
Ae Ra pun
bertanya kenapa Dong Man terus berbicara didepan rumah bukan dalam saja menurutnya
seperti kurir saja. Dong Man terlihat gugup mengaku tidak boleh masuk. Ae Ra
binggung kenapa tak boleh. Dong Man pikir karena mereka masih muda, kuat,
impulsif, dan tidak dewasa,
“Karena
hal-hal tidak pantas terjadi dalam sekejap.” Kata Dong Man. Ae Ra mengeluh Dong
Man itu sangat konservatif. Dong Man seperti tak mendengar lalu menegaskan
tetap akan menunggu didepan rumah serta segera ganti baju.
“Sebenarnya,
kurasa aku butuh waktu satu setengah jam.” Kata Ae Ra. Dong Man menjerit
mendengarnya.
“Kenapa?
Aoa Kamu perlu memakai lulur? Kau bisa ganti baju dengan cepat.” Keluh Dong Man
“Ini
kencan pertama kita! Kenapa kau begitu bodoh tentang wanita?” keluh Ae Ra kesal
lalu masuk ke dalam kamar. Dong Man heran melihat tingkah Ae Ra yang berbeda.
[Episode 11- Wanita Feminin]
Ae Ra
keluar dari rumah dengan mini dressnya, lalu bertanya apakah terlihat cantik.
Dong Man sempat melonggo melihatnya,
lalu mneyuruh Ae Ra segera cepat ganti baju. Ae Ra binggung berpikir
kalau terlihat aneh. Dong Man mengatakan kaki Ae Ra. Ae Ra panik berpikir kakinya terlihat besar.
“Kenapa
kakimu begitu bagus? Kakimu seperti kaki wanita.” Akui Dong Man yang terkesima
dengan kecantikan Ae Ra.
“Apa
dahulu kau sungguh menganggapku seorang pria?” keluh Ae Ra tak percaya
“Aku
mungkin akan menendang pria yang melihat kakimu, jadi, pakailah celana
panjang.” Perintah Dong Man. Ae Ra tak terima Dong Man yang berani mengaturnya.
“Dahulu
kau bawakan tas sekolahku. Jangan suruh-suruh aku.” Tegas Ae Ra. Dong Man
merasa tidak peduli soal itu dan menyuruh Ae Ra aga cepat ganti celana panjang. Ae Ra mengumpat
kesal dan masuk ke dalam rumah. Dong Man benar-benar tak percaya kaki Ae Ra bisa
menyebabkan kecelakaan lalu lintas.
Joo Man
dan Sul Hee makan siang bersama, tapi Joo Man sibuk menonton pertandingan
baseball dengan ponselnya. Sul Hee yang
sedari tadi cemberut bertanya apakah Joo Man akan terus menonton bisbol. Joo
Man seperti binggung dan menatap Sul Hee.
“Pacarmu
duduk di hadapanmu. Apa kau sungguh hanya ingin menonton Choo Shin Soo?”kata
Sul Hee kesal.
“Apa
maksudmu bilang begitu?” ucap Joo Man binggung. Sul Hee pikir mereka harus
bicara dan apakah mereka hanya akan makan saja.
“Bagaimana
kita bisa terus saling menatap setelah enam tahun? Seiring waktu, itu menjadi
nyaman dan membosankan.” Ucap Joo Man
“Apa Sekarang
kita membosankan?” balas Sul Hee. Joo Man meminta agar Sul Hee Jangan bertengkar
soal arti kata karena ia juga lelah.
Sul Hee
tak tahu kalau Joo Man lelah dan ingin tahu karena apa, padahal selama ini Joo
Man tidak mau berkencan atau bahkan bicara kepadanya, bahkan jarang menciumnya
lagi serta tidak melakukannya. Joo Man panik takut banyak orang yang
mendengarnya.
“Kau
tidak lakukan apa pun denganku, jadi, kenapa lelah?” tanya Sul Hee heran. Joo
Man mengaku memang lelah.
“Aku
lelah menjadi orang jahat setiap kali bersamamu. Kau tidak pernah lelah. Kau
baik, murah hati, dan penuh cinta. Jadi, selalu aku yang salah. “ kata Joo Man.
Sul Hee
keluar dari restoran, Joo Man mengejarnya meminta agar jangan seperti itu lagi.
Sul Hee makin tak percaya Joo Man mengatakan “Lagi” seperti sudah
berulang-ulang, lalu bertanya apakah selama ini
menuntut banyak dari pacarnya itu.
“Aku
tidak mau apa pun darimu. Aku hanya... Aku hanya ingin kita seperti dahulu. Apakah
sulit untuk tidak berubah?” ucap Sul Hee.
“Mana
mungkin seseorang tetap sama selama enam tahun?” kata Joo Man. Sul Hee pikir
dirinya belum berubah.
“Kau masih
membuat jantungku berdebar. Aku merasa kasihan padamu dan makin menyukaimu Dan
aku hanya ingin melakukan segalanya bersamamu.” Akui Sul Hee. Joo Man menghela
nafas dan meminta maaf.
“Kau
menghela napas lagi, Aku selalu merengek dan kau selalu menghela napas. Apa ini
hanya tahap kebosanan Atau kita akan putus? Belakangan ini aku merasa lebih
kesepian saat bersamamu.” Kata Sul Hee. Joo Man tak bisa berkata-kata.
Dong Man
mendekap tangan Ae Ra dengan keras, lalu Ae Ra seperti merasa tanganya
berkeringat dan ingin melepaskan sejenak. Dong Man yang malu-malu tak ingin
lama-lama melepaskan tangan Ae Ra, meminta agar bisa mengenggamnya lagi. Ae Ra
menaruh tangan diatas tangan Dong Man saat memintanya.
“Omong-omong,
apa kau akan beri tahu yang lain?” tanya Ae Ra. Dong Man pikir Joo Man akan menggodanya habis-habisan.
“Kita
rahasiakan saja. Sul Hee juga akan berkomentar. Dia selalu mengatakan hal-hal
seperti, "Jangan bertengkar lalu berpacaran. Kamu bisa menikah, tapi
jangan berpacaran."” Cerita Sul Hee. Dong Man tersenyum mendengarnya.
“Apa kau
baru saja melamarku? Apa Kau berharap itu lamaran?” ucap Dong Man malu-malu. Ae
Ra hanya diam saja karena bukan seperti itu maksudnya.
Dong Man
mulai berlatih dengan pelatih Hwang, Ae Ra melihat dari belakang ring. Pelatih
Hwang ingin tahu apa yang akan dilakukan Dong Man ketika mencekiknya. Dong Man
mengatakan akan Membebaskan diri tapi seperti tak bisa melakukanya dan meminta
agar segera melepaskanya.
“Dasar Bodoh.
Kubilang jangan menyerah. Kenapa kau menyerah?” ucap pelatih Hwang. Dong Man
mengaku itu Karena sakit. Pelatih Hwang mengeluh Dong Man yang begitu jujur.
“Tidak ada
yang kebal pada rasa sakit. Orang lain tidak menyerah bahkan saat tulang mereka
patah. Kenapa kau selalu...” ucap Pelatih Hwang mengeluh dan langsung disela
oleh Ae Ra.
“Mereka
yang bodoh. Kenapa tidak menyerah saat kesakitan? Kalau kau kesakitan,
menyerahlah secepatnya. Beraninya kau memelintir lengannya? Ada apa denganmu?”
ucap Ae Ra membela Dong Man.
Pelatih
Hwang tak percaya Dong Man itu harus
mengajak Ae Ra. Dong Man mengaku tidak
bisa berlatih dengan Pelatih Hwang dan ingin tahu kapan Doo Ho datang. Pelatih Hwang dengan berteriak
kalau Dong Man bisa berlatih tanpa Doo Ho. Ae Ra langsung memarahi Pelatih
Hwang yang berteriak pada Dong Man. Dong Man pun merengek tanganya yang sakit.
“Kim Tak
Su berengsek... Aku muak!” teriak Pelatih Hwang marah.
Di tempat
konferensi sebelum pertandingan, Dong Man bertemu dengan Doo Ho dan Byung Joo
berdiri disamping Tae Hee dan juga pelatih Choi. Tak Su duduk di bangku
penonton. Si MC meminta mereka agar berpose dengan saling berhadapan pada
lawan. Pelatih Hwang hanya bisa melirik sinis pada Tae Hee yang mengambil semua
anak buahnya.
Dong Man
bertemu Doo Ho di toilet, bertanya Apa
yang terjadi sekarang. Doo Ho pikir Atlet selalu berganti tim dengan Kontrak
yang lebih baik, masa depan yang lebih cerah. Makanya harus pergi ke tempat
yang bisa membuatanya berkembang.
“Apa kau Sudah
beri tahu pelatih kita?” tanya Dong Man
“Tigers
ada di level yang berbeda. Mereka punya sistem yang rapi...” ucap Doo Ho
“Apa Kau
sudah beri tahu pelatih kita?” tanya Dong Man. Doo Ho kembali meberitahu kalau
bagian humasnya.
Pelatih
Hwang melihat Tak Su yang akan pergi dan langsung mendekat berbisik kalau “Anjing
yang takut menyalak dengan keras” jadi Teruskan permainan kotornya, karena hanya
akan membuat Dong Man makin bertekad.
“Kurasa
kau yang lebih cerewet.” Ejek Tak Su tak mau kalah.
“Tak
Su... Publik lebih tahu... Bahwa yang busuk tidak pernah bagus.” Ucap Pelatih
Hwang.
“Mari
jangan saling memprovokasi, mengerti?” ucap Tak Su mencoba menahan amarah
karena banyak wartawan.
“Jangan
membuatnya terlalu mudah. Jika kau makin buruk, makin tidak seru menghancurkanmu.”tegas
Pelatih Hwang tak mau kalah begitu saja.
Pelatih
Choi mendekati Pelatih Hwang meminta maaf. Pelatih Hwang lalu memberitahu kalau
Doo Ho memiliki Anak berusia 3 tahun dan berusia 26 tahun. Pelatih Choi kaget
mendengarnya.
“Dia
masih anak-anak dan Seseorang yang mencari nafkah. Jangan manfaatkan dia, latih
dia dengan baik.” Pesan Pelatih Hwang. Pelatih Choi mengangguk mengerti.
Doo Ho
dengan mata berkaca-kaca mengaku kalau semua ini Sungguh memalukan menurutnya ia tidak akan
bergabung jika hanya sendiri, tapi anaknya yang
mengidap dermatitis atopik dan menggaruk sampai berdarah bahkan harus
pindah rumah, tapi tidak mampu. Dong Man menatapnya, Doo Ho mengaku kalau tidak
mengeluh.
“Petarung
tidak boleh menangis, Pelatihmu akan memukulmu” kata Dong Man
“Aku tahu
mereka berusaha mengganggumu dan memaksa pelatih menutup sasananya. Jagalah
pelatih” pesan Doo Ho.
“Beraninya
kalian saling bicara!” ucap Pelatih Hwang ketus melihat keduanya berbicara. Doo
Ho hanya bisa tertunduk.
“Doo
Ho... Datanglah makan sundae kapan pun kau mau.” Ucap Pelatih Hwang. Doo Ho
hanya bisa menangis.
Pelatih
Hwang membuka pintu merasa keduanya bisa
makan lebih dahulu. Ada restoran terkenal di sini yang diliput di televisi dan
ingin mentraktinya makan daging setelah penimbangan jadi bisa pergi lebih
dahulu. Tiba-tiba Ae ra bertanya apakah Pelatih Hwang itu mendendam padahal
seorang petarung. Pelatih Hwan tak mengerti maksudnya.
“Itu nada
bicara orang yang mendendam.” Kata Ae Ra. Pelatih Hwang tak ingin membahasnya
menyuruh Merkea bisa pergi makan malam tanpa dirinya.
“Kami
berpacaran.” Ucap Dong Man. Pelatih Hwang melonggo dan bertanya kenapa dan
untuk apa mereka berpacaran. Ae Ra kesal mendengar pertanyaan Pelatih Hwang.
“Jadi,
izinkan kami menghabiskan waktu bersama. Ini kencan pertama kami.” Ucap Don
Man. Pelatih Hwang tetap melonggo.
“Adakah
yang tidak bisa kau katakan kepadaku? Kau pikir aku menghamilinya, kan?” kata
Dong Man.
Pelatih Hwang
mengaku bukan seperti itu, lalu berpikir Dong Man banyak berhutang pada Ae Ra.
Ae Ra sudah menduga kalau mereka tidak
bisa akur. Pelatih Hwang benar-benar tak percaya keduanya berpacar dan langsung
meninggalkan keduanya.
Dong Man
melihat hanya berdua saja langsung memeluk Ae Ra dari belakang. Ae Ra heran
karena Dong Man terus memeluknya seperti
anak anjing. Dong Man mengaku kalau sangat lapar.
Ae Ra
memasak nasi goreng dengan bentuk dan memberikan tanda cinta. Dong Man tak
percaya kalau Sebelum masakan Ae Ra lebih mirip makanan anjing menurutnya kalau
ini bukan cuma peningkatan tapi sebuah pengalaman baru. Ae Ra menyuruh Dong Man
tak banyak komentar dan makan saja.
Flash Back
Ae Ra
menendang bokong Dong Man yang tidur memberitahu kalau makan sudah siap. Dong
Man melihat masakan Ae Ra diatas wajah dengan telur yang ancur lalu berpikir
itu seperti makanan anjing. Ae Ra menyuruh Dong Man makan saja yang diberikan.
Akhirnya
keduanya selesai makan, Ae Ra duduk dibawah sambil makan snack. Dong Man heran
melihat Ae Ra yang berbaring dibawah padahal diatas ranjang masih ada banyak
tempat. Ae Ra memperingatkan Dong Man Jangan coba macam-macam.
“Apa Kau
pikir aku seberani itu?” ucap Dong Man panik. Ae Ra pun bertanya kenapa Dong
Man ingin berbaring
“Aku tidak
pernah bilang "berbaringlah". Kau bisa duduk. Duduklah.” Kata Dong
Man merasa tak biasa melihat Ae Ra berbaring.
“Bukankah
duduk akan mengarah kepada berbaring? Itulah yang kusebut
"macam-macam"” tegas Ae r.
“Itu juga
tidak akan berhasil padamu. Kau seperti Fedor versi wanita. Jika kau
benar-benar menyerangku, maka aku bisa cedera parah. Kita baru mulai berpacaran
kemarin. Apa aku mau macam-macam denganmu hari ini? Apa Kau pikir aku hidung
belang? Aku bahkan tidak memikirkannya.” Ucap Akui Dong Man.
Ae Ra tak
percaya Dong Man sungguh tidak bisa berpikir, menurutnya mereka memang baru
pacaran sehari, tapi sudah berteman selama bertahun-tahun bahkan mereka Sudah
20 tahun menjadi teman yang lugu. Dong Man terlihat binggung.
Ae Ra
pikir Apa itu manusiawi dan haruskan mereka sekaku itu, bahkan Dong Man terus
menyamakan dengan seseorang seperti Fedor dan itu membuatnya kesal menurutnya Mungkin
hubungan mereka membutuhkan sebuah titik balik dan sudah sangat lama menunda untuk
berciuman setelah 23 tahun.
“Bukankah
kita harus menebus awal yang tertunda ini?” kata Ae Ra duduk diatas ranjang dan
sedikit mendekat.
“Kau
sungguh progresif.” Ungkap Dong Man gugup. Ae Ra pikir harus terus bicara. Dong
Man mengelengkan kepala lalu mulai mendekat ingin mencium Ae Ra.
Tiba-tiba
Joo Man masuk kamar dengan tatapan lugunya, dan langsung berbaring diatas
tempat tidur bertanya apakah masih ada sisa minuman keras. Ae Ra mengeluh pada
Dong Man kalau sudah menyuruh mengganti kode sandi karena rumahnya bukan pusat
masyarakat.
“Hei, apa
kalian mau makan udang dan arak Tiongkok?” tanya Joo Man tanpa rasa
bersalah.
“Dasar
berengsek. Aku ingin menampar wajahmu.” Ungkap Dong Man kesal. Joo Man melihat
keduanya seperti tak mengerti.
Keempatnya
jalan bersama, Dong Man bertanya apakah
Joo Man yakin bisa bolos kerja hari ini. Joo Man mengaku bisa bolos
kerja demi pertandingan debut sahabatnya. Sul Hee pikir sudah membesarkannya
sejak enam tahun jadi harus datang.
“Perlukah
kita membeli obat penenang di perjalanan?” pikir Ae Ra.
“Aku
tidak bisa bertanding jika memakai obat.” Ucap Dong Man. Ae Ra mengatakan itu
bukan untuk Dong Man tapi untuk dirinya.
Mereka
bertemu dengan si pemilik villa. Bibi Ganako melihat keempatnya, dan bertanya
apakah mereka mau ke suatu tempat. Dong
Man mengaku ada kegiatan. Bibi Ganako memanggil Kamar 102. Dong Man pikir
Tentang uang sewa.
Bibi
Ganako mengatakan bukan itu lalu mengucapkan “Semoga berhasil.” Lalu bergegas
pergi. Dong Man tak percaya mendengarnya, Joo Man pikir si bibi mengumpatnya.
"Gelanggang
Dongchun"
Pelatih
Hwang memberikan nasehat agar segera menjegal mereka dan langsung serang. Joo
Man yang memberikan pijatan dibelakang juga memberikan nasehat kalau Dong Man
tidak boleh jatuh dan Teknik lantaiya
tidak begitu bagus. Pelatih Hwan meminta Dong Man agar mencoba rubuhkan
lawannya sejak awal dengan tendangan.
“Para
petarung taekwondo memiliki teknik lantai yang payah.” Kata Joo Man ikut
memberikan nasehat.
“Tendanganmu...
Hei, sedang apa kau di sini?” kata Pelatih Hwang.
“Dahulu
aku manajernya. Bisa berikan aku kaus juga, Sasana Hwang Jang Ho?” kata Joo Man
Pelatih
Hwang tak pul meminta agar Joo Man mengingat tendangan dan menghajar lawanya.
Dong Man mengangguk mengerti.
Bersambung
ke part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar