Ae Ra
mengaku kalau Jantungnya berdebar setiap kali Dong Man melakukan itu. Dong Man
menatap tak percaya, Ae Ra menegaskan kembali kalau Jantungnya berdebardan Ada
yang tidak beres dalam dirinya jadi meminta Dong Man agar bisa berhati-hati.
“Aku
tidak keren dan terpelajar. Aku lebih mirip seekor anjing. Saat menggigit, maka
tidak akan kulepas. Aku akan terus menggigit.” Kata Ae Ra memberikan perumpaan.
“Apa yang
menjadikanmu seperti itu?” kata Dong Man terlihat gugup.
“Aku baru
saja ingin menggigit. Sebaiknya kau waspada. Mungkin aku akan menembakkan
senjata nuklir padamu. Karena itulah kita harus hati-hati.” Tegas Ae Ra lalu
berjalan lebih dulu.
Ae Ra
memakai helm lalu melepaskan sepatu karena Dong Man mengendarai motor jadi
harus memakainya. Dong Man terlihat sedikit gugup saat Ae Ra memakaikan helm,
Ae Ra pun mengajak merek segera berangkat. Dong Man pun duduk dibelakang
kemudi, Ae Ra duduk dengan memberikan penghalang tas dibagian dada.
“Hei, itu
sangat tidak nyaman. Kenapa kau melakukannya?” keluh Dong Man merasa aneh.
“Agar kau
bisa fokus mengemudi.” Kata Ae Ra tak ingin Dong Man merasakan bagian dadanya.
“Kau
cemas tanpa alasan. Saraf punggung manusia tidak dapat mendeteksi sesuatu yang
sekecil itu.” Ejek Dong Man. Ae Ra menyuruh Dong Man segera pergi saja. Mereka
pun pulang dengan motor.
Sul Hee
berjalan lebih dulu dengan wajah cemberut, Joo Man meminta maaf dengan
menjelaskan kalau itu kejadian yang singkat jadi tak seperti yang dipikirkana.
Sul Hee kesal Joo Man yang mengulanginya. Joo Man mengaku kalau sangat kaget
karena Ye Jin yang tiba-tiba
menyerangnya.
“Aku
tidak bisa menampar wanita, atau juga menuntutnya.” Ucap Joo Man membela diri
“Jadi..
Bagaimana rasanya? Itu rasanya Boleh juga, 'kan?” kata Sul Hee menyindir.
“Itu
hanya... Aku merasa ada siput melekat di bibirku.” Ungkap Joo Man
mengumpamakan.
“Kau
sangat orisinal dan detail. Kau bilang tadi Siput?” ucap Sul Hee makin kesal.
Joo Man serba salah karena bukan seperti itu maksudnya.
“Jadi,
maksudmu.. Apa Kau sama sekali tidak bergairah saat dia menciummu?” ucap Sul
Hee. Joo Man menegaskan bukan seperti itu.
“Kalau
begitu, akan kutangani siput itu.” Tegas Sul Hee lalu beranjak pergi. Joo Man
binggung apa yang akan direncanakan Sul Hee pada Ye Jin.
Dong Man
gugup mengingat kembali saat Ae Ra mengakui Jantungknya berdebar setiap kali memeluknya.
Keduanya terlihat gugup dan merasakan seperti tak nyaman, hanya berani menatap
ponsel sambil berjalan. Dong Man akhirnya memberanikan diri untuk berbicara.
“Hei,
jika kau tidak ada kegiatan lusa nanti...
Apa kau mau menonton pertandinganku? Pukul 4 sore di Gelanggang
Dongchook.” Kata Dong Man
“Apa Kau
bertanding lagi? Kau sudah dihajar habis-habisan, tapi tetap saja...” ucap Ae
Ra terdengar khawatir.
“Bersikaplah
seperti biasa.... Aku tidak keberatan.” Kata Dong Man seperti merasakan sesuatu
juga.
Keduanya
kembali merasakan gugup, dengan saling melihat pandangan yang lain. Dong Man
memandang langit merasa Ada banyak
bintang malam ini dan ada Bintang Ciduk. Ae Ra memberitahu kalau Yang benar itu
Bintang Biduk.
“Apa Kau
mau minum di Bar Namil malam ini?” tanya Dong Man tetap terlihat gugup. Ae Ra
pun tak menolaknya. Dong Man malah merasa tak yakin. Ae Ra mengangguk untuk
menyakinkan.
