Ji Wook
membaca pesan Bong Hee “Aku sedang di jalan ke Taman Hanmoo untuk bertemu Ko
Chan Ho.” Lalu bergegas panik mengemudikan mobilnya, mengingat kembali dengan
kejadian sebelumnya saat sang ayah yang terjebak dalam api lalu ibunya memeluk
erat untuk menenangkanya saat tidur.
“Seorang penyair pernah berkata :
"Pada umumnya, kau dapat memprediksi dimana permulaannya. Tapi kita tidak
dapat memprediksi akhir dari itu." Dalam
kasusku, itu adalah kebalikannya.”
“Dalam waktu singkat, aku harus mengalami
akhir beberapa kali. Dan aku, yang ragu-ragu untuk memulai dan yang takut akan
akhir dari itu.., momen saat aku sadar akan perasaanku kepadamu...”
Ji Wook
menatap Bong Hee yang berteduh saat hujan turun dengan deras, seperti perasaan
menyukai rekan kerjanya itu mulai muncul.
Lalu ia yang mendapatkan ungkapan perasaan Bong Hee memilih untuk menolaknya
dan meminta agar Jangan menyukainya.
“Aku lari darimu. Seperti pengecut.”
Saat Ji
Wook terbangun dari tidurnya meminta agar Bong Hee bisa menemaninya selama 5
menit saja.
“Dan aku gagal... karena... Aku
memulai perasaan tanpa menyadarinya.< Aku terlambat menyadarinya. Aku bertanya-tanya
kapan dan dengan apa insiden ini dimulai.”
Ji Wook
mengingat saat pertama kali menjadi pengacara dengan saling menatap karena Bong
Hee tak bisa melihatnya dengan jelas. Ia meminta Bong Hee untuk berkerja
denganya dan langsung jatuh di pelukkan Bong Hee. Setelah itu Ji Wook yang
menahan kepala Bong Hee agar tak terjatuh saat menemaninya tidur di sofa.
“Aku terlambat menyadarinya
sehingga aku tak tahu dimana titik permulaannya. Hanya satu hal... yang aku tahu sekarang...”
Ji Wook
sampai di depan parkiran taman, melihat Bong Hee yang berjongkok didepan mobil,
seperti bisa bernafas lega melihat Bong Hee yang tak sendirian pergi.
Ji Wook
menarik tangan Bong Hee sebelum masuk kamar dan langsung meminta maaf. Bong Hee
seperti tak yakin kalau Ji Wook itu
bersungguh-sungguh dan ingin melihat dari mata dengan mendekatkan
wajahnya. Ia lalu merasa kalau Ji Wook bicara yang sebenarnya.
Lalu Ji Wook
tiba-tiba menarik Bong Hee dan langsung memeluknya, Bong Hee sempat terkejut
dan Ji Wook langsung mencium Bong Hee melampiaskan perasaan suka.
“Aku tak dapat berpikir di sini. Aku
hanya tahu hubunganku denganmu yang tak dapat kuhentikan untuk semakin menjauh,
telah dimulai.”
Setelah
berciuman keduanya saling menatap, Ji Wook memulai pembicaran dengan suasana
terasa canggung, tapi saat itu Bong Hee
yang masih shock memilih untuk bergegas masuk ke dalam kamar seperti merasa
melakukan kesalahan. Ji Wook pun seperti serba salah karena melakukan
tiba-tiba, Bong Hee berada di kamar dengan wajah kebingungan dengan keadaanya
sekarang.
Chan Ho
mengemudikan mobilnya dan melihat sebuah pisau yang dipegang oleh Hyun Joo dari
kaca spion. Suasana terasa tegang, sampai akhirnya Chan Ho sengaja mengijak rem
secara mendadak dan langsung keluar dari mobi. Hyun Joo menahanya sampai
akhirnya keduanya berkelahi diatas jembatan.
“Sudah
kubilang padamu untuk membayar kesalahanmu. Apa Kau pikir aku bercanda?” ucap
Hyun Joo menarik Chan Ho agar tak kabur.
“Aku tak
dapat melakukan ini lagi! Ini membuatku gila.” Teriak Chan Ho berusaha untuk
melawan Hyun Joo. Sampai akhirnya melihat ke bagian bawah jembatan dan
melompat.
Hyun Joo
panik melihat Chan Ho melompat ke sungai, lalu berusaha untuk tenang kalau
Sekarang Empat orang telah menghilang dan tiga orang akan menghilang.
Bong Hee
masih gelisah dalam kamar dan kaget melihat Ji Wook sudah ada didepanya Ji Wook
pun kaget lalu mengaku baru saja mau mengetuk pintu kamarnya. Bong Hee mengejek
kalau itu Kebetulan yang hebat dan ia juga baru saja mau menemuinya. Ji Wook
sedikit gugup mendengarnya.
“Kalau
begitu, haruskah kita bicara sebentar?” ucap Ji Wook. Bong Hee pun setuju dan
keduanya mulai minum bir bersama. Ji Wook merasakan jadi lebih menyegarkan dan
enak. Bong Hee pun menyetujuinya.
“Bong
Hee, apa... Yang terjadi tadi...” ucap Ji Wook mulai pembicaran dan disela oleh
Bong Hee lebih dulu.
“Aku
cukup yakin itu bukan pertama kalinya. Jangan berbiacar sesuatu. yang sangat
tak berarti seperti ini.” Ucap Bong Hee.
Ji Wook
merasa bukan itu maksudnya, menurutnya tak bisa biarkan ini begitu saja. Bong
Hee mengaku kalau sudah mencoba yang terbaik untuk tidak menyukai Ji Wook
seperti yang diminta, lalu mengaku kalau
Sebenarnya, sudah tidak menyukai Ji Wook lagi.
“Aku tak
ingin terombang-ambing karena kecelakaan kecil seperti ini Dan aku tak
berencana untuk terombang-ambing juga. Jika tidak melakukanya, maka aku harus
melewati waktu sulit ke depannya.” Ungkap Bong Hee yang membuat Ji Wook sedikit
sedih.
“Aku
sangat senang sekarang. Aku bekerja di perusahaan dimana aku bisa makan dan
tidur. Rasanya seperti mimpi bisa bekerja di tempat yang bagus. Aku merasa
begitu beruntung. Aku menyukai rekan kerjaku juga.” Kata Bong Hee
“Aku
menyesal mendorongmu pergi.” Gumam Ji Wook.
“Aku
sebenarnya berterima kasih karena menolakku. Aku bersungguh-sungguh.” Kata Bong
Hee dengan sangat menyakinkan.
"Aku
ingin memutar balik waktu." Itu yang aku rencanakan untuk kukatakan.” Gumam
Ji Wook
“Aku
senang dengan hubungan kita sekarang. Aku ingin ini bisa bertahan lama.” Kata Bong
Hee lalu pamit pergi ke dalam kamar.
Ji Wook
hanya bisa terdiam karena dengan sikapnya yang sebelumnya membuat Bong Hee
berubah. Bong Hee menyakinkan diri kalau sudah bersikap baik sekarang. Ji Wook
dan Bong Hee terlihat gelisah memikirkan hubungan mereka.
Chan Ho akhirnya bisa keluar dari sungai dengan tubuh gemetar, sementara Tuan Byun
mendorong gerobak kardus bekas yang ditarik pemulung menaiki tanjakan, saat
sampai atas pun ia membiarkan si pemulung menariknya sendiri. Setelah itu
melihat mobilnya yang terpakir dan mengeluh Tuan Han memarkirkan mobil di
tempat itu.
Saat itu
ia masuk mobil ingin menelp sopir penganti, si pemulung menghentikan gerobaknya
ingin ngambil barang bekas, tapi karena jalanan menurun membuat gerobaknya
berjalan sendiri. Tuan Byun melihat salah seorang wanita yang ingin tertabrak,
akhirnya ia menginjak gas untuk menghentikan laju gerobak dengan menabrak
mobilnya.
Tuan Byun
berbicara dengan polisi dengan gaya rendah hati mengatakan hanya melakukan
tugas sebagai masyarakat di korea dan mendengar
jurnalis bahkan menulis cerita tentang hal semacam ini, tapi menurutnya itu tak perlu. Polisi menanyakan
nama Tuan Byun.
“Aku
Ketua Byun dan Partner... Yah, aku dulu ketua (CEO). Sekarang, aku bekerja di
Byun and... Ahh.. Tidak, Yang benar No and Ji... Yah... Pokoknya, aku pengacara.
Namaku Byun Young Hee.” Ucap Tuan Byun binggung.
“Pak, aku
harus memeriksa kadar alkohol Anda.” Kata Polisi ingin mengeluarkan alat
pendeteksi alkohol
“Aku
hanya minum dua gelas bir dan tidak masalah meniup ini.” Ucap Tuan Byun
meniupnya terdengar suara kalau kadarnya lebih dari aturan. Ia pun merasa kalau
alat itu rusak, Polisi merasa kalau Tuan Byun menyetir dengan mabuk dan meminta
agar ikut bersamanya ke kantor.
Ji Wook
masih duduk dengan wajah galau, tanpa sadar ketua Byun yang menelpnya. Akhirnya
Ia memilih untuk berolahraga menghilangkan rasa gelisahnya.
Sementara
Bong Hee duduk di kamarnya mengingat kembali saat Ji Wook menciumanya, lalu
mencoba menyadarkan diri kalau sudah memutuskan untuk melupakan yang sudah
terjadi jadi Jangan dipikirkan. Tapi pikiran kembali mengingatnya dan kembali
memohon agar bisa menghentikan itu.
Ketika
keluar dari kamar, Bong Hee kaget melihat Ji Wook yang masuk rumah setelah
berolahraga. Ji Wook hanya menatapnya, lalu dengan santai menaiki tangga masuk
ke dalam kamarnya. Bong Hee seperti masih terasa canggung untuk bertemu.
Bong Hee
baru saja mengambil minum dan Ji Wook sudah ada didepanya, ketika ingin pergi
Ji Wook seperti sengaja menghalanginya. Ji Wook pikir Karena Bong Hee yang
lebih banyak bicara kemarin jadi ia ingin yang akan bicara sekarang. Bong Hee
pun bertanya masalah apa.
“Pertama-tama..,
aku ingin minta maaf. Aku memakan waktu lama untuk menyadari perasaanku
padamu.., dan aku juga takut. Ini akan terdengar seperti sebuah alasan.., tapi
aku takut akan tidak cukup baik bagimu.” Ucap Ji Wook
Bong Hee
hanya terdiam memegang gelasnya, Ji Wook bertanya apakah Bong Hee sudah selesai
minum. Bong Hee mengangguk. Ji Wook langsung mengambil gelas dari tangan Bong
Hee dan meminumnya, seperti tak ada masalah kalau itu bekas Bong Hee.
“Karena
aku memakan waktu lama.., maka kau kelihatan sudah menyerah akan perasaanmu
padaku. Yahh.. Baiklah. Aku sungguh menghargai itu. Yang ingin aku katakan, Aku
tak ingin memintamu untuk merubah pikiran atau menyukaiku lagi “ ucap Ji Wook menyakinkan
kalau bukan seperti maksudnya.
“Tapi Karena
aku menghargai keputusanmu.., maka kau harus menghargaiku juga. Jadi dengan
kata lain.., biarkan aku menyukaimu. Hanya aku yang akan menyukaimu. Aku takkan
membuatmu stres. Aku takkan ikut campur dengan kehidupanmu yang damai.” Jelas Ji
Wook dan Bong Hee hanya diam saja.
Ji Wook
pikir Masalah bisa tetap seperti sekarang Lalu, pada suatu hari jika Bong Hee
bisa terbuka untuknya lagi, bisa mengubah pikirannya dan melihatnya maka akan
menunggu. Ia pun tak memaksa hanya meminta Bong Hee bisa pelan-pelan saja. Bong
Hee tetap diam saja dengan menatap Ji Wook seperti shock.
“Oh,
kelihatannya kau lupa bernafas lagi... Sekarang Bernafaslah.” Ucap Ji Wook.
Bong Hee yang shock pun mulai kembali bernafas seperti ungkapan perasaan Ji
Wook membuatnya terkejut.
“Aku
tinggalkan cangkirnya di sini.” Ucap Ji Wook dan bergegas pergi, saat Bong Hee sudah
tak ada di keluar dari persembunyian merasa dirinya yang harus bernafas setelah
mengeluarkan perasaanya pada Bong Hee.
[Episode 17- Keutamaan Eun Bong
Hee]
Dalan
ruang rapat, Ji Wook dan Bong Hee hanya diam saja seperti masih ada rasa
canggung. Tuan Bang pun memulai dengan bertanya Apa yang harus dilakukan dengan
pezina yang menuntut tunjangan. Eun Hyuk pikir
Itu hanya kasus kecil.
“Sebenarnya,
aku berpikir kalau lebih baik Pengacara Eun yang ambil kasus ini.” Kata Tuan Bang, lalu melihat Ji Wook dan Bong Hee
hanya diam saja, tanpa berkomentar.
“Haruskah
kita rapat tanpa keduanya?” ungkap Tuan Bang. Eun Hyuk merasa ingin tahu apa
yang terjadi dalam hitungan hari dan berpikir kalau Tuan Bang ingin menggalinya
Tuan Byun
berbicara kalau yang terjadi adalah... Eun Hyuk mengatakan kalau kalau bukan
Tuan Byun yang dimaksud dan juga tidak ingin tahu. Tuan Byun dengan bangga
kalau dirinya menjadi pahlawan. Yaitu menyelamatkan nyawa seseorang. Semua kaget
mendengarnya.
“Tapi...”
ucap Tuan Byun menginat saat mengecek kadar alkohol dengan meniupnya diatas
rata-rata. Dan polisi menduga Tuan Byun yang menyetir saat mabuk dan langsung
dibawa ke kantor polisi.
“Polisi
menjengkelkan itu... Kurasa ini sangat tidak adil. Aku memulangkan supirku
lebih awal karena ada sesuatu yang terjadi di rumahnya. Saat aku mau memanggil
layanan supir pengganti.., maka kecelakaan terjadi, dan aku menghentikannya.” Cerita
Tuan Byun
“Apa Anda
punya black box di mobil?” tanya Tuan Bang. Tuan Byun mengatakan kalau itu mati
dan Supirnya pasti sudah mematikannya. Semua seperti tak yakin mendengarnya.
Tuan Byun berusaha menyakinkan.
“Apa ada
rekaman telepon saat kau memanggil supir pengganti?” tanya Eun Hyuk. Tuan Byun
mengingat kalau ituterjadi saat aku memangilnya Jadi tidak ada rekaman.
“Kau tahu
menyetir sambil minum dapat menyebabkan kematian, kan?” kata Bong Hee dengan
nada menyindir.
Tuan Byun
kesal mendengarnya, Bong Hee juga berpikir itu percobaan pembunuhan. Tuan Byun
pikir kalau Bong HEe tidak punya hak untuk memanggilnya seperti itu. Ji Wook
pun bertanya Kenapa Tuan Byun yang duduk di bangku supir. Tuan Byun beralasan Karena kepanasan dan hanya ingin menyalakan AC
mobil.
“Apa Kau
membiarkan mesin menyala juga? Wah, kau harus bayar denda jika melakukannya
lebih dari lima menit.” Kata Eun Hyuk
“Kalian
semua tahu, kan? Dia bilang kalau kita bisa memanggilnya sebagai putramu jika
dia mabuk.” Kata Tuan Bang.
“Aku
tidak ingin putra sepertinya.” Bisik Bong Hee. Tuan Byun makin geram
mendengarnya.
“Aku akan
mengajukan banding administratif dan sidang.” Tegas Tuan Byun
Ji Wook
meminta Tuan Byun agar menerima saja hukumannya, bong HEe pikir karena
Lisensinya akan dibatalkan dan harus membayar denda jadi kenapa harus sidang.
Eun Hyuk pikir hukuman untuk mengemudi
saat mabuk begitu ringan. Ji Wook merasa Orang dengan status sosial yang
penting harus jadi subjek hukuman yang lebih berat, bahkan Sebagai contoh.
“Kalian
tidak tahu terima kasih... Kalian semua pengkhianat...” kata Tuan Byun kesal
tak ada yang membelanya.
“Baiklah.
Seperti biasa, inilah isyarat kita untuk menyelesaikan rapat.” Ucap Ji Wook.
Tuan Byun marah bertanya apakah tak ada yan mau menolongnya, Ji Wook pun
mengatakan kalau Rapatnya selesai dan saat akan keluar bertemu mata dengan Bong
Hee. Bong Hee mencoba tetap tenang keluar dari ruang rapat.
Ji Wook
dan Tuan Bang berbicara di balkon atas melihat Bong Hee yang duduk sendirian
diatas. Tuan Bang binggung karena Ji Wook yang meminta agar mencari tahu apa
yang Jung Hyun Soo lakukan semalam. Ji Wook mengaku klau terus memikirkan kalau
ini aneh.
Flash Back
Ji Wook
dan Bong Hee datang ke tempat pertemuan dimana Chan Ho yang menunggunya. Tapi
saat itu Pesan dari Chan Ho masuk “Sesuatu yang penting telah muncul. Kita
harus menjadwal ulang.” Dan Ji Wook merasa aneh karena karena SMS dikirim tepat
pada saat itu lalu mencoba menelp Chan Ho tapi ponselnya tak aktif.
“Ponselnya
dimatikan tepat setelahnya. Dan yang paling penting dan udara di sana aneh.” Ucap
Ji Wook. Tuan Bang binggung apa maksudnya udara.
“Ya, aku
tidak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata. Itu hanya perasaan yang kudapat. Firasatku,
kau tahu itu ‘kan.” Kata Ji Wook
“Investigasi
harus berdasarkan keilmiahan.” Kata Tuan Bang, Ji Wook membenarkan ucapan Tuan
Bang.
“Karena
itulah aku memintamu untuk menelusuri apakah ada bukti.” Pinta Ji Wook. Tuan
Bang mengartikan kalau Ji Wook itu
mencurigai Jung Hyun Soo,
“Apapun
alasannya.., dia berbohong. Dia bohong padaku Dan dia membuat jadi Bong Hee
bodoh meskipun dia memercayainya.” Ucap Ji Wook
Tuan Bang
mengerti kalau Semuanya soal Pengacara
Eun, Ji Wook berharap perasaan yang didapat ini bukan apa-apa dan sudah
mengkhawatirkan yang bukan apa-apa. Ia juga berharap Jung Hyun Soo adalah orang
baik yang salah dituduh, Seperti yang dipercayai Bong Hee. Saat itu Eun Hyuk
datang menyapa Bong Hee duduk ditaman.
“Kepala
Bang, lihatlah mereka berdua. Apa mereka benar-benar punya banyak hal untuk
dibicarakan? Kenapa mereka selalu bersama? Mereka selalu di situ. Mereka selalu
tertawa dan berbincang bersama.” Keluh Ji Wook kesal melihatnya.
Eun Hyuk
mengaku sengaja datang untuk sesi
koseling hari ini. Bong He balik bertanya apaah Eun Hyuk itu bukan datang
karena penasaran. Eun Hyuk mengaku itu 50:50. Bong Hee mengaku kalau ia
benar-benar tertangkap basah. Eun Hyuk bertanya apakah itu maksudnya Oleh Ji
Wook.
“Ya.. Ini
sangat menyakitkan.., dan juga membuatku bahagia pada waktu yang sama. Tapi Ini
juga membuatku marah. Aku tidak benar-benar mengikutinya dan Cinta itu tentang
waktu.”cerita Bong Hee. Eun Hyuk
mengatakan sangat tahu itu.
“Pemilihan
waktuku sudah bagus dengan masalah terpenting, tapi tidak dengan itu.” Jelas Eun
Hyuk
“Apa yang
diinginkan dia untuk aku lakukan sekarang? Aku mengatakan takkan
terombang-ambing.” Kata Bong Hee yakin.
Saat itu
Ji Wook keluar dari rumah dengan berkomentar cuaca hari yang bagus, Bong Hee
gugup mendengar Ji Wook ada didekatnya. Ji Wook memberitahu akan ketemu Ko Chan
Ho karena tidak bisa menemuinya kemarin. Bong Hee bertanya kenapa Ji Wook
berbicara padanya.
“Kupikir
kau mungkin akan tertarik.” Ucap Ji Wook lalu melihat Bong Hee yan tak tertarik
dan pergi lebih dulu.
“Apa Kau
tidak tertarik?” tanya Eun Hyuk. Bon Hee mengaku sangat tertarik. Eun Hyuk pun
menyuruh Bon Hee agar segera mengikutinya dengan memberikan semangat. Bong Hee
pun menyakinkan dirinya.
Keduanya naik
mobil bersama dan terlihat canggung, Sementara Bong Hee mengingat saat Ji Wook
menciumnya lalu berkata “Biarkan aku menyukaimu. Hanya aku yang akan menyukaimu, Aku
akan menunggu. Kau bisa pelan-pelan saja.”
“Astaga,
berhenti. Berhenti memikirkan itu.” Ucap Bong Hee kesal sendiri dengan
pikirnya. Ji Wook binggung mendengar Bong Hee yang bicara tak jelas. Bong Hee hanya diam saja
dengan tatapan sinsi.
“Kenapa?
Apa aku melakukan sesuatu yang salah?” kata Ji Wook binggung.Bong Hee terlihat
kesal sendiri dengan sikapnya.
Keduanya
akhirnya turun dari mobil, Bong Hee langsung bertanya dengan blak-blakan apakah
Ji Wook itu menyukai dan meminta maaf karena terlambat menyadarinya. Ji Wook
dengan gugup mengakuinya.
“Tunggulah
semaumu. Aku takkan mengubah pikiranku. Aku takkan mengubah karena ini tidak
adil. Aku melewati waktu yang sulit. Apa Sekarang kau menyukaiku?!! Ini terlalu
terlambat. Kau terlalu terlambat menyadarinya.” Ucap Bong Hee. Ji Wook hanya
bisa mengatakan kata maaf.
“Akan
kupastikan penderitaanmu sama denganku.” Tegas Bong Hee. Ji Wook pun setuju.
“Jangan
jawab aku... Aku sangat membencimu. Aku lebih membencimu karena kau melakukan
apa yang kukatakan.” Kata Bong Hee. Ji Wook pun binggung apa yang harus
dilakukan.
“Pokoknya..,
kau sungguh akan menungguku kali ini. Akan lebih dari tujuh menit kali ini. Kau
mungkin akan tua dan mati karena menungguku.” Tegas Bong Hee.
Ji Wook pun
mengerti, Bong Hee menegaskan kalau sedang tidak bercanda. Ji Wook berkata
kalau sudah mengetahuinya, lalu mengingatkan kalau mulai sekarang, ubah
perilakunya karena sekarang adalah pekerjaan, jadi ia yang berkuasa dengan memegang dagu Bong Hee lalu
pergi. Bong Hee kesal Ji Wook yang
memegangnya.
Ji Wook
menemui bagian tim forensik, keduanya kaget mengetahui Chan Ho yang mengambil
cuti. Ketua forensik memberitahu kalau Chan Ho bilang ada sesuatu yang penting. Ji Wook terdiam
lalu mengingat sebelumnya kalau meminta agar Chan Ho meminta agar menelpnya.
Flash Back
“Aku akan
membantumu jika ada yang perlu kulakukan untukmu.” Ucap Ji Wook. Chan Ho melihat
kartu nama Ji Wook dan langsung bergegas pergi seperti ingin memberitahu semua
yang disembunyiknya. Ia pergi menemui
atasanya, kalau akan menggunakan hari liburnya yang tidak dipakai sekarang.
“Apa dia
memprediksi akan ada saatnya dia harus menghabiskan masa liburannya?” ucap Bong
Hee berjalan keluar dari kantor polisi, Ji Wook juga beprikir seperti itu.
Keduanya
keluar dari rumah dan Bong Hee sudah bisa menduga Chan Hoo tidak ada di rumah menurutnya sangat susah
untuk masuk ke rumahnya secara rahasia dan perlu ekskavator untuk membuat
lubang masuk. Ji Wook pikir kalau Bong Hee bisa melakukan segalanya. Seorang
bibi datang melihat keduanya didepan gedung.
“Apa Kalian
ke sini mau mencari rumah?” tanya Si bibi pada keduanya yang terlihat bingung.
“ Ini
bangunanku. Kalian terlihat seperti pengantin baru. Apa Kalian ke sini mau beli
rumah untuk pernikahan?” ucap bibi. Keduanya pun langsung membenarkanya.
Si Bibi membawa masuk Ji Wook dan Bong Hee pada
sebuah kamar memberitahu kalau Pria yang tinggal di kamar itu memberinya izin untuk
melihat rumahnya bahkan ketika tidak ada rumah, jadi menyuruh keduanya agar
bisa melihat-lihat.
“Kapan
unit ini mulai dijual?” tanya Ji Wook. Si bibi mengingat kalau dijual pada tanggal 10 atau 20 Mei.
“Itu
sebelum pembunuhan Koki Yang.” Bisik Bong Hee. Si bibi langsung bertanya siapa
yang dimaksud. Keduanya pun mencoba tak membahasnya.
“Boleh
kita melihat-lihat ini secara pribadi? Hanya kami berdua?” tanya Ji Wook. Si
bibi menatap heran. Seperti melihat keduanya ingin melakukan sesuatu.
“Kami
perlu mendiskusikan masalah pribadi. Karena kami pengantin baru, jadi harus membicarakan
tempat tidur dan peralatan lain.” Jelas Bong Hee.
“Kalian
terlihat intim layaknya pengantin baru lainnya. Baiklah. Aku akan meninggalkan
kalian berdua Jadi Lihat-lihatlah secara pribadi.” Ungkap Si bibi. Ji Wook pun
memeluk Bong Hee agar bisa menyakinkan mereka pasangan suami istri.
Setelah
si bibi pergi, Bong Hee langsung menjauh dari Ji Wook dan mencari sesuatu
sambil bertanya-tanya kemana perginya Chan Ho sekarang. Ji Wook juga tak tahu
dengan terus mencari ada sesuatu yang penting.
“Apa
mungkin dia kabur atau melakukan sesuatu? Apa dia pergi untuk mengurus sesuatu?
Kalau dugaanku tadi tidak ada yang benar, apa dia sedang liburan?” ucap Bong Hee
sambil melhat bagian atas meja.
“Ini
masuk akal. Atau... dia mungkin sudah menghilang.” Ungkap Ji Wook. Bong Hee
sedikit terkejut mendengarnya. Ji Wook pun memilih untuk tak membahasnya. Bong Hee melihat bagian buku dan menemukan
sebuah foto dan memanggil Ji Wook agar melihatnya. Ji Wook melihat foto chan Ho
dengan dua temanya.
Bersambung ke episode 18
Ditunggu eps 18nya min
BalasHapusDi lanjut,,,
BalasHapusSEMANGAT!
menunggu nunggu.... penasaran
BalasHapuseps 18nya dong
BalasHapus