PS
: All images credit and content copyright : SBS
Tuan Byun
melihat keduanya yang duduk didepanya, Mereka ingin membahas Agenda hari ini
adalah strategi pertahanan untuk kasus dan permintaan terkait. Tuan Byun
lansung menyela dengan bertanya apakah keduanya itu saling memperhatikan.
“Apa
kalian berdua memperhatikan satu sama lain?” ucap Tuan Byun. Bong Hee mengelak.
“Apa
Kalian tahu? Aku mau kalian melihat satu sama lain.” Kata Tuan Byun. Tuan Bang
berbisik kalau Ketua Byun pasti sudah menyukai Bong Hee menurutnya ini sangat
tak terduga.
“Dengan
begitu aku bisa mencegah mereka pacaran! Aku perlu tanggal ketemuan kencan mereka
supaya aku bisa melarangnya. Aku takkan menerima mereka sampai aku mati. Aku akan
mengguyurkan segelas air dan uang untuk kalian!” kata Tuan Byun menolaknya.
“Kalau
begitu aku akan menghindari gelasnya dan menerima uangnya.” Ungkap Bong Hee.
“Jadi Apa
kau akan pacaran dengannya bagaimanapun juga?” kata Tuan Byun. Bong Hee
mengulang kalau Tuan Byun yang menyuruhnya kencan.
“Itu
ejekan.” Kata Tuan Byun kesal. Ji Wook heran Tuan Byun itu seperti tak ada
hubungannya dengannya. Tuan Byun heran Ji Wook memikirkan tidak ada hubungannya
dengannya.
“Kau dilarang
ikut rapat mulai sekarang Karenamu, rapat kami tidak pernah lancar.” Keluh Ji
Wook. Bong Hee setuju karena Rapat hari ini hancur juga. Tuan Byun langsung
merasakan kepalanya langsung sakit.
Ji Wook
terbangun dari tidurnya, lalu teringat dengan ucapan Bong Hee sebelumnya “Aku
akan memberimu jawaban untuk pengakuan cintamu.Aku akan memilih hari untuk
pergi ke suatu tempat dan kita dapat melakukannya dengan lebih bagus.”
Lalu ia
mandi dan mencari pakaian yang cocok untuk kencan. Bong Hee pun juga melakukan
yang salam dengan memilih baju dan make up. Keduanya sama-sama bersiap untuk
kencan.
Bong Hee
berjalan sendirian tak sengaja bertemu dengan Hyun Soo, Hyun Soo mengatakan
kalau sedang berkerja mengirim beberapa paket. Saat itu sebuah motor berjalan
hampir menabrak Bong Hee, Hyun Soo menyelamatkan Bong Hee sebelum tertabrak dan
membuat semua berkasnya jatuh.
“Maafkan
aku.. Aku akan mengambilnya.” Ucap Bong Hee mencoba mengambil beberapa berkas.
Hyun Soo juga membereskan berkasnya.
Bong Hee
mendengar nada lagu yang selama ini menduga sebagai pelakunya dari earphone
yang dipakai Hyun Soo. Hyun Soo segera mengambil ponselnya, Bong Hee mencoba
untuk tetap santai tapi wajahnya terlihat sedikit panik.
Bong Hee
berjalan sendirian, teringat saat bertemu dengan presdir yang memasang spanduk.
Flash Back
Bong Hee
meminta Presdir Jangan tekan dirinya sendiri tapi meminta agar mengingatnya. Apakah
Pria yang melapor tidak kelihatan sepertinya, dengan memperlihatkan foto Hyun
Soo. Si pria mengaku kalau tidak yakin.
“Kalau
begitu... bagaimana dengan pria ini?” tanya Bong Hee memperlihatakn wajah Chan
Soo.
“Tunggu!
Kurasa memang dia.. Dia kelihatan familiar.” Kata Si paman. Bong Hee seperti
tak yakin tapi si Paman menyakinnya.
“Bos.., aku
tidak akan mengunjungimu maupun menyebabkan kerugian bagimu. Katakan saja
apakah ini benar. Pria yang membuat laporan... adalah pria yang ada bersamaku
saat itu, kan? Yang kau bilang itu bukan fotonya.” Ucap Bong Hee akhirnya
menelp si paman kembali tapi Si paman memilih untuk menutupnya. Si paman
terdiam seperti menyembunyikan sesuatu.
Flash Back
Hyun Soo
mendatangi si paman yang mengetahui tiga anak, yang semua cantik. Ia menegaskan kalau seperti Ini adalah teknik
pemerasan umum, tapi bekerja setiap saat. Si paman terlihat ketakutan.
“Apa aku
takut? Apa Kau takut padaku?” kata Hyun Soo. Si paman hanya diam saja.
“Aku akan
beritahu padamu yang melapor. Lihatlah dengan benar.” Kata Hyun Soo dengan
memperlihatkan foto Chan Soo.
Si paman
merasa kesal sendiri dan mencoba untuk tak mengingatnya.
Bong Hee
menyakinkan kalau pasti bukan seperti dugaanya, menurutnya ini tidak membuktikan kalau Jung Hyun Soo adalah
pembunuh sebenarnya. Menurutnya Mendengarkan lagu yang sama tidak membuktikan
kalau Hyun Soo pembunuhnya, serta hanya sekadar kebetulan.
“Tidak
mungkin... ini kebetulan.” Kata Bong Hee menyakin dirinya.
“Pengacara
Eun... Bernafas dan pikirkanlah dengan baik. Bong Hee, kau punya otak jadi
Pakai otakmu... Ini dugaanku.” Ungkap Bong Hee mengingat saat pertama kali Hyun
Soo mengatakan padanya.
Di dalam
penjara Hyun Soo mengatakan “kupikir kau mungkin adalah satu-satunya
harapanku.” Bong Hee yakin kalau Hyun Soo itu mendekatinya untuk mendapatkan
simpatinya lalu memeriksa apakah
mengenalinya atau tidak , teringat kembali saat berusaha mengingat nada
suara ketika mabuk.
“Jika ini
semua benar...” ungkap Bong Hee gugup mengingat kembali saat Ji Wook membela
Hyun Soo yang membuatnya bebas.
“Karena
bukti yang palsu..pria yang tidak bersalah ditangkap sebagai pembunuh. Siapa
yang menjunjung tinggi hak orang seperti itu?” ucap Ji Wook yakin dalam
pengadilan.
“Itu
aku...yang menyebabkan pembunuh terlibat dan membuat Pengacara Noh... melindungi
pembunuh.” Ungkap Bong Hee merasa bersalah.
Diam-diam
Hyun Soo melihat dari belakang, lalu bergumam kalau Bong Hee tidak seharusnya
mengenalinya, karena kalau memang saling kenal maka harus menyingkirkannya.
Ji Wook
menunggu di cafe dengan membawa sebuket bunga, Saat itu Yoo Jung dan Ji Hae
masuk cafe ingin memesan minuman. Yoo Jung lalu melihat Ji Wook yang duduk
sendirian. Ji Hae menahanya agar Jangan menyapanya.
“Dia
bahkan tidak menyukaimu.” Ucap Ji Hae menahanya.
“Tapi itu
tidak berarti aku tidak boleh menyapanya. Aku sudah terlanjur malu.” Kata Yoo
Jung mendekatinya.
Yoo Jung
bertanya apakah Ji Wook punya urusan di Pengadilan. Ji Wook berdiri mengaku
kalau sedang ada janji. Yoo Jung ingin duduk, Ji Wook langsung melarangnya. Yoo
Jung binggung karena tidak berencana melakukan apapun.
“Aku
hanya mau bicara denganmu soal pekerjaan.” Ucap Yoo Jung.
“Ya. Aku
sangat minta maaf, tapi aku ada janji penting...” kata Ji Wook lalu melihat
Bong Hee didepan mereka melihatnya.
“Maafkan
aku... Aku harus memakai Jaksa Cha sebagai alasan.” Gumam Bong Hee lalu
berjalan pergi karena merasa bersalah dengan Ji Wook. Ji Wook akhirnya mengejar
Bong Hee dengan membawa bunga.
Yoo Jung
sedih melihat Ji Wook kembali mengejar Bong Hee, Ji Hae pun mendekat dengan
mengajak seniornya pergi dengan memastikan baik-biak saja.
Ji Wook
mengejar Bong Hee, bertanya Kenapa pergi begitu saja dan memastikan kalau tidak
salah paham, Bong Hee mengaku tidak tapi dengan terus melihat keduanya bersama dan
rasanya tidak sebagus itu. Ji Wook pun berjanji akan berhati-hati mulai
sekarang.
“Tidak
perlu. Kau tidak perlu berhati-hati. Aku merubah pikiranku. Aku takkan memberikan
jawabannya hari ini. Aku akan terus mengulur waktu.” Ucap Bong Hee. Ji Wook pun
merasa tak masalah.
“Aku
tidak apa-apa dengan itu. Tapi wajahmu tidak terlihat baik.” Ungkap Ji Wook.
Bong Hee mengelak kalau Ji Wook harus mengkhawatirkan diri sendiri.
“Bong
Hee, maksudku.., aku ingin kau memberitahuku apa yang terjadi padamu.” Kata Ji
Wook
“Aku
hanya mendadak merasa tertekan untuk menerima perasaanmu kepadaku. Aku mulai
merasa tidak nyaman. Hanya itu. Kau bilang. akan menghormati keputusanku. Jadi
Tolong hormati...perasaanku dan keputusanku.” Tegas Bong Hee lalu berjalan
pergi. Ji Wook seperti serba salah
Bong Hee
duduk sendirian, Eun Hyuk datang mendekat. Bong Hee menatap Eun Hyuk meminta
maaf, kaena sungguh ingin bicara dengan seseorang tapi satu-satunya orang yang
dipikirkan adalah Eun Hyuk. Eun Hyuk pikir itu bagus karena Bong Hee menelpnya.
“Aku
sungguh takut sekarang... Inilah perasaanku... saat Hee Jun meninggal dan saat
aku dituduh jadi pembunuh. Aku merasa telah melakukan kesalahan.., tapi aku
tidak tahu kesalahannya apa itu. Begitulah perasaanku.” Ungkap Bong Hee.
“Tapi
sekarang..,aku lebih takut daripada saat Hee Jun meninggal. Saat itu, aku hanya
harus mengurus situasi sendiri. Tapi sekarang, aku punya orang berharga di
sekelilingku. Aku punya Pengacara Noh. Semakin orang itu kucintai.., semakin
aku takut, Pengacara Ji.” Kata Bong Hee.
“Kau
sedang bicara soal Jung Hyun Soo, kan? Kau sudah tahu aku ini cerdas.” Kata Eun
Hyuk terlihat menyakinkan. Bong Hee benar-benar terlihat ketakutan.
Tuan Bang
melihat dari internet bahwa Gambar seekor burung murai atau macan dapat membantu
mereka mengusir nasib buruk Bahkan Katanya memukul gong juga membuat lebih
baik.., tapi mereka tidak bisa melakukannya sekarang.
Dia
bilang dua orang dari kita akan mati. Salah satu dari mereka adalah aku. Benar,
kan? Itu pasti aku, kan?” ucap Tuan Byun merasa kalau ia yang paling tua.
“Apa Kau
tahu kalau kau sudah mengatakannya beberapa hari lalu?” keluh Tuan Bang
“Entah
itu usia atau yang lainnya.., itu pasti aku.” Ucap Tuan Byun
“Ada
perintah saat kelahiran.., tapi bukan kasus kematiannya. Aku tidak boleh hanya
duduk di sini.” Kata Tuan Bang panik. Tuan Byun bertanya mau kemana. Tuan Bang
mengatakan mau beli gong, lalu binggung melihat Ji Wook duduk melamun a.
Keduanya
akhirnya duduk di ruang rapat, Tuan Bang bertanya apakah Ada sesuatu yang
mengganggunya Ji Wook mengaku kalau pertanyaan "Apa alasannya?" yang sedang
kupikirkan. Tuan Bang binggung alasan apa yan dimaksud.
“dia
bukan tipe orang seperti itu saat salah paham.” Kata Ji Wook. Tuan Bang makin
penasaran Bong Hee kenapa.
“Aku
bertanya-tanya apa yang terjadi.” Ungkap Ji Wook penasaran.
Bong Hee
mencari-cari payung dalam mobil karena turun hujan deras, tapi tak menemukanya. Akhirnya ia memilih untuk
keluar dari mobil untuk lari, tapi seorang datang membawakan payung untuknya.
Ji Wook datang membawakan payung untuk Bong Hee.
“Kau
takkan menolak kebaikanku... hanya karena kau memutuskan untuk menolakku, kan?”
ucap Ji Wook lalu mengajak segera pergi.
Keduanya
pun berjalan masuk ke dalam rumah, Ji Wook mulai membahas pendapat Bong Hee
dengan menghabiskan waktu bersama untuk saling jujur, menurutnya Jika ada sesuatu
yang tak bisa mereka beritahu katakan saja itu hari ini.
“Jika kau
mau menolak.., aku yang akan katakan duluan.” Ucap Ji Wook. Bong Hee langsung
menolaknya.
“Aku
tidak mau melakukan apapun sekarang. Aku ada banyak pikiran. Bicarakan saja
saat otakku sudah jernih.” Kata Bong Hee.
“Baiklah.
Aku akan memberimu waktu. Sampai saat itu.., haruskah aku memperlakukanmu
seperti rekan kerja? Itu akan lebih nyaman, kan?” kata Ji Wook. Bong Hee
menganguk setuju.
Bong Hee
menulis dalam buku agendanya “Melodinya, Pemilik jasa pasang banner, Orang mesum
yang menyaksikan pembunuhan.” Lalu mengaris bawahi “Pemilik jasa pasang
spanduk” dan menyakinkan kalau bertemu dengan paman itu lebih dulu.
Bong Hee
bergegas keluar terlihat benar-benar kaget dan terlihat ketakutan melihat Hyun
Soo sudah ada didepan rumah. Hyun Soo makin mengejek melihat Bong Hee
terlihat sangat terkejut. Bong Hee
mencoba untuk tenang mengaku itu karena tiba-tiba muncul entah dari mana.
“Aku
takkan terkejut jika aku tahu itu kau.” Kata Bong Hee menyakinkan. Hyun Soo
terlihat mencoba untuk percaya.
“Omong-omong,
ada apa ke sini?” tanya Bong Hee. Hyun Soo pikir itu sudah pasti kalau baru
saja mengirim barang di sekitar lingkungan itu dan berharap bisa bertemu dengan Bong Hee hari
ini.
“Aku senang
bisa bertemu seperti ini. Hari ini pasti hari keberuntunganku, benarkan?” kata
Hyun Soo. Bong Hee merasa tersanjung mendengarnya.
Hyun Soo
tiba-tiba seperti ingin melakukan sesuatu,
Eun Hyun datang memanggil dan melihat Hyun Soo berpikir sedang memanggil
jasa kurir, menurutnya karena mereka sudah jadi dekat jadi sering saling
bertemu. Hyun Soo mencoba untuk tersenyum.
“Mau
kemana kau malam-malam begini? Jangan kerja malam-malam. Lakukan saja pagi
besok.” Kata Eun Hyuk mengajak Bong Hee untuk masuk. Lalu mengajak Hyun Soo
masuk. Hyun Soo langsung menolaknya.
“Datanglah
kapan saja, Karena klien kami sudah seperti keluarga.” Ucap Eun Hyuk ramah dan
mengajak Bong Hee masuk.
Bong Hee
bertanya-tanya apakah Hyun Soo datang
untuk mencari tahu yang sedang dipikirkan. Eun Hyuk pikir itu Mungkin, lalu
bertanya apakah Bong Hee tidak akan. memberitahu Ji Wook. Bong Hee pikir memang
harus memberitahunya.
“Tapi aku
tidak bisa... Aku tak bisa memaksa diri untulk memberitahunya kalau kita sudah membebaskan
seorang pembunuh.” Ungkap Bong Hee.
Ji Wook
keluar dari rumah dan melihat Bong Hee bersama Eun Hyuk, lalu dengan santai menyuruh mereka Lanjutkan
perbincangan keduanya. Sementara di luar gerbang, Hyun Soo ingin tahu Apa yang
terjadi dengan tatapan dinginya.
Ji Wook
duduk sebagai pengacara dari Tuan So dalam ruang sidang, Tuan So seperti sibuk
dengan ponselnya mengirimkan pesan “Kita akan segera bertemu.” Ji Wook memperingatkan
Tuan So aka bisa mengikuti pengadilan.
Ji Hae
duduk sebagai Jaksa, ingin menuduh
terdakwa karena tindak penyerangan dengan kelalaian yang menyebabkan luka,
menurut Pasal 266..,dengan kerusakan properti, menurut Pasal 366 dan karena
obstruksi bisnis menurut Pasal 314 Hukum Pidana. Jaksa Pun bertanya pada
Pengacara apakah menerima tuduhannya.
“Terdakwa
menerima sebagian tuduhan. Sedangkan untuk kelalaian menyebabkan luka, terdakwa
dan korban sudah beres. Dan kerusakan properti terjadi karena pertarungan
fisik.., jadi kami tidak bisa mengaku bersalah.” Ucap Ji Wook
“Apa
semuanya sudah terselesaikan kecuali tindak penyerangan?” tanya Hakim
“Ya, Yang
Mulia. Kami juga berusaha menyelesaikan itu. Namun, kita tidak bisa menahan
pihak yang dirugikan saat ini jadi kami sulit membuat kemajuan. Kami akan
berusaha menyelesaikan jika Anda memberikan sedikit waktu.” Jelas Ji Wook
Bong Hee
dan Tuan Bang mencari sesuatu dari balik gedung lalu berpikir untuk menanyakan
sesuatu. Keduanya pun memperlihatkan foto seorang pria yang tinggal di rumah
itu dan bertanya pada pejalan kaki apakah pernah lihat sebelumnya. Beberapa
orang mengaku tak pernah melihat sebelumnya
Bong Hee
melaporkan Seperti dugaan, si pria tidak ada di rumah juga. Bahkan tidak punya
pekerjaan maupun keluarga jadi mereka menghentikan pencarian tapi bisa
mencoba... lalu tiba-tiba terdengar teriakan Tuan Bang untuk mendekat dan
melihat berita.
“Berita selanjutnya. Penyerangan
acak yang lain terjadi. Seorang pria berumur 30-an yang menyerang orang di kafe
beberapa hari yang lalu mengunjungi kafe yang sama dan mencoba untuk menyerang seorang
pekerja paruh waktu menggunakan senjata.”
“Dia mengklaim bahwa pekerja paruh
waktu itu memandang rendah dirinya dan dia pergi ke kafe untuk mendapatkannya kembali.
Polisi telah menangkap basah penyerang, Tn. Kim. Mereka akan menginvestigasi
untuk melihat apakah ada dia ada hubungannya dengan kasus lain.”
Tuan Bang
ingat kalau Itu adalah kafe dimana So Jung Ha berkelahi Bong Hee mengartikan
bahwa Klaim So Jung Ha-ssi kalau dia menghentikan pria yang akan mengacungkan pisau
itu memang benar. Ji Wook pun pikir itu bisa saja dengan wajah tak percaya
“Itu juga
berarti kemungkinan dua orang dari kita yang mati seperti yang
diprediksinya...” kata Tuan Bang. Ji Wook meminta Tuan Bang Jangan bicara tidak
masuk akal.
Bandara
Terlihat
seorang pria keluar dari pintu kedatangan, lalu menarik kopernya seperti baru
saja selesai berlibur. Hyun Soo dengan topinya diam-diam mengikutinya dari
belakang, seperti mengincar satu pria yang foto dengan Chan Soo.
Ji Wook
keluar dari ruangan pengadilan. Tuan So mengucapkan Terima kasih atas segalanya
dan sungguh menghargainya. Ji Wook memberitahu mungkin akan dihukum denda lalu
membahas Tuan So yangterus meng-SMS seseorang saat sedang sidang dan ingin tahu
Siapa yang sedang ditunggu.
“Pacarku,
yang sudah lama tidak bertemu, dia baru kembali.” Cerita Tuan So
“Oh, aku
juga penasaran... Kau bilang bisa meramal masa depan. Apa itu benar Atau itu hanya
sebuah tipuan menggunakan kemungkinan dan kebetulan?” kata Ji Wook seperti
masih belum yakin.
“Itu
benar... Aku punya firasat. Itu hanya terjadi sesekali.” Ucap Tuan So.
“Kau
bilang dua orang di firmaku akan meninggal. Apa itu benar juga?” tanya Ji Wook.
Tuan So menyakinkan kalau yang dikatakan itu benar.
“Kurasa
kau tidak percaya juga.” Ucap Tuan So. Ji Wook mengaku kalau memang tidak
percaya. Tuan So menyakin kalau yang dikatakan serius. Ji Wook memilih untuk
pergi saja.
Keduanya
berjalan sampai didepan lampu merah dan berpisah, Ji Wook memilih untuk
berjalan sementara Tuan So menyeberang jalan sambi melihat ponselnya tanpa
sadar sebuah mobil datang dan langsung menabraknya.
Ji Wook
mendengar bunyi suara dibelakangnya lalu teringat kembali perkataan Tuan So
kalau akan ada dua orang yang meninggal.
“Aku
tidak tahu... kalau aku akan jadi salah satu dari mereka.” Gumam Ji Wook Lalu kaget melihat Tuan So yang sudah terkapar
di jalan dengan darah yang mengalir dan mendekat dengan sedikit berteriak untuk menyadarkan
Tuan So.
Tuan So
dibawa masuk ke lorong rumah sakit dengan penyanggah leher, Ji Wook panik
melihat klienya yang baru ditemuinya sekarang sudah luka parah. Tuan So sudah
ada diruang IGD dan Ji Wook menelp seseorang untuk menanyakan keberadaanya.
“Dia menjadi
keras kepala dan bersikeras tidak akan melakukan... operasi sampai Anda sampai
ke sini. Anda harus sampai ke sini secepatnya. Aku mencoba membujuknya, tapi
itu tidak bekerja... maafkan aku. Tolong coba sampai ke sini secepatnya.” Ucap Ji
Wook seperti meminta agar orang terpenting untuk Tuan So datang.
Akhirnya
Ji Wook mendekat memohon agar Tuan So jangan bersikera dan harus segera dioperasi. Tuan So mengatakan
kalau sudah diberitahu bahwa sepertinya tidak akan keluar hidup-hidup, dengan
begitu hanya ingin melihat orang yang
sangat dirindukan.
“Omong-omong,
aku bukan penipu, kan?” ucap Tuan So seperti ingin menyakinkan lalu seperti
melihat kembali Ji Wook menangis dan meminta agar mendekat.
“Pengacara
Noh... Jangan menangis... Semuanya akan baik-baik saja.” Ucap Tuan So. Ji Wook
bingung kenapa Tuan So tiba-tiba mengatakan hal itu.
Seorang
wanita datang memanggil Tuan So seperti pacarnya yang selama ini
dirindukanya. Tuan So menatap sebentar,
pacarnya memberitahu kalau sudah datang jadi harus melihatnya. Tapi Tuan So
seperti sudah tak kuat dan hanya menutup matanya. Ji Wook terdiam melihat klienya yang
meninggal.
“Kami
semua telah kehilangan seseorang. Beberapa orang kehilangan anggota keluarga, Beberapa
orang kehilangan teman. Beberapa orang kehilangan orang yang dicintainya. Entah
itu orang yang baik maupun jahat.., tak ada orang yang tidak kehilangan seseorang
dalam hidupnya.” Gumam Ji Wook dengan mengingat orang-orang yang kehilangan,
bahkan Hyun Soo yang kehilangan wanita yang disayanginya.
Bong Hee
berjalan sendirian menerima telp dari Ji Wook,
menanyakan keberadan sekarang. Ji
Wook meminta agar Bong Hee tetap disana dan bergegas pergi, lalu mencari
ditaman tempat Bong Hee menunggunya. Setelah menemukan Bong Hee, Ji Wook
bergumam dalam hati.
“Karena
itulah, hidup ini kejam. Jika itu benar.., selama kekejaman ini, jangka waktu terbatas
dengan cara tertentu.. dalam waktu hidup yang sangat singkat ini.., satu-satunya
hal yang bisa kita lakukan adalah...”
Ji Wook
langsung memeluk Bong Hee memohon menyukainya kembali sekarang. Ia meminta maaf
karena tidak bisa menepati janjinya untuk akan menunggunya.
“Bong Hee...Tolong
sukai aku kembali, sekarang.” Ucap Ji Wook tak ingin kehilangan kesempatanya.
Epilog
Tuan Bang
yang panik akhirnya menempelkan kertas jimat dibawa meja, pada semua meja dan
masuk ke dalam ruang rapat agar membantu mereka bisa menghasilkan uang, lalu
menyimpan selembar untuk dirinya dengan menyakinkan bisa menghasilkan uang.
Bagus... Dadi penasaran trs
BalasHapus