Saat itu
Sul Hee dan Joo Man datang. Dong Man merasa senang melihat keduanya karena
sebagai Fantastic Four harus ke Bar Namil dan mengajak minum bersama. Sul Hee
mengatakan tidak mau kalau Joo Man ikut jadi menyuruh mereka berdua saja pergi.
Dong Man bingung ada apa lagi dengan mereka berdua.
“Kalau
begitu, kita bertiga bisa minum.” Ajak Dong Man. Joo Man pikir mereka sudah minum-minum.
“Wajah Ae
Ra tampak merona dan Kenapa telingamu begitu merah?” kata Joo Man melihat
keduanya. Dong Man dengan nada tinggi merasa Joo Man itu buta warna dan
berusaha mengelak, kalau hanya karena panas. Joo Man heran melihat Dong Man
harus berteriak.
“Cukup
bicaranya. Ayo kita pergi... Mari kita minum maesilju.” Ajak Dong Man. Joo Man
menolak dan ingin masuk rumah.
“Apa Kami
berdua saja?” kata Dong Man merasa tak enak. Joo Man pikir mereka selalu minum
berdua jadi tak masalah. Ae Ra hanya diam saja berusaha untuk terlihat tenang.
Keduanya
minum dengan wajah gugup, Dong Man membahas Park Moo Bin kalau akan
mengurusnya. Ae Ra mengejek kalau Dong Man itu
mau menghajarnya. Dong Man menegaskan dirinya bukan gangster jadi tak
ada gunanya menghajar orang
“Aku
punya strategi, kau tahu itu.” Kata Dong Man. Ae Re memberitahu Moo Bin bukan
orang yang bisa ditangani.
“Kenapa
kau selalu berpacaran dengan preman seperti itu?” ejek Dong Man, Ae Ra merasa
tak melakukannya.
“Saat
SMP, seorang siswa meminjam ponselmu dan pindah sekolah... Park Doo Young.”
Kata Dong Man. Ae Ra tak percaya Dong Man bisa ingat namanya.
“Dia
cinta pertamamu.” Ucap Dong Man. Ae Ra mengaku pria itu bukan cinta pertamanya.
“Di
universitas, kau berkencan dengan pria di band tradisional.”ucap Dong Man. Ae
Ra menegaskan mereka tidak berpacaran.
“Lalu
pacar terakhir yang kau sokong selama dua tahun meninggalkanmu demi wanita
lain.” Ejek Dong Man. Ae RA tak ingin membahasnya lagi.
“Sekarang
ada Park Moo Bin. Apa kau mengoleksi preman? Apa Itu hobimu?” ejek Dong Man
“Kau
melupakan satu orang dari daftar pria gagalku. Cinta pertamaku yang sebenarnya.”
Ungkap Ae Ra. Dong Man menebak itu Si
pergelangan tangan itu.
“Ya.
Berkat dia, pergelangan tanganku masih sakit setiap kali hujan.” Kata Ae Ra.
Dong Man bertanya-tanya Di mana Ae Ra
temukan bajingan itu dan Bagaimana bisa jadi cinta pertamanya.
Flash Back
Tahun
2011
Ae Ra
menyanyikan lagi lirik "Meninggalkan
rumahku lalu naik kereta Aku dalam perjalanan menuju perkemahan" Dong Man
meminta Ae Ra menghentikanya sambil menutup telpnya. Ae Ra pikir kalau nanti
ikut wajib militer, maka akan lupa segalanya.
“Apa Kau
tahu? Mereka masih menjual roti Fin.K.L di sana. Saat keadaan sulit, pria lebih
merindukan pacar mereka, kau sungguh bodoh.” Ucap Dong Man
“Apa dia
pacarmu? Kalian putus dua tahun lalu” kata Ae Ra lalu menyuruh melepaskan
stiker foto pada koreknya. Dong Man seperti tak rela melepaskan fotonya.
Ae Ra
membawa panci dan menuliskan note “Makanlah bubur pereda mabuk ini dan ikut
wajib militer. Aku tunggu. Dari ibu negaramu, Choi.”Lalu dikagetkan dengan melihat Hye Ran yang duduk depan rumah sambil
tertidur, dengan nada mengejek kalau sudah seperti tunawisma,
Ia
menaiki tangga dan tak ingin mengetuk pintu karena Pasti masih tidur,
menurutnya Ini kesempatan terakhirnya tidur nyenyak, lalu menaruh didepan
pintu, Note yang ditempelnya terbang terbawa angin. Ae Ra kembali melihat Hye
Ran yang tertidur, sambil mengumpat si penyihir.
“Dia
terlihat cantik meski dengan maskara yang luntur.” Keluh Ae Ra lalu dengan
sengaja membuat gaduh dari kaleng minuman. Hye Ran pun terbangun dengan
terlonjak kaget
Dong Man
terlihat gelisah di kamar lalu melihat note yang diselipkan didepan pintu, Hye
Ran menuliskan "Kau tidak apa-apa? Aku menunggu di luar Mari kita tidak
mabuk bersama. " lalu keluar melihat sepanci bubur. Hye Ran menaiki tangga
dengan gaya centilnya memanggil Dong Man.
“Benarkah
kau menungguku semalaman?” ucap Dong Man tak percaya melihat Hye Ran yang
menunggu didepan rumah.
Ae Ra
keluar dari rumah karena lupa membawakannya kimchi, lalu berpikir kalau sudah
pergi. Saat akan menaiki tangga seperti bunyi suara tikus, tapi ketika naik ke
depan rumah Dong Man hanya bisa melonggo karena keduanya sedang berciuman.
Dengan
wajah kesal, Ae Ra berusaha untuk kabur tapi malah menabrak sepeda dan
membuatnya terjatuh dari tangga. Dong Man dan Hye Ran melihat keadaan Ae Ra. Ae
Ra mengaduh kesakitan dengan memegang pegelangan tangannya.
“Apa kau
masih mabuk?” pikir Dong Man melihat Ae Ra yang terjatuh.
“Apa Kau
belum pergi juga dan Mau terlambat?” ucap Ae Ra sambil memegang tanganya. Hye
Ran binggung karena Dong Man yang ingin
pergi.
Dong Man
sudah siap pergi, Hye Ran dengan gayanya mengaku tidak bisa hidup tanpanya. Ae Ra mengejek Hye
Ran iytu berlagak seperti akan menunggunya. Dong Man menyakinkan Dua tahun akan
berlalu sangat cepat. Ae Ra heran melihat Hye Ran malah memegang panci
buburnya.
“Sudah
kubilang aku akan memberimu semua sisa berasku. Kenapa kau membawa itu keluar?
Apa aku meminta berasmu?” ucap Ae Ra heran melihat Dong Man membawa karung
beras.
“Kenapa
kau membawa kimchi dan terjatuh di tangga?” keluh Dong Man dan ingin melihat
tangan Ae Ra yang terluka. Ae Ra menarik
tangan merasa tak perlu melihatnya dengan menahan tangisnya.
“Hei..
Apa Kau menangis? Apa kau anak kecil? Apa kau menangis karena jatuh? Sudah
kubilang kau jelek saat menangis.” Ejek Dong Man
“Kau
selesai tanggal 5 September 2012, 'kan? Kau akan selesai saat itu, 'kan?” kata
Ae Ra, Dong Man dengan perhatian menghapus air mata Ae Ra dengan bajunya,
memperingatakan Jangan terlibat masalah
Hye Ran tak percaya melihat Dong Man memberikan perhatiannya.
Dong Man
tak percaya kalau pergelangan tangannya bisa cedera karena menyukai orang dan
apakah Ae Ra menghajarnya dan pantas mendapatkannya. Ae Ra pikir pria itu
sungguh bodoh dan mungkin tidak tahu menyukainya.
“Kau
tahu, tidak ada obat untuk kebodohan. Mereka bahkan tidak tahu bahwa mereka
bodoh.” Ucap Dong Man. Ae Ra tak ingin membahasnya menyuruh Dong Man tidur
saja.
“Apa kau
masih memikirkan cinta pertamamu itu?” tanya Dong Man dengan wajah serius
“Cinta
pertama itu seperti suntikan imunisasi. Kau gugup sebelum mendapatkannya, dan
sedikit sakit saat disuntik, tapi kau baik-baik saja setelahnya. Itu hanya
meninggalkan bekas.” Kata Ae Ra yang merasa kalau Dong Man sebagai cinta
pertama
“Hei. Sudah kubilang, cinta
pertama bukanlah apa-apa.” Ucap Dong Man. Ae Ra mengucapkan Selamat malam lalu
masuk ke dalam kamar
Dong Man
tidur dengan gelisah bertanya-tanya Siapa cinta pertama Ae Ra lalu melhat
bagian lengan ada bekas Suntik imunisasi, lalu memikirkan siapa orangnya.
Ae Ra
berbaring ditempat tidur dengan memegang pergelangan tanganya, mengumpat Dong
Man yang bodoh karena tak menyadarinya lalu berusaha untuk tidur.
[Episode 8 - Dia pernah cantik]
Dong Man
terlihat bersiap dengan menyemprotkan pengharum baju pada tubuhnya. Saat
sarapan ia mengeluh kalau Diet adalah
bagian terberat dari pelatihan dengan makan tak nafsu. Sul Hee pun bertanya
apakah Ae Ra memutuskan Moo Bin. Ae Ra
tiba-tiba terbatuk karena tersedak, Sul Hee pun menyuruh Ae Ra agar mengunyah
dengan benar.
“Memangnya
kau seekor anjing?” kata Dong Man melihat tanganya diendus oleh Joo Man.
“Kenapa
kau menyemprotkan Febreeze saat sarapan? Aku tidak bisa membedakan aku makan
kacang atau Febreeze.” Keluh Joo Man. Dong Man membela diri kalau itu aroma
kulitnya.
“Hei.. Ae
Ra, apa kau petarung makanan? Kenapa tidak bicara? Apa kau sedang mempersiapkan
pertarungan?” kata Joo Man. Sul Hee pikir mereka berdua bertengkar dan tidak
saling bicara.
“Apa
kalian pikir kami selalu bertengkar atau semacamnya?” kata Ae Ra Joo Man pikir
Dong Man kembali menyebutnya jelek lagi atau mengatakan perlu terlahir kembali.
“Kapan
aku sejujur itu padanya?” keluh Dong Man membela diri.
Sul Hee
tiba-tiba melihat Ae Ra yang memakai
pewarna bibir. Ae Ra mengaku tidak melakukanya. Sul Hee heran melihat Ae Ra
yang memakai pewarna bibir sebelum sikat
gigi. Dong Man membela diri kalau Ae Ra tidak memakai pewarna bibir tapi memang
warna bibirnya. Sementara Joo Man merasa kesal wangi Febreeze di telur karena
Dong Man.
Ae Ra
keluar dari rumah dan berpapasan dengan Dong Man, tapi membuatnya panik
langsung kembali masuk. Dong Man mengedor pintu Ae Ra agar segera keluar. Ae Ra
akhirnya keluar. Dong Man heran melihat Ae Ra seperti terkena flu.
“Apa kau
masih merokok... kau Masih merokok, 'kan?” ucap Dong Man menuduh. Ae Ra mengaku
tidak pernah merokok.
“Kenapa
kau berhenti berjalan?” tany Dong Man.Ae Ra mengatakan karena keinginanya.
“Apa Kau
mau ke suatu tempat? Menemui seseorang?” tanya Dong Man. Ae Ra mengeluh Dong
Man yang banyak tanya.
“Kau
pengangguran. Jadi, mau pergi ke mana?” tanya Dong Man penasaran.
“Aku akan
ke toko agar bisa berhenti menjadi pengangguran. Aku ada wawancara besok jadi
mau beli setelan baju.” Kata Ae Ra
Dong Man
bertanya apakah akan pergi sendiri dan bagaimana dengan Sul Hee. Ae Ra mengejek
apakah Sul Hee itu pengangguran. Dong Man mengangguk mengerti lalu bertanya
Akan berapa lama waktunya.
Joo Man
dan Sul Hee berjalan berjauhan, lalu Joo Man menyakinkan kalau sangat singkat dan sungguh seperti siput. Sul
Hee kesal menyurh Joo Man Berhentilah membicarakan siput bodoh itu. Joo Man
pikir Mari bicara nanti.Sul Hee tiba-tiba datang langsung memegang bagian tas
Joo Man. Joo Man panik melihat sekeliling.
“Apa Kita
tidak bisa membawa tas bersama-sama? Aku tidak menggenggam tanganmu atau
mengaitkan lenganku. Tidak bisakah kita membawa satu tas bodoh bersama?” kata
Sul Hee.
“Lihat
sekelilingmu. Siapa yang membawa sebuah tas bersama-sama?” ucap Joo Man panik
“Siapa
yang mencium siput di ruang fotokopi?” kata Sul Hee kesal merasa Joo Man menjijikka
lalu berjalan pergi. Joo Man kebingungan untuk menenangkan Sul Hee.
Dong Man
menunggu di dalam toko sambil minum dan mengeluh Ae Ra yang selalu membeli pakaian secara online sepanjang
tahun, tapi berbelanja untuk setiap acara, lalu mengumpat kalau Ae Ra memang Wanita
sangat aneh. Menurutnya Jika Ae Ra memakai uang untuk bermain game, pasti sudah
jadi nomor satu.
Ae Ra
keluar dari kamar ganti meminta pendapatnya. Dong Man sempat terkesima tapi
dengan santai mengatakan kalau itu Biasa saja. Ae Ra akhirnya menganti pakaian
beberapa kali meminta pendapat Dong Man dan Dong Man terus mengatakan kalau itu
Biasa saja.
“Jadi Untuk
apa kau ikut? Aoa Kau datang untuk meminum kopinya atau hanya untuk merasakan penyejuk
ruangan? Kau harus mengatakan mana yang cantik atau yang lebih baik. Katakanlah
sesuatu.” Ucap Ae Ra kesal
“Semuanya
tampak... cantik saat kau memakai semua itu!” teriak Dong Man yang membuat
pegawai toko menahan tawa. Ae Ra pun terlihat malu karena Dong Man mengatakan
kalau ia cantik.
Sul Hee
melihat Joo Man berada di ruang fotokopi, lalu masuk dan memberikan ciuman
dengan cepat. Joo Man kaget tiba-tiba Sul Hee memberikan ciuman di kantor. Direktur Choi datang memberitahu aklau makan siang mereka menunya daging.
“Hai, Sun
Hee.” Ucap Direktur Choi menyapa. Sul Hee memberitahu nama yang benar dan
berjalan keluar dari ruangan.
“Pak Kim...
Seperti saat kali terakhir.... Kau.. Apa mengoles sesuatu di bibirmu?” ucap
Direktur Choi yang melihat bibir Joo Man basah. Joo Man hanya bisa terdiam.
Direktur Choi mengejek Joo Man kalau memang
pria modis.
Dong Man
selesai mengantar Ae Ra berbelanja. Ae Ra pikir Dong Man harus pergi dan
bertanya apakah itu pergi ke gelanggang olahraga lagi. Dong Man mengatakan
harus Untuk berlatih karena ada pertandingan besok. Ae Ra kesal Dong Man itu tidak
pernah menuruti perkataannya. .
“Kau
harus dihajar habis-habisan sampai tidak mampu lagi memegang sendok dan
meninggalkan seni bela diri campuran selamanya.” Ucap Ae Ra mengomel
“Kenapa
kau masih mengomel?” keluh Dong Man. Ae Ra mengatakan kaan ikut untuk melihat
tempatnya.
Sul Hee berjalan
dari belakang sengaja memegang bokong Joo Man, Joo Man berteriak marah. Sul Hee
kembali mengejek Joo Man yang Kembali dari ruang fotokopi lagi. Joo Man
terlihat tak habis pikir dengan sikap Sul Hee karena membuatny sangat gugup sampai tidak bisa
bekerja. Sul Hee pikir kalau Joo Man bisa bicara supaya tidak perlu gugup.
“Kita
berpacaran enam tahun, dan praktis tinggal bersama. Katakanlah aku wanita
simpanan pada praktik pernikahan kita.” Ucap Sul Hee.
“Orang tidak
memakai istilah "wanita simpanan" di konteks ini.” Kata Dong Man saat
itu manager Wanita mereka tak sengaja mendengar
“Orang
melakukannya jika pernikahan itu rahasia. Kenapa harus aku yang jadi
simpanannya?” kata Sul Hee. Sang manager pun hanya bisa berdehap sambil meminta
maaf dan pergi kaena ada rapat penting.
Sul Hee
bertemu dengan manager diatap. Sang Manager memarahi Sul Hee yang bertindak begitu
konyol seperti anak kecil. Sul Hee merasa bersalah dan seharusnya lebih
hati-hati. Si manager berkata untuk apa Sul Hee melakukan itu. Sul Hee binggung
dengan komentar Managernya.
“Katakan
semuanya... Katakan yang sebenarnya. Kenapa kau harus diam-diam? Umumkan saja
dan Teriakkan pada dunia. Hei.. "Kim Joo Man adalah milikku." Buatlah
pengumuman. Jika kau tidak berani, setidaknya bersikaplah tenang.” Tegas Si
Manager.
Sul Hee
kembali meminta maaf. Managar merasa Sul He itu mengingatkan pada dirinya 10
tahun lalu, yaitu Menyedihkan dan meremukkan hati.
Ae Ra
masuk ruang latihan, dengan nada tinggi bertanya “Apa ini bangunan temporer
ilegal? Apa bangunan ini punya IMB? Adakah fasilitas pemadam kebakaran yang
semestinya?” seperti ia tak ingin Dong Man terjadi sesuatu. Dong Man terlihat
terus berlatih.
“Apa Kau
juga menyuruhnya mengajar? Jadi Setidaknya bayar dia dengan upah minimum.
Sekarang Saluran telepon Kementerian Lapangan Kerja dan Buruh adalah 1350.”kata
Ae Ra mengancam.
“Hei...
Byung Joo! Pukul samsak itu.” Teriak Pelatih Hwang melihat anak buahnya yang
terus memukul Dong Man.
“Anak
baru ini adalah samsak terbaik jadi Berhentilah pilih kasih.” Kata Byung Joo
“Bukan kau yang bertanding
besok. Dia juga ada pertandingan. Kalian berdua harus hati-hati.” Kata Pelatih
Hwang
“Aku
mengajarinya beberapa gerakan Atau buat saja dua pecundang saling berhadapan. Apa
kau Siap?” ucap Byung Joo kembali menenang Dong Man bagian kaki,
“Kulihat..
dia senang memukuli Dong Man.” Kata Ae Ra merasa kesal. Pelatih Hwang merasa
tak enak langsung bertanya apakah Ae Ra tidak ada kegiatan hari ini. Ae Ra langsung melirik sinis.
Byung Joo
makin memukul Dong Man, Pelatih Hwang kembali berteriak. Byung Joo mengkau
terbawa suasana. Pelatih Hwang langsung memukul kepala Byung Joo karena Dong
Man itu bukan samsak dan menyuruh Dong Man memakai sarung tinju untuk bertanding
dengan benar.
“Kenapa
kau beri tendangan tinggi pada orang yang pakai sarung tangan?” kata pelatih
Hwang marah
“Aku
harus mengayunkan tinju yang sebenarnya dan dia harus menerimanya untuk tahu
rasanya. Aku membangun ambang batas rasa sakitnya.” Kata Byung Joo. Dong Man
mengaku baik-baik saja, karena menurutnya Tadi itu pukulan biasa.
“Ae Ra
juga mau coba... Bisa ajari aku, Pak?” ucap Ae Ra dengan gaya imutnya. Byung
Joo binggung kalau diminta Ae Ra. Dong Man panik mengaku Byung Joo itu sibuk
jadi Jangan asal bicara.
“Aku akan
mengajarimu.” Ucap Dong Man. Ae Ra mengaku kalau bukan Dong Man tapi Byung Joo.
“Dia adalah
pria paling kuat dan tampan di sini.” Ungkap Ae Ra. Byung Joo senang mengajak
bermain karena tidak dilarang. Ae Ra pun masuk ring pertandingan.
“Ae Ra,
jangan macam-macam padanya.” Pesan Dong Man khawatir. Byung Joo sibuk mengunakan
pelindung kepala.
“Apa Kau
memakai pelindung kepala untuk melawan wanita?” ejek Ae Ra dengan nada imutnya
dan merasa kalau sudah kehilangan minat. Byung Joo akhirnya melepaskan helmnya
mengaku sebagai pria dewasa.
“Bisakah
ahli sepertimu mengetahui saat akan ditinju?” ucap Ae Ra dengan gaya imutnya.
Byung Joo mengaku bisa dengan memperagakanya dengan bisa melihat secara lambat
lalu menghindarinya.
Ae Ra berlatih
memberikan pukulan dan Byung Joo bisa menghindarnya. Ae Ra pun memujinya, Byung Joo dengan bangga mengatakan Seorang
petarung sejati harus memiliki koordinasi mata dan tangan yang lebih baik
daripada pukulan dan meminta bergerak agak lebih cepat.
Ae Ra
mengaku tidak pandai meninju. Byung Joo pikir tak masalah karena bisa melihat
setiap pukulan menurutnya Ahli sejati juga melindungi wajah jadi sudah menjadi
naluri. Ae Ra mencoba memukul bergantian, Byung Joo meminta agar lebih cepat
lagi. Ae Ra dengan sekuat tenaga pun memberikan pukulanya.
Byung
Jooo terlihat marah dan ingin membalas. Dong Man langsung menjadi benteng
melindung Ae Ra meminta maaf. Pelatih Hwang mengejek Byung Joo yang ingin memukul wanita, lalu melihat hidung
Byung Joo yang berdarah.
Direktur
Choi tak percaya mereka sudah berpacaran
selama enam tahun dan mereka semua tidak tahu. Pegawai lain pikir mereka itu
pasangan pertama di kantor. Direktur Choi tak habis pikir mereka bisa berpacaran pada berada dibeda lantai.
“Apa
hubungan kalian lebih tentang cinta, bukannya pekerjaan?” ejek Direktur Choi
“Karena
itulah kami mentraktir kalian makan siang. Mohon pengertiannya.” Ucap Si manager
yang duduk dengan pasangan satu kantornya dan meminta datang ke pernikahan
dengan memberikan undangan.
“Aku iri
sekali.” Ucap Ye Jin melihatnya. Direktu Choi pikir Ye Jin tak perlu mengatakan
itu.
“Ada
beberapa orang di sini yang belum punya pacar.” Goda Direktur Choi. Ye Jin
memberikan segelas minuman pada Joo Man. Joo Man melirik pada Sul Hee langsung
menolaknya dengan alasan tidak minum soda.
“Dia
punya pacar, Pak.” Ucap Manager pada Sul Hee. Sul Hee mengaku memang punya
pacar. Manager meminta Sul Hee agar mengaku saja.
“Apa Ada
lagi yang ingin berpacaran dengan rekan kerja? Jangan tiba-tiba menyodorkan undangan
pernikahan pada kami.” Kata Direktur Choi seperti tak peduli.
“Aku juga
sudah berpacaran selama enam tahun. Kami akan segera menikah.” Ungkap Sul Hee.
Direktur Choi pun memujinya tapi terlihat tak peduli.
“Firasatku
mengatakan ada pasangan yang menunggu. Pak Kim, pastikan kimchi-mu sukses, lalu
kau dapat promosi dan menikah.” Kata Direktu Kim
“Dia
bekerja di perusahaan besar, merupakan pegawai tetap, kelahiran 1989, golongan
darahnya O, tinggi 178,7 cm, berat...” kat Sul Hee dan langsung disela oleh
Direktur Choi agar langgeng.
Sul Hee
binggung karena Direktur Choi seperti tak peduli. Direktur Choi lalu bertanya
pada Ye Jin tentang pria ideal. Ye Jin mengaku
suka dengan Park Bo Gum. Sul Hee tak mau kalau kalau Pacarnya sangat
mirip Park Bo Gum dengan nada menyindir. Joo Man langsung tersedak
mendengarnya, Direktur Choi binggung berpikir Joo Man sedang mabuk. Mereka
pun akan kembali ke kantor, Sul Hee memanggil Ye Jin mengajak minum teh dengannya. Joo Man panik
mendengarnya. Ye Jin pikir tak masalah lalu mengajak pergi ke cafe untuk membeli
kue.
Pelatih
Hwang dkk makan bersama dengan Ae Ra dan Dong Man, Pelatih Hwang merasa kalau
Byung Joo menangis. Dong Man tak percaya kalau rekanya itu menangis karena
dipukul oleh Ae Ra.
“Dia kena
pukul di hidungnya, Bahkan Fedor akan meringis. Rasa sakit di hidung lebih
kuat.” Kata Pelatih Hwang
“Dia
menyerang hidung Dong Man lebih dulu dengan kakinya.” Ucap Ae Ra kesal. Saat
itu Byung Joo datang Ae Ra dengan mengejek meminta maaf terbawa suasana, sama seperti Byung Joo.
Byung Joo hanya diam dan langsung beranjak pergi.
Bersambung
ke part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar