Bong Hee
melepaskan tangan Ji Wook dan mengajak untuk Putus saja. Ji Wook menatap Bong
Hee tak percaya memutuskanya, lalu merasakan sesuatu dan bertanya kapan Bong
Hee mengetahuinya.
“Bagaimana
denganmu Pengacara No? Sejak kapan kau tahu... Tentang ayahku?” ucap Bong Hee.
Ji Wook mengaku kalau itu Baru saja
“Lalu kenapa
kau tidak memberitahuku? Kenapa kau menderita sendirian?” ucap Bong Hee marah
“Karena
itu tidak jadi masalah buatku” kata Ji Wook. Bong Hee heran Apa yang tidak jadi
masalah untuk Ji Wook. Ji Wook menyakinkan
Tidak ada yang jadi masalah untuknya.
“Bagiku,
tidak penting orang seperti apa... Ayahmu” kata Ji Wook. Bong Hee bertanya Bagaimana
kalau itu penting baginya.
“Bagaimana
kalau itu jadi masalah buatku?” ucap Bong Hee
“Baiklah,
mari kita dengarkan kalau begitu, katakan padaku. Aku mau tahu apa yang penting
bagimu... Dan apa perbedaannya.” Kata Ji Wook dengan wajah serius.
“Rasanya
menyakitkan, Melihat kau menderita karena aku... Rasanya berat bagiku” ucap
Bong Hee.
Ji Wook
mengerti dan berjanji tidak akan menderita kalau begitu lalu bertanya apa lagi
selain itu. Bong Hee mengatakan kalau ayahnya
bukan orang seperti yang dipikirkan, Tapi ia bahkan tidak bisa
membuktikannya Ji Wook pikir mereka bisa memikirkan tentang itu nanti dan ingin
tahu apa lagi yang dikhawatirkan Bong Hee.
“Aku
hanya tidak menyukai situasi di antara kita Apa kau tidak mengerti ucapanku?
Aku mau putus denganmu. Jangan coba-coba merubah pikiranku dan tolong lepaskan
aku.” Ucap Bong Hee.
“ Aku
juga tidak menyukainya. Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan. Apapun yang
kau katakan padaku, Aku tidak akan melepaskanmu. Aku tidak mau. Itu tidak akan
berhasil meski kau berusaha menghentikan aku” tegas Ji Wook
“Bagaimanapun
kerasnya kau berusaha menghentikan aku, aku akan tetap pergi” balas Bong Hee
dan memilih untuk meninggalknya.
Ji Wook
membiarkan Bong Hee pergi dengan wajah gelisah. Bong Hee berjalan menyakikan
diri kalau melakukan hal yang benar lalu berpikir kalau nanti malah membuat
kesalahan, tapi kembali menyakinkan diri kalau melakukan hal yang benar dan
berpikir kembali kemana harus pergi.
Ji Wook
pulang ke rumah seperti kebinggungan dan merasa hampa, Ia menatap kamar Bong
Hee dan tak ingin mendekat, tapi akhirnya ia memberanikan diri membuka kamar Bong
Hee tapi kosong hanya ada sepasang boneka yang ditinggalkan.
Ji Hae
mendengar bunyi bel rumah sambil berjalan bertanya siapa yang datang, dan
betapa terkejutnya melihat Bong Hee sudah ada didepan rumahnya. Bong Hee
memperlihatkan wajah sedihnya.
“Ada apa?
Apa yang kau lakukan di sini?” ucap Ji Hae binggung.
“Bolehkah
aku tidur di rumahmu?” kata Bong Hee. Ji Hae langsung menutup pintu tapi kaki
Bong Hee bisa menahanya dan langsung menerobos masuk. Ji Hae berteriak kesal
melihat Bong Hee masuk rumahnya.
“Bagaimana
kau tahu tempat tinggalku?”tanya Ji Hae. Bong Hee pikir Tidak sulit mencari alamat seseorang dan
mendengar Ji Hae barusan pindah lalu memuji rumah temanya yang cukup bagus
“Biarkan
aku tinggal di sini beberapa hari saja” ucap Bong Hee blak-blakan.
Ji Hae
benar-benar tak habis pikir dengan Bong Hee menurutnya Ini masuk dengan paksa. Bong Hee tahu itu Tapi
karena masalah pribadi, jadi benar-benar tidak punya tempat tinggal dan Cuma
ada satu kamar di rumah ibunya serta ia
sudah mulai hidup mandiri, Jadi tidak bisa kembali ke rumah ibunya.
“Aku
terlalu tua untuk melakukan itu, benarkan?” ucap Bong Hee. Ji Hae membenarkan
dan ingin mengatakan sesuatu tapi Bong Hee lebih dulu menyela.
“Tapi
kenapa kau harus tinggal di rumahku?” keluh Ji Hae.
“Hei, sofa
ini saja yang aku perlukan, Kau bisa tidur di tempat tidurmu sendiri” kata Bong
Hee sudah lebih dulu duduk disofa.
“Dengar,
tempat tidur itu memang milikku dari awal, Dan sofa ini juga milikku” tegas Ji
Hae.
Bong Hee
dengan sengaja langsung berbaring disofa dan mengaku merasa sangat Nyaman
sekali. Ji Hae benar-benar tak menyangka melihat tingkah Bong Hee karena tahu
temanya Sangat membencinya. Bong Hee membenarkannya. Ji Hae juga merasaan hal
yang sama.
“Tapi kenapa
kau mau tinggal di rumahku? Pergi dan tinggallah bersama orang yang kau sukai”
ucap Ji Hae kesal
“Kalau
aku menemui orang yang aku sukai dan bertanya pada mereka apakah aku bisa
tinggal di rumah mereka, Itu sangat tidak sopan, benarkan?” kata Bong Hee.
“Aku
senang kau tahu, itu sangat tidak sopan Kalau begitu, kau pikir kenapa aku
memilih tinggal di tempatmu padahal aku membencimu?” ucap Ji Hae lalu berpikir
kalau Bong Hee berusaha balas dendam.
“Ini
adalah balas dendamku dan hukumanmu, Kau banyak berhutang padaku. Haruskah aku
membuat daftar... Hal jahat yang kau lakukan padaku?” kata Bong Hee. Ji Hae
pikir tak perlu. Bong Hee tiba-tiba menatap kosong disofa.
“Tapi kau
sangat berguna. Aku merasa sangat kacau Dan sedih. Setelah aku menyakitinya, Aku
selalu memikirkannya sepanjang hari... Apakah aku melakukan hal yang benar atau
tidak. Aku tidak tahu apakah aku bodoh atau gila. Aku hanya benar-benar...
Ingin mati saja. Tapi setelah melihatmu, Aku benar-benar merasa ingin hidup
lagi. Itu keinginan yang harus diperjuangkan. Aku berkata "Bahkan dia saja
masih tetap hidup, jadi aku harus melanjutkan hidupku juga."” Ungkap Bong
Hee. Ji Hae berteriak marah.
“Jangan
berteriak padaku. Aku benar-benar sedih sekarang” kata Bong Hee. Ji Hae pun
akhirnya membiarkan Bong Hee tinggal dirumahnya.
Bong Hee
berbaring disofa, tiba-tiba air matanya tergenang mengingat kenangan dengan Ji
Wook saat pertama kali menciumnya dengan mengutarakan semua perasaanya, lalu
memberikan ciuman di hari pertaman mereka berkencan dan terakhir setelah Ji
Wook memberikan kalung padanya mereka pun tidur bersama.
Ketika
mabuk Ji Wook berkata di pelukanya “Kita...Jangan pernah berpisah, Bong Hee. Meski
aku menyuruhmu untuk pergi, Jangan pergi” Bong Hee menangis dengan keadaanya
sekarang yang harus berpisah dengan Ji Wook. Ji Wook di rumah pun terlihat
gelisah karena tak bisa lagi bertemu dengan Bong Hee.
[Episode 31 - Kenangan yang tak terlupakan]
Ji Hae
menuangkan kopi dan bersiap untuk sarapan, tangan Bong Hee tiba-tiba keluar
dari sofa yang membuatnya terkejut. Bong Hee dengan setengah mengantuk meminta
agar Ji Hae menaruh tangan di dahinya dan merasakan apakah dirinya terkena
demam, karena Ia memang jarang Sakit
“Tapi aku
rasa aku demam” kata Bong Hee. Ji Hae mengambil termometer di dalam laci dan
memberikan pada Bong Hee.
“Tapi,
Jaksa Na... Apa kau punya mobil? Apa kau tidak memerlukan supir? Aku ahli dalam
memarkir mobil, dan juga menyetir dengan sangat baik” ucap Bong Hee sambil
memeriksa suhu tubuhnya. Ji Hae menolak karena
tidak perlu supir
“Hei, suhu
badanku 37°C, apa ini normal?” tanya Bong Hee.
“Kau membuat
keributan besar, itu normal. Itu hanya demam sedang saja” kata Ji Hae. Bong Hee
seperti merasa tak yakin dan saat itu ponselnya berbunyi.
Ji Wook
mengirimkan pesan “Rapatnya dijadwalkan ulang jam 10 : 30 pagi” Bong Hee tak
percaya Ji Wook itun ingin ia menghadiri rapatnya, bahkan menyuruh untuk
kembali bekerja setelah keributan itu. Ji Hae pikir Itu berita bagus. Bong Hee merasa ini tidak
masuk akal dan bagaimana bisa bekerja dengan keadaan seperti ini.
“Kau
benar-benar hebat... Untuk seseorang yang tidak punya apa-apa” kata Ji Hae.
Bong Hee hanya melonggo binggung.
“Apa kau
tidak mengerti? Apa kau pikir kau bisa mendapatkan pekerjaan di perusahaan lain
Selain di firma hukum yang aneh dan gila itu? Jangan mimpi, jadi Lupakan saja
harga dirimu dan kembalilah bekerja. Aku tidak perduli ataupun tertarik dengan
kisah cintamu, Tapi kau perlu uang untuk berkencan. Apa kau akan terus
melanjutkan hidupmu... Dengan bergantung pada orang lain? Kau gila seperti
serangga kasur” ucap Ji Hae lalu pamit pergi berkerja.
Bong Hee
menaiki bus dengan wajah gugup dan masih ragu untuk turun tapi akhirnya memutuskan
untuk menekan bel dan masuk ke dalam rumah dengan gugup. Ji Wook dengan santai
melihat Bong Hee menyuruh agar mengikutinya. Bong Hee melihat ruangan kosong
dan bertanya Apa semua orang pergi ke tempat lain. Ji Wook membenarkan.
“Aku
datang untuk memberimu ini” ucap Bong Hee menyerahkan Surat pengunduran diri
“Sejujurnya,
aku sangat tersiksa... Apakah aku harus memasukkanya atau tidak.. Tapi... Ini
keputusan yang aku buat. Aku minta maaf Dan terima kasih atas semuanya” ucap
Bong Hee.
“Menderita
karena hal itu benar-benar membuang-buang waktumu Ini kontrakmu, dan di sini
jelas dikatakan kalau... Kontrakmu berakhir dalam waktu dua tahun. Kalau kau
mau pergi, maka kau bisa melakukannya setelah kontrakmu berakhir” tegas Ji Wook
memperlihatkan surat kontrak, Bong Hee ingin bicara tapi Ji Wook lebih dulu
bicara.
“Aku
pikir kau setidaknya tahu... Memisahkan perasaan pribadi dengan pekerjaan, apa
aku terlalu banyak berharap? Mari kita bicarakan soal pekerjaan saja hari ini”
kata Ji Wook.
“Aku
tidak siap membicarakan masalah diantara kita” ungkap Bong Hee.
“Pengacara
Eun, apa kau pikir pekerjaan ini cuma lelucon saja?” kata Ji Wook berdiri dari
tempat duduknya. Bong Hee mengaku tidak sama sekali, tapi situasinya...
“Aku
menyuruhmu memberi batasan antara pekerjaan dan perasaan pribadi Jangan... Menyerah
pada pekerjaanmu dengan mudah dan Mejamu disana itu.. Jangan pikir mudah untuk
mendapatkannya. Jangan mengkhianati yang kau percaya...Dan mereka yang percaya
padamu. Bekerjalah dengan bijaksana” tegas Ji Wook
Bong Hee
benar-benar minta maaf menurutnya tidak mudah bekerja bersama Ji Wook seperti
tidak terjadi apa-apa dan Dalam situasi seperti ini dan pasti juga tidak akan
mudah bagi Ji Wook. Ia merasa Setiap kali Ji Wook melihatnya pasti akan
memikirkan tentang ayahnya dan Dan setiap kali itu terjadi, Ji Wook akan merasa bersalah padanya dan itu
membuatnya merasa sakit.
“Jadi... Aku
memberitahumu itulah alasan aku berhenti” ungkap Bong Hee. Ji Wook tak setuju
menurutnya Bong Hee sudah melewati batasannya sekarang
“Itu
adalah masalahku, dan aku akan mencari tahu apa yang harus kulakukan, jadi kau
seharusnya... Hanya mengkhawatirkan... Masalahmu sendiri dan .... Baiklah, mari
kita lakukan ini, aku mengijinkanmu pergi berlibur.. Untuk berpikir secara rasional
saat kau sedang santai.. Aku juga akan berpikir dan Itu kompromi yang bisa aku
buat” kata Ji Wook dan ingin tahu jawaban Bong Hee.
Bong Hee
pun menyetujuinya, Ji Wook mengungkapkan itu bagus dan menyuruh Bong Hee segera
pergi. Bong Hee pun keluar dari rumah. Ji Wook langsung merobek surat
pengunduran diri dengan wajah kesal.
[Kantor Kejaksaan Sunho]
Ji Wook
menemui Jaksa Jang mengatakan kalau sengaja datang karena ingin mengetahui Tentang kasus pembakaran yang membunuh orang
tuanya dan Jaksa Jang adalah orang yang berwenang pada kasus itu. Jaksa Jang
membenarkannya.
“Aku
ingin mencari tahu sendiri, tapi itu sdah lama sekali terjadinya Dan kebanyakan
rekamannya juga sudah hilang, Jadi aku pikir harus datang dan menemui anda
sendiri” jelas Ji Wook. Jaksa Jang pun ingin tahu apa yang ingin ditanyakan Ji
Wook.
“Kenapa
orang tuaku... Dibunuh? Aku pikir anda tahu”kata Ji Wook
“Itu
adalah pembunuhan balas dendam atas tuntutan” ucap Jaksa Jang. Ji Wook tahu
tapi tidak paham dengan salah satu bagian.
“Pada waktu
itu, tersangka Eun Man Soo, Terlibat dalam kasus kekerasan kecil. Secara
logika, aku tidak mengerti kenapa dia kembali... Ke jaksa karena dituntut” ucap
Ji Wook
Tuan Jang
pikir mana mungkin tahu alasannya karena Yang ia tahu adalah kenyataan kalau
Tuan Eun terus mengeluh pada jaksa Lalu suatu hari, ditemukan sudah meninggal
di lokasi pembakaran. Ji Wook pun menyimpulkan kalau masalah sekarang, bagaimana
Jaksa Jang menganggapnya sebagai pelaku,
apakah ada petunjuk atau bukti.
“Itu
karena dirimu” ucap Tuan Jang. Ji Wook
kaget mendengarnya.
Flash Back
Ji Wook
diberikan foto Tuan Eun, Jaksa Jang mengatakan kalau Orang ini adalah orang
Yang membunuh ibu dan ayahnya. Ji Wook seperti yang masih kecil percaya.
“Kau yang
menunjuknya sebagai pelakunya. Kau yang bilang sendiri kalau dia yang melakukan
pembakaran Dan dia membunuh orang tuamu” ucap Jaksa Jang. Ji Wook benar-benar
tak percaya kalau ia adalah pelakunya.
“Apakah rasa
penasaranmu sudah terjawab? Itu karena kau, Kau yang menunjuknya sebagai
pelakunya.” Ucap Jaksa Jang.
Ji Wook
berjalan keluar dari ruangan berjalan tertatih seperti berusaha mengingat yang
sebenarnya dilihatnya.
Ji Hae
baru saja pulang dan dikagetkan dengan Bong Hee sudah ada didepan rumahnya
dengan membawa koper dan wajah melas tak punya tempat tinggal.
Akhirnya
Bong Hee pun berbaring di sofa kembali, seperti rasa rindunya datang dan
mencoba melihat video terakhir kali mereka berjalan ditaman. Bong Hee ingin
mengambil foto tapi malah membuat video dan Ji Wook mengejeknya bodoh. Bong Hee
terus mengulang kenanganya yang terakhir kali.
Di ruang
rapat
Ji Wook
menanyakan Bagaimana dengan tuntutan perceraian Kim Young Eun. Tuan Bang
mengatakan sepertinya mereka tidak bisa mencapai persetujuan dan Minggu ini,
mereka akan meminta penyelesaian dan pembagian harta, Ji Wook ingin melanjutkan
rapat tapi Tuan Byun menyela.
“Apa
kalian berdua... Bertengkar? Apa kalian putus?” ucap Tuan Byun melihat tak ada
Bong Hee di depanya. Ji Wook hanya diam saja.
“Aku
tidak yakin apakah dia bisa melihat petunjuk atau tidak” keluh Tuan Bang. Eun
Hyuk pikir Mungkin saja tidak bisa
“Maksudku...
Tidak mungkin... Kalau nona kurang bukti pergi berlibur sendirian, Jadi Apa aku
salah?” kata Tuan Byun. Ji Wook membenarka.
“Jadi aku
ingin anda juga pergi berlibur, Tolong gunakan waktu liburan anda” kata Ji
Wook. Eun Hyuk pun menambahkan kalau Lebih
baik kalau Tuan Byun pergi lebih lama lagi.
“Aku akan
berhenti bicara, karena tidak punya tempat tujuan” ucap Tuan Byun dengan wajah
cemberut.
Di hari
berikutnya, Tuan Byun hanya duduk dengan menutup mulutnta. Tuan Bang
mengatakan harus menggunakan pengulangan
kekerasan di hukum tenaga kerja. Ji Wook pun juga setuju dan ingin tahu keadaan
Jung Hyun Soo. Tuan Bang mengatakan sudah mengunjunginya kemarin, tapi belum
baikan dan Dokter juga tidak banyak
bicara.
“Apa kau
tidak akan... Berbaikan dengan nona kurang bukti?” ucap Tuan Byun menunjuk
kursi kosong didepanya. Ji Wook kembali hanya diam saja.
“ Ini Menyedihkan
sekali, Caraku salah membesarkanmu” keluh Tuan Byun lalu keluar dari ruangan.
Tuan Bang pun mengatakan kalau akan memastikan bosnya memakai waktu liburannya.
Eun Hyuk pun memohon agar Tuan Byun Perginya yang lama dan kasihan melihat Ji
Wook.
Bong Hee
memeriksa suhu tubuhnya dan masih di angka, 37°C. Menurutnya masih dalam
batasan normal lalu kembali tidur. Ji Hae duduk disofa sambil membawa majalah
dan memarahi Bong Hee karena tidur sepanjang hari.
“Bangunlah,
atau aku akan menendangmu” kata Ji Hae, tapi saat mengoyangkan tubuh Bong Hee
merasakan suhu badan yang tinggi. Ia melihat terometer berpikir alat itu rusak
dan berusaha membangunkan Bong Hee.
Ji Wook
dan Eun Hyuk datang dengan wajah panik, Ji Hae berada di depan ruang IGD. Eun
Hyuk menanyakan keadaan Bong Hee. Ji Hae memberitahu kalau Bong Hee berada
dalam ruang IGD dansuhu tubuhnya naik sampai 40°C. Ji Wook langsung berlari ke
dalam ruangan IGD.
Bong Hee
terlihat masih tertidur, Ji Wook mendekat sempat mengelus bagian pipinya. Saat
itu Bong Hee membuka mata. Ji Wook langsung mendekat memanggilnya. Bong Hee
menatap Ji Wook sambil tersenyum lalu berkata berharap ini bukan mimpi. Ji Wook
mengatakan kalau ini bukan mimpi. Bong Hee menatap Ji Wook dan langsung menarik
wajahnya dan menciumnya.
Bersambung ke Episode 32
Tidak ada komentar:
Posting Komentar