Bong Hee
dkk mendengar dari balik jendela, Bong Hee merasa itu dilema
Dan Tuan Bang pikir Eun Hyuk harus mengikuti aturan industr dengan
menjaga rahasia klien. Tuan Bang menurutnya Siapa yang mau menyewa pengacara
jika tidak mau menjaga rahasia?
“Tak peduli
apapun yang diputuskan.., biarkan saja mereka. Semua anak berkelahi saat tumbuh
dewasa.” Komentar Tuan Byun. Ketiganya pun memilih untuk diam.
Sidang di
mulai
“Pada 6
Juni, 2017, Terdakwa Park Seong Eun... berdebat dengan suaminya, Kang Jin Ho,
di rumah dan mendorongnya selama mereka berdebat. Dia jatuh lalu kepalanya
terbentur anak tangga dengan keras. Sebagai hasilnya, Dia meninggal karena pendarahan
otak dan patah tulang tengkorak.” Ucap Ji Hae sebagai jaksa
“Terdakwa
tidak selesai di situ. Meski korban sudah meninggal.., dia menusuk korban
dengan senjata tajam. Oleh karenanya, menurut Pasal 259 Bab 1 dan Pasal 161 Hukum
Pidana, Jaksa ingin mengajukan Tuntutan atas pembunuhan dan perusakan mayat.”
Jelas Ji Hae.
Hakim pun
menanyakan apakah Pengacara Nyonya Park
mengakui tuduhan itu. Eun Hyuk membenarkan kalau Terdakwa mengakui
tuduhannya dan menurutnya kalau ini
disebabkan stres karena trauma dan depresi yang didapat secara fisik, atau
secara verbal selama 20 tahun dan memintapertimbangannya.
Ji Wook
datang duduk disebelah Bong Hee pada persidangan. Bong Hee pikir Ji Wook datang
untuk mengacaukan. Ji Wook mengaku tidak karena ini sidangnya Eun Hyuk, jadi harus
menyerahkannya padanya jadi kenapa harus mengacaukannya. Bong Hee pun bisa
tenang.
“Mempertimbangkan
betapa brutalnya korban dibunuh.., kami tidak dapat menerima klaim Penasihat
Hukum bahwa terdakwa pikirannya lemah atau cacat secara mental. Dan Juga, kami
tidak dapat menemukan bukti maupun luka yang memperlihatkan bahwa terdakwa
dilecehkan secara fisik oleh korban pada hari tersebut. Dengan kata lain, pada
saat itu suami terdakwa tidak melakukan apapun terhadap terdakwa.” Ucap Ji Hae
sebagai jaksa penuntut.
“Memang
benar dia tidak dilecehkan secara fisik.., tapi dilechkan secara verbal dan
fisik selama 20 tahun memberinya banyak depresi. Oleh karenanya, kondisi
mentalnya dapat menjadi pertimbangan.” Jelas Eun Hyuk membela.
Sidang
selesai, Bong Hee memanggil Jae Young dan ingin menanyakan sesuatu. Jae Young
menatapnya.
Bong Hee
memanggil Tuan Bang meminta agar memberikan
semua dokumen yang berhubungan dengan Park Seong Eun. Tuan Bang pun
memberikan banyak berkas diatas meja, Bong Hee melihatnya berhari-hari dan dari
meja Ji Wook, Eun Hyuk bertanya-tanya ada apa dengan Pengacara Eun.
“Aku
bekerja terlalu keras saat dia jadi bawahanku saat itu. Saat ada terlalu banyak
yang dia urus, atau saat dia menggunakan otaknya terlalu keras maka itu
terjadi.” Ucap Ji Wook.
“Dia
benar. Aku ingat itu... Rambutnya tampak seperti buket bunga.” Ucap Tuan Bang
“Rambutnya
akan segera berminyak. Jadi saat dia bekerja... maka dia tidak mandi.” Kata Ji
Wook sudah mengetahui kebiasaan Bong Hee.
Ji Wook
sedang membaca buku dikagetkan dengan melihat Bong Hee yang datang dengan rambut
acak-acakan. Bong Hee mengaku banyak
pekerjaan tiga hari terakhir ini. Ji Wook tahu kalau sudah terlihat dari
penampilanya.
“Aku bertemu
Park Seong Eun, anaknya, Kang Jae Young, dokter dan yang melakukan otopsi dan
aku mengunjungi TKP juga.” Kata Bong Hee. Ji Wook merasa kalau Bong Hee banyak
bekerja.
“Itu
bagus, tapi rambut ini, dan... Apa Kau keluar rumah seperti ini?” tanya Ji
Wook. Bong Hee membenarkan dan menurutnya tak masalah. Ji Wook hanya bisa menyetujuinya walaupun
agak merasa jijik.
“Kalau
begitu, dengarkan ini. Pertama, aku sadar akan sesuatu yang aneh di sidang. Aku
tahu ini karena pernah ada di situ, dan hal terakhir yang kuinginkan adalah
agar ibuku khawatir kepadaku. Ibuku dan aku berpura-pura semuanya baik-baik
saja.” Ucap Bong Hee mengingat
“Tapi aku
sadar kalau Park Seong Eun dan Kang Jae Young melakukan hal yang sama. Mereka
kelihatan seperti sedang mengatakan, "Jangan khawatir. Aku baik-baik
saja."” Cerita Bong Hee mengingat saat sidang Nyonya Park dengan anaknya.
“Itu aneh.
Jika mereka sangat dekat... kenapa dia membiarkan ibunyacmenerima hukumannya? Aku
tidak paham itu.” Ucap Bong Hee.
Flash Back
“Aku
menyesalinya dan seharusnya tetap di rumah. Lalu ini takkan pernah terjadi.”
Ungkap Jae Young. Bong Hee binggung menanyakan maksudnya.
Jae Young
datang ke rumah, dengan mengumpat kesal kalau
selalu seperti ini dan berahap
agar ayahnya menghilang. Tuan Kang sanat marah dengan anaknya yang
berani bahkan berpikir kalau memukulnya agar sadar. Jae Young pun langsung
bertanya pada ayahnya kenapa harus memilikinya.
“Jika Ayah
tidak mau bertanggung jawab, kenapa Ayah memilikiku? Jika Ayah tidak
menghilang, maka aku yang akan menghilang.” Ucap Jae Young marah lalu keluar
dari rumah.
“Kang Jae
Young bilang dia bertengkar dengan ayahnya hari itu. Itulah saat terakhir Kang
Jae Young melihat ayahnya. Tetapi di sisi lain, saat terakhir Park Seong Eun
melihat suaminya adalah saat dia mati.” Ucap Bong Hee yang mengetahui Nyonya
Park datang.
“Park
Seong Eun berasumsi kalau yang melakukannya adalah anaknya yang pulang. Karena
itulah, agar dia yang dituduh membunuhnya, dia menusuk tubuh suaminya.” Jelas
Bong Hee bisa membayangkan Nyonya Park membawa pisau dari dapur.
“Tapi
jika itu yang terjadi, apa yang terjadi di antara dua kejadian yang menyebabkan
kematian Kang Jin Ho? Aku memikirkan setiap kemungkinan skenario yang dapat
terjadi.”jelas Bong Hee. Ji Wook menatapnya dalam-dalam.
Flash
Back
Bong Hee
bertemu dengan Jae Young dirumahnya, Jae Young memberikan sebotol obat yang
biasa dikonsumsi ayahnya, Bong Hee melihat Botol dengan teliti.
“Tapi
kenapa tidak ada orang yang berpikir untuk melihat rekam medis Kang Jin Ho? Dokter
yang mengurusnya berkesimpulan bahwa Kang Jin Ho... Mengalami pendarahan otak
yang disebabkan oleh pembengkakan pembuluh darah otak.” Jelas Bong Hee bisa
membayangkan Tuan Kang yang jatuh tak sadarkan diri lalu membentur lantai.
Bong Hee
pun meminta agar Ji Wook mengajukan otopsi lain karena mungkin salah mengira
dengan lukanya, tapi jika ini benar, hasilnya akan muncul di pemeriksaan kedua.
Ji Wook sedari tadi menatapnya hanya meminta Bong Hee agar bisa mendekat. Bong
Hee binggung, Ji Wook langsung mendekap Bong Hee dalam pelukanya.
“Jangan
salah paham. Aku melakukan ini sebagai mentor.” Ucap Ji Wook. Bong Hee seperti
tak yakin dengan alasan itu. Ji Wook menyakinkan dan dengan berat hati mengelus
rambutBong Hee.
“Eun Bong
Hee, kau sungguh kotor, tapi... kau cantik.” Ungkap Ji Wook memujinya.
“Apa aku
sudah membayar dengan kerja keras?” tanya Bong Hee. Ji Wook membenarkan kalau
sudah membayarnya dan tumbuh dengan baik. Bong Hee tersenyum bahagia
mendengarnya.
Yoo Jung
memberikan Hasil otopsi yang sudah keluar, yaitu Pendarahan otak korban
disebabkan oleh pembengkakan pembuluh darah otak Jadi tuduhan cedera yang mengakibatkan
kematian akan dibatalkan dan Nyonya Park tetap bersalah karena merusak mayat.
Eun Hyuk mengucap syukur mendengarnya.
“Oh, aku
mencoba menelepon Park Seong Eun untuk memberitahunya soal hasil otopsinya. Beritahu
dia sendiri jika mau.” Kata Yoo Jung
“Terima
kasih, Jaksa Cha.”ucap Eun Hyuk. Ji Wook yang ada didepanya dengan canggung
mengucapkan Terima kasih.
“Lupakan.
Aku tahu terima kasihmu tidak ikhlas.” Komentar Yoo Jung karena tahu Ji Wook
masih sakit hati.
Jae Young
bertemu dengan ibunya, keduanya saling menangis dalam ruang interogasi. Ji Wook
dan Eun Hyuk hanya bisa menatap terlihat simpati. Bong Hee menunggu diluar dan
Ji Hae melihat bertanya apa yang sedang di lakukan di kantor Jaksa. Bong Hee tak
mengubrisnya. Ji Hae menahanya bertanya
kemana akan pergi. Bong Hee meminta Ji Hae agar melepaskanya.
“Kenapa
kau jadi sangat ramah? Apa yang kau mau dariku?” ucap Bong Hee. Ji Hae mengaku
tak mau apapun. Bong Hee mengejek Ji Hae seperti hyena. Ji Hae menahan
amarahnya.
“Aku
penasaran, sejak kapan kau dekat dengan Pengacara Noh? Hei, tidak bolehkah aku
bertanya pertanyaan sederhana?” kata Ji Hae
“Sudah
kubilang kepadamu untuk tidak bicara tentang Pengacara Noh kapanpun itu.” Tegas
Bong Hee.
“Itu
dimulai di hotel, kan? Apa Kau ingat saat kau datang ke hotel untuk mencari Hee
Joon? Itu awalnya, kan?” kata Ji Hae menebak
“Bagaimana
bisa kau tahu itu?” kata Bong Hee binggung, Ji Hae tiba-tiba mengaku melihat.
Bong Hee
makin curiga kalau Ji Hae melihatnya. Ji Hae gugup mengaku kalau mendengarnya.
Bong Hee bisa menebak kalau Wanita berbaju kuning yang bersama Hee Joon adalah
Ji Hae. Ji Hae membela diri kalau tak penting setelah sekian lama berlalu, Bong Hee pikir membenarkan kalau memang itu tidak
penting.
“Aku tidak
peduli itu kau apa bukan dan tidak tertarik dengan itu. Tapi... kenapa kau
membullyku setelah kau melakukan itu? Apa Kau sungguh manusia?” ucap Bong Hee
mencengkram baju Ji Hae
“Hei,
lebih baik kau tidak memukulku. Aku akan membalasmu!” kata Ji Hae siap
membalas.
Keduanya
akhirnya saling menjambak rambut dan menyuruh agar melepaskan tangan lebih
dulu. Ji Wook dkk datang, langsung mencoba merelai. Ji Wook menarik tangan Ji
Hae agar tak menarik rambut Bong Hee. Ji Hae marah karena Bong Hee masih
menarik rambutnya. Ji Wook menyuruh Bong Hee agar melepaskan tanganya. Bong Hee
pun melepaskan dengan wajah kesal.
Ji Wook
heran melihat keduanya malah bertengkar. Ji Hae makin menyerang Bong Hee yang
terlihat sangat dekat dengan Ji Wook. Bong Hee membalas kalau Ji Hae lebih baik
memikirkan urasanya sendiri. Keduanya pun pergi dengan wajah sinis, Yoo Jung
yang melihatnya mengejek kalau keduanya itu tidak berkelas. Eun Hyuk juga
merasa kalau itu memalukan.
Semua
berdiri didepan lift, Bong Hee dan Ji Hae masih saling menatap sinis. Saat
pintu lift terbuka, Ji Wook langsung menyerobot masuk menarik tangan Bong Hee
dan menyuruh mereka semua Naik lift berikutnya.
Yoo Jung tak percaya melihat Ji Wook hanya ingin berduaan dengan Bong Hee.
“Astaga,
kenapa dia bertingkah seperti itu?” keluh Yoo Jung. Tapi Eun Hyuk merasa kalau
itu enak dilihat dan memilih untuk turun tangga. Dua jaksa pun mau tak mau
memilih untuk menaiki tangga.
Didalam lift
Ji Wook
sengaja menatap Bong Hee dengan memegang bagian rambutnya, Bong Hee mengaku
kalau baik-baik saja, karena punya banyak rambut, jadi tidak masalah jika ada
yang rontok. Ji Wook menegaskan kalau membenci. Bong Hee ketakutan meminta agar
jangan memukulnya.
“Apa ini
berhasil?” kata Ji Wook mengoda dengan menatap Bong Hee. Bong Hee mengaku Tidak
sama sekali.
“Apa yang
harus kulakukan untuk membuatmu jatuh cinta kepadaku?” kata Ji Wook semakin
mendekatkan wajahnya. Bong Hee hanya bisa diam.
“Apa Kau
lupa bernafas lagi?” ejek Ji Wook. Bong Hee hanya diam saja bergegas langsung
keluar lift. Sementara Ji Wook merasa kalau sekarang berhasil.
Bong Hee
pikir dirinya sangat bangga. Ji Wook pikir Bong Hee memang harus bangga dan layak
untuk bangga. Bong Hee rasa para ibu sangat mengesankan dan bertanya-tanya
bagaimana bisa mereka berkorban untuk anaknya. Ji Wook pikir Mereka
mengesankan.
“Aku
menyukaimu juga, tapi aku rindu ibuku hari ini.” Ungkap Bong Hee.
“Hei, kau
baru saja mengatakan kau suka kepadaku. Benar, kan?” kata Ji Wook tersenyum bahagia.
Bong Hee mengelak kalau tidak ingat. Ji Wook pikir lebih baik menemui ibunya
juga hari ini.
Nyonya
Park sambil membersikan meja dengan bangga kalau Putrinya menjanjikan perjalanan keliling
dunia. Nyonya Hong tak mau kalah kalau Anaknya sudah mengirimkanya perjalanan
yang tidak terhitung jumlahnya. Nyonya Park pikir Putrinya punya hati yang baik
dan Itulah yang penting.
“Caranya
selalu memikirkan ibunya.” Ucap Nyonya Park bangga.
“Putraku
juga memikirkanku. Apa Kau tahu seberapa khawatirnya dia kepadaku?” kata Nyonya
Hong
“Sama
juga dengan putriku!” tegas Nyonya Park. Nyonya Hong kesal Nyonya Park yang sekarang
bicara informal kepadanya.
“Astaga,
aku muak karena dia panggil aku "Ahjumma."” Kata Nyonya Park
Saat itu
Bong Hee datang memanggil ibunya, keduanya pun saling berpelukan karena sangat
merindukanya. Nyonya Hong mengejek padahal keduanya saling bertemu setiap hari
dan seperti melakukan pertunjukan.
Nyonya
Park pun menanyakan alasan anaknya datang, Bong Hee mengatakan hanya datang
untuk menemuinya. Nyonya Hong terlihat sedih karena ingin bertemu putranya juga.
Ji Wook
berjalan ke dalam krematorium, lalu memanggil ibu pada sebuah foto wanita
dengan ayah dan dirinya saat masih kecil. Tertulis nama [Kim Mi Hyun - 1960 - 1994]
“Ibu...
Aku di sini.... Putramu, Ji Wook... Maafkan aku tidak sering mengunjungimu.” Ungkap
Ji Wook yang sangat merindukan ibunya hari ini dengan air mata mengalir.
Hyun Soo
berjalan sambil menelp, lalu wajahnya terlihat tegang dan menutup telpnya. Ji
Wook mengemudikan mobilnya, melihat nama Jung Hyun Soo yang menelpnya, wajahnya
sedikit tegang. Akhirnya keduanya bertemu di sebuah cafe.
“Apa Kau ingat
kasus penyerangan lamaku? Aku baru saja dapat telepon dari wanita yang kubantu
itu. Dia bilang ada seseorang yang bertanya tentangku dan insiden itu.” Ungkap Hyun
Soo
“Bagaimana
bisa kau tahu itu?.. Astaga, maafkan aku karena membuatmu tidak nyaman.” Ungkap
Ji Wook merasa bersalah.
“Tidak,
tidak perlu minta maaf, tapi aku penasaran akan sesuatu. Kenapa kau ragu dan
mengawasiku? Apa kesalahan yang kubuat? Apa yang sudah kulakukan? Aku sungguh
menyukaimu dan pengacara lainnya, tapi kenapa kau tidak mempercayaiku?” kata
Hyun Soo mencoba menahan amarah.
“Karena
kau berbohong.” Akui Ji Wook. Hyun Soo seperti tak percaya mendengar pengakuan
Ji Wook.
“Pengacara
Noh, bukankah kau juga pernah berbohong dalam hidupmu? Rata-rata, orang
berbohong 10 sampai 200 kali sehari. Orang-orang tidak bisa hidup tanpa
berbohong. Itulah kebenarannya.Apa Kau tahu itu?” ucap Hyun Soo.
Ji Wook
mengaku tidak tahu itu kalau orang-orang berbohong sebanyak itu., tapi akhirnya
akan menganggap saja itu benar dan menurutnya
itu tergantung kepada bohong seperti apa itu. Hyun Soo pun ingin tahu
kebohongan apa itu.
“Apa Kau
bahkan tidak tahu?” kata Ji Wook sengaja memancing. Hyun Soo mengaku tidak tahu
karena kalau memang tahu maka tidak bisa ada di sini.
“Tapi
jika kau merasa tidak nyaman, aku akan minta maaf. Ini hanya kebiasaanku saat
masih jadi jaksa. Jika sesuatu menggangguku, maka aku harus memeriksanya sendiri.
Dan itulah yang kulakukan. Tapi aku tidak menemukan apapun Dan kasusnya sudah
ditutup. Ini sudah berakhir. Aku takkan berkeliaran untuk menanyai tentangmu
lagi, aku berjanji.” Kata Ji Wook
Hyun Soo
merasa terdengar seperti kebohongan. Ji Wook memuji perasaan Ji Wook memang
bagus sekali dan sering mendengar itu. Keduanya tertawa, Hyun Soo pikir bukan
ini yang terbaik lalu mengajak untuk bertemu Pengacara Eun lain kali.
Ji Wook
juga menginginkanya tapitak bisa beberapa hari ini karena sibuk. Jadi akan
memikirkannya. Hyun Soo pikir Ji Wook itu bisa memikirkanya. Ji Wook menyuruh
Hyun Soo menyelesaikan minumnya sebelum esnya meleleh.
Bong Hee
keluar dari kamar memikirkan Ko Chan Ho adalah pelaku sebenarnya, seperti tak
percaya. Ji Wook baru saja pulang ke rumah dengan wajah sendi. Bong Hee
bertanya Apa sesuatu yang buruk terjadi,
Ji Wook mengaku Tidak.
“Tapi kau
kelihatan sangat khawatir sekarang.” Kata Bong Hee. Ji Wook tetap mengaku Tidak
sama sekali.
“Apa
kau... ingin mengatakan sesuatu kepadaku?” kata Bong Hee. Ji Wook bergumam
kalau itu belum. Bong Hee merasa kalau Ji Wook
mau bilang sesuatu. Ji Wook mengelengkan kepala.
“Untuk menyembunyikan
kebohongan besar, orang-orang sering. mengungkapkan kebenaran kecil.” Gumam Ji
Wook
“Eun Bong
Hee... Aku ingin bicara sesuatu denganmu. Haruskah kita bicara soal keluarga?”
kata Ji Wook dengan tatapanya.
Keduanya duduk
bersama, Ji Wook menceritakan mengunjungi ibunya hari ini. Bong Hee pikir Pasti
Ibu Ji Wook senang melihat wajahnya. Ji Wook mengingat saat datang ke tempat
kerja Nyonya Hong.
Flash Back
Nyonya
Hong senang melihat Ji Wook yang datang ke tempat kerjanya, Ji Wook sambil
makan pizza menceritakan kalau baru saja kembali setelah mengunjungi ibunya tadi.
Nyonya Hong pikir Karena sekarang kau membahasnya, mengaku kaalu memimpikan ibu
Ji Wook semalam. Ji Wook seperti tak percaya.
“Aku...
punya dua ibu... Ibuku yang sekarang... adalah teman ibu kandungku.” Cerita Ji
Wook
Flash Back
Saat Ji Wook
lahir, Nyonya Hong menjengukknya dengan memuji anak temanya yang sangat ganteng,
bersinar, bahkan patut disayangi dan pintar. Ibu Ji Wook heran melihat temanya
yang bisa tahu kalau anaknya yang masih bayi itu pintar. Nyonya Hong pikir bisa
tahu hanya dengan melihatnya dan akan menganggap Ji Wook seperti anaknya juga.
“Aku kehilangan orang tuaku karena kebakaran
saat aku masih kecil. Ayahku pergi dulu dan, ibuku, yang dilarikan ke RS lalu meninggal
belum lama setelah sampai.”
Ji Wook
masih kecil menangis sendirian dengan kematian orang tuanya, Nyonya Hong
memberitahu Ji Wook kalau mulai sekarang sebagai ibunya dan memeluknya dengan
erat seperti anaknya sendiri.
Nyonya
Hong merasa bahagia Ji Wook datang dan memeluknya dengan erat menganggap putra
yang paling berharga walaupun hanya melihatnya saja. Ji Wook meminta Nyonya
Hong menghentikanya karena takut Orang-orang akan bilang anak mama. Nyonya Hong
pikir tak ada yang salah.
“Aku
takkan mengijinkannya!”ucap Tuan Byun tiba-tiba datang. Nyonya Hong mengeluh
Tuan Byun yang terus datang.
“Hei, apa
aku dilarang masuk ke restoranku sendiri? Bagaimana menurutmu, Ji Wook?” kata Tuan
Byun meminta pembelaan.
“Aku
yakin dia punya alasan tersendiri.” Ucap Ji Wook.
“Ibumu
jadi kejam. Aku bahkan tidak diijinkan masuk ke rumahnya.” Kata Tuan Byun
mengadu.
“Kapan aku
melarangmu masuk ke rumahku? Aku hanya bilang kepadamu untuk enyah dari
pandanganku.” Kata Nyonya Hong
Tuan Byun
ingin tahu alasanya, Ji Wook merasa tak tahu apa yang terjadi, tapi menurutnya ini salah Ketua Byun. Tuan Byun kesal
Ji Wook memanggilnya seperti atasanya, padahal memanggil Nyonya Hong itu
"Ibu.". Ji Wook mengatakan kalau ada di pihak Nyonya Hong apapun yang
terjadi.Nyonya Hong senang mendengarnya lalu menyuruh Tuan Byun membeli 10
pizza lagi.
Bong Hee
bisa mengerti dengan keadaan Ji Wook dan mengaku kalau punya dua ayah. Ji Wook
seperti tak percaya mendengarnya. Bong Hee berjanji akan menceritakannya lain
kali, jika ada kesempatan. Ji Wook mengangguk mengerti.
“Kalau
begitu, haruskah kita tidur?” ucap Ji Wook. Bong Hee terlihat ketakutan dengan
menutupi tubuhnya.
“Hei,
maksudku, mari masuk ke kamar masing-masing... apa yang kau pikirkan? Apa Kau
gila? Eun Bong Hee, benar-benar...”ucap Ji Wook. Bong Hee melepaskan tanganya.
Keduanya akan masih kamar masing-masing.
“Seandaninya...
Jika kau tidak bisa tidur, bayangkan saja aku ada di sisimu jika kau mau.” Kata
Bong Hee bergegas masuk kamar.
“Tidak
bisakah kau di sisiku saja?” ungkap Ji Wook mengoda. Bong Hee berteriak dari
kamar “Tidak!”
Ji Wook
tersenyum bahagia mengingat dengan Bong Hee, sampai akhirnya bermimpi kembali
saat melihat ayahnya terjebak dalam api, lalu seseorang masuk seperti
menyelamatkanya, dan kembali terbangun dengan wajah ketakutan dan panik.
Bong Hee
melihat sepasang boneka yang menurutnya terlihat bagus bersama. Lalu melihat
scrap booknya, gambar “Nyonya Park Young Soon, sebagai ibunya dan foto dirinya
saat masih kecil. Di halaman berikutnya terlihat foto Ayah dan mengucapkan Selamat
malam.
Epilog
Bong Hee
memutar koin, dengan berkata Jika mendapat
gambar ekor maka akan menerimanya, tapi mendapat kepala maka takkan menerimanya.
Beberapa kali koin jatuh dibagian gambar kepala. Ji Wook melihat Bong Hee yang
melakukan sepanjang hari, membuatnya sangat berisik lalu mencoba memutar
koinya.
Koin
langsung jatuh di gambar Ekor, padahal hanya sekali mencoba. Bong Hee hanya
bisa tersenyum melihat hasilnya karena bisa menerima Ji Wook.
Bersambung ke episode 21
Tidak ada komentar:
Posting Komentar