Dong Man
pun mulai membuat gaya saat akan bertanding di depan ring, Fotographer pun
meminta Pose yang berbeda. Dua temanya yang lain merasa tak di ajak
berpura-pura berdiri dibelakangnya, Fotographer bisa melihatnya dan menyuruh
keduanya untuk minggir.
Setelah
merasa cukup, Pelatih Hwang pun mengajak sang fotographer keluar. Dong Man
dipanggil oleh seniornya yang selama ini berlatih, untuk menjadi lawan
latihanya. Dong Man pun menyanggupinya.
“ Hei,
kenapa kau wawancara?” tanya si senior. Dong Man mengatakan Itu untuk sesuatu.
“oh.. Saat
kau dipukuli? Aku lihat itu. Kau dipukuli, dan aku patahkan Jika aku adalah
kau, maka aku akan berhenti dari rasa malu.” Kata Si seniorn meremehkan.
“Bukan
begitu. Aku dijebak.” Kata Dong Man, Si pria meminta Dong Man agar tak mengelak
dan membuatnya jadi samsak. Dong Man dengan kekuatan tanganya, bisa membuat si
pria tak kuat untuk memukul.
Ibu Seol
Hee terengah-engah keluar dari stasiun karena
hampir lupa dengan hal yang terpenting, yaitu sebuah amplop. Saat sampai di depan tempat pesta, Ibu Seol
Hee terdiam melihat anaknya yang sibuk membersihkan sampah sementara yang
lainya sibuk berbicara dengan tamu, bahkan kantung sampahnya sampai jatuh berserakan.
Dari
dalam ibu mertuanya meminta agar Sul Hee menata meja. Sul Hee dengan sigap
membantunya. Sementara kakak iparnya
merasa kalau Sul Hee membuatnya sangat tidak nyaman dan bahkan membuat kue.
Teman-temanya pun bertanya apakah Sul Hee itu pacar adiknya saat masih kulauh
dan ibunya adalah penjual kaki babi.
“Bagi
pria...yang akan sukses, dia harus melihat keluarganya dulu. Dia idiot. Kami
memanggilnya Si Perangkak Sul Hee. Keluarganya tidak punya apa-apa, jadi dia
merangkak di depan kami.” Ejek Si kakak mertua. Ibu Sul Hee terdiam sambil
menatap orang – orang yang mengejek anaknya.
Temanya
pikir harus membatalkan kencan buta Joo Man. Kakaknya ingin tahu keluarga si
cewe, temanya memberitahu keluarga wanita itu menjalankan sebuah restoran di
Jalan Garosu-gil. Ibu Sul Hee hanya bisa berkaca-kaca mendengarnya.
Moo Bin
menunggu di pinggir jalan, Ae Ra turun dari bus menghampirinya mengeluh karena
datang tiba-tiba. Moo Bin mengaku kalau sedang mengambil cuti mendadak dan
ingin memberikan kejutan. Ae Ra pikir Moo Bin memang suka kejutan.
“Kenapa
kau tidak pakai seragam?” tanya Moo Bin seperti ingin mengetes, Ae Ra sempat
gugup tapi akhirnya mengaku kalau sakit perut jadi pulang ke rumah. Moo Bin pun tak membahasnya
lagi dengan mengajak Ae Ra segera masuk ke dalam mobil.
Nyonya
Hwang keluar dari toko dari mall. Seorang manager heran karena pelanggan VIP
tsegera pergi padahal Ada banyak keluaran terbaru. Nyonya Hwang mengaku
kalau Tempat ini punya rumor buruk
dan harus mengontrol orang yang datang
ke mall, Si manager binggung.
“Istri
kedua Ketua dari King. Dia terkenal karena hobinya belanja dengan mencuri.
Selain itu.., kudengar karyawan yang tak bersalah bahkan harus berlutut untuk
meminta maaf.” Ucap Nyonya Hwang, Si manager mulai gugup.
“Kau
cukup berani... Jaman sekarang, insiden seperti itu akan menyebabkan penutupan
toko. Kalian harus mengurus masalah dengan benar. Yang kuinginkan itu
sederhana. Tak peduli department store manapun, maka tak ada VIP yang boleh
menyalahgunakan kekuasaannya.” Kata Nyonya Hwang
“Apa
maksud Anda, aku harus mengusirnya?” tanya Manager
“Itu
sederhana dan adil dan Itulah... yang pemberi harapan dari department store
lakukan.” Ungkap Nyonya Hwang seperti orang kaya yang tak sombong.
Ae Ra
mendengar lagu di mobil, merasa Moo Bin pasti
sangat suka musik Jepang. Moo bin memberitahu lagu Jepang lainnya, lalu
menanyakan perutnya apakah sering sakit. Ae Ra mengaku akalau punya sindrom
iritasi usus besar dan Hari ini, ada beberapa hal yang terjadi kepadanya.
“Kudengar
itu memiliki pengaruh psikologis yang sangat besar. Kau tidak boleh stres.”
Ungkap Moo Bin
“ Setelah
kau muncul seperti ini, sebenarnya tidak begitu bagus juga.” Komentar Ae Ra
“Apa aku
membuatmu tidak nyaman? Aku hanya sangat merindukanmu.” Ungkap Moo Bin.
“Jika aku
terus mengunjungimu di RS.., maka itu bisa membuatmu tidak nyaman juga.”balas
Ae Ra
Tapi Moo
Bin malah merasa sangat menyukainya,
bahkan kalau Ae Ra datang untuk mengejutkannya maka akan sangat senang,
lalu berjanji Akan menelp lain kali. Ae Ra akhirnya mengaku kalau merasa malu
dan tak yakin untuk memberitahu.
“Aku
berhenti bekerja... Ada hal lain yang ingin kulakukan.” Ucap Ae Ra. Moo Bin
bertanya apa itu. Ae Ra merasa Ini memalukan untuk dikatakan. Moo Bin tetap
ingin tahu.
“Aku
ingin jadi Penyiar. Aku baru melewati proses dokumentasi.., jadi akan
diwawancara.” Kata Ae Ra
“Aku
bukan hanya mengatakannya. Kurasa itu sangat cocok denganmu. Kurasa, dengan
keren kau berhenti kerja dan menarik sekali bahwa kau bisa lolos. Tapi aku
paling berterima kasih karena kau memberitahuku, semuanya dengan jujur.” Ungkap
Moo Bin.
Ae Ra
binggung kenapa Moo Bin merasa berterimakasih, Moo Bin juga tidak tahu tapi Ae
Ra yang tak yakin bisa memberitahu orang lain dan akhirnya memberitahukanya, dengan begitu seperti
mereka bukan orang asing lagi. Ae Ra hanya diam saja.
Sul Hee
kembali ke depan melihat sampah yang berserakan sudah rapih, lalu memanggil
kakak iparnya bertanya apakah ia membersihkan ini. Kakak iparnya mengaku bukan
ia yang melakukanya. Ibu mertuanya
mengendong cucunya memuji Sul Hee yang sudah bekerja sangat keras. Sul Hee
akhirnya memberanikan diri bertanya pada ibu mertuanya kapan orang tua mereka
bisa bertemu.
“Ahh.. Benar,
kita harus mengatur pertemuan. Waktu itu lututku terluka, kau ingat ‘kan? Aku
sibuk sekali karena perawatan dan segalanya. Apa orang tuamu menanyaimu terus?”
tanya ibu Mertua, Sul Hee mengaku tidak tapi hanya ingin bertanya, lalu melihat
kaki ibu mertuanya yang baik-baik saja dengan sedikit menekuk lalu melompat
untuk cucunya.
Anak
Pelatih Hwang sibuk berlatih tendangan, dari hitungan 50 mempercepat ke
hitungan 80. Sementara Dong Man sibuk mencari keyword nama Kim Tak Su. Pelatih
Hwang datang mengeluh Dong Man yang masih mencari-cari lawanya. Anak pelatih
Hwang seperti takut dan kembali menghitung dari 50.
“Apa Kau
tidak latihan? Bukankah kau latihan 100 pukulan?” omel Pelatih Hwang. Dong Man
pikir tak mungkin bisa melakukannya 100 kali dan mengaku tak suka dengan anak
yang ada didepanya.
“Dan Juga, Tak Su bersenang-senang di klub.
Dia tidak berlatih.” Keluh Dong Man. Pelatih Hwang heran kenapa harus
memperdulikan masalah itu.
“Semakin
kupikir, maka semakin membuatku marah karena mereka membodohiku. Aku kehabisan
kata-kata.” Ucap Dong Man kesal.
Pelatih
Hwang pikir tak ada masalah karena Dong Man memang selalu dibodohi dan itu
terjadi seperti sejak SMP. Lalu meminta agar Jangan dipikirkan karena Otaknya
itu tidak berguna.
Sementara
Tak Su sedang ada di club bersama Sonya mengaku kalau tak mengenal Alice. Tapi
Sonya heran karena Tak Su bisa memiliki nomor ponselnya dan ingin melihat
ponselnya. Tak Su melarangnya. Sonya jai
yakin Tak Su yang lebih dulu mengirimkan pesan, Tak Su mengelak.
“Tunjukkan
saja padaku buktinya.” Kata Sonya, Tak Suk tetap merasa kalau semua ini adalah
masalah kepercayaan. Sonya tak percaya,
“Aku
bisa, tapi yang sedang sangat menggangguku sekarang... bukanlah rumor yang
salah soal aku memukul Alice. Masalahnya adalah bahwa kau tidak percaya padaku.”
Kata Tak Su menyakinkan. Sonya tak peduli meminta Tak Suk menunjukan ponselnya.
“Sonya,
aku ini olahragawan Aku takkan pernah berperilaku seperti penjahat.” Ucap Tak
Su. Sonya memberitahu kalau ia dan alice
ada di grup yang sama dan Tak Suk memang sungguh penjahat.
Tae Hee
berbicara di telp seperti menyakinkan kalau mereka tidak perlu khawatir dan sudah mengurus semua
pers, lalu meminta agar menelp lagi. Saat itu Dong Man datang menyapa Tae Hee
dengan panggilan Manager, Tae Hee
terlihat gugup dan menyudahi telpnya.
“Atlet Dong
Man. Ada perlu apa kemari?”tanya Tae Hee panik. Dong Man yakin Tak Su pasti ada
di bawah lalu bertanya apakah Tae Hee tak ingin turun. Tae Hee menolak karena harus
menyelesaikan telepon bahkan terlalu
sibuk.
Dong Man
pun turun ke arah bar, tempat Tak Su duduk. Tak Suk akan pergi ke toilet, Sonya
heran melihat Tak Su pergi ke toilet dengan membawa ponselnya. Dong Man
langsung menghadang Tak Su, dan memukulnya. Tak Su yang panik langsung
memberitahu Sonya kalau ia baik-baik saja.
“Hyung...
Aku tidak tahu mengenai jujitsu.., tapi aku sekarang jadi belajar, terima
kasih. Terima kasih telah membiarkanku berlatih dengan pelatih dari Brazil.”ucap
Dong Man, Tak Suk marah karena Dong Man yang menyerang orang mabuk, lalu
berdiri tegak.
“Kim Tak
Su... Berikan aku gerakan terbaikmu. Tak
peduli seberapa keras kau mencoba.., maka kau akan berakhir di ring denganku.”
Bisik Dong Man tak takut lagi dengan Tak Su.
Semua
keluarga sedang menghitung amplop hadiah uang dari ulang tahun, kakak kedua kaget melihat sebuah amplop lusuh
dan bertuliskan “ Selamat. Dari Ibu Sul Hee” mereka tak percaya kalau ibu Sul
Hee datang ke acara ulang tahun.
“Dia
pasti mengirim uang bersama Sul Hee. Ada 300 dollar di sini. Mertua kaki babi ternyata
keluar jalan.” Komentar si kakak dengan nada mengejek. Sang kakak mengejek kalau ibu Sul Hee bukan
mertua.
Saat itu
Joo Man datang, Ibunya bahagia melihat sang anak yang datang. Karena berpikir harus
kerja lembur. Joo Man langsung menanyakan keberadaan Sul Hee. Kakaknya menunjuk
kebagian dapur. Joo Man melihat Sul Hee sibuk membersihkan semua peralatan. Sul
Hee kaget melihat Joo Man yang datang, Sementara Joo Man sedih melihat Sul Hee
seperti pembantu yang berkerja sendirian pada keluarganya lalu menariknya.
“Ibu...
Nuna... Semuanya... Jangan memandang rendah Sul Hee. ..Jika kalian begitu, aku
takkan memaafkan kalian.” Ucap Joo Man membela Sul Hee.
“Semua
anak putra tidak berguna... Sul Hee.. Apa Kau meneleponnya?” ucap kakak pertama
sinis. Sul Hee mengelengkan kepala dan meminta maaf.
“Nuna
tidak pergi ke rumah mertuamu selama liburan! Jadi kenapa harus Sul Hee yang
membersihkan di ulang tahun anakmu? Dia juga anak berharga... dalam
keluarganya... Perhatikan sikap kalian.” Perintah Joo Man.
Kakaknya
meminta Sul Hee memberitahu Joo Man kalau ia tak menyuruhnya. Sul Hee pun memohon
pada Joo Man agar tak mempermasalahkanya da ningin melakukannya. Joo Man
meminta agar semua keluarga untuk Perlakukan Sul Hee dengan baik dan Jangan
pandang rendah dia. Semua binggung melihat Joo Man yang sangat marah bahkan
membela Sul Hee.
“Apa aku
sangat hebat? Aku datang dari keluarga miskin. Aku kuliah di universitas lokal dan
hanya seorang asisten manajer. Lalu kepada siapa aku harus berterima kasih atas
itu semua? Selama 4 tahun kuliah, dia bekerja dan membayar uang sewa kamarku..,
dan mendukungku saat aku mulai bekerja. Apa Kalian tahu itu! Itu Sul Hee yang
membantu... Kalian harus tunduk dan berterima kasih padanya. Jangan lakukan
ini...” kata Joo Man
“Dia Pacar
yang hebat... Apa Kau akan menikahinya?” ejek Kakak kedua yang sedang hamil
karena tahu pasti Joo Man tak akan melakukanya.
“Tentu,
aku mungkin tidak akan menikahinya. Tapi... jika aku tidak menikahinya.., maka aku
takkan menikah dengan orang lain!” kata Joo Man lalu melepaskan sarung tangan
Sul Hee dan mengajaknya pergi. Kakak Keduanya langsung merasakan kontraksi
diperutnya.
Ae Ra
akan turun dari mobil tahu pasti Moo Bin akan melihatnya masuk. Moo Bin mengaku
tidak tapi akan masuk bersamanya kali ini. Ae Ra mengeluh kenapa Moo Bin harus
masuk dan terus mengatakan ingin masuk
ke rumah wanita dan berpikir tidak berpendidikan. Moo Bin keluar dari mobil
membuka bagian bagasi.
“Kudengar
seperti inilah cara Ahn Jae Hyun memenangkan Koo Hye Sun.” Ucap Moo Bin. Ae Ra
melonggo melihat bagasi yang dipenuhi dengan bunga dan meminta agar tak melihat
berita online.
“Kau
lebih cantik daripada Koo Hye Sun di mataku.., jadi aku menambahkan
sesuatu. Kau selalu memijat kakimu.” Kata
Moo Bin.
Ae Ra
kaget bertanya kapan pernah melihatnya. Moo Bin panik kalau bukan maksudnya mengintip atau apapun itu, Ae Ra
pun mengerti. Moo Bin melihat Ae Ra yang sedang sakit jadi akan membawakan
setelah itu pergi. Ae ra menolak karena bisa
membawanya. Moo Bin pikir Ae Ra tak mungkin bisa naik ke lantai lima dengan
membawa alat pemijat kaki.
Ae Ra
mencoba untuk menolak tapi Moo Bin tetap ingin membawanya naik ke lantai atas,
tanganya memegang bagian perut yang terasa sakit. Moo Bin terus naik ke lantai
atas, Ae Ra berusaha untuk mengatakan sesuatu tapi perutnya seperti meronta
kesakitan.
Saat itu
si Bibi pemilik heran melihat Moo Bin malah naik ke lantai atas, Moo Bin
binggung. Ae Ra sudah tak tahan lagi akhirnya jatuh pingsan, keduanya panik dan
langsung berlari mendekati Ae Ra.
Joo Man
dengan wajah cemberut meminta agar Sul Hee Jangan pergi ke rumahnya lagi. Sul
Hee mengodanya kalau Joo Man itu khawatir kaalu ia akan bekerja terlalu keras
dan merasa jengkel. Joo Man melihat Sul
Hee itu terlalu patuh menurutnya sang pacar banyak kelebihan dan tak harus
melakukan hal itu.
“Ini
bukan karena aku kekurangan sesuatu. Tapi Ini karena aku menyukaimu... Ini karena
aku sangat menyukaimu dan karena aku ingin kau menyukaiku. Karena itulah aku ingin
keluargamu menyukaiku juga.” Ungkap Sul Hee.
“Apa Kau
sebegitunya menyukaiku?” ucap Joo Man. Sul Hee membenarkan.
“Apa Kau
tahu, tadi saat kau marah dan emosi.., kurasa kau terlihat seksi.” Ucap Sul Hee
mengoda lalu mencium tangan Joo Man.
Joo Man
merengek kalau bibirnya bukan ditanganya, Sul Hee pun memberikan kecupan di
bibir Joo Man lalu mengaku merasa sangat senang karena Joo Man datang padahal
berpikir harus kerja lembur, lalu bertanya apakah pacarnya itu pulang lebih awal
karena khawatir kepadanya. Joo Man memberitahu kalau ibu Sul Hee mengirimkan
pesan jadi pergi lebih awal. Sul Hee kaget mengetahui ibunya yang mengirimkan
pesan.
“Ini pertama
kalinya dia meng-SMS-ku..,jadi aku terkejut.” Ucap Joo Man . Sul Hee binggung
karena Ibunya tidak tahu caranya SMS.
Flash Back
Ibu Sul
Hee membereskan semua sampah yang berserakan sambil menanahan tangisnya. Lalu
masuk ke dalam ruangan pesta melihat anaknya sibuk membereskan semua sampah dan
keluarganya asik bercengkrama. Akhirnya Ibu Sul Hee pergi sambil mengumpat
anaknya itu sangat bodoh.
“Kau
bertingkah seperti itu di depan ibumu.., tapi kau benar-benar idiot. Dasar
Keparat itu. Keluarga menjijikan itu. Aku akan...” ucap Ibu Sul Hee benar-benar
marah mengeluarkan ponselnya.
“Lupakan
menikah... Jangan kau tunjukkan wajahmu di depan Sul Hee Aku takkan membiarkan
keluarga seperti itu mempunyai putriku.” Tulis Ibu Sul Hee pada Joo Man, Tapi akhirnya menghapus pesannya.
“Joo Man.
Bagaimana kabarmu? Lama tidak berjumpa. Sul Hee pergi ke ulang tahun keponakanmu
sendirian. Dia sangat menyukaimu jadi Bersikap baiklah kepada putriku.” Tulis Ibu
Sul Hee menahan amarahnya.
Sul Hee
yang membaca pesan Ibunya hanya bisa menangis, Joo Man binggung tiba-tiba Sul
Hee menangis. Sul Hee memberitahu kalau
Ibunya yang membersihkan sampa dan pasti lihat segalanya. Joo Man menenangkan Sul
He agar Jangan menangis. Tapi Sul Hee tetap saja menangis karena ibunya yang
bisa melihat perlakuan keluarga Joo Man.
Di pasar
toko “Kaki Babi Sul Hee” ayah Sul Hee memotong daging sambil bertanya Kapan
pertemuan keluarganya? Apakah Bulan ini? Dan menanyakan kabar anaknya. Istrinya
seperti masih sakit hati dengan keluarga Joo Man seperti sangat menghinanya.
“Sayang...
Haruskah kita tutup toko kaki babi dan membuka restoran?” ucap Ibu Sul Hee. Suaminya binggung dengan
perkataan istrinya. Ibu Sul Hee mengaku hanya ingin saja.
“Aku
tidak suka kalau orang tua Sul Hee menjalankan usaha kaki babi.”ucapIbu Sul Hee
dengan nada bergetar.
Dokter
memberitahu kalau Ae R terkena Ini Sindrom
Iritasi Usus Besar. Moo Bin kaget mendengarnya,
dan bertanya apakah memang itu serius. Dokter membernakan dan
menjelaskan kalau dalam perut Ae Ra banyak
dipenuhi gas. Moo Bin pun bertanya apakah Ae Ra pingsan karena gas.
“Itu
tidak biasa... Kurasa dia pingsan karena sakit
yang disebabkan oleh gas... Dia sangat stres... Seberapa banyak kau
membuat dia stres selama kencan?” keluh Dokter. Moo Bin ingin tahu keadaan Ae
Ra sekarang.
“Kau
melihat dia mengeluarkan kentut, kan?” ucap Dokter. Ae Ra terlihat berpura-pura
tidur merasa malu dan ingin mati saja. Moo Bin mengaku sudah mendengar dua kal
dan Sekali yang sangat panjang.
“Aku
takkan pernah membuka mataku lagi.” Gumam Ae Ra terlihat benar-benar malu.
Dong Man
berjalan pulang mengirimkan pesan pada Ae Ra “Bar? Soju? Bir? Jawab, atau kau
takkan dapat apapun.” Tapi Ae Ra tak membalasnya. Dong Man pikir Ae Ra sudah
tidur atau menutup diri darinya.
Saat itu
bibi pemilik baru pulang dengan mobilnya, mengetahui Dong Man ada di nomor
rumah 102, apakah ingin bertemu dengan wanita di nomor 101 sebagai penyiar yang
ingin comeback. Dong Man binggung maksudnya
“Nona di
rumah 101 pingsan dan dibawa ke RS.” Ucap Si bibi. Dong Man kaget memastikan
kalau itu Ae Ra. Bibi memberitahu kalau
ada di R.S. Severance. Kamar 2701, Royal Suite room. Dong Man panik langsung
bergegas pergi.
Moo Bin
menemani sambil memegang tangan Ae Ra, sementara Ae Ra merasakan perutnya yang
bergejolak dan ingin kembali kentut. Moo Bin mendekatkan telinganya, Ae Ra
langsung terbangun. Moo Bin kaget memberitahu
kalau Ae Ra sempatpingsan karena terkena IBS dan Perutnya dipenuhi gas tapi
bersyukur karena gasnya itu sudah keluar dari kentut.
“Ini
tidak serius, tapi gasnya harus keluar.” Jelas Moo Bin. Ae Ra merasa malu
meminta Moo Bin tak membahasnya lagi
“Bisa
lepaskan infus ini untukku? Aku ingin pulang ke rumah.” Ucap Ae Ra. Moo Bin
pikir Ae Ra harus menginap semalam. Tapi Ae Ra merasa tak nyaman jadi ingin
pulang ke rumah.
“Kenapa
kau selalu ingin pulang saat sedang bersamaku?” kata Moo Bin dengan wajah
serius. Ponsel Ae Ra bergetar dan itu telp dari Dong Man.
Sementara
Dong Man yang masuk ke rumah sakit panik Ae Ra
tidak mengangkatnya dan kenapa bisa sampai pingsan, menurutnya temanya
itu cukup kuat untuk mengalahkan sapi. Dong Man masih saja terus menelp. Moo Bin meminta agar Ae Ra tak mengangkatnya.
“Ae Ra,
tidak bisakah kau lihat aku? Sebenarnya.., kamar ini sangatlah mahal. Aku ingin
melakukan hal yang kubisa untuk mendapatkan perhatianmu, karena itulah aku
meminta kamar ini. Aku bahkan tidak seperti ini pada ibuku, saat dia dioperasi
usus buntu.” Ungkap Moo Bin.
“Kenapa
kau memberitahuku...” kata Ae Ra yang langsung disela oleh Moo Bin.
“Dan
sebenarnya, aku sedang tidak bekerja hari ini tapi aku pergi dan mengambil jas
labku supaya terlihat keren. Aku ingin melakukan sesuatu untuk menarik
perhatianmu. Tapi Kenapa kau sangat tidak nyaman? Kenapa perutmu sakit saat
sedang denganku?” ungkap Moo Bin menatapnya. Ae Ra bergumam melihat Moo Bin
yang manis sekali bahkan memberikan celah.
“Ini Bukan
kebohongan. Aku memikirkanmu sepanjang hari. Aku memikirkan segala alasan seperti
alat pemijat, berkata aku cuti, atau segalanya hanya untuk menemuimu sekali
saja.” Ungkap Moo Bin yang benar-benar ingin menarik perhatian Ae Ra.
“Tolong
berhenti.. .. Aku merasa lemah sekarang... Hati seseorang menjadi lembut saat
mereka tersakiti.” Gumam Ae Ra
“Bagiku,
kau adalah... sebuah mimpi. Saat aku melihatmu, meskipun kau tidak mengatakan
apapun... Meski hanya...dengan melihatm hatiku... menjadi gila.” Ungkap Moo Bin
Ae Ra
mengatakan Moo Bin tidak boleh melakukan
ini kepada orang lain yang sedang sakit menurutnya rendahan. Moo Bin pikir
kalau hari ini aka menjadi rendahan sekarang, lalu memberikan ciuman di bibir
Ae Ra. Saat itu pintu terbuka, Dong Man melihat keduanya berciuman. Ae Ra kaget
berusaha menjelaska kalau bukan seperti dalam pikiranya. Dong Man langsung
menutup pintu dan memilih untuk pergi, tapi beberapa langkah seperti memikirkan
sesuatu dan kembali masuk.
Epilog
Semua
anak SD berbaring seperti ingin menerima suntikan, Ae Ra berbaris dibelakang
merasakan perutnya yang sangat sakit dan akhirnya tak bisa menahan kentutnya.
Semua temanya merasakan bau dan menuduh Ae Ra pasti yang ketut.
Tiba-tiba
Dong Man sengaja mengeluarkan suara kentut yang sangat besar, Semua pun makin
menutup hidung karena Dong Man mengeluarkan kentut yang sangat bau. Ae Ra
memuji Dong Man dengan mengelus bagian kepalanya, setelah itu memberikan sebuah
permen.
Ae Ra
sedang makan kacang di tangga, tiba-tiba Dong Man datang mendekatkan bokong
pada wajah Ae Ra dan langsung mengeluarkan kentutnya, setelah itu menadahkan
tanganya seperti meminta bayaran. Ae Ra yang kesal langsung memukul kepala Dong
Man sampai akhirnya Dong Man hanya bisa menangis kesakitan.
Bersambung
ke episode 7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar