Hyun Jae
mengemudikan mobilnya dan tiba-tiba berhenti dengan mesin yang tak mau menyala.
Woo Seung siap dengan pengorenganya dan merasa setelah melihatnya seperti Hyun
Jae itu tidak asing. Hyun Jae pun bahagia karena ada yang mengenalinya.
Woo Seung
mengingat tak sengaja hampir menabrak Hyun Jae. Ia pun berteriak kalau Hyun Jae
adalah orang yang kecelakaan tadi malam itu. Hyun Jae mengingat kejadian kemarin
mengingat Woo Seung yang menginjak tanganya sebelum tak sadarkan diri.
“Jadi Kau
wanita itu? Kenapa kau disini?” teriak Hyun Jae marah. Woo Seung balik
menanyakan Hyun Jae kenapa ada dimobil dan
Bagaimana dengan yang lainnya
“Kau
tanya Yang lain? Siapa?” tanya Hyun Jae binggung. Woo Seung mengatakan kalau
maksudnya itu Pemilik mobil ini.
“Apa maksudmu?
Ini mobilku... sebenarnya.” Jelas Hyun Jae.
“Kita
akan kemana dengan mobil orang lain? Ini Aneh jika dipikir-pikir. Kau tiba-tiba
muncul di depan mobil ini. Apa kau mencoba mendapatkan uang dengan pura-pura
tertabrak?” kata Woo Seung curiga.
Hyun Jae
kesal dianggap pura-pura, Woo Seung menegaskan kalau Hyun Jae itu memilih mobil
yang salah, karena bertiga benar-benar lahir dengan "sendok kotor".
Hyun Jae malah makin heran mendengar Woo Seung
membawa-bawa sendok. Woo Seung mengajak mereka segera pergi sekarang.
“Aku
sudah ingin pergi daritadi. Namun, mobilnya rusak.” Ucap Hyun Jae. Woo Seung
memeriksa ponselnya tapi batterynya habis.
“Pinjamkan
aku hand phone-mu.” Kata Woo Seung. Hyun Jae mengaku Tidak punya. Woo Seung merasa Hyun Jae itu
bohong karena tak mungkin ada yang tidak punya ponsel zaman sekarang. Woo Seung
kesal kalau itu ada yaitu Dirinya.
“Lalu
kita harus bagaimana?”tanya Woo Seung. Hyun Jae dengan kesal berteriak juga
tidak tahu. Woo Seung pun memikrkan yang harus dilakukan
Sementara
MC Drill kembali membuat siaran langsung dengan ponselnya,
“Hai.. Semuanya,
ini Choi Woo Seung, wanita yang mirip ngengat. Tinggi 163 centimeters. Berat
badan 43 kilograms. Dia kurus dan matanya sangat besar. Dia masih berada di
Seoul. Dari matanya terpancar sinar ketamakan dan kebencian.” Ungkap MC Drill
memperlihatkan wajah Woo Seung dari ponsel.
“Dan Foto
ini mobilku. Jika kalian...bertemu ngengat betina ini... atau mobilku, maka aku
akan memberikan imbalan kepada kalian.” Ucap MC Drill
Woo Seung
kesal melihat MC Drill yang mengunakan ponselnya, lalu melihat kalau
pengikutnya masih nol. Ia mengejek MC Drill yang selalu melakukannya, tapi tak
ada yang menonton. Tiba-tiba seorang wanita dengan tinggi semampai dan juga
dada yang besar, semua melonggo sambil memberitahu kalau Do Hye Ri yang datang.
“Itu Hye
Ri si Hebat. Dia sangat kurus.” Ucap beberapa wanita merasa iri dan Hye Ri pun
mulai melakukan pemanasan sambil menyalakan musik, lalu mulai menari dengan
kursi didepanya.
“Kudengar
ada renovasi di studionya. Dia bahkan tak istirahat dan terus latihan. Dia
benar-benar hebat dan juga pakai sepatu hak tinggi saat latihan.”ucap MC Drill
benar-benar kagum
“Kudengar
dia ace dari grup yang akan segera debut.” Kata Ji Hoon juga ikut terpana
“Apa
bagusnya hal itu? Kudengar dia tidak jadi didebutkan karena masalah kesehatan.”
Kata MC Drill. Ji Hoon kaget mengetahui tentang Masalah kesehatan.
Hyun Jae
mencoba menghentikan mobil lalu berteriak kesal karena tak ada yang
mengenalnya, lalu berteriak kalau ia
adalah Yoo Hyun Jae. Woo Seung memilih untuk tetap belajar dengan lampu
kepalanya. Hyun Jae kembali masuk mobil sambil mengeluh Woo Seung tak membantu
padahal Tenggorokannya mulai sakit. Woo Seung seperti tak peduli.
“Kurasa
kau tidak tahu. Tapi aku bukan orang yang pantas diperlakukan seperti ini.” Ucap
Hyun Jae. Woo Seung menyetujuinya saja dan tetepa menatap bukunya. Hyun Jae pun
bertanya apa yang dilakukanya.
“Kira-kira
kelihatannya aku melakukan apa?” kata Woo Seung. Hyun Jae berpikir kalau itu
belajar. Woo Seung langsung membenarkan.
“Bagaimana
bisa kau belajar sekarang? Sampai kapan kau akan duduk diam disitu?” ucap Hyun
Jae. Woo Seung mengarahkan kepalanya, Hyun Jae mengeluh matanya jadi silau lalu
mengumpatWoo Seung itu tidak sopan.
“Katakan
padaku. Apa itu? Aku sangat membenci hal seperti itu.” Ucap Hyun Jae yang
sebelumnya melihat Woo Seung seperti ingin berbicara.
“Aku
sangat penasaran mengenai hal ini. Dimana kau mendapatkan pakaian seperti itu?”
ucap Woo Seung
“Aku
tertarik dengan fashion seperti ini dan suka memadu-padankan pakaianku.” Kata Hyun
Jae bangga.
“Apa kau
membelinya di Pasar Dongmyo?”pikir Woo Seung. Hyun Jae kesal dianggap beli di
pasar
“Kudengar
mereka menjualnya seharga 100 won.” Kata Woo Seung. Hyun Jae tak bisa menahan
tawa merasa itu Tidak masuk akal.
“Ini
Storm, apa kau mengerti? Storm! Jika ini harga 100 won, maka pakaianmu seharga
10 won.” Kata Hyun Jae menunjuk merek di belakang lehernya.
“Aku
selalu ingin berpenampilan terbaik kapanpun. Semua orang mengatakan fashionku
yang terbaik. Kau tak tahu apapun.” Ejek Hyun Jae.
Woo Seung
pujn tak peduli kalau memang Hyun Jae menyukainya karen orang lain akan menganggapnya kuno dan mengaku
hal itu. Hyun Jae makin geram bahkan Woo Seung yang bicara dengan bahasa tidak formal. Woo Seung membalas kalau
Hyun Jae yang melakukannya lebih dulu. Hyun
Jae menegaskan kalau ia berhak melakukannya.
“Tahun
berapa kau lahir?” tanya Hyun Jae. Woo Seung balik bertanya pada Hyun Jae lebih
dulu. Hyun Jae mengaku kalau ia lahir tahun 71.
“Kau
terlihat seperti kelahiran 73.” Komentar Hyun Jae, Woo Seung hanya menatapnya.
Woo Seung pun berpikir dengan menebak dari 74 lalu akhirnya 72
Saat itu
terlihat truk derek lewat, Woo Seung langsung turun dari mobil. Sementara Hyun
Jae masih kesal dianggap kuno dengan menatap kaca spion kalau sangat keren.
“Mereka
berhenti karena melihat mobil kita disini dan akan membawa kita ke kantor
pusat.” Kata Woo Seung setelah bicara dengan mobil derek lalu terdengar bunyi
suara perut yang lapar.
“Bunyi
perutmu itu seperti bukan dari orang yang baik” ejek Hyun Jae tapi setelah itu
suara perutnya yang berbunyi. Woo Seung balik mengejek Hyun Jae seperti itu.
Hyun Jae
teringat sebelum pergi membawa beberapa snack, Woo Seung melihatnya seperti
sangat ingin makan. Hyun Jae mengeluarkan snack lainya dan menawarkan pada Woo
Seung. Woo Seung menolaknya merasa tak tahu snack itu.
“Kau
pikir aku siapa? Ini sangat laku, apa Kau tidak tahu?” ucap Hyun Jae dan
langsung memperagakan iklanya. Woo Seung hanya bisa melonggo heran melihatnya. Hyun
Jae merasa Woo Seung itu tak punya TV di rumah
Tuan Lee
mencari gunting kuku di meja Kwang Jae padahal sudah meminta agar
mengembalikanya, ketika membuka laci melihat Formulir pinjaman bank dan
Peringatan tunggakan.
Woo Seung
melonggo melihat struk pembayaran, lalu mengomel pada Hyun Jae yang tak punya
kartu kredit, menurutnya uang 60.000 won
ini sudah seperti darahnya sendiri dan mengancam agar membayarnya nanti.
“Aku
benar-benar tidak punya apapun sekarang. Aku bukan orang yang tidak akan
membayar utang sesedikit itu. Aku akan membayarmu nanti.” Ucap Hyun Jae.
“Kau
hanya orang aneh yang tidak punya apa-apa.” Ucap Woo Seung. Hyun Jae kesal
dainggap aneh
“Aku
mungkin terlihat aneh, tapi aku tidak begitu.” Kata Hyun Jae. Woo Seung pun meminta
agar Hyun Jae membayarnya. Woo Seung pun hanya diam saja.
“Sekarang,
aku harus kemana? Dimana aku?” kata Hyun Jae binggung. Woo Seung meminta agar
Hyun Jae menunggunya lalu berkata “Dimana ini?”
“Sudah
kubilang aku tidak tahu.” Kata Hyun Jae kesal.
Cermin
pun berbicara “Anda berada di Goyang, Gyeonggi-do.” Woo Seung mengeluh mereka
pergi ketempat yang jauh. Hyun Jae
binggung melihat Woo Jae berbicara pada
ponsel. Woo Seung tak ingin Hyun Jae banyak tanya, dan memasang GPS di bagian
depan. Woo Seung binggung kemana mereka akan pergi.
“Saya
akan segera memberi petunjuk jalan untuk Anda. Belok kiri dalam 800 meter.” Ucap
GPS. Hyun Jae hanya bisa melonggo.
“Apa dia
bicara denganku sekarang?” tanya Hyun Jae binggung. Woo Seung menyuruh Hyun Jae
agar Menyetirlah dengan benar.Hyun Jae ingin mengambil jalur kiri terdengar
suara klakson.
Woo Seung
berteriak agar menyalakan Lampu sen. Hyun Jae mengambil kabel kalau Woo Seung
yang sudah merusaknya. Woo Seung berpikir yang harus dilakukan sekarang.
Akhirnya
Woo Seung dengan lampunya dan tangan keluar dari jendela sebagai lampu sen dan
berhenti di tempat istirahat. Ia mengeluh kalau melakukan banyak hal hari ini dan meminta
Hyun Jae agar diam serta menunggunya.
“Ini
benar-benar dimasa depan.” Ucap Hyun Jae melongo tak percaya. Woo Seung
mengumpat kesal dengan sabuk pengaman yang tak bisa dilepas.
“Apa Kau
pikir bisa memaksakannya? Aku akan melakukannya.” Kata Hyun Jae ingin membantu.
Woo Seung mengatakan kalau sedang
terburu-buru. Hyun Jae pun akan membantu kalau memang terburu-buru.
Saat itu
bangku mobil kembali turun, Hyun Jae pun mengikutinya dan bibirnya mencium Woo
Seung tak sengaja, ciuman kedua mereka. Woo Seung langsung mendorong dengan
wajah kesal. Hyun Jae berteriak kalau dirinya adalah korban.Woo Seung tak
banyak bicara segera turun dari mobil dengan memegang bibirnya.
“Yang
benar saja, aku harusnya... Kenapa dia marah denganku?”keluh Hyun Jae
“Saya
tidak bisa mendengarkan perintah Anda.” Balas Cermin, Hyun Jae berkata kalau
tidak mengatakannya padanya dan akan pergi ke toilet jadi menyuruhnya istirahat
saja.
Hyun Jae
keluar dari toilet wanita dengan melihat sekeliling, seseorang mengangkat
telp mengaku bernama Lee Kwang Jae. Ia
langsung berusaha mengikutinya tapi si pria sudah lebih dulu naik mobil. Woo
Seung melihat Hyun Jae yang berlari, dan langsung masuk mobil. Ia berusaha
mengejar Hyun Jae yang pergi meninggalkanya.
“Aku akan
membunuhmu saat bertemu denganmu nanti!” teriak Woo Seung kesal.
Hyun Jae
mengemudikan mobilnya, suara ponsel menganggunya dan akhirnya kehilangan mobil
yang dikemudikan Kwang Jae. Ia pun berusaha untuk tenang karena Kwang Jae
pasti Pergilah ke studio.
“Dalam
500 meter, silahkan belok kanan.” Ucap GPS. Hyun Jae pikir orang itu tahu
dimana dia bekerja.
“Silahkan
belok kanan.” Kata GPS. Akhirnya Hyun Jae memutuskan untuk mempercayainya.
Di telp
umum, Woo Seung kesal karena Hyun Jae tak mengangkat telpnya, lalu berpikir
caranya agar bisa pulang. Ji Hoon duduk di meja belajar menatap ponselnya,
ketika ada deringan langsung mengangkatnya. Woo Seung dengan suara lemah
akhirnya menelp.
“Kau
kemana saja? Drill benar-benar marah. Dia sudah gila. Kenapa ponselmu mati? Aku
mengirimkanmu pesan dan kau tidak membalasnya.” Ucap Ji Hoon yang khawatir.
“Sesuatu
terjadi. Aku akan menceritakannya nanti. Apa kau bisa menungguku diluar dan
membayar taksiku? Aku akan menghubungimu. Hei, aku sedang dalam masalah dan
hanya nomor ponselmu yang aku ingat. Jadi Angkat saja atau kau akan mati hari
ini.” Ucap Woo Seung buru-buru menutup karena koinya sudah habis. Ji Hoon heran dengan Woo Seung menganggap dirinya
pembantu.
Hyun Jae
akhirnya sampai di tempat Kwang Jae dengan GPS milik Woo Seung, lalu menatap
kalau tempat agencynya terlihat semakin tua. Dua wanita turun dari mobil, si
rambut orange kembali mengeluh pada Kwang Jae agar menyetirlah dengan lebih
baik lagi. Temanya langsung menarik masuk agar tak banyak komplain lagi. Kwang
Jae membawa beberapa pakaian dari mobil, Hyun Jae terus menatapnya mengingat
kenanganya.
Flash Back
Kwang Jae
meminta agar Hyun Jae Percaya dan ikut
saja dengannya karena Pekerjaannya memang selalu mengikuti Hyun Jae. Hyun Jae menegaskan
kalau tidak bercanda dan pindah label. Kwang Jae kaget mendengarnya.
“Aku akan
pindah label. Berapa yang akan didapatkan labelmu? Apakah Sekitar seratus? Aku
akan membayarmu dobel.” Kata Hyun Jae.
“Bukan
masalah uang. Apa yang akan terjadi dengan Asia Management kalau kau pergi?
Kita bisa bangkrut. Direktur membeli gedungnya saat albummu laris saat itu. Kita
mengambil pinjaman di bank.” Ucap Kwang Jae
“Siapa
yang menyuruhnya melakukan itu?” kata Hyun Jae tak peduli. Kwang Jae kesal
merasa Hyun Jae hanya memikirkan dirimu sendiri.
Hyun Jae
melihat Kwang Jae dan buru-buru menyembunyikan wajahnya, tapi berusaha
mengangkatnya. Kwang Jae mentap ke arah Hyun Jae dan memanggilnya “Ahjussi”
agar memindahkan mobil. Hyun Jae hanya bisa terdiam, Kwang Jae akan mendekat
dan saat itu Tuan Lee keluar dan memanggil Kwang Jae.
“Kwang
Jae... Apa gedung kita akan disita bank? Aku sudah melihatnya. Jadi Katakan
yang sejujurnya.” Ucap Tuan Lee. Hyun Jae mendengarnya dari dalam mobil.
“Itu...
Aku terlambat membayar pinjaman pokok dan bunganya.” Akui Kwang Jae.
“Hei, kau
bisa mengatakannya padaku.” Kata Tuan Lee. Kwang jae tidak ingin membuat Tuan
Lee khawatir.
“Dasar
bodoh. Apa kau akan memberitahu saat kita sudah ditendang keluar? Apa itu Supaya
aku tidak khawatir?” ucap Tuan Lee kesal.
Kwang Jae
berkata akan mengurusnya. Tuan Lee langsung mengumpat Kwang Jae itu beruang
bodoh, karena mengatakanakan mengurusnya tapi hal ini malah terjadi. Ia mulai
mengumpat kesal kalau Semua ini karena bajingan terkutuk itu. Kwang Jae bertanya-tanya
siapa Bajingan terkutuk lalu menebak itu adalah Hyun Jae. Tuan Lee pikir kalau
saja Hyun Jae tidak berkhianat dengan punya
semua uang yang disembunyikan bahkan tidak tahu sekarang sudah mati atau terbang
ke langit ketujuh. Kwang Jae heran Tuan Lee yang kembali membawan nama Hyun Jae
lagi.
Hyun Jae
terus mendengarkan seperti merasa bersalah, Saat itu Bo Hee keluar bertanya apa
yang sedang mereka lakukanya. Kwang Jae mengaku
akan segera masuk. Hyun Jae pun melihat Bo Hee seperti terpesena, Kwang
jae meminta agar meRahasiakan masalah ini dari Bo Hee. Tuan Lee tak peduli dan
ingin mereka harus ke bank besok. Keduanya pun masuk, Hyun Jae seperti tak
sanggup memilih untuk pergi saja.
Woo Seung
terbaring dengan tatapan kosong. MC Drill mengumpat kesal kalau itu tak masuk
akal dengan kehilangan tas, ponsel, dan semua barangnya. Ia menegaskan kalau
dirinya itu tak bodoh yang bisa dibohongi.
“Apa Kau
percaya dengannya?” kata MC Drill kesal
“Tapi,
bagaimana dia bisa menyetir tanpa kunci mobil? Dia tidak mungkin punya
kuncinya. Ini Tidak masuk akal.” Ucap Ji Hoon juga binggung.
“Choi Woo
Seung, kau pasti kaki tangannya. Dimana kau menjual mobil kesayanganku? Apa
yang harus kulakukan dengan bajingan itu? Jangan berakting didepanku. Beritahu
yang sebenarnya... teriak MC Drill meluapkan amarahnya. Tiba-tiba Woo Seung
terbangun.
“Aku akan
menemukannya bahkan sampai ke neraka sekalipun. Aku Choi Woo Seung. Kau
berurusan dengan orang yang salah!” teriak Woo Seung penuh dendam membuat Woo
Seung ketakutan.
Hyun Jae
berada di pinggir sungai, mengingat saat Bo Hee keluar dari toko bertanya
kenapa keduanya ada diluar. Ia dengan kesal melihat ketiganya yang tinggal
bersama.
Flash Back
Hyun Jae
melihat tumpukan uang ditangan dan depanya, Direktur dudu k didepanya merasa
mereka yang akan selalu senang bertemu lalu
bertanya kenapa Direktur Lee yang tidak datang. Hyun Jae terlihat binggung dan
menjawab kalau Tuan Lee sedang sibuk.
“Ini
jumlah uang yang banyak. Aku harus mengecek ini dengannya.” Kata Direktur. Hyun Jae pikir Tidak perlu lalu panik saat
melihat Direktur menelp Tuan Lee.
“Dia tak
mengangkatnya dan kau penyanyinya. Jadi Tidak akan terjadi apa-apa, kan?” kata
Direktur. Hyun Jae menyakinkan akan baik-baik saja.
“Ini
pertama kalinya aku membayar nominal sebesar ini.” Ungkap si direktur bangga.
Hyun Jae pun tersenyum bahagia.
Hyun Jae
membawa tas berisi uang di bagasi mobil, dan ditahun 2017 Hyun Jae membuka
bagasi isinya barang-barang milik Woo Seung yang baru pindah. Ia mencari-cari
sesuatu dan menemukan sebungkus ramen menurutnya seseorang itu harus
melanjutkan hidup.
Di kamar,
Woo Seung tak bisa tidur karena masih marah pada Hyun Jae, lalu keluar dari
kamar mengambil ponsel Ji Hoon saat melihat namanya yang disimpan adalah “Malaikat
Pencabut Nyawa” walaupun sempat kesal mencoba menelp Hyun Jae kembali dari
ponselnya, tapi tetap tak diangkat.
Hyun Jae
membaca koran dan tak peraya kalau Korea masuk semi final piala dunia, lalu
melihat ada model wanita cantik bertanya-tanya siapa wanita itu. Lalu mencari alat
untuk memasakn mie. Di pinggir sungai Hyun jae, memasak mie dengan kompor dan
panci tapi gas milik Woo Seung semua habis akhirnya ia hanya bisa makan mie tanpa direbus.
“Apa Gun
Mo Hyung masih belum menikah?” ucap Woo Seung sambil membaca koran lalu akhirnya
mengajak ponsel bicara, tapi tak ada sahutan.
Hyun Jae
mengingat Woo Seung yang menekan bagian pinggir ponsel sebelum bicara. Ia pun
mengikutinya lalu bertanya keberadaanya, Cermin pun menjawab “Kota Seoul.
Yeoeuido-dong, Yeongdeungpo-gu. Parkiran Sungai Han.” Hyun Jae tersenyun
mendengarnya mengaku butuh bantuan.
Cermin pun mempersilahkan Hyun Jae untuk mendengarkan.
“Hari ini
tanggal berapa?” tanya Hyun Jae. Cermin menjawab “Sabtu, 3 Juni 2017.”
“Apa..
perjalanan waktu itu mungkin dilakukan?” tanya Hyun Jae.
“Berikut
adalah hasil pencarian mengenai perjalanan waktu.” Balas cermin. Hyun Jae tak
mengerti dan ingin tahu apakah bisa atau tidak melakukan itu.
“Apa Anda
tidak bisa mengerti ucapan saya? Apa perjalanan waktu bisa dilakukan? Apa kau
tidak menanggapiku juga? Aku Yoo Hyun Jae. Yoo Hyun Jae!” kata Hyun Jae kesal
Cermin pun memberikan hasil pencarian Yoon
Hyun Jae.
“Siapa
yang menyuruhmu mencariku?” keluh Hyun Jae tapi setelah itu tak percaya
menemukan profilnya dan kaget mengetahui Yoo Hyun Jae sudah meninggal Pada 17
Juni 1994 dan meninggal dalam usia 24 tahun.
“Aku... meninggal
tahun depan.” Ucap Hyun Jae tak percaya ternyata ia diketahui sudah meninggal.
Suasana
pagi hari di Sungai Han ramai, beberapa orang yang sedang berlari melihat ke
dalam mobil Hyun Jae berpikir kalau Ada kebocoran gas dengan tabung
disekeliling tempat duduk dan meminta memanggil ambulance. Pihak Ambulance
datang membangunkan Hyun Jae dari jendela.
Hyun Jae
seperti sudah tak sadarkan diri dalam mobil, Akhirnya petugas memecahkan kaca
dengan batu. Hyun Jae langsung terbangun karena terlonjak kaget, semua orang seperti
bisa bernafas lega ternyata Hyun Jae masih hidup.
“Kami
mengira kau bunuh diri, kau harus tetap hidup. Bertahanlah.” Ucap Seorang ibu
menasehatinya. Hyun Jae duduk diam di pinggir sungai.
“Ya, kau
harus tetap hidup, Yoo Hyun Jae. Semuanya takkan berubah jika kau hanya duduk
diam saja. Pergilah ke studio. Semuanya bermula dari sana.” Kata Hyun Jae
menyakinkan diri.
MC Drill
mengomel kalau akan memasukkan Choi Woo Seung dalam penjara. Ji Hoon
membujuknya kalau akan memasakan ramyun jadi Jangan marah lagi. MC Drill kesal
karena mobilnya yang hilan dan tak bisa diganti dengan ramen, Ji Hoon kembali
merayu dengan akan memberikan telur didalamnya. MC Drill akhirnya merasa lebih
baik sekarang.
Keduanya terlihat
bahagia masuk ke dalam gedung World Entertaiment, Hyun Jae melihat keduanya
ternyata tinggal digedung yang sama juga.
Woo Seung
keluar dari kamar, Ji Hoon bertanya apakah Woo Seung tidak pergi les. MC Drill
kembali meminta aagr Woo Seung membawa
pulang mobilnya atau akan melapor pada polisi. Woo Seung pikir lebih baik Laporkan saja,
karena akan menemukannya terlebih dahulu dan membunuhnya.
“Membunuh
siapa?” tanya Ji Hoon binggung. Woo Seung mulai mengumpat Hyun Jae si Sialan
itu.
“Jika
dipikir kembali, kurasa dia sengaja melakukannya. Dia tiba-tiba ada di depan mobil
bobrok itu.” Kata Woo Seung, MC Dril tak terima di ejek sebagai mobil bobrok
“Kau tidak
tahu dimana keberadaannya, bagaimana kau akan mencarinya?” ucap Ji Hoon menahan
Woo Seung untuk pergi.
“Di negara
kita ada 3 jalur air dan 38 jalur paralel. Jadi Kemana dia bisa pergi?” kata
Woo Seung
Ji Hoon
meminta Woo Seung agar menahan emosinya dan jangan bicara omong kosong. Woo
Seung menegaskan kalau sudah kehilangan semuanya, jadi tak mungkin kalau tidak
marah. Ji Hoon pikir kalau Woo Seung tidak punya nomor ataupun alamatnya jadi
seperti pergi tanpa tujuan jelas. Woo Seung meminta Ji Hoon melepaskan tanganya
karena akan mencarinya.
Saat itu
Hyun Jae masuk kamar, ketiganya kaget melihat Hyun Jae yang datang sendiri. Woo
Seung akan melampiaskan amarahnya, Ji Hoon akan menariknya tapi malah terpelas
begitu saja. Woo Seung tersandung kakinya sendiri dan kembali mendaratkan
bibirnya pada bibir Hyun Jae. Ciuman ketiga mereka pun terjadi dengan dua pria
yang melonggo melihatnya.
Epilog
Ji Hoon
yakin Semuanya akan berjalan lancar dan menurutnya MC Drill itu baginya sangat
jago rap. MC Drill juga memuji Ji Hoon yang pandai Menyanyi dan menari. Ji Hoon merasa kalau
hanya seperti lelucon dibanding temanya
itu.
“Jika kau
ini lelucon, maka semua penyanyi di negara kita juga sama.” Kata MC Drill
memberikan semangat pada temanya.
“Karena
kau sedang membicarakannya... Aku tidak pernah melihat seseorang yang bisa rap
sekeren dan semaskulin dirimu. Coba Perlihatkan otot-otomu itu.” Kata Ji Hoon.
MC Drill
pun membuka baju untuk memperlihatkan otot-ototnya, menurutnya Ji Hoon itu
rasio tubuhnya 1 banding 8. Ji Hoon dengan bangg kalau ia memiliki rasiao 1
banding 9 dan ketika debut maka mereka akan ada diseluruh penjuru Korea dan
melakukan gaya swag.
Pintu
lift terbuka boy band dengan pakaian jas putih masuk, keduanya langsung
menutupi wajah malu dengan menghadap ke arah dinding. MC Drill pun buru-buru
memakain bajunya, para anggota Boy band pun keluar dari lift bersama.
“Kau
lihat bagaimana mereka tidak bisa memandang kita? Siapa peduli mengenai idol
lagi? Mereka seperti cumi-cumi depan kita. Bukankah begitu?” ucap MC Drill
mengejek.
“Dasar
bodoh. Pakai bajumu dengan benar.” Kata Ji Hoon menutupi wajah temanya dengan
hoddie yang terbalik.
Bersambung ke episode 5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar