Hyun Jae
turun dari mobil dengan hujan yang turun dengan deras dan langsung berganti
pakaian dalam kamarnya lalu mendengar pesan yang masuk ke dalam pagernya.
“Hei,
kenapa kau tidak mengangkat teleponmu setelah menyebabkan kekacauan besar
begini?” teriak Kwang Jae. Hyun Jae sengaja bicara ditelp kalau mungkin Kwang
Jae juga tak akan mengangkat kalau jadi dirinya.
“Dengar
baik-baik. Semuanya semakin berantakan. Apa kau di studio? Kau harus segera
lari. Kau tidak boleh ada disana.” Ucap Kwang tae
“Aku tidak
mau pergi.” Ucap Hyun Jae lalu menutup ponselnya.
Akhirnya
ia keluar rumah dan tiba-tiba hujan berhenti dengan awan yang terlihat aneh,
dengan papan yang jatuh ke arahnya tak sengaja meluncur dan keluar di gedung.
Di mobil
Woo Seung berteriak kesal pada MC Drill agar
Jangan berisik. MC Drill merasa tak ada yang dilakukanya dan kembali membahas
kalau Yoon Ki dan sahabat Woo Seung berpacaran. Ji Hoon akhirnya menyuruh MC
Drill agar tak perlu membahasnya lagi.
“Aku
sangat terkejut. Hei, mereka sudah berpacaran lebih dari 6 bulan. Wah!
Bagaimana kau bisa tak tahu?” ucap MC Drill sengaja memanasinya. Woo Seung
tetap diam saja.
“Aku juga
tak suka begini. Kau benar-benar tidak tahu pacar dan sahabatmu begitu...” kata
MC Drill, Woo Seung tak bisa menahan amarah memukul MC Drill agar mengentikan
ucapannya.
Ji Hoon
mencoba untuk merelai keduanya, lalu memberitahu Woo Seung melihat didepan. Woo
Seung langsung menginjak rem dan semua panik karena didepan mereka tadi itu
orang. MC Drill merasa Woo Seung itu menabraknya. Woo Seung mengaku tak
menabraknya.
Akhirnya
ketiganya turun dari mobil, Woo Seung
berusaha menyadarkan Hyun Jae yang tergeletak di jalan. Hyun Jae seperti
setengah sadar ingin mengatakan sesuatu. Ji Hoon memberitahu Woo Seung itu
menginjak tangannya.
Woo Seung
langsung menarik kakinya, saat itu Hyun Jae terlihat tak sadarkan diri. MC
Drill panik menyuruh mereka agar memanggil ambulance karena berpikir korbanya
itu sudah mati.
Ketiganya
membawa Hyun Jae ke rumah sakit, Dokter hanya mengatakan kalau Hyun Jae
tertidur. Ketiganya kaget, Dokter memeriksa kalau Tidak ada luka apapun dan hanya
tertidur saja. Woo Seung tak habis pikir kalau
tadi Hyun Jae ditabrak mobil jadi tak mungkin tidur.
“Sepertinya
dia sangat lelah. Dia kelihatan tidur dengan lelap.” Kata Dokter. Saat itu
perawat datang memberitahu ada pasein gawat mengalami pendarahan otak. Dokter pun segera pergi
dengan meminta memeriksa alat vitalnya.
“Dokter,
bagaimana dengan dia?” tanya Woo Seung binggung. Dokter menyuruh agar membiarkan
Hyun Jae istirahat dan akan memeriksanya lagi saat sudah terbangun.
Woo Seung
merasa tak yakin kalau Hyun Jae itu hanya tertidur, MC Drill takut kalau Hyun
Jae itu tidur selamanya, Ji Hoon meminta agar temanya itu Jangan bicara
sembarangan dan Hyun Jae hanya tidur. Woo Seung memikirkan biaya rumah sakit.
“Aku
menelepon pihak asuransi dan mengajukan klaim.” Kata Ji Hoon.
“Biaya
asuransimu akan sangat tinggi. Semua ini salahnya.” Kata MC Drill menunjuk pada
Woo Seung.
“Tapi,
aku yakin tak menabraknya dan pasti tahu jika menabraknya.” Ucap Woo Seung. MC
Drill menyuruh Woo Seung tanggung jawab sendiri.
“Kau
seharusnya tidak membuat keributan saat aku sedang menyetir.” Kata Woo Seung
kembali ingin berkelahi.
Ji Hoon
menyuruh keduanya berhenti bertengkar, mengajak mereka pulang dan menunggu di
rumah karena Rumah sakit akan menghubungi jika terjadi sesuatu selain itu Tak
ada yang bisa dilakukan disini.
Ketiga
masuk kamar, Ji Hoon membereskan pakaian kotor meminta maaf karena meninggalkan
rumah terburu-buru tadi pagi. MC Drill pikir Woo Seung bisa melihat
sendiri, Tak ada tempat untuknya di
ruangan sempit ini jadi Jangan tinggal lama-lama. Woo Seung dengan ketus kalau
tak akan mau lama-lama tinggal kamar temanya.
“Aku akan
pergi saat aku dapat rumah lagi, jangan khawatir.” Ucap Woo Seung, Mc Drill
pikir itu bagus Ji Hoon langsung membungkam mulut temanya kalau hanya bercanda
menyuuh Woo Seung tinggal saja di kamarnya.
“Apa aku
tidur disini?” kata Woo Seung menunjuk di lantai. Ji Hoon melarangnay dan
berpikir akan mengunakan kamarnya saja. Woo Seung pikir tak bermaksud begitu.
“Kita
bahkan tidur bersama. Bagaimana rasanya jika wanita dan pria tinggal bersama?”
kata MC Drill kembali menyindir.
Woo Seung
melirik sini, MC Drill bertanya apakah Woo Seung merasa takk nyaman. Woo Seung
mengaku tak tahan dengan wajah MC Drill tapi
akan menahannya. MC Drill merasa kalau mendapatkan sinyal dan membuka
pintu kamar mandi. Ji Hoon langsung menguncinya.
“Selama
aku tinggal disini, maka aku akan membayar uang sewanya.” Kata Woo Seung
memasukan selembar uang pada tempat pensil. Ji Hoon sedikit gugup mengangguk
setuju.
“Aku akan
pergi dan akan hidup sesuka hatiku. Anggap saja rumah sendiri karena kau
membayar sewa juga.” Kata Ji Hoon
Woo Seung
melihat ada tangga dan bertanya apakah ada di lantai atas. Mereka berada
diruangan atap yang mirip dengan banyak barang dalam kardus. Woo Seung pikir
bisa tinggal disini jika membersihkannya sedikit. Ji Hoo memberitahu Tempat ini
bekas gudang, jadi mungkin Woo seung akan
merasa tak nyaman.
“Langit-langitnya
juga begitu rendah.” Kata Ji Hoon dengan kepala yang selalu menunduk.
“Aku
selalu tinggal di tempat kecil, bahkan juga pernah hidup dibawah kardus.” Ucap
Woo Seung yang terbiasa hidup susah. Ji Hoon pun mengajak untuk mulai
membereskan saja.
Tapi Ji
Hoon yang terlalu tinggi membenturkan kepalanya, Woo Seung panik menanyakan
keadaanya. Ji Hoon akhirnya balik bertanya tentang keadaan Woo Seung. Woo Seung
binggung apa maksudnya. Ji Hoon mengatakan tentang semuanya.
“Aku
baik-baik saja. Aku dikhianati oleh sahabatku sendiri, dicampakkan oleh pacarku
sendiri. Lalu Aku dibawa ke kantor polisi dan menabrak seseorang, namun... Aku
harus belajar sekarang. Ujiannya sebentar lagi.” Kata Woo Seung
“Oh, kau
butuh baju ganti?” tanya Ji Hoon. Woo Seung mengaku akan berterima kasih jika mau
memberikannya. Ji Hoon pun keluar emilih baju ganti.
“Kardus,
atau tempat ini... Aku bahkan tak bisa berdiri tegap di hidupku.” Kata Woo
Seung membereskan beberapa barang.
MC Drill
tidur dengan nyenyak dilantai, sementara Ji Hoon seperti tak bisa tidur dengan
menatap kearah lantai atas ada Woo Seung yang tinggal dikamarnya. Sementara Woo
Seung juga tak bisa tidur memaiankan lampu yang biasa dipakain dikepalanya.
Pagi hari
Ji Hoon
terlihat kesal karena jam tanganya yang tak bisa menyala, jam tangan yang sama
dengan milik Hyun Jae. Akhirnya ia menaruh diatas meja. Woo Seung baru keluar
dari kamar mandi mengeluh MC Drill yang tak pakai baju padahla yang baru
selesai mandi itu dirinya.
“Dia
selalu berolahraga tiap pagi.” Ucap Ji Hoon agar Woo Seung memakluminya.
“Kau
boleh pindah jika merasa kurang nyaman.” Kata MC Drill. Woo Seung menegaskan
bukan tak nyaman tapi hanya merasa kurang senang.
“Yah...
Begitulah cara membuat orang lain tak nyaman.” Ucap MC Drill sengaja
memperlihatkan ototnya. Woo Seung malah makin merasa MC Drill itu
menjengkelkan.
“Hee..
Kenapa kalian berdua selalu bertengkar? Apa kalian tak bosan?” kelh Ji Hoon
merelai keduanya.
Tiba-tiba
MC Drill merasakan sesuatu dan langsung masuk ke dalam lemari, Woo Seung
binggung. Ji Hoon langsung mendorong Woo Seung agar segera bersembunyi masuk ke
dalam kamar mandi. Mal Sook masuk memanggil Ji Hoon agar turun untuk sarapan.
“Apa aku
harus memanggil Oppa tiap pagi? Rasanya aku bisa cepat tua kalau begini terus.”
Keluh Mal Sook yang terlihat bertingkah seperti orang dewasa.
“Kau
tetaplah anak SD bahkan jika kau jadi tua. Aku akan mandi dan turun.” Ucap Ji
Hoon menyuruh Mal Sook untuk turun lebih dulu.
Mal Sook
mengendus dengan hidungnya dan berpikir kalau ada orang lain di kamarnya. Ji
Hoon panik menyangkalnya, Mal Sook tetap merasa yakin ada orang lain. Ji Hoon
pun menyakinan kalau tak ada. Mal Sook akhirnya keluar dari kamar.
Woo Seung
keluar dari kamar bisa bernafas lega tak percaya MC Drill bisa tahu Mal Sook
akan datang. MC Drill mengaku kalau selalu bersembunyi selama 3 tahun. Woo
Seung merasa kalau Badannya bergerak lebih cepat daripada pikirannya.
“Jam
berapa kau pergi les? Kita harus ke rumah sakit.” Ucap Ji Hoon
“Aku akan
menyusulmu nanti, karena harus mengambil barangku di rumah orang itu.” Kata Woo
Seung sedikit kesal
“Omong-omong,
dia... akan baik-baik saja, kan?” kata Woo Seung merasa khawatir dan keduanya
seperti memikirkan sesuatu.
Dokter
memberikan alat kejut jantung beberapa kali, jiwa Hyun Jae seperti melayang
kembali ke tahun 93.
Flash Back
Kwang Jae
kaget mengetahui Hyun Jae yang pindah
label. Hyun Jae hanya diam saja dengan gaya sombongnya. Kwang Jae tahu mereka
akan bangkrut tanpa Hyun Jae. Seorang wanita mengaku sudah membuatnya
mendapatkan perjanjian dengan J2.
“Bagaimana
kau bisa bekerja bersama mereka tanpa penandatanganan kontrak? Apa mereka
bekerja seperti itu?” kata si wanita
Pengumpuman
pemenang Ingayo Top 10 minggu ini,urutan pertama jatuh kepada... J2 dan
mendapatkan Golden Cup-nya. Hyun Jae menerima banyak bunga sebagai hadiah dari
teman-temanya.
Kwang Jae
bahagai melihat piala yang diraih artisnya. Hyun Jae pun memberitahu J2 akan
bubar mulai hari ini dan Hari ini hari terakhir J2.
Dokter
kembali memberikan alat kejut 350
Joules, Hyun Jae terbangun tapi pasien disampingnya yang menerima kejut
jantung, tapi ia terbangun dengan botol dipunggungnya. Lalu Ia duduk melihat
sekeliling dan tersadar kalau sudah ada di rumah sakit , mengingat sebelumnya
tak sadarkan diri.
Di sambil
ruangan terlihat bayangan dua perawat membahas kalau pertama kalinya artis masuk rumah sakit dan sangat
tampan. Hyun Jae dengan bangga kalau memang cukup menawan. Perawat merasa kalau
artis itu tak ganteng di televisi tapi lebih tampan kalau dilihat langsung.
Hyun Jae
makin bangga mendengarnya, Mereka lalu membahas wartawan yang sudah diluar
menurutnya kenapa kecelakaan bisa seheboh ini. Hyun Jae panik memikrkan Wartawa
dan merasa kalau harus diam-diam pergi, lalu kebingungan memikirkan cara
menghubungi Kwang Jae, lalu melihat peban diatas meja.
Dua
perawat mengintip dari balik tirai, MJ merasa risih langsung menutupnya lalu
meminta managernya agar diberikan ruangan
VIP Managernya bertanya bagaimana MJ bisa kecelakaan. MJ kesal karena
managernya malah bertanya "bagaimana"
“Disana
bukan seperti tempat kecelakaan terjadi. Jalanannya juga besar. Kurasa kau
sengaja kecelakaan untuk menghindari sebuah acara.” Ucap Managernya. MJ merasa
managernya sedng membuat lelucon.
“Kau tahu
jantungku ini lemah. Untuk apa aku pergi ke acara penerbitan Anggota Kongres? Kau
tahu aku paling benci dengan buku.” Kata MJ akhirnya kesal.
Managernya
memberitahu kalau Tuan Park agak sedikit
marah karen tahu atasanya bukan orang baik. MJ tak mau banyak bicara meminta
agar managernya mencarikan ruangan VIP. Managernya memberitahu Tuan Park yang
ingin tetap datang kecuali kakinya patah. MJ kesal sendiri memilih untuk tidur
kembali.
Hyun Jae
sudah mengunakan perban diwajahnya agar tak terlihat dan melihat ada banyak
wartawan lalu memikirkan rencananya. Akhirnya ia mengikuti perawat yang membawa
alat medis, tapi berbeda arah. Ia pun berusaha sembunyi dibalik pintu sampai
akhirnya melihat nenek dengan kursi roda.
Ia
bersembunyi dibaliknya, saat itu cucunya datang memanggil mengajaknya pergi,
perban yang dipakaian Hyun Jae malah tertarik dan terlepas dari wajahnya. Hyun
Jae panik langsung berlari sampai ke dalam pintu dan memegangnya. Wartawan yang
melihat tingkah Hyun Jae malah heran.
Hyun Jae
panik ada banyak orang disamping pintu, salah satu orang pria mengetuknya
meminta agar memindahkan tanganya. Hyun Jae yang menutupi wajahnya meminta agar
tidak mengambil gambar. Pria itu kembali meminta Hyun Jae melepaskan tangannya.
Hyun Jae
akhirnya melepaskan dan berpikir kalau sudah puas bisa melihat wajahnya. Si
pria kesal kalau Hyun Jae harus melepaskan tangannya dari kacanya. Hyun Jae
mengangkat tanganya dan melihat kalau pintu itu otomatis jadi tak boleh
disentuh oleh tangan.
Hyun Jae
keluar dari rumah sakit binggung ternyata wartawan datang bukan untuk
meliputnya, lalu berpikir itu pasti Lee Kyung Kyu Ahjussi. Seperti acara
”Hidden camera!” yang sedang hits.
Saat itu
Hyun Jae ketakutan melihat drone yang tiba-tiba melayang didepanya, Seorang
anak pun meminta maaf dan membawa drone pergi. Hyun Jae melihat sekeliling.
Tuan Jang berdiri disamping Hyun Jae berkomentar Dunia benar-benar berubah.
“Gunung
dan lahan bisa berubah dalam 10 tahun, tapi sekarang 20 tahun sudah berlalu...
20 tahun... Sadarlah jika kau ingin kembali.” Ucap Tuan Jang. Hyun Jae binggung
bertanya siapa orang itu
“Ya, ayo
bertemu sebelum kau pergi. Aku tak tahu kapan kau kembali saat aku pergi.” Kata
Tuan Jang yang berbicara dengan hands free. Hyun Jae makin melonggo melihat
kendaraan roda dua yang dipakai oleh Tuan Jang.
Hyun Jae
menatap layar besar didepanya, terlihat iklan
“Greatest Music Concert” dengan banyak artis pada 30 Juni 2017 di
Monster Hall dengan Tuan Park sebagai ketua Agency. Hyun Jae tak percaya kalau
ini tahun 2017.
Ji Hoon
mengemudikan mobilnya, MC Drill binggung karena harusnya belok kiri. Ji Hoon mengatakan aklau harus ke
sebuah tempat sebelum ke rumah sakit. MC Drill bertanya kemana akan pergi, lalu
menebaknya. Ji Hoon tahu Woo Seung itu membawa banyak barang jadi tak mungkin
bisa membawanya semua.
“Bro,
stop. Kenapa kita harus membantu wanita itu?” keluh MC Drill.
“Siapa
yang menyuruhmu ikut membantu? Tunggu saja dibawah.” Kata Ji Hoon. MC Drill
mengeluh kalau tak mau melakukanya dan tiba-tiba kursinya terdorong kebelakang.
Ji Hoon merasa kalau harus memperbaiki kursi itu.
Woo Seung
membereskan barang-barangnya dalam kardus, ponselnya berdering dari “Si Perusak
Mood” dengan wajah kesal menanyakan pada ibunya apa lagi sekarang menelpnya. Ibunya mengingat anaknya yang menelepon kemarin lalu bertanya Apa terjadi sesuatu. Woo Seung yang kesal
mengaku tak terjadi apa-apa.
“Ibu
bermimpi dan perasaanku tak enak. Kau tahu mimpi Ibu seperti ramalan masa
depan, 'kan?” ucap Ibu Woo Seung
“Aku
sibuk. Kalau Ibu hanya mau bicara hal tidak penting, matikan saja.” Kata Woo
Seung kesal
“Kau
muncul di mimpi Ibu. Ada lalat atau lebah yang bertebangan kesana kemari. Serangga
itu terus ada dimulutmu, bukan hanya sekali, tapi sampai tiga kali. Hati-hati
dengan mulutmu.” Kata Ibu Woo Seung
Woo Seung
langsung menutup telp merasa kalau itu
mimpi tak masuk akal dan entah kenapa tiba-tiba bertingkah seperti
seorang Ibu, saat itu terdengar bunyi suara bel rumahnya lalu kaget melihat Ji
Hoon yang datang. Ji Hoon masuk ke kamar, Woo Seung pikir untuk apa Ji Hoon
datang.
“Kau
bilang kau akan mengemas barangmu. Aku akan membantu. Tapi Kenapa barangmu
sedikit sekali?” kata Ji Hoon melihat hanya ada beberapa kardus.
“Aku
selalu hidup dengan orang lain sejak kecil. Memiliki banyak barang bisa membuatku
sedih. Apa yang kau tahu saat kau hidup sangat enak?” ucap Woo Seung. Ji Hoon
mengeluh hidup enak seperti apa.
“Aku bisa
mengemas buku-buku ini, 'kan?” kata Ji Hoon membantu. Woo Seung pun menunjuk
kardusnya.
Tiba-tiba
suasana terasa canggung dengan dua orang saling menatap, Woo Seung mengalirkan
air matanya, lalu menjelaskan agar Ji Hoon tak salah paham. Ia terus menangis
karena kantung air matanya bocor jadi bisa dianggap saja sedang menguap. Ji
Hoon pikir tak mengatakan hal itu.
“Aku
sudah lama berhenti menangis mengenai masalah itu. Pikirkanlah dengan baik. Ada
orang yang harus kulupakan Dan sekarang, aku harus melupakan dua orang
sekaligus. Hebat, kan?” ucap Woo Seung. Ji Hoon pun memuji Woo Seung keren
“Aku
memang keren karena aku Choi Woo Seung.” Kata Woo Seung bangga memasukan
beberapa makanan instant ke dalam kardus. Ji Hoon binggung untuk apa Woo Seung
membawanya.
“Kita
membeli semua ini bersama, jadi Setengahnya milikku.” Ucap Woo Seung lalu
melihat barang-barang yang membeli bersama agar dibagi dua dan melihat celemek
“Tak usah
dibawa. Biarkan dia menyimpannya.” Kata Ji Hoon. Woo Seung tak terima karena
temanya itu mendapatkan si brengsek mantan pacarnya.
“Aku
takkan pergi tanpa semua barangku.” Kata Woo Seung, lalu melihat boneka beruang
karena hadiah jadi membaginya, dan mengambil bagian kepala boneka.
Ji Hoon
hanya bisa melonggo, Woo Seung melihat barang-barang milik bersama kalau
memenangkan laptop itu di perlombaan makan ayam. Ji Hoon bingggung Bagaimana membagi
laptop jadi dua. Woo Seung tanpa ragu membagi bagian layar dan keyboard. Ji
Hoon menghela nafas karena Woo Seung malah merusaknya.
Hyun Jae
pergi ke toilet binggung karena tak ada keran untuk mencuci tangan, seorang
pria datang mengeluarkan air dengan menaruh dibawah keran, Hyun Jae melonggo
melihat air yang keluar dengan sendirinya. Ia merasa tak percaya tahun 2017
semua terlihat otomatis.
Hyun Jae
pergi ke bagian informasi menanyakan telepon umumnya. Si pria yang sudah tua
mengingat telepon umumnya ada di suatu
tempat. Hyun Jae pun ingin tahu tempatnya. Si bapak yakin Pasti ada disuatu
tempat. Hyun Jae bertanya dimana tempatnya. Si bapak akhirnya menyuruh Hyun Jae
pergi di belakang pintu itu.
Hyun Jae
berjalan sambil mengeluh sulit sekali mencari telepon umum. Dua wanita melihat
gaya pakaian Hyun Jae langsung berkomentar kalau terlihat sangat kuno. Hyun Jae
yan mendengarnya merasa menusuk di hatinya.
“Dimana
dia membeli pakaiannya? Dia benar-benar fashion terror. Apa dia dari desa?”
ucap salah satu wanita.
“Hei,
orang dari pedesaan pun tidak berpakaian seperti itu. Dia benar-benar merusak
pemandangan.” Komentar wanita lainya.
Hyun Jae
seperti merasakan tubuhnya berat terkena komentar pedas dari orang-orang. Keduanya
heran melihat Hyun Jae bergerak-gerak sendiria. Hyun Jae kesal dianggap orang
kuno padahal dirinya itu Yoo Hyun Jae.
Defconn
melihat video di ponsel dan memujinya, Hyun Jae mendekat menanyakan keberadaan
telepon umum. Defconn binggung lalu berpikir kalau itu karena baterainya
sepertinya habis dan menyuruh agar mengunakan ponselnya saja.
“Hah?
Bukan begitu. Aku butuh telepon umum.” Kata Hyun Jae. Deffcon pun menyuruh Hyun
Jae mengunakan ponselnya saja.
“Tidak,
aku butuh telepon.” Kata Hyun Jae. Defcon pun membiarkan Hyun Jae agar
mengunakan handphonenya saja.
Hyun Jae
terdiam mengingat saat ditahun 93 menonton kartun dengan handphone yang itu
tangan yang diberi antena untuk menelp.
Akhirnya ia duduk meminta agar bisa menelepon sekali. Defcon merasa
kalau itu ponsel artis tapi membiarkan Hyun Jae mengunakanya. Hyun Jae memakai
tangan Deffcon untuk menelp.
“Bagaimana
caranya memencet nomornya?” tanya Hyun Jae binggung. Deffcon melonggo binggung
dengan tingkah Hyun Jae, akhirnya memilih pergi karena managernya sudah datang
dengan berteriak kalau baru saja bertemu dengan orang aneh.
Bo Hee
melamun di toko roti mengingat jawaban saat acara radio yang memalukan. Kwang
Jae datang menenangkan Bo He kalau itu hanya kesalahan dan semua orang pasti
banyak membuat kesalahan, Bo Hee seperti merasa tak yakin.
“Baik.
Aku yang salah. Aku tidak mengerti dengan Hwa Jung Noona. Kenapa dia memberikan
pertanyaan sesulit itu? Aku jadi semakin marah karena memikirkannya.” Ucap
Kwang Tae.
“Semua
itu karena aku bodoh.” Kata Bo Hee. Kwang Tae mengeluh si Bodoh itu memang
salah seperti mengejek Bo Hee dengan jawabanya.
Tiga
orang gruppis datang datang memanggil Bo Hee dan mengetahu kalau itu adalah
wanita toko roti itu. Kwang Jae memarahi ketiga yang berbicara pada orang yang
lebih tua. Ketiganya memuji Bong Hee yang keren saat rekaman radio itu.
Keduanya binggung.
“Radio
yang bisa Anda lihat. Dia viral di sosial media.” Ucap Salah satunya
memperlihatkan ponsel ditanganya.
Keduanya
melihat saat Bo Hee sedang siaran dan videonya diedit dengan mengejeknya bodoh.
Kwang Jae kesal menyuruh mereka segera menghapusnya. Bo Hee merasa makin malu.
Si remaja memberitahu kalau Penontonnya sudah banyak.
Mc Drill
heran karena mereka sudah sampai di rumah sakit, Ji Hoon memberitahu kalau Choi
Woo Seung. MC Drill kesal melihat Woo Seung yang bisa tidur dengan keadaanya
sekarang. Ji Hoon pikir lebih baik membiarkan saja karena Woo Seung belum tidur
sejak semalam.
“Apa Kau pikir
aku juga tidur semalam?” kata MC Drill kesal
“Ya, kau
tidur dengan sangat nyenyak bahkan mendengkur juga.” Ejek Ji Hoon dan mengajak
segera masuk rumah sakit. MC Drill pergi lebih dulu. Ji Hoon pun memberikan
selimut pada Woo Seung yang tertidur.
Ji Hoon
kaget mendengar kalau Hyun Jae sudah pergi,
Perawat memberitahu Hyun Jae sudah tak ada dari pagi jadi menurutnya
sudah keluar. Ji Hoon pun bertanya apakah Hyun Jae meninggalkan nomor
ponselnya. Perawat mengatakan tak ada.
“Dia
takkan muncul tiba-tiba dan meminta uang, kan? Aneh sekali dia pergi tanpa
mengatakan apapun.” Ucap MC Drill
“Aih, ini
tidak benar... dimana dia?” kata Ji Hoon khawatir.
Hyun Jae
menemukan telp umum berusaha untuk menelp dengan pagernya, tapi telp yang
dituju salah. Akhirnya ia mencoba menelp rumah dengan buku telpnya, tapi tetap
tak menyambung. Ia mencari telp kantor, tetap saja salah menekan nomornya.
Ia
menatap sebuah poster festival yang
diadakaan di Monster Hall - 30 Juni 2017, Pukul 6 Sore, Star Punch. Lalu jatuh
duduk lemas dalam ruangan telp umum, Ia seperti tak percaya kalau memang benar-benar melompati waktu dan memikirkan
acaranya. Hyun Jae mengingat saat menuruni tangga dengan papan seperti pindah
dimensi, seperti mesin waktu.
“Yoo Hyun
Jae, sadarlah. Sekalipun macan membawamu, jika kau masih punya akal sehat dan kau
bisa melaluinya.”ucap Hyun Jae menyakinkan dirinya.
“Apa
maksudmu kau bisa melaluinya? Ini Tidak bisa” kata Hyun Jae frustasi menutup
matanya.
Flash
Back
Kwang Jae
berteriak memanggil Hyun Jae menyuruhnya mandi dan pergi, Hyun Jae terlihat
masih mengantuk. Kwang Jae akhirnya memapahnya agar segera mandi sambil
mengeluh kalau tak bisa melakukan tanpa dirinya.
“Ya, Lee
Kwang Jae. Aku harus menemukannya. Tapi Aku harus kemana untuk sampai ke
kantor?” ucap Hyun Jae binggung melihat jalan yang tak dikenalnya.
MJ duduk
diruangan Ketua Park sambil memainkan ponselnya. Ketua Park menanyakan alasan
MJ yang tak pernah menjawab telpnya padahal
terus menatap ponselmu begitu. MJ Menyangkalnya. Tuan Park menjelaskna
kalau mereka sudah berjanji untuk
membawa MJ ke acara itu tapi tak datang, menurutnya artisnya itu tak tahu arti
acara itu.
“Aku
mengalami kecelakaan.” Ucap MJ membela diri.
“ Tapi
kakimu tidak patah. Kau harus datang jika sudah berjanji.” Ucap Tuan Park. MJ
menegaskan kalau Tuan Park yang berjanji bukan dirinya.
“Apa kau
sedang mengalami puber? Apa yang harus kau lakukan adalah minta maaf.” Kata
Tuan Park. MJ pun akhirnya tertunduk meminta maaf.
“Aku bisa
pergi sekarang, 'kan?” kata MJ ingin pergi. Tuan Park melarang menyuruh MJ duduk
kembali dan
“Kau pernah
naik roler coaster, 'kan? Untuk sampai ke titik ini, sulit mendapatkannya,
namun untuk jatuh, semuanya terjadi dalam sekejap. Aku memberitahumu sebagai
seorang Sunbae. Untuk sampai ke titik ini, bagiku tidak terlalu sulit. Yang harus
kau lakukan adalah minta maaf, tapi kau terus membuatku marah.” Tegas Tuan Park
menasehati dengan kesal menaikan kembali kursinya yang selalu turun sendiri.
MJ pun
kembali meminta maaf dan bertanya apakah bisa pergi sekarang. Tuan Park berteriak marah lalu
menyakin kalau MJ tidak sedang melakukan sesuatu dan menegasakan kalau mereka
keluarga jadi Tidak boleh ada rahasia. Saat itu seorang wanita masuk dengan
nada tinggi.
“Oppa,
kenapa kau tidak mengangkat panggilanku?” teriak Si wainta. Tuan Park mengaku
Bukan tak mau mengangkatnya. MJ mendengarnya mengejek Tuan Park yang dipanggil
Oppa.
“Yang
harus kulakukan adalah minta maaf...” ucap si wanita lalu sadar kalau ada MJ
dan menayapnya. MJ pun menyapa dengan ramah. Tuan Park memberitahu kalau harus
bicara dengan MJ.
Nyonya
Park kesal kalau bukan hanya Tuan Park yang sibuk tapi dirinya juga sibuk, MJ
Pun ingin pamit pergi. Nyonya Park membahas
masalah World Villa dan apa yang dilakuan dengan semua uang itu tanpa sepengetahuannya.
Tuan Park pikir akan akan menjelaskannya nanti. Nyonya Park berteriak kesal.
“Berapa
kali kukatakan tidak boleh ada rahasia diantara kita?” ucap Nyonya Park kesal
“CEO Park,
Anda tidak boleh menyimpan rahasia. Kita ini keluarga.” Ejek MJ lalu keluar
dari ruangan. Tuan Park hanya bisa mengumpat kesal.
Hyun Jae
menutupi wajahnya ketika ada remaja yang lewat tapi tak ada yang
mempedulikanya, merasa kalau tak perlu melakuanya. Lalu tersadar dengan mobil
didepan rumah sakit dengan stiker J2, tapi meurutnya itu tak mungkin miliknya.
“Tapi,
ini benar-benar mirip. Bagian ini penyok saat aku coba memarkirkannya.” Kata
Hyun Jae dibagian belakang, tapi merasa itu tak mungkin.
“Tapi Apa
ini mobilku??” kata Hyun Jae akhirnya mencoba memasukan kunci dan pintunya
terbuka. Ia pun binggung sendiri kenapa mobil itu ada rumah sakit dan akhirnya
membawanya pergi.
Tuan Lee
makan bersama Mal Sook di meja makan, Kwang Jae datang, Tuan Lee menanyakan Bo
Hee yang tak sarapan. Kwang Jae mengatakan Bo He yang tak mau makan. Tuan Lee heran
padahal Bo Hee itu sangat suka mie tapi malah tak mau makan. Mal Sook pun
meminta izin agar bisa makan mie milik Bo Hee. Kwang Jae pun mempersilahkanya.
“Kau
membawanya jadi bintang tamu di siaran radio itu dan jadi seperti ini. Kudengar
dia ingin ikut program Burning Youth atau Flaming Youth itu.” Ucap Tuan Lee
menyalahkan anaknya.
“PD acara
itu. Dia menyuruhku menemukan Hyun Jae supaya Bo Hee bisa tampil di acaranya.”kata
Kwang Jae. Tuan Lee pikir PD Park itu gila.
“Kakek,
jika ini sisa Kakek, boleh aku makan juga?” ucap Mal Sook seperti sangat suka
mie. Tuan Lee mengataka kalau masi ingin memakanya.
“Itu TV
KBC, 'kan? Yoon PD-nim kepala bidangnya, kan? Dia dan aku sudah seperti
saudara. Aku akan menghubunginya.” Kata Tuan Lee.
“Yoon
PD-nim sudah lama meninggal dunia.” Ucap Kwang Jae. Tuan Lee kaget kalau sudah
meninggal lalu mengeluh kalau tidak bilang temanya sudah meninggal.
Di depan
rumah sakit, Ji Hoon melonggo melihat mobil yang sudah tak ada di depan rumah
sakit. Woo Seung berteriak marah pada Choi Woo Seung yang membawa mobil.
Sementara Hyun Jae yang mengemudikan mobilnya tak percaya melihat Seoul di
tahun 2017 dan ingin pindah jalur tapi membuat mobil belakang memberikan
klakson.
“Ada apa?
Apa Kita belum sampai di rumah sakit?” ucap Woo Seung akhirnya terbangun dari
tidurnya, Keduanya sama-sama kaget melihat ada orang didalam mobil.
Woo Seung
memukul dengan bindet, Hyun Jae tak bisa mengendalikan kemudinya dan sempat
berpindah arah. Woo Seung menyuruh Hyun Jae berhenti, Hyun Jae bisa menarik
bindet tak memukulnya bertanya siapa Woo Seung ada dimobilnya. Woo Seung
mengeluarkan sikat WC menyuruh Hyun Jae berhenti.
“Kita
bisa kecelakaan nanti. Aku tidak tahu siapa kau, kumohon tenanglah.” Ucap Hyun
Jae menahan sikat agar tak kena mulutnya. Woo Seung mengeluarkan pengorengan
sebagai peringatan terakhir.
“Jangan
gunakan itu. Kau tidak boleh menggunakannya.” Ucap Hyun Jae. Woo Seung
berteriak memberitahu kalau ada lampu merah, Hyun Jae menginjak rem mendadak,
tubuh Woo Seung melayang dan akhirnya mendarat tepat di bibir Hyun Jae.
Keduanya berciuman pertama kali tanpa sengaja.
Bersambung ke episode 4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar