Sul Hee
berbicara di telp pada pelanggan kalau tidak dijual. Si pelanggan marah kalau
memang tak jual kenapa ditunjukkan dan akan kubeli kimchi ini jadi meminta
beberapa kotak kimchi lobak juga dan ingin memesan dua.
“Kenapa
kau terus bilang tidak?” ucap Si pria kesal. Sul Hee menatap ke arah TV kalau
Joo Man dan Yee Jin jadi model dengan tatapan melonggo.
“Tidak!
Kimchi lobak tidak termasuk dalam penjualannya!” teriak Sul Hee tak bisa
menahan rasa cemburu melihat Joo Man dengan Yee Jin.
Sul Hee
akhirnya masuk ke dalam studio, semua panik melihat Sul Hee meminta agar
menahan. Joo Man dan Yee Jin kaget melihat Sul Hee yang masuk ke studio.
Ibu dan
ayah Sul Hee menjual Jokbal, pelanggan melihat ke arah TV yang dibelakang
karena merasa kelihatannya lezat sekali. Ibu dan Ayah Sul Hee menatap TV
ternyata Sul Hee sedang makan kimchi sangat nikmat membuat orang ingin
membelinya.
Pembawa
acara Shopping pun mengatakan kalau Kimchi paling enak makan kimchi dengan
keluarga, line telp pun mulai sibuk dengan pelanggan yang ingin memesan kimchi.
Ae Ra
masuk ruang wawancara dan melihat Hye Ran duduk dibangku untuk melihat, lalu
bergumam dalam hati kalau Hye Ran selalu
angkuh dan selalu merasa lebih unggul daripada dirinya.
“Berikut
pertanyaan pertama. Di antara kalian bertiga, siapa yang menurut kalian tidak
akan lulus?” kata si wanita teman Hye Ran. Semua tak bisa menjawab.
“Pembaca
berita tidak boleh ragu. Mereka cekatan.” Kata teman Hye Ran akhirnya keduanya
pun menunjuk Hye Ran nomor 17 akan gagal.
“Kalau
begitu, nomor 17, Choi Ae Ra. Kau lebih tua dan tidak punya pengalaman. Wajahmu
pun tampak paling besar di layar. Kenapa kau harus dipilih? Bisa beri kami
sepuluh alasan untuk memilihmu?” ucap teman Hye Ran.
Ae Ra
agak binggung menjawab Sepuluh alasan, lalu mengatakan kalau ia sangat
berambisi. Teman Hye Ran langsung menghentikanya sambil mengeluh karena selalu
mengatakan Tentang ambisi lagi, lalu menjelaskan sudah terlalu sering mendengar soal itu hari
ini.
“Seju-
jurnya, apa yang ingin kau lakukan dan bisa kau lakukan itu berbeda. Siapa pun
yang menyadari soal itu lebih dulu akan berhasil di bidangnya. Ini menyakiti
harga diriku. Sekarang ini, orang pikir siapa pun bisa menjadi pembaca berita.
Kenapa tidak kau pertahankan saja pekerjaanmu yang sekarang?” kata teman Hye
Ran dengan nada mengejek.
“Tadinya
aku berniat bertahan, tapi aku sangat ingin pekerjaan ini hingga tidak bisa
menahan diri.” Akui Ae Ra.
“Entah
apa aku perlu, menyebutmu nekat. Setiap orang memiliki batasan. Apa kau tahu
Garis Maginot?” kata teman Hye Ran.
“Belum
sampai 10 menit kita bertemu. Bagaimana kau bisa tahu kemampuanku?” keluh Ae
Ra.
“Kau
sudah tua tapi tidak cerdas. Kau tidak pandai menjawab pertanyaan saat
wawancara.” Balas Teman Hye Ran.
“Apa kau
menguji kemampuanku dalam menghadapi tekanan
Ataukah ini soal urusan pribadi?” balas Ae Ra dengan nada marah.
“ Nona
Choi, sebagai orang yang berpengalaman, izinkan aku memberimu saran.” Kata
Teman Hye Ran. Ae Ra pikir tak perlu.
“Kau juga
tidak akan meluluskanku. Maka jangan sakiti aku. Aku... Aku berhak untuk tidak
disakiti. Aku akan memutuskan apa yang bisa kulakukan.” Tegas Ae Ra.
Ae Ra
berjalan keluar dari ruangan. Hye Ran memanggilnya dengan sinis menanyakan
pendapatnya kalau akan berhasil. Ae Ra dengan yakin pasti bisa karena dengan
melihat Hye Ran., kalau dulu sebagai pembaca berita dan menikah dengan keluarga
kaya, bahkan nomor satu dalam segalanya.
“Lalu Apa
kau akan menganggapku sebagai panutanmu?” ucap Hye Ran menyindir.
“Kupikir
posisi pertama adalah untuk orang-orang terbaik, tapi melihatmu membuatku ragu.
Aku bisa lebih baik daripada kau.” Tegas Ae Ra
Hye Ran
merasa Ae Ra itu terlalu ambisius dan menyuruh untuk bicara setelah lulus. Ae Ra pun tak mau kalah kalau
nanti akan memastikan, Hye Ran tidak
akan pernah tersenyum lagi.
Ae Ra
keluar dari gedung dan menerima pesan dari tuan Choi “Ayah mengirimkanmu uang
Periksalah” . Melihat pesan ayahnya membuatnya makin kesal, lalu bicara di telp
bertanya apakah sedang di Daecheon. Hye Ran diam-diam mendengar dan melihat Ae
Ra yang pergi meninggalkan gedung.
“Aku akan
ke sana sekarang.” Kata Ae Ra. Dong Man sedang makan kaget karena Ae Ra akan
pergi ke Daecheon menurutnya untuk apa datang. Pelatihnya menegur Dong Man
kalau tak boleh banyak makan untuk
menjaga berat badannya.
“Aku akan
bermalam di sini.” Kata Dong Man. Ae Ra mengatakan kalau tidak akan pulang malam ini dan tidak mau
pulang kerumah. Dong Man terdiam seperti
ingin tersedak. Pelatih Choi pikir Dong Man marah dan langsung menyuruhnya
untuk makan semua saja.
Semua berkumpul,
Sul Hee seperti terpindana disidang. Lalu Sul Hee mengaku kalau Saat
menontonnya, sangat ingin memakannya. PD tahu kalau Hasilnya bagus, tapi
membuat mereka sangat kaget. Direktu Choi kembali memanggil nama Sun Hee dengan
mengejeknya kalau rakus.
“Kimchi-nya
terjual habis karena dia lahap. Itu yang terbaik.” Kata Joo Man membela
“Tetap
saja, itu siaran langsung. Situasi harus terkontrol, setidaknya secara
internal.” Keluh PD
“Tapi kau
memang butuh orang lain. Kita anggap saja mereka suami istri dan dia bisa
menjadi saudari iparnya.” Kata Direktur Choi
“Aku
bukan saudari iparnya, tapi Aku istrinya.” Kata Sul Hee. Direktur Choi mengeluh
kalau itu tak penting untuk saat ini dan berpikir bermain rumah-rumahan.
Saat itu
Seorang wanita datang menyapa Direktur Choi, Direktur Choi langsung menyapa
dengan sopan. Si wanita mendengar produk
kimchinya laku. Direktur Choi pikir kalau Kimchinya selalu laku dan meminta
mereka mengurus penjualan yang
berikutnya.
“Aku tahu
ini semua berkat Tuan Kim Joo Man.” Kata Si wanita. Direktur Choi memuji memang
selera Joo Man memang bagus dan ingin tahu tentang hal itu.
“Adikku
yang merekomendasikannya padaku. Kudengar dia ahlinya.” Kata si nyonya. Ibu Yee
Jin berdiri di samping kakaknya. Direktur Choi tak tahu kalau Ibu Yee Jin
adalah adiknya.
“Aku
adiknya dan ibu Ye Jin.” Kata Ibu Ye Jin. Direktur Choi makin kaget kalau itu
artinya pemilik Daging Kaki Nenek Park.
“Semua
anggota keluarga kami bekerja di industri makanan.” Kata Kaka Ibu Ye Jin.
Direktur
Choi pun mengerti kalau itu alasanya memilih Joo Man. Ibu Ye Jin tiba-tiba
mengenali Sul Hee, lalau yang bersama Tuan Kim sebelumnya. Ye Jin binggung lalu
bertanya apakah itu Orang dengan baju merah muda. Ibu Ye Jin masin mengingat
kalau mereka makan malam bersama tim di Oksu-dong.
“Kapan?
Apa ada makan malam bersama tim saat itu? Apa kalian pergi tanpaku?” tanya
Direktur Choi. Joo Man berusaha menjelaskan bukan seperti itu. Ibu Ye Jin
binggung melihat Sul Hee hanya diam saja.
“Kita
pernah bertemu, 'kan?” kata Ibu Ye Jin memastikan. Kakaknya berpikir kalau ada
yang aneh.
“Hei..
Kau pulang cepat akhir-akhir ini. Apa kau bersama Sun Hee?” kata Direktur Choi.
Manager Sul Hee seperti menyuruh Sul Hee agarmengatakan saja.
“Sun Hee,
apa yang terjadi?” tanya Direktur Choi penasaran. Ibu Ye Jin pun Ingin
tahu kenapa Sul Hee hanya diam saja. Sul Hee akhirnya menyakinkan diri kalau
bisa melakukanya.
“Aku
istri siri Pak Kim, Baek Sul Hee.... Karena itulah kau tidak boleh menciumnya,
Ye Jin... Selain itu, Pak Choi, aku bukan Sun Hee... Aku Baek Sul Hee! Namaku
Baek Sul Hee.” Teriak Sul Hee memberikan penjelesannya.
Tapi
semua hanya khayalan Sul Hee yang ingin mengatakan yang sejujurnya, Ibu Sul Hee
benar-benar binggung melihat Sul Hee hanya diam dan mungkin orang aneh. Sul Hee
terbata-bata ingin berbicara. Joo Man akhirnya mengaku Sul Hee sebagai
pacarnya. Direktur Choi tak percaya berpikir itu hanya omong kosong.
“Itu
bukan omong kosong. Aku berpacaran dengan Sul Hee selama enam tahun dan aku
sangat menyukainya. Pak Choi, tolong berhenti memanggilnya Sun Hee. Lalu Ye
Jin, aku akan berterima kasih jika kau menjaga sikapmu.” Tegas Joo Man pada
orang yang selalu merendahkan Sul Hee. Semua tak percaya dan melonggo tak
percaya.
Ae Ra
sudah sampai di pantai dan melihat ada sebuah panggung berpikir Dong Man ada di
tempat itu. Dong Man dengan kawan-kawan melakukan aksi bisa membela kayu. Ae Ra melihat acaranya adalah "Festival
Kerang Daecheon" lalu tiba-tiba salah satu pria mabuk dengan baju lusuh
berkomemtar semua adalah palsu.
“Mereka
curang. Aku tahu itu. Papan kayunya sudah dipotong lebih dulu.” Kata si pria.
Pembawa acara meminta si pria tak membuat keributan.
Dua
boneka soju besar naik ke atas panggung, Si PD binggung melihat si MC terlihat
menahan mual dan hanya diam saja. Akhirnya si MC tak bisa menahan mual langsung
turun dari panggung. Ae Ra yang melihatnya hanya bisa melonggo.
Di
belakang panggung
Pelatih
Hwang mengeluh mereka yang terus mematahkan papan kayu lagi bahkan sudah
kehabisan papan kayu. Si PD meminta tim lain
pergi ke lokasi konstruksi untuk mencari sesuatu yang mirip. Pelatih
Hwang marah karena anak buahnya itu bukan pahlawan super.
“Bukankah
katamu akan ada penyanyi? Siapa namanya? Apa itu Hong Se Ri? Kapan dia datang?”
kata Pelatih Hwang
“Dia
dalam perjalanan. Kami ingin kalian mengulur waktu sejenak. Jadi Patahkan kayu
sekali lagi saja.” Ucap PD. Pelatih Hwang tak bisa menahan amarahnya.
Tim lain
menanyakan dengan MC mereka. Ha Na mengeluh kalau sebelumnya meminta agar
menghapus kalimat tentang soju menurutnya bahkan hanya Melihat warna hijau saja
membuatnya mual.
“Kenapa
kau bekerja dan minum soju begitu banyak sambil makan kerang?” kata PD marah
pada MC
“Kita
butuh MC untuk mengulur acaranya. Tolonglah, kami ingin kalian tampil lagi.”
Kata PD pada pelatih Hwang. Pelatih Hwang menegaskan kalau sudah menolak.
Keduanya
pun saling adu mulut, Ae Ra datang mendekati Dong Man, bertanya ada apa dan
apakan ini sebuah festival. Dong Man akhirnya menenangkan keduanya yang saling
adu mulut, kalau tahu orang yang bisa menjadi MC.
Ae Ra
mengetahui MC yang mabuk dan Hong Se Ri terlambat, lalu Dong Man harus terus
mematahkan papan kayu dan gubernur marah. Lalu ia bertanya Kapan Hong Se Ri
datang. PD mengatakan kalau waktunya 20 menit lagi dan hanya bilang begitu sejak tadi.
“Kalau
begitu, aku punya 20 menit, 'kan?” kata Ae Ra. PD membenarkan.
“Kau
tidak boleh terlalu berlebihan. Ada lingkaran politik di sini. Gubernur akan
menyaksikanmu.” Bisik Dong Man memperingatinya.
“Jangan
ikut campur saat aku di panggung. Waktu 20 menit itu milikku, setuju?” tegas Ae
Ra. Semua pun setuju.
Ae Ra
mengintip melihat penonton festival, lalu berjalan dibawah panggung. Panitia
binggung karena harusnya naik ke atas panggung,
Ae Ra berdiri didepan Gubernur lalu meminta izin dan langsung merapihkan
rambut tipis di kepala Gubernur. Sekertarisnya marah, dengan tingkah Ae Ra.
“Kupikir
Bapak akan kecewa jika melihat fotonya nanti. Kakekku persis seperti Bapak.”
Kata Ae Ra. Gubernur tersenyum bahagia karena ada seuntai yang berantakan. Ae
Ra pun mempersilahkan mereka mengambil gambar gubernur kembali.
Ae Ra
lalu membuka pembatas tempat duduk, Panitia binggung melihat Ae Ra malah
melepaskan tali pembatas. Ae Ra
memanggil bibi agar bisa duduk didepan, setelah itu memperingatkan PD agar
mengingat ucapanya tadi. PD mengangguk mengerti.
Akhirnya
Ae Ra menjadi MC dari Festival Kerang Daecheon yang keenam serta memperkenalkan
namanya, lalu meminta tepuk tangan
pada gubernur karena telah merubuhkan
dinding penghalang serta memberi tempat untuk festival ini.
“Gubernur
Jang tidak cakap dalam pekerjaannya, tapi dia orang baik.” Komentar seorang
nenek. Suaminya pun setuju.
“Siapa
pun pemenangnya, tidak ada yang cakap dalam bekerja. Omong-omong, di mana Hong
Se Ri?” kata suaminya lalu berteriak menanyakan keberadaan Hong Se Ri.
“Kalian
sangat ingin bertemu dengan Hong Se Ri, 'kan?” kata Ae Ra. PD panik karena Seharusnya
mengganti subjeknya, bukan malah menyinggungnya.
“Jika
kalian menyalakan TV, dia tampil setiap hari. Tapi aku tidak. Aku tidak tampil
saat kalian menyalakan TV. Hanya ini kesempatan kalian untuk bertemu denganku.”
Ungkap Ae Ra.
“Dia
sungguh bersemangat. Bagaimana dia bisa memendamnya selama ini?” ungkap Dong
Man tak percaya melihat Ae Ra yang benar-benar pintar mengolah kata.
“Aku belum pernah bernyanyi untuk orang lain.
Kalian bahkan tidak bisa membayar untuk mendengarku bernyanyi. Choi Ae Ra lebih
mahal daripada Hong Se Ri. Aku putri dan mutiara Chungnam. Apa Kalian mau
mendengarkan sebuah lagu oleh Kim Wan Sun yang berasal dari Chuncheon?” kata Ae
Ra yang benar-benar bisa membuat suasana festival lebih bersemangat.
Ae Ra pun
mulai menyanyi lagu trot, semua pun mulai berkumpul dibangku penonton. Si pria
mabuk kembali datang, Ae Ra pun memanggil Ibu Doo Shik, kalau suaminya yang
datang meminta agar dibawa pergi. Ibu Doo Shik pun mengajak suaminya pergi. PD
terlihat bahagia melihat kerja Ae Ra.
“Begitu
dia memegang mikrofon, selesai sudah.”kata Dong Man bangga lalu mengambil
gambar.
Ae Ra
terus menyanyi sampai matahari terlihat terbenam, PD ingin tahu dinaungi sebuah
agensi, Pelatih Hwang bertanya jika para petarung dan Ae Ra tampil bersama
akankah mereka dibayar lebih banyak.
Ae Ra
berbicara di telp dengan ayahnya, kalau dirinya sebagai MC. Tuan Choi pikir
Daecheon tidak jauh dari rumah dan berpikir kalau aka datang besok, karena Ae
Ra juga akan melakukannya.
“Untuk
apa ayah dari calon bintang menghadiri acara ini? Tapi Ayah, bersiaplah. Aku
akan membalas jasa Ayah karena telah membesarkanku seorang diri. Aku akan
memberi Ayah kehidupan mewah.” Ungkap Ae Ra
“Ayah
tidak perlu kemewahan... Jaga saja dirimu baik-baik.” Kata Ayahnya.
Dua
temanya melihat ponsel memastikan kalau memang Ae Ra. Tuan Choi memberitahu
anaknya yang menjadi MC festival itu.
Temanya terlihat bahagia berpikri Tuan Chhoi akan mentraktir hari ini. Tuan
Choi pikir kalau sempat bermimpi saat Ae Ra lahir.
“Seekor
naga sebesar rumah memegang mutiara ajaib, seukuran genggaman tanganku dengan
cakar depannya dan menjulang...” ungkap tuan Choi bangga
“ Kali
ini dia menambahkan mutiara.” Komentar temanya
“Ceritanya
bertambah setiap kali dia menceritakannya. Bukankah begitu?” balas teman
lainya. Tuan Choi tak ingin banyak bicara mengajak mereka minum saja.
Ae Ra dkk
pun makan malam di tempat bibi Dong Shik, Ae Ra sibuk melihat ponsel Dong Man
binggung yang mana yang harus di uploud, Dong Man mengejek Ae Ra yang kecanduan
media sosial?
“Orang
lain selalu pamer soal makan dan membeli benda bagus. Kenapa aku tidak boleh?”
keluh Ae Ra. Dong Man pun mempersilahkan Ae Ra untuk pamer saja lalu memilih
salah satu Foto. Ae Ra pun menguploud pada SNSnya.
“Saat ini
aku merasa sangat senang.” Ungkap Ae Ra. Salah satu tim melihat Sepertinya suasana hati sang MC sedang bagus.
Ae Ra tak percaya dipanggil dengan julukan MC.
“Kenapa
kau menyeringai seperti orang gila?” kata Dong Man binggung. Ae Ra pun mengajak minum lebih banyak karena berada di
tepi pantai.
“Ae Ra,
dia tidak mau minum. Kita harus bagaimana?” kata PD. Ae Ra mengeluh pada Doo Ho
yang tak bisa menghabiskan minumnya karena tidak ada yang bernyanyi.
Dong Man
mulai panik berpikir Ae Ra yang ingin bernyanyi, tiba-tiba Ae Ra memberikan gaya imutnya
"Sayang, habiskan minumanmu, Kau harus meminumnya" Doo Hoo pikir Ae
Ra tak bisa memanggilnya “Oppa” karena tiga
tahun lebih muda.
Ae Ra
terus memperlihatkan gaya imutnya, PD lain berpikir kalau nanti Ae Ra makin
parah jika minum banyak. Dong Man melihat Ae Ra yang bersikap imut berkomentar
Ae Ra memang sangat manis. Pelatih Hwang berbisik menyuruh Dong Man agar
mengajak Ae Ra masuk ke dalam.
“Kau
mabuk. Masuklah lalu tidur.” Ajak Dong Man, Tapi Ae Ra kembali mengajak semua
orang untuk minum bersama.
Keduanya
berjalan pulang, Ae Ra mengeluh karena Suasana hatiku sedang bagus tapi Dong
Man malah menyuruhnya pergi. Dong Man terlihat kesal melihat Ae Ra yang melakukan gaya imut dan Dari mana mempelajari
hal-hal seperti itu.
“Apa Doo
Ho kekasihmu? Dia lebih muda daripada kau.” Kata Dong Man terdengar cemburu. Ae
Ra pikir kalau Lagunya memang seperti itu.
“Kau
tidak pernah menyanyikan lagu itu untukku. Kenapa kau menyanyikannya untuknya?
Kenapa kau begitu manis?” kata Dong Man seperti merasa tak sadar dengan
ucapanya. Ae Ra tak percaya Dong Man mengakui kalau dirinya manis.
Keduanya
pun berada didepan motel, Dong Man sedikit gugup mengatakan Mereka selalu kekurangan kamar di saat
seperti ini dan selalu hanya tersisa satu kamar, Ae Ra mengeluh si bibi yang lama sekali.
Menurutnya karena puncak acara Jadi, itu wajar saja. Seorang bibi pun membuka
jendelanya.
“Maaf,
tapi kami punya banyak kamar. Karena ada banyak kamar, aku bertanya-tanya, kalian
akan kuberi kamar di lantai mana.” Jelas si bibi
“Beri
kami kamar di lantai yang sama dengan orang-orang festival.” Kata Dong Man
dengan nada tinggi.
“Kenapa
kau marah?” keluh si bibi heran.
Ae Ra dan
Dong Man berada di lantai sama dengan beda yang sama. Dong Man pun bertana
apakah Ae Ra tak takut. Ae Ra pikir kalau memang dirinya takut, apa Dong Man
mau tidur dengannya. Dong Man mengelak kalau tak maksud mengatakan hal itu.
“Bagaimana
bisa kau mengatakannya semudah itu?” keluh Dong Man kesal. Ae Ra menyuruh Dong
Man tidur saja
“Pikiranmu
kotor sekali... Kau pasti kerasukan.” Keluh Ae Ra lalu masuk ke kamar lebih
dulu.
Ae Ra
baru saja selesai mandi di Motel, lalu
menatap kebelakang seperti merasa ada yang
sedang diawasi dan melihat sekeliling berpikir kalau ada kamera. Tapi
akhirnya dikagetkan dengan melihat ada kecoak di dinding,lalu dengan berani
mematikan kecoak dengan kotak tisseu.
Dong Man
mengedor-gedor pintu berteriak memanggil Ae Ra dengan nada panik. Ae Ra
berpikir Dong Man itu datang karena mendengarnya berteriak, Dong Man langsung masuk ke dalam kamar,
menjerit panik karena ketakutan ada di kamarnya dan sangat menbencinya.
“Ada satu
lagi di sebelahmu.” Kata Ae Ra menunjuk ke sebelah tempat tidur. Dong Man makin
panik dan bertanya dimana.
Si PD
melihat account IG Ae Ra, lalu tersenyum bahagai memberitahu timnya kalau akan
ke Daecheon untuk membuat sketsa.
Ae Ra
mengeringkan rambutnya, Dong Man mengejek Ae Ra itu pria karena mengeringkan
rambut seperti itu. Ae Ra kesal menurutnya apakah seorang gadis harus
mengeringkan rambut dengan cara yang berbeda. Dong Man heran melihat Ae Ra
yang mengeringkan rambut seperti sersannya.
“Hei...
Minggir. Kenapa kau berbaring di ranjang?” keluh Ae Ra melihat Dong Man diatas
tempat tidurnya.
“Kau bisa
memindahkan itu dan tidur di lantai.” Ucap Dong Man. Ae Ra mengumpat kesal.
Dong Man pun menyuruh Ae Ra agar duduk disampingnya saja.
“Kita
selalu duduk di ranjang yang sama.” Kata Dong Man. Ae Ra pikir mana mungkin
bisa sama. Dong Man makin mengejek apakah ada yang berbeda. Ae Ra mengaku kalau
memang sama lalu duduk disamping Dong Man.
Keduanya
terlihat canggung berada diatas tempat tidur, Ae Ra pikir mereka menonton TV.
Dong Man pikir tak perlu menyalakanya, Ae Ra malah heran kenapa tak boleh. Dong
Man tetap melarang karena Suasananya akan menjadi canggung.
“Kenapa
kau menghadap ke arahku? Berbaliklah.” Ucap Ae Ra melihat Dong Man yang
berbaring ke arahnya. Dong Man mengaku tak bisa. Ae Ra menanyakan alasanya.
“Telingaku
sakit.” Kata Dong Man. Ae Ra langsung panik melihat telinga Dong Man. Dong Man
mengaku Belakangan ini melakukan latihan dilantai dan ketika berguling di
lantai, seperti dalam gulat, telinganya bisa tergores.
“Dasar
Kau membuatku gila, Telingamu sangat panas.” Kata Ae Ra memegang telinga Dong
Man. Dong Man tampak gelisah.
“Kau
tidak boleh menyentuh telinga orang seperti itu.” Ucap Dong Man panik
“Telingamu
seakan hampir meledak. Ini Panas sekali. Mungkin telingamu terinfeksi.” Ucap Ae
Ra
Dong Man
mengejek Ae Ra itu bukan Dokter, dan mengatakan kalau Telinganya panas bukan
karena itu, lalu melihat wajah Ae Ra yang merah dan berpikir baru saja
melakukan sesuatu dan berpikir menyuntik filler di wajahnya.
“Aku
tidak mampu membayar sewa, apalagi suntik filler. Kembalilah ke kamarmu.” Ucap
Ae Ra.
“Nanti
saja, saat Pelatih kembali. Aku tidak bisa berdua saja dengan kecoak.” Kata
Dong Man
“Astaga.
kau sangat menyebalkan. Kalau begitu,
bagaimana kalau kita minum lagi? Haruskah aku membeli minuman?” kata Ae Ra
menghilankan rasa canggung.
“Seharusnya
ada menu untuk tempat pengiriman larut malam.” Ucap Dong Man.Ae Ra
mengejek Dong Man itu sangat paham dan pasti sering ke motel. Dong Man mengaku
kalau Ini kali pertamanya.
Hye Ran
menekan bel rumah Dong Man tak ada sahutan, lalu pergi ke rumah Ae Ra yang tak
ada sahutan juga, dan berpikir keduanya yang tidak di rumah. Si bibi Hwang
mendengarnya lalu berkomentar kalau
dilarang sebelum menikah.
Seorang
mengemudikan mobil dengan foto Ae Ra tertempel dibagian depan. Terlihat seorang
wanita yang juga mengemudikan mobil keluar dari gerbang tol.
Di dalam
kamar terlihat berantakan dengan botol dan snack, Ae Ra tertidur lelap dan kaget melihat Dong Man tidur disampingnya,
lalu melihat dibalik selimut. Akhirnya Ia memukul kepala Dong Man, Dong Man pun
bangun sambil memegang kepalanya lalu melihat Ae Ra menutupi tubuhnya dengan
selimut seperti ketakutan.
Epilog
"Motel
Astaga, Kami Melakukannya!"
Ae Ra tidur bersama dengan Dong Man datas
tempat tidur, lalu Dong Man bergerak dengan memeluk Ae Ra dengan erat.
Bersambung
ke episode 10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar