Ae Ra
terbangun dari tidurnya lalu kaget melihat Dong Man tertidur disampingnya tanpa
pakaian baju dan melihat tubuhnya dibawah selimut, setelah itu memukul kepala
Dong Man. Dong Man mengeluh kesakitan dan natap binggung melihat Ae Ra yang
bersembunyi dibalik selimut.
“Hei, Apa
kau pikir ini kamarmu? Kenapa kau tidak pakai baju? Kau mengejutkanku.” Ucap Ae
Ra
“Apa Kau
tidak ingat Atau pura-pura tidak ingat?” ejek Dong Man juga ikut marah. Ae Ra
tak ingin membahasnya lagi memarahi Dong Man yang tidur di kamarnya.
“Kau
sedang menginginkanya dan yang mau minum alkohol. Kau bilang akan segera pergi
setelah menunggu pelatih. Apa Kau sungguh tidak ingat?” kata Ae Ra
“Aku
ingat jelas napas beratmu.” Ucap Dong Man. Ae Ra dengan nada tinggi menyuruh
Dong Man diam.
Flash Back
Ae Ra
menatap Dong Man yang sedang tertidur, lalu berbicara sendiri “Kenapa kau
melakukannya? Kenapa kau harus setampan ini? Kau membuatku gemetar.” Setelah
itu membalikan badanya dan saat itu Dong Man membuka matanya mendengar yang
dikatakan Ae Ra.
Beberapa
saat kemudian, Ae Ra sudah tidur nyenyak. Dong Man tak percaya Ae Ra bisa tidur
dengan nyenyak sambil mengejek kalau temanya itu seperti hewan tanpa rasa
takut.
Saat itu
Ae Ra memeluk Dong Man seperti bantal guling, Dong Man tegang tiba-tiba Ae Ra
memeluknya lalu berani menatapnya. Ae Ra makin memeluk Dong Man lebih erat.
Dong Man benar-benar tak percaya Ae Ra itu terlalu berani dan akhirnya memberikan
kecupan pada kening Ae Ra.
Keduanya
tertidur pulas, Ae Ra berbaring di lengan Dong Man. Seperti udara mulai panas,
Dong Man pun mulai membuka kaosnya karena kepanasan.
Dong Man
menyalahkan Ae Ra yang mengembuskan napas panas ke wajahnya. Ae Ra merasa Dong
Man itu bermimpi atau melantur. Dong Man menyakinkan kalau Ae Ra yang melakukan
dengan mendekati dan menyentuh wajahnya.
Ae Ra mengelak kalau tidak menyentuh Dong Man.
“Aku
bersumpah kau bernapas di depan wajahku.” Tegas Dong Man. Ae Ra tak ingin
membahasnya lagi.
“Tidak,
kita tidak akan diam begitu saja” kata Dong Man. Ae Ra pun ingin tahu alasan
Dong Man yang membuka baju.
“Entahlah.
Apa aku membukanya selama tertidur? Tapi Apa kau yang melakukannya?” kata Dong
Man menuduh.
Ae Ra
mengumpat Dong Man sudah gila, telp di kamar berbunyi. Ae Ra pikir Dong
Manmeminta panggilan pagi. Dong Man mengeluh kalau ini bukan hotel. Ae Ra makin
mengejek Dong Man itu ternyata pernah menginap di banyak hotel. Tiba-tiba terdengar ketukan pintu, Ae Ra
bertanya-tanya siapa yang datang. Dong Man pikir mungkin pelatih lalu turun
dari tempat tidur.
Ae Ra
duduk ditempat tidurnya, Dong Man meminta maaf karena ketiduran berjalan ke
depan pintu, lalu matanya melotot kaget melihat yang datang, Ae Ra juga ikut
kaget melihat ayahnya yang datang ke kamarnya.
“Dalam
hidup, pemilihan waktu selalu buruk.” Gumam Ae Ra
[Satu jam sebelum pintu dibuka]
PD pergi
dengan mobilnya keluar dari tol "Seoc-
heongun" lalu berbicara ditelp kalau akan pergi setelah sketsanya selesai.
Hye Ran juga mengemudikan mobilnya dengan gelisah karena Dong Man tak
mengangkat telpnya.
Tuan Choi
dengan mobilnya dan makanan untuk anaknya, terlihat bahagia akan menemui Ae Ra.
Wajahnya penuh semangat. Lalu Hye Ran turun dari mobilnya.
[30 menit sebelum pintu dibuka]
Tuan Choi
turun dari mobil di pinggir pantai, karena Ae Ra tak menjawab telpnya, lalu
melihat ada panggung dan berpikir Ae Ra sudah ada ditempat acara.
Di depan
panggung, Pelatih Hwang mengeluh kalau anak buahnya bukan dari Kuil Shaolin. Si PD kesal Pelatih
Hwang terus mengeluh dan menyuru agar memakai saja. Pelatih Hwang menegaskan
kalau Ada papan khusus untuk hal seperti
itu.
Tuan Choi
mendekat mengatakan bersama seorang kru. PD mengatakan siapa yang dikenalnya.
Tuan Choi mengatakan kalau itu Mcnya, yaitu putrinya Choi Ae Ra. Pelatih Hwang
juga tahu kalau Tuan Choi adalah ayah Ae Ra.
[15 menit sebelum pintu dibuka]
Hye Ran
berada dalam mobil binggung karena banyak sekali, dan ingin tahu keberadaan Dong Man dan
melihat nama Motel didepanya "Motel Astaga! Kami Melakukannya!"
Pelatih
Hwang berjalan bersama Tuan Choi memuji kalau membesarkan putrinya dengan baik
dan tangguh. Tuan Choi binggung. Pelatih Hwang merasa Ae Ra wanita tapi sekuat
batu karang bahkan tidak akan kalah dari Ronda Rousey.
“Untuk
apa Ae Ra melawannya?” tanya Tuan Choi binggung
“Aku
lebih takut pada Ae Ra daripada wanita lain di dunia ini. Sejak masa kebodohan mikrofonnya...”
kata Pelatih Hwang dan Tuan Choi binggung kebodohan apa maksudnya.
Pelatih Hwang
tak bisa membahasnya, lalu mengajak Tuan Choi masuk ke penginapana. Tuan Choi
melihat nama motelnya mengeluh namanya
"Astaga! Kami Melakukannya!". Si bibi diam-diam bersembunyi
dibalik pintu mendengar keduanya.
“Kami
tinggal di motel yang sama. Jadi, aku yakin dia memesankan kamar untuk Ae Ra di
sini.” Kata Pelatih Choi. Tuan Choi binggung siapa yang dimaksud. Pelatih Choi
pikir Tuan Choi tak tahu.
“Dong
Man. Ko Dong Man.” Kata Pelatih Hwang, Tuan Choi kaget mengetahui nama Dong
Man. Pelatih Hwang mengajak Tuan Choi segera naik ke lantai atas.
Si
pemilik motel binggung melihat Bibi malah
masuk ke ruang receptionist. Akhirnya si pemilik mencoba menelp berpikir Apakah
Ada sesuatu di kamar itu, seperti Perselingkuhan, karena keduanya jelas
penghuni kamar 408 dan 410 dan melihat gambar CCTV yang diambilnya.
“Apa
anak-anak ini kabur dari rumah?” tanya si pemiliki pada bibi. Bibi malah
bertanya kode area
“Kodenya
041, memang Kenapa?” kata Si pemilik lalu melihat layar ponsel Si bibi
memberitahu nomor awal 112 tidak perlu pakai kode area.
[10 menit sebelum pintu dibuka]
Si PD TV
bertemu dengan PD festival sambil memberikan sebotol minum berpikir kalau
memang bisa dapat foto acara MMA dan beberapa sketsa, itu akan mempublikasikan festival
jadi saling menguntungkan. Dan PD Festival merasa petarung MMA itu cukup
terkenal. PD TV membenarkan.
“Pantas
saja... Dia menonjol, dulu si penendang itu kelihatannya tidak pantas ikut
acara.” Kata PD festival. PD TV pikir Dong Man memang hebat tapi seperti tak
yakin.
“Dan yang
paling penting, dengan tampilannya, dia akan segera populer.” Kata PD Festival.
“Kita
bukan mencari bintang tapi mau menjual kisah mereka.” Jelas PD TV.
[1 menit sebelum pintu dibuka]
Pelatih
Hwang mengetuk pintu tapi tak ada sahutan dan berpikir Ae Ra sudah pergi. Tuan Choi juga binggung kenapa
Ae Ra tidak menjawab ponselnya. Pelatih Hwan pikir kalau akan menemui Dong Man
dulu lalu mengingat kamar Dong Man. Saat itu Doo Ho baru saja keluar kamar.
“Hei, Doo
Ho... Apa Dong Man masih tidur?” tanya Pelatih Hwang. Doo Ho binggung
karena tidak tahu.
“Kenapa
tidak tahu? Apa Dia tidak tidur bersamamu di kamarmu?” tanya Pelatih Hwang
“Tidak.
Kukira dia tidur di kamarmu.” Pikir Doo Ho. Pelatih Hwang pun bertanya-tanya
dimana Dong Man, lalu berpikir kalau ada di kamar Ae Ra.
Tuan Choi
bisa membaca tatapan Pelatih Hwang dan langsung mengedor pintu kamar dengan
keras. Pelatih Hwang menenangkan kalau mungki keliru dengan motelnya dan yakin
kalau pasti bukan di kamar Ae Ra.
Saat itu
Dong Man akhirnya membuka pintu dan kaget melihat Ayah Ae Ra yang datang, Tuan
Choi terlihat sangat marah, keduanya berusaha menenangkan Tuan Choi agar tak
salah paham. Dong Man meminta izin harus mematahkan beberapa papan dulu.
“Benar.
Kita telat. Kau harus pergi sekarang.” Kata Pelatih Hwang untuk menyelamatkan
Dong Man.
“Dong
Man, masuk... Lalu Tutup pintunya” kata Tuan Choi seperti ingin menghajarnya.
“Pak, dia
harus berhati-hati dengan cederanya sekarang.” Tegas pelatih Hwang.
Tuan Choi
sudah membuka bajunya terlihat tatto bertuliskan "1 Juli 1989, Choi Ae
Ra" dan kembali menyuruh Dong Man segera masuk. Dong Man menyuruh Pelatih Hwang pergi saja
lalu menutup pintu.
PD
festival sibuk untuk memberikan perintah pada anak buahnya, lalu membahas pada
kameramen agar membiarkan Ae Ra melakukan bagian satu dan dua menurutnya Choi
Ae Ra hebat kemarin dan akan jadi bintang serta akan sukses. Saat itu Hye Ran
duduk dibangku penonton seperti menunggu penampilan Dong Man.
Si bibi
akhirnya naik ke lantai atas ingin menguping, disampingnya Pelatih Hwang juga
ingin tahu yang terjadi didalam. Lalu terdengar suara benturan. Si bibi pikir
harus memanggil polisi, dan berpikir jika 102 mati.
Tuan Choi
menjatuhkan sebuah gantungan baju yang sudah rusak, Dong Man sudah duduk
mengatakan kalau Bukan O, tapi X dan Bukan segitiga, tapi X. Tuan Choi makin marah
mendengarnya.
“Kenapa
Paman melakukan ini padaku? Dia memukulku saat aku tidur, dan Paman muncul di
balik pintu.” Kata Dong Man kesal
“Jadi,
kenapa kau tidur di sini?” ucap Ae ra. Tuan Choi makin menumpat Dong Man itu
pria Brengsek tidak berguna. Dong Man tak terima di umpat seperti itu.
“Kenapa
kau tidur di sini? Apa yang kau incar?” tanya Tuan Choi dengan nada tinggi.
“Sekalipun
kami terdampar di pulau tidak berpenghuni, aku menganggapnya kamerad... Tidak
maksudku... Aku akan menganggapnya
penduduk pribumi atau seekor kera, dan tidak melihatnya. Aku Sungguh.” Ungkap
Dong Man.
Ae Ra
menatap sinis, Dong Man pikir sudah salah bicara. Tuan Choi maki kesal karena
kenapa harus Ae Ra yang disebut kera. Dong Man hanya bisa menatap gantungan
baju seperti siap untuk memukulnya.
Pelatih
Hwang makan bersama si bibi ingin tahu yang dilakukan sampai datang, Si
bibi menegaskan Tidur sekamar itu
dilarang. Pelatih Hwan binggung lalu ingin tahu alasan si bibi bicara begitu
santai padanya.
“Aku
lebih tua daripada kau.” Ucap si bibi. Pelatih Hwang pun mengangguk mengerti.
“Bukankah
kita pernah bertemu di suatu tempat?” kata Pelatih Hwang, Si bibi mengaku tak
pernah lalu meminta Pelatih Hwang yang melayani mengambil makanan untuknya.
Sul Hee
heran ibunya yang mengajak makan steak. Ibu Sul Hee mengatakan Jokbal bisa dikukus atau
dipanggang jadi Semua daging sama saja. Ayah Sul Hee memberitahu kalau ibu Sul
Hee akan berhenti menjual jokbal untuk membuka restoran. Ibu Sul Hee memberikan
daging pada Joo Man dan menyuruh agar makan lebih banyak.
“Aku
harus traktir kalian di restoran bagus suatu hari nanti.” Kata Joo Man. Ibu Sul
Hee langsung bertanya kapan itu Suatu
hari nanti.
“Keluarga
kita harus...” kata Ibu Sul Hee tapi memutuskan untuk tak membahasnya. Joo Man
terlihat binggung dengan tingkah Ibu mertuanya.
“Tidak
perlu buru-buru menikah. Tinggal bersama mertua... Kalian akan menikah ketika
sudah waktunya.” Ucap Ibu Sul Hee. Sul Hee terdiam melihat ibunya seperti ingin
membalas perbuataan keluar Joo Man padanya.
Ibu Sul
Hee merasa melupakan sesuatu, lalu bertanya-tanya apakah boleh mengatakannya. Sul Hee dan yang lainya
menunggu. Ibu Sul Hee membahas Kyu Shik
dari Jochiwon dan Sul Hee pasti tahu yaitu Putra tunggal orang gunung itu. Sul
Hee seperti tak mengingatnya.
“Sekarang
ada jalan yang bagus melintasi gunung itu. Kyu Shik menghasilkan sekitar satu
juta dolar...Ahh.. Tidak, kudengar 1,5 juta dolar.” Kata Ibu Sul Hee
membanggkan. Sul Hee seperti tak peduli lalu ingin tahu kelanjutanya.
“Ibu
menemui bibinya. Dia tanya apa kau masih lajang Lalu Ibu bilang "ya"
dan dia bilang Kyu Shik menunggumu dewasa selama ini. Ibu rasa itu sangat lucu.”
Cerita Ibu Sul Hee
“Itu
bukan cerita lucu untuk diceritakan saat makan.” Kata Sul Hee. Saat itu ponsel
Joo Man berdering, Joo Man membiarkan karena Ye Jin yang menelp.
Sul Hee
dan Ibunya duduk bersama, Ia langsung mengeluh dengan sikap ibunya karna
tahu Kyu Shik terlalu tua, bahkan sudah
ikut wajib militer saat ia masuk TK dan Mungkin sekarang usianya 50-an. Ia
bertanya apakah ibunya memang mau menikahkan padanya.
“Kita
tidak pernah tahu sampai kau benar-benar menikah.” Kata Ibu Sul Hee
“Ibu
membuat Joo Man merasa tidak enak.” Ungkap Sul Hee. Ibu Sul Hee menegaskan Joo
Man itu bukan bosnya jadi Jangan terlalu pedulikannya.
“Hiduplah
dari ini.” Kata Ibu Sul Hee memberikan panci. Sul Hee heran kenapa ibunya malah
memberikan itu dan berpikir kalau tempat sampah
Ibu Sul
Hee mengumpat pada anakanya lalu menyuruh agar membukanya saja. Ae Ra melihat
isinya sebuah emas, mulutnya langsung melonggo. Ibu Sul Hee menceritakan mereka
tidak punya uang tunai, karena sudah menghabiskan semuanya agar kakak Sul Hee
bisa kuliah dan emas itu memang milik Sul Hee.
“Dari
mana Ibu dapat ini?” tanya Sul Hee berkaca-kaca.
“Ibu
ambil dari lemari ibu ayahmu sebelum dia meninggal. Ini dipakai untuk
pernikahanmu. Jadi Ambillah.” Kata Ibu Sul He.
“Kenapa
Ibu memberikannya sekarang? “ tanya Ae Ra
“Memiliki
benda seperti ini memberimu keberanian. Jadi Berhentilah malu-malu, Kau harus
tegas. Jika Joo Man membuatmu sedih, putuskan saja dia.” Tegas Ibu Sul Hee ga
ingin membuat anak direndahkan.
Joo Man
berada di luar dengan nama toko "Jokbal Sul Hee" bersama ayah
mertuanya. Ayah Sul Hee memberitahu kalau anaknya itu punya tiga kakak laki-laki. Joo Man mengaku
sudah mengetahuinya.
“Beberapa
pasangan punya beberapa putri karena mereka mencari putra. Aku malah dapat tiga
putra karena mencari seorang putri. Di hari kelahirannya, aku berteriak dan
berlari mengelilingi klinik itu.” Cerita Ayah Sul Hee
“Ya. Ayah
berteriak, "Tidak ada!" Aku menurunkan nama kakak-kakaknya dan
memasang namanya di depan toko. Sul Hee-ku sangat penting bagi Ayah. Dia belum
jadi milikmu.” Tegas Ayah Sul Hee. Joo Man membenarkan.
“Keluargamu
akan menganggap bahwa kau rugi, tapi kupikir putriku terlalu baik untukmu.”ungkap
Ayah Sul Hee. Joo Man pikir memang seperti itu karena Sul Hee itu jauh lebih
baik daripada dirinya.
“Jaga dia
dengan baik Atau kubunuh kau.Jangan mempermainkannya karena dia lugu Jangan
berikan nomormu ke orang yang harus kau abaikan.” Pesan Ayah Dong Man
Ae Ra
mengajak Ayahnya dan duduk dibangku penonton pada acara festival. Lalu Ae R
memberitahu kalau akan muncul dari belakang panggung dan naik. Tuan Choi tahu
kalau Pemandu acaranya harus tampil di tengah dan paling depan.
“Aku akan
menghancurkan beberapa benda di atas panggung, Paman tidak boleh beri tahu
ayahku tentang hal yang kulakukan. Jika Paman melakukannya, akan kuadukan bahwa
Paman memukulku dengan hanger kawat.”ancam Dong Man
“Dasar
pemeras” keluh Tuan Choi. Dong Man meminta Tuan Choi agar tak memberitahu
ayahnya.
Tuan Choi
ingin mengambil gambar tapi malah cameranya mengambil wajahnya, Ae Ra turun
dari panggung ingin memperbaiki. Dong Man ingin bersikap baik untuk mengambil
gambar. Tuan Choi mengeluh kenapa Dong Man harus mengambil gambar anaknya. Saat
itu PD TV memanggil Dong Man. Dong Ma kaget melihat Si PD yang tiba-tiba
datang.
“Bukankah
kau Ae Ra?” kata Si PD. Ae Ra melonggo kaget melihat Si PD datang jauh-jauh
dari Seoul.
Doo Ho
dikagetkan dengan Tae Hee yang tiba-tiba datang menemuinya, Tae Hee mengaku
juga terkejut. Keduanya akhirnya bertemu di pinggir pantai, Doo Ho tak percaya
Byung Joo sekarang bersama Tigers lalu bertanya apakah pelatih Hwang tahu.
“Bijaksanalah
seperti dia, saat kau tanda tangani kontrak.” Kata Tae Hee membujuk.
“Terima
kasih atas tawaranmu, tapi...” kata Doo Hoo. Tae Hee menyela kalau agar Do Ho
bisa memikirkan sebelum menjawabnya.
“Aku
kurang layak untuk diinginkan oleh Tigers. Jika kalian merekrutku, maka Dong Man
akan seorang diri. Apa yang kau inginkan?” ucap Doo Ho
“Kenapa
kau peduli dengan niat kami? Bukankah kau mau pindah ke rumah tanpa jamur?
Pikirkan peranmu sebagai ayah. Anakmu alergi dan terus menggaruk sampai dia
berdarah. Kau tidak boleh hidup berdasarkan keberanian kekanak-kanakan,
kesetiaan, dan yang menurutmu keren, 'kan?” ucap Tae Hee membujuk Doo Ho.
PD TV
sudah memasang tripod untuk kameranya, Tuan Choi melihat gambar dan berusaha
lebih maju agar bisa mengambil gambar dengan jelas. PD TV hanya bisa tertawa
meminta Tuan Choi agar tak menghalangi kamera.
Tuan Choi
melirik sinis pada Dong Man lalu berdiri disampinganya. PD membahas Ae Ra yang
menjadi MC saat Dong Man mematahkan papan. Dong Man membenarkan lalu mengeluh
pada PD TV yang seharusnya menelp lebih dulu. Ae Ra menatap sinis pada
keduanya.
“Ae Ra..
Pasti kau tidak tahu... Sekarang aku produser di KBC.. Itu jaringan nasional.
Aku pernah menggarap acara seperti "1 Versus 20", "Happy
Monday", dan "How Are You?" Jika kau mau jadi penyiar, kau bisa beri
tahu aku. Aku bisa meminta teman produserku untuk menghubungimu...” ucap Si PD
“Jangan
coba-coba menyebut namaku pada siapa pun.” Tegas Ae Ra tak ingi menerima
bantuan.
Tuan Choi
sedang diajarkan mengambil gambar oleh PD TV, sementara Dong Man dan Ae Ra
duduk dibawah tenda melihatnya. Dong Man pikir Ae Ra pasti terkejut karena
tidak melihatnya dalam lima tahun. Ae Ra mengaku tidak pernah ingin menemui Si
PD lagi.
“Kenapa
kau menghubunginya padahal aku di sini?” keluh Ae Ra. Dong Man mengaku tidak
menghubunginya.
“Kenapa kau
menyetujui acara ini?” keluh Ae Ra. Dong Man mengatakan tidak pernah setuju.
“Apa Kau
menghubunginya lebih dulu?” tanya Ae Ra. Dong Man mengaku si PD yang
menghubunginya lebih dulu karena ingin mau menjodohkannya.
Ae Ra tak
percaya Jang Kyung Koo melakukanya, lalu bertanya apakah Dong Man pergi ke
kencan buta itu. Dong Man binggung menjawabnya. Ae Ra sudah tahu kalau Don Man
pasti menghadiri kencan itu dan menemui seseorang dengan mengejak Dong Man itu sungguh
mudah ditebak.
“Hei,
sebaiknya kau sadar... Sekali Jang Kyung Koo,.. selamanya Jang Kyung Koo.”
Tegas Ae Ra menatap Kyung Koo yang terlihat licik dengan mengambil hati
ayahnya.
Sul Hee
bertemu dengan teman-temanya, lalu ditanya
Mau makan Ayam Seoul atau Ayam Amerika. Sul Hee menjawab ingin makan
Ayam Seoul. Mereka pun mulai mengobrol dan memberikan selamat atas promosinya,
pada Tuan Park.
“Bagus
sekali, kau akan menikah, serta mendapatkan promosi.” Ungkap salah satu
temanya.
“Aku sibuk
menyiapkan berbagai hal dan berterima kasih pada orang-orang.” Ucap Tuan Park,
teman lain pun menanyakan persiapan
pernikahannya.
“Semua
tentang uang. Foto, gaun, tata rias... Kami dianggap mesin ATM.” Kata si
wanita. Temanya bertanya apakah mereka akan tinggal di Gimpo.Tuan Park
mengangguk, karena Orang tua akan
meminjamkan sedikit uang dan akan mengajukan kredit di bank.
Lalu
mereka bertanya pada Sul Hee apakah mereka masih berpacaran diam-diam. Sul Hee
mengaku Tidak lagi karena Semua orang sudah tahu tentang mereka sekarang dan
juga akan segera menikah Setelah Joo Man dipromosikan. Joo Man merasa Sul Hee
tidak perlu bilang begitu. Mereka pun bersulang dengan memberikan selamat pada
Tuan Park yang mendapatkan promosi dan akan menikah.
Joo Man dan
Sul Hee berjalan sambil makan es krim bersama. Sul Hee sempat mengeluh
karena harga es krim sekarang sudah 80
sen menurutnya Ekonomi untuk rakyat biasa sudah gagal, lalu membahas Chan Ho
seharusnya tidak melakukan itu. Dong Man binggung maksudnya.
“Dia
pernah berpacaran dengan seseorang selama empat tahun.Aku dekat dengan wanita
itu. Tapi Dia akan menikahi wanita yang dipacarinya selama empat bulan.” Cerita
Sul Hee. Joo Man dengan sinis merasa tak ada yang salah.
“Hari ini
kau begitu rewel. Apa karena Chan Ho akan dipromosikan dan kau tidak?” kata Sul
Hee heran. Joo Man tak percaya Sul Hee mengangapnya serendah itu.
“Aku
tidak mau bibi Ye Jin mempromosikanmu jadi manajer.” Kata Sul Hee kesal. Joo
Man heran berpikir itu dari bibinya menurutnya bisa saja mendapatkannya dengan
kinerjanya.
Sul Hee
merengek meminta Joo Man agar tak marah,
mengaku kalau tidak keberatan Joo Man menjadi asisten manajer selamanya.
Joo Man menegaskan kalau dirinya yang keberatan menurutanya tak ada yan mau
menjadi asisten manajer seumur hidup, menurutnya jika lebih baik maka bisa membuatnya jauh lebih bahagia.
“Aku
sudah bahagia, Coba kau lihat... Kita bahagia makan es krim bersama. Aku mau
menikmati hal-hal kecil bersamamu seperti sekarang dan mencintai satu...” kata
Sul Hee langsung disela Joo Man
“Kau
bilang Hal-hal kecil? Kenapa kebahagiaan harus dari hal-hal kecil? Jika kita
terus seperti ini, kapan kita akan membeli apartemen, membeli mobil, menikah, naik
jabatan, dan punya anak?” kata Joo Man dengan nada tinggi.
Sul Hee
agar kaget mendengar perkataan Pacaranya. Joo Man meminta maaf karena dirinya
tidak bersyukur atas hal-hal kecil itu lagi, karena ingin bertemu temanku dan
menyombongkan diri lalu seAndainya punya
sesuatu untuk dibanggakan.
“Joo Man
... Kenapa aku merasa kau berubah?” ucap Sul Hee tak percaya
“Manusia
tidak selalu sama sepanjang waktu. Kau tidak bisa hidup seakan bermain
rumah-rumahan.” Tegas Joo Man
Ae Ra
berdiri di pinggir pantai merasa tak PD karena pakaian yang digunakan sama
seperti kemarin. Dong Man melihat Ae Ra itu cantik, Ae Ra mengeluh melihat ada
jerawat yang besar. Dong Man sedikit gugup dan meminta agar Ae Ra agar bersikap
normal hari ini, agar Jangan mencolok, Jangan menari.
“Omong-omong,
benarkah Kau akan merasa begitu jika pergi ke pulau terpencil denganku?” kata
Ae Ra. Dong Man binggung apa maksudnya.
“Apa aku
sama dengan penduduk pribumi atau kera? Kenapa kau begitu menghormatiku? “
keluh Ae Ra dan keduanya kembali gugup. Dong Man memegang tangan Ae Ra.
“Ae Ra..
Alkohol menyelamatkanmu kemarin.” Kata Dong Man. Ae Ra binggung Dong Man sengaja
mendekatkan wajahnya bertanya apakah Ae Ra ingin pergi ke pulau terpencil
denganya.
“Kau
tahu... Kita benar-benar hanya teman, 'kan? apakah kita sudah menjalin hubungan”
kata Ae Ra menyakinkan.
Dong Man
dengan mencubit pipi Ae Ra menyuruh agar menghentikan omong kosongnya, lalu
menyuruh berlatih saja dan akan menontonya. Ae Ra kesal melepaskan tangan Dong
Man dan memegang pipinya.
Bersambung ke part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar