Dong Man
mencium Ae Ra mengaku sangat menyukai Ae Ra. Ae Ra mengumpat kalau ia yang
lebih menyukai Dong Man sejak dulu. Dong Man memberikan perumpamaan, Jika ini
tentang semua atau tidak sama sekali, kita ambil "semua" saja.” Ae Ra
binggung maksudnya.
“Apa
malam ini kau mau menginap?” kata Dong Man. Ae Ra melonggo binggung.
Joo Man
membantu Ye Jin membawakan kardus ke dalam rumah, tak sengaja malah menjatuhkan
dan melukai kakinya. Ye Jin panik ingin tahu keadaanya tapi Joo Man merasa
baik-baik saja. Ye Jin panik saat melihat jari jempol Joo Man berdarah.
Saat itu
terdengar suara wanita memangil Ye Jin. Ye Jin panik karena mengetahui ibunya
yang datang.
Dong Man
dan Ae Ra keluar dari lemari dikagetkan dengan Bibi Ganako dan Nam Il keluar
dari rumah, begitu juga sebaliknya. Bibi Ganako binggung bertanya alasan mereka
keluar dari sebuah lemari. Dong Man
binggung heran karena Bibi Ganako keluar di malam hari.
“Apa
salahnya aku berdiri di depan rumahku? Apa yang kalian perbuat di sana? ucap
Bibi Ganako. Nam Il pun ingin tahu Kenapa mereka keluar dari sana.
“Itu
"Catatan Bar Namil". Pintu rahasia mereka.” Kata Bibi Ganako. Dong
Man kaget karena ternyata bibi Ganako mengetahuinya.
“Aku
tidak berkomentar tentang kalian memakainya. Silakan bersenang-senang sesuka
kalian. Minumlah sepuasnya selagi lever kalian berfungsi. Bersikaplah lugu, gegabah,
dan hidup tanpa berpikir seperti anak-anak. Jangan main seperti orang dewasa.”
Ucap Bib Ganako.
“Entah
kenapa, aku ingin membantah.” Gumam Ae Ra dan akhirnya mengatakan kalau ingin
membantah ucap Bibi Ganako.
“Setelah
puas minum, kembali ke kamar masing-masing. Apa kalian Mengerti?” ucap Bibi
Ganako tak peduli
“Kami
berciuman di atas sana.” Ucap Ae Ra blak-blakan. Dong Man panik Ae Ra
memberitahu bibi Ganako.
Ye Jin
panik menarik Joo Man masuk kamarnya karena ibunya berkata akan mengusirnya
kalau mengajak pria ke rumah. Joo Man pikir tak perlu bersembunyi karena akan
langsung pergi. Ye Jin meminta Joo Man agar menunggu karena ibunya pasti akan
segera pergi.
“Aku akan
menjelaskan apa yang terjadi.” Kata Joo Man tak peduli.
“Dia sedaang mengawasiku, jadi Dia akan memukulmu
jika melihatmu.” Jelas Ye Jin. Joo Man binggung kenapa harus kena pukul. Ye Jin
mendorong Joo Man agar menunggu dalam kamar saja.
Ibu Ye
Jin memanggil anaknya agar membuka pintu, Ye Jin berjalan ke depan pintu
mencari tempat untuk menyembunyikan sepatu Joo Man lalu membuka pintu. Ibunya
pikir Ye Jin sudah tidur. Ye Jin membenarkan dan bertanya Kenapa Ibunya datang
semalam ini. Ibu Ye Jin mengaku harus menonton drama dan sudah tayang.
Ye Jin
binggung kenapa ibunya akan menonton dirumahnya, Ibu Ye Jin tak peduli
menyalakan TV dan mengomel dengan kelanjutan drama yang sudah di duga karena
pria itu tidur di tempat lain. Ye Jin pikir sudah larut jadi ibunya harus
pergi.
Ae Ra
turun dari tangga merasa kalau bibi Ganako itu tidak berhak untuk melakukan
ini. Dong Man pun menyetujuinya. Bibi Ganako menyindir Apa para penyewa berhak
menyelinap ke atap. Ae Ra mengejek Bibi Ganako yang histeris lagi.
“Hei, aku
bisa mendengarmu.”teriak Bibi Ganako kesal
“Kupikir
putramu harus membantu kau mencari hobiatau menyarankan panjat tebing.” Ucap Ae
Ra. Bibi Ganako seperti tak peduli menyuruh mereka pulang dan berpisah
saja. Ae Ra seperti memberikan kode lalu
akan masuk ke dalam rumahnya.
“Kau
memberitahunya dirimu akan mandi lalu kembali? Aku sudah membaca pikiranmu.”
Ucap Bibi Ganako melihat keduanya.
“Omong-omong,
jika seseorang melarang kita, maka kita semakin ingin melakukannya.” Kata Ae Ra
menantang.
Bibi
Ganako makin kesal apa yang dimaksud “melakukan”. Ae Ra pikir Jika Joseon tidak
begitu ketat dan konservatif, maka orang tidak akan menyelinap ke kincir air,
menurutnya Bibi Ganako bisa saja menyiramkan bensin ke api di depan rumah. Bibi
Ganako menyuruh keduanya masuk saja.
“Anda
tahu apa yang dilakukan di kincir air, bukan?” ucap Dong Man sengaja mengejek
lalu masuk rumah bersama dengan Ae Ra. Bibi Ganako tak percaya dengan tingkah
keduanya.
“Aku bisa
melihat kemiripannya... Sekarang aku mengerti alasan Ibu pindah ke sini.”
Komentar Nam Il
Ae Ra
membuka lemari pakaiannya dan memilih pakaian dalamnya dengan baik, sementara
Dong Man memperbaiki tempat tidurnya memastikan bautnya terpasang dengan benar.
Ae Ra pun bersiap dengan pakain yang rapi setelah mandi. Dong Man melatih
badanya dengan push up, wajahnya terlihat gelisah saat bel rumah berbunyi.
Akhirnya
keduanya duduk di diatas tempat tidur dengan wajah gugup. Ae Ra memberanikan
diri sedikit mendekat dan mulai mencium Dong Man dengan gugup. Dong Man
berkomentar kalau itu bibir bagian atasnya yang cium. Ae Ra terlihat malu
karena tahu kalau gugup.
“Seleramu
unik, Pasti kau suka bagian atas bibir.” Goda Dong Man. Ae Ra mengeluh kalau Dong Man memajukan
bibirnya jadi bisa melakukan dengan benar lalu terdengar suara.
“Sepertinya
perutmu menginginkan sesuatu.” Komentar Dong Man. Ae Ra mengeluh lagi-lagi
perutnya selalu berontak pada keadaan tak tepat.
“Aku
bukan anak ceroboh dan bodoh yang berhenti dewasa sebelum puber. Kita
berpacaran, dan duduk di ranjang. Aku sama sekali tidak mau bersikap seperti
pria sopan kepadamu.” Ucap Dong Man. Ae Ra tak percaya Dong Man sangat berpikiran kotor
“Ya. Aku
mau berpikiran paling kotor. Tapi... Ini bukan pekerjaan rumah.” Balas Dong
Man. Ae Ra binggung mendengarnya.
“Meski
tanpa titik balik seperti ini, kau bukan Chewbacca bagiku. Kau seorang wanita
bagiku. Aku ingin memelukmu sekarang dan sepanjang malam. Aku tidak mau
membiarkanmu pulang.” Ungkap Dong Man blak-blakan.
Ae Ra
benar-benar tak percaya kalau Dong Man
harus menyimpan pikiran itu. Dong Man menyuruh agar Ae Ra agar perutnya
tak berisik.
Ae Ra
duduk diam dengan wajah binggung. Dong Man menarik Ae Ra untuk berbaring
disampingnya dengan memeluknya dari belakang. Ae Ra terlihat masih gugup. Dong
Man menegaskan kalau tidak bisa tidur hanya dengan memegang tangannya jadi akan
memeluknya erat. Ae Ra tetap masih gugup, akhirnya Dong Man membalik tubuh Ae
Ra agar bisa saling menatap dan menyruh agar segera tidur.
“Aku
merasa seperti mau mati.” Ungkap Ae Ra menatapnya. Dong Man pikir Perut Ae Ra kembung
“Aku...
Aku sesak napas... Jantungku berdetak kencang.” Ungkap Ae Ra. Dong Man
tersenyum dan makin memeluknya dengan erat.
Ye Jin
melihat ibunya yang tertidur pulas di sofa lalu diam-diam masuk dress room
memanggil Joo Man tapi tak terdengar suara. Ye Jin melihat dari balik gantungan
bajunya, Joo Man tertidur dengan duduk dan kaos kakinya dilepas karena kakinya
yang berdarah.
Lalu
ponsel Joo Man bergetar, Ye Jin melihat nama "Sersan Baek" yang
menelp dan mengambil ponselnya. Sul Hee mencoba menelp Joo Man yang tak juga
diangkat.
Dong Man
dan Ae Ra terbangun dengan bunyi bel. Ae Ra pikir kalau itu ayah Dong Man yang
datang. Dong Man mengeluh kalau orang terus datang setiap kali tidur bersama Ae
Ra. Terdengar suara Sul Hee berteriak memanggil Ae Ra apakah ada di rumah Dong
Man. Mereka pun panik buru-buru turun dari tempat tidur.
“Dia juga
baru datang.”ucap Dong Man membuka pintu membiarkan Sul Hee masuk. Sul Hee pun
bertanya apakah Sepuluh menit lalu. Ae
Ra membenarkan.
“Aku
memakai ini karena mencuci baju tadi.” Kata Ae Ra terlihat gugup sampai salah
menuangkan air putih pada corn flakesnya. Sul Hee hanya menatap sedih, Ae Ra
pun bertanya kenapa Sul Hee mencarinya.
“Joo
Man... Dia tidak pulang.” Ucap Sul Hee. Ae Ra dan Dong Man kaget mendengarnya.
Ae Ra
sudah berganti pakaian dan siap membawa alat penyedot WC. Dong Man yang
melihatnya mengeluh kenapa harus membawa itu dan juga Ae Ra yang mengunakan
baju olahraga. Ae Ra dengan wajah kesal bertanya apakah Dong Man Mau pergi
juga.
“Lagi
pula kau tidak bisa memukul wanita. Apa Kau mau memukul orang dengan ini?” kata
Dong Man
“Aku
tidak akan memukulinya, jadi, pergilah ke ke tempat latihan. Aku tidak bisa
bicara sesukaku jika kau di sana.” Ucap Ae Ra penuh amarah.
“Apa Kau
mau mengumpat lagi?” ucap Dong Man. Ae Ra kesal apakah memang tak boelh Dalam
situasi ini menurutnya untuk apa ada umpatan.
Saat itu
ponsel Dong Man berdering, Pelatih Hwang menelp dan memberitahu kala harus pergi
ke suatu tempat hari ini. Tapi Pelatih Hwang memberitahu sesuatu, akhirnya Dong
Man berkata akan pergi kesana. Ae Ra bertanya apakah Ada masalah. Dong Man
mengaku Tidak ada menyuruh keduanya pergi
tapi Jangan cari masalah dan mengambil alat penyedot WC.
Ae Ra
menarik Sul Hee pergi sambil mengomel karena baru memberitahunya sekarang,
bahkan tidak mencegahnya sebelum semua terlambat. Sul Hee mengaku takut. Ae Ra
tak menyangka alasan Sul Hee mengatakanya.
“Jika aku
mengungkitnya, ini sungguh akan menjadi sebuah masalah. Tapi aku tidak percaya
diri untuk memukulnya.” Ungkap Sul Hee.
“Sul Hee.
Kau pacarnya, jadi Bukan kau yang harus takut. Kalian berpacaran selama enam
tahun.” Ucap Ae Ra heran.
“Enam
tahun itulah yang kumiliki, namun kini aku menyadari betapa lemahnya itu. Waktu
yang dilaluinya bersamaku pasti menjemukan, tapi menyenangkan bersamanya.”
Ungkap Sul Hee tak percaya diri.
“Jika dia
meninggalkanmu setelah enam tahun karena gairah singkat semacam itu, maka aku
tidak akan mengizinkannya memilikimu.” Tegas Ae Ra lalu mengajak Sul Hee segera
pergi.
Keduanya
berdiri didepan apartemen, Ae Ra bertanya apakah Sul Hee tidak tahu nomor
rumahnya. Sul Hee mengaku hanya tahu Ye Jin tinggal di apartement itu. Ae Ra
tak percaya betapa teganya Joo Man, Ae
Ra menyakin kalau Mungkin Joo Man tak ada dirumah Ye Jin dan salah dugaanya atau
ada yang terjadi padanya.
“Kalau
begitu, telepon wanita sial itu.” Kata Ae Ra. Ye Jin menolaknya. Ae Ra heran
kenapa Sul Hee tak ingin menelp.
“Itu
melukai harga diriku.” Akui Sul Hee.
Tak Su
memakain jas rapi bertanya pada Tae Hee apakah ia harus melakukan ini. Tae Hee mengatakan kalau
menonton pertandingan Dong Man dan akan segera menjadi bintang. Tak Su merasa
itu hanya Omong kosong.
“Jika kau
mencari namanya di internet, pertandingan kalian langsung muncul. Alih-alih
menjelaskannya nanti, Jadi lebih baik mengaku sekarang.“ jelas Tae Hee.
“Sekarang
Dengar, Saat itu pun aku tidak mengadakan konferensi pers. Kenapa aku harus
melakukannya sekarang, setelah 10 tahun kemudian?” kata Tak Su heran.
“Dengan
begitu, kau menjadi korban. Sekarang Gunakan media dengan benar, dan kamu bisa
mengendalikan dunia.” Jelas Tae Hee yang punya pikiran yang licik.
Ponsel
Joo Man berada di bagian rak sepatu terus bergetar dan itu telp dari Sul Hee
sampai akhirnya jatuh mengenai Joo Man yang berbaring dengan selimut menutupi
badanya. Joo Man kaget melihat
sekeliling bertanya-tanya keberadannya sekarang. Ye Jin masuk kamar melihat Joo
Man yang sudah bangun.
“Ye Jin,
kenapa tidak membangunkanku?” keluh Joo Man kesal.
“Aku
sudah mencobanya saat Ibu pergi, tapi kau tidak mau bangun.” Kata Ye Jin.
“Harusnya
kau menendangku sampai terbangun. Akhirnya aku menginap di sini, tapi malah
ketiduran jadi, pasti kau tidur di kamarmu dan tidak ada...” kata Joo Man
terlihat gugup berusaha memikirkan tak terjadi.
“Apa Kau
tidak ingat semalam? Aku datang membawakanmu selimut, dan kau...” ucap Ye Jin
terlihat malu-malu.
Joo Man
heran melihat Ye Jin malah tidak menyelesaikan kalimatnya, Ye Jin mengaku kalau tiba-tiba memeluknya. Joo Man merasa tak
percaya melakukan itu.
Ae Ra
duduk di taman apartment menegaskan Saat Joo Man keluar dari apartement maka
matilah dia. Sul Hee masih merasa yakin kalau mereka belum tahu. Ae Ra
benar-benar tak percaya Sul Hee masih berpikiran baik padahal Joo Man tidak
menjawab ponselnya, jadi sudah pasti.
“Aku
hanya ingin pulang.” Kata Sul Hee akan berjalan pergi. Ae Ra menahanya heran
melihat sikap temanya.
“Apa yang
kau takutkan? Putuskan Joo Man dan lanjutkan hidupmu. Lalu Berusahalah memperbaiki
dirimu dan kejar impianmu.”kata Ae ra.
“Apa
impianku?” tanya Sul Hee binggung. Ae ra pikir merkea bisa mulai memikirkannya.
“Kau bisa
memasak dan piawai dengan pengeriting rambut.” Kata Ae Ra menyakinkan temanya.
“Aku
punya impian... Aku sudah lama punya impian.” Ucap Sul Hee.
Joo Man
yang mendengar pengakuan Ye Jin merasa itu Omong kosong karena tidak minum
alkohol dan walaupun minum juga tidak akan melakukannya. Ye Jin bingung melihat
Joo Man yang bereaksi berlebihan. Joo Man menegaskan itu karena Ye Jin bohong.
“Kau
memegang dan menarik lenganku semalam, lalu kamu memelukku dan... Kau bilang,
"Sul Hee, matikan lampu." Lalu kau tertidur sambil mendengkur. Itu
sungguh melukai egoku.” Ungkap Ye Jin. Joo Man terlihat serba salah dan melihat
di ponselnya ada "42 panggilan tidak terjawab"
Sul Hee
menceritakan kalau punya impian dan memilikinya hingga saat ini sejak usia enam
tahun. Ae Ra pun mendengarnya. Sul Hee ingin tahu pendapat Ae Ra kenapa Joo Man
sangat berarti baginya. Ae Ra seperti tak mengerti. Sul Hee mencoba
menjelaskan.
“Dong Man
punya taekwondo dan kau punya mikrofonmu. Di saat kalian sukses... Aku
diam-diam menjaga agar impianku hidup di dalam hatiku.” Cerita Sul Hee.
“Kenapa kau
tidak cerita? Kini kau dapat meraih impian yang masih kau miliki.” Kata Ae Ra.
“Seorang
ibu... Impianku adalah menjadi seorang ibu.” Ucap Sul Hee. Ae Ra kaget
mendengarnya.
“Aku
selalu memerankan ibu saat kita main rumah-rumahan. Aku ingin Menjadi ibu yang
baik dan istri yang baik, dan itu adalah impianku. Aku ingin menikahi Joo Man dan
hidup seperti itu.” Akui Sul Hee.
Ae Ra tak
percaya impian Sul Hee terlihat simpel. Sul Hee balik bertanya apakah itu tidak
termasuk impian dan Apa semua orang harus memperbaiki diri mereka, menurutnya
mereka sangat pandai dan menjalani hidup yang diinginkan.
“Tidak
masalah jika aku hanya fokus pada keluargaku. Itu tidak membuatku lebih rendah
daripada kalian. Itu impian yang hebat. Luar biasa.” Kata Sul Hee. Ae Ra pikir
kalau Sul Hee untuk mencari orang lain.
“Bagiku,
Joo Man bukan sekadar pacar. Dia duniaku...Jadi... Aku hanya ingin pulang.”
Ucap Sul Hee seperti tak ingin melihat kenyataan sambil menangis.
Joo Man
keluar dengan mencoba menelp, dan melihat Sul Hee sudah ada di lobby bersama Ae
Ra. Sul Hee pun langsung bertanya kenapa Joo Man ada di apartement Ye Jin. Joo
Man mengaku kalau tak tahu kenapa ketiduran.
“Apa Di
rumah magang itu? Jadi, kau sungguh tidur di sini?” ucap Sul Hee benar-benar
tak percaya
“Sul Hee,
tidak ada yang terjadi.” Kata Joo Man menyakinkan. Saat itu Ye Jin datang
membawa kaos kaki yang tertinggal.
“Kenapa
kau melepaskan kaus kakimu? Kenapa jika kau ketiduran tanpa menyadarinya?” ucap
Sul Hee mulai marah. Joo Man mencoba menjelaskan
“Sul
Hee... Aku tidak melewati batas.” Ucap Joo Man.
“Memangnya
hanya ada satu batas? Apa semua baik-baik saja jika tidak ada yang terjadi?”
kata Sul Hee.
“Aku
sungguh tidak melakukan apa pun.” Kata Joo Man membela diri. Sul Hee pikir
kalau itu sama saja.
“Mau
kalian tidur bersama atau tidak, itu sama saja. Kau di sini semalaman, itu menyiksaku
perlahan detik demi detik.” Tegas Sul Hee seperti meluapkan semua amarahnya.
Joo Man
memohon agar Sul Hee tak mengatakanya. Sul Hee memberanikan diri berkata agar
mereka putus. Ae Ra yang mendengarnya hanya bisa bergumam kalau Dunia Sul Hee baru
saja runtuh.
Spanduk
bertuliskan "Konferensi Pers Kim Tak Su" semua wartawan berkumpul
dalam ruangan. Tak Su duduk bersama Pelatih Choi dan Tae Hee.
“Hari
ini, di sini dan saat ini, aku akan mengungkapkan kebenaran tentang pertandinganku
dengan Ko Dong Man pada tahun 2007 yang dicurangi. Aku ingin menyimpannya,
menutupinya, dan melanjutkan hidupku. Uang yang kuberikan sebagai bantuan berubah
menjadi suap atau kompensasi. Aku bertanding dengan adil, tapi aku menjadi
korban sebuah perburuan keji.” Ucap Tak Su.
Dong Man
menonton acara Tak Su di TV “Aku menuntut Ko Dong Man menerima permintaanku
untuk bertanding dengan adil. Secepat mungkin...” Pelatih Hwang langsung
mematikan TV memperingatkan Dong Man agar
Jangan gegabah dan tahu yang dipikirkan.
“Aku
tidak akan meladeninya.” Kata Dong Man. Pelatih Choi tak percaya Dong Man tak
menanggapi permintaan Tak Su.
“Aku tidak
akan tertipu permainannya dan Aku tidak akan membiarkan Tak Su menipuku.” Tegas
Dong man. Pelatih Hwang memuji Dong Man sudah dewasa.
“Katamu
orang bodoh harus mengandalkan teknik. Aku akan giat berlatih dan
mengalahkannya di musim depan.” Tegas Dong Man.
“Bisakah
kau menunggu? Kau lebih dari tidak sabaran, selain itu Perangaimu buruk. Apa
Kini kau sudah dewasa?”kata Pelatih Hwang tak yakin.
“Dia juga
menganggap aku anak-anak. Aku akan giat berlatih dan membuktikan padanya. Aku
bukan anak macan lagi, tapi Akulah macannya.” Kata Dong Man memasang tali
pelindung pada tanganya.
Ae Ra
memandang Sul Hee yang duduk disampingnya, lalu berkata kalau sadar Tidak
seharusnya mengatakan ini dalam keadaan sekarang tapi menurutnya tadi sangat
keren. Menurutnya Itu sisi terbaik dari
diri Sul Hee yang dilihat dalam 20 tahun
ini.
“Kenapa? Apa
Karena aku bilang kami harus putus?” tanya Sul Hee.
“Tidak.
Itu saat Kau mau menjadi ibu. Impianmu menjadi ibu itu keren. Tidak ada yang lebih
hebat daripada seorang ibu.” Cerita Ae Ra.
Flash Back
“Sul Hee menata rambutku selama
enam tahun SD.”
Sul Hee
kecil mengetuk pintu rumah dengan barang bawaanya, Tuan Choi membuka pintu
menyapanya padahal Sekolah tidak dimulai pagi sekali tapi malah sudah datang.
Sul Hee hanya tersenyum dan terlihat Ae Ra yang tomboi baru saja bangun tidur.
“Sul Hee adalah teman wanita
pertamaku. Ayahku tidak bisa mendandaniku dan tidak ada yang mau punya teman
tomboi.”
Sul Hee
dengan pandai mengikat rambut Ae Ra dengan memilih pita Merah muda. Ae Ra
mengeluh kalau tidak suka merah muda. Lalu Sul Hee memilih pita warna biru.
“Saat Sul Hee tahu aku tidak punya
ibu, maka dia datang satu jam lebih awal dari yang diperlukan. Bersenjatakan
hati yang manis.”
Sul Hee
mengatakan kalau Ae Ra yang tidak punya ibu maka akan menata rambutnya. Ae ra
tersenyum mendengarnya menurutnya Sul Hee ibarat lautan luas.
Ae Ra dan
Dong Man pergi berbelanja, Dong Man yang mendengar cerita Ae Ra mengumpat Joo
Man sudah gila dan ingin tahu apakah keduanya memang melakukannya. Ae Ra kesal
menurutnya itu tak penting membahasnya.
“Kau Anggap
saja ada situasi tidak terhindarkan yang membuatmu menginap di rumah Hye Ran.”
Ucap Ae Ra.
“Apa Aku
hanya tidur, seperti saat aku di tentara?” tanya Dong Man polos.
“Apa Menurutmu
aku harus membiarkanmu atau menamparmu?” tanya Ae Ra. Dong Man malah balik
bertanya lagi apakah ia hanya tidur saja.
“Kalau
begitu, aku yang tidur di tempat lain.” Kata Dong Man. Ae Ra dengan kesal
seperti ingin menamparnya saja atau Akan membenturkan kepala, bahkan bisa
Pukul. Dong Man tak bisa membalas memilih untuk mengajak Ae Ra agar segera
membayar.
Beberapa
orang sedang membahas berita Tak Su, merasa Kim Tak Su pasti sangat stres, si
wanita pun setuju karena jadi penggemarnya dan merasa Kasihan. Ae Ra melihat
berita lalu menatap Dong Man seperti baru mengetahui berita Tak Su.
Mereka
berjalan pulang, Ae Ra menyakinkan kalau Dong Man tidak akan melakukannya. Dong
Man pikir harus melawannya suatu hari nanti. Ae ra menegaksan Suatu hari pun
tidak boleh, bahkan tidak suka gagasan itu, serta membenci Tak Su.
“Aku melihat
apa yang terjadi di pertandingan terakhirmu dan Aku sungguh tidak menyukai
gagasan itu, mengerti?”tegas Ae Ra merasa khawatir.
“Kalau
begitu, aku akan menang... Aku tidak akan kalah padanya lagi.” Kata Dong Man
“Dong
Man. Apa aku ini orang yang penurut? Tahukah kamu betapa aku menyukaimu? Aku
begitu suka padamu sehingga jika seseorang ingin menembakmu tiga kali, maka aku
akan bersedia menerima dua tembakan.” Ucap Ae Ra
Dong Man
tersenyum mendengarnya dan mengejek kenapa bukan hanya tiga saja. Ae Ra mengaku kalau dirinya berbohong, tapi
sekarang mengaku jujur.
“Aku
tidak bisa menanggung semua beban itu untukmu tapi aku akan menerima dua dari
tiga tembakan untukmu. Aku akan melindungimu.” Tegas Ae Ra. Dong Man tersenyum
mendengarnya.
“Hei...
Kenapa kau sehebat itu?” keluh Dong Man
“Aku sangat
menyukaimu dan tidak mau kau melakukannya. Bisakah kau tidak melakukannya?”
kata Ae Ra.
“Ae Ra...
Aku tidak mau kamu harus melindungiku. Aku akan menjadi sangat kuat sehingga
tidak ada yang bisa merendahkanmu sebagai kekasihku. Itu yang kuinginkan.
Bisakah kau percaya padaku?” jelas Dong Man. Ae Ra menatap tangan Dong Man yang
mengenggamnya.
Bersambung
ke part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar