Ae Ra
masuk arena dengan mengunakan topi dan duduk dibangku belakang yang masih
kosong. Lalu melihat Dong Man akan masuk ke ring membuka baju, sambil mengumpat
kesal melihat temanya yang membuka baju juga.
Seorang
wanita didepanya mengagumi Dong Man dengan merekam mengunakan ponselnya merasa
kalau pendatang baru. Ae Ra melihat
kalau si wanita hanya merekam dengan memperbesar gambarnya lalu menegurnya.
“Aku bisa
memperbesar atau merekamnya sesukaku. Memang kau siapa?” ujar Si wanita kesal
“Kenapa
kau memperbesar gambarnya padahal dia akan dihajar?” keluh Ae Ra kesal.
Saat itu
di atas ring, wasit sedang memperkenalkan para petarung dalam Pertandingan
debut. Saat itu Hye Ran masuk dan di ikuti wartawan. Ae Ra yang melihatnya
kembali mengumpat. Nama Dong Man pun mulai disebut, Ae Ra mulai panik melihat
Dong Man yang terus di pukul tanpa henti dan ketakutan kalau sampai dihajar
lagi, memilih untuk menunduk dan memejamkan matanya tak ingin melihat Dong Man
dihabisi oleh lawanya.
Dong Man
setelah bertanding menuruni ring dan berjalan melewati Hye Ran lalu berjongkok
didepan Ae Ra, lalu mengejek apa yang dilakukanya dan memberitahu kalau sudah menang.
Ae Ra sambil menangis berasa Dong Man itu tak perlu melakukan ini karena tidak
sanggup menontonnya.
“Aku
dalam masalah... Kau.. tampak cantik, bahkan saat menangis.” Komentar Dong Man
lalu berdiri mengulurkan tanganya. Ae Ra gugup lalu memilih untuk mengulurkan
telunjuknya.
“Lihat
dirimu, kau sangat mirip wanita sekarang.” Ejek Dong Man lalu mengajak Ae Ra
pergi keluar dari ruangan pertandingan.
Keduanya
berjalan dilorong, Dong Man tiba-tiba berhenti lalu bertanya Kenapa memegang
tangannya seperti itu. Ae Ra binggung, Dong Man lalu bertanya apakah merasa
merinding atau membuatnya gugup. Ae Ra kesal Dong Man terus bertanya.
“Kurasa
bukan hanya kau. Aku pun terus merasa aneh.” Komentar Dong Man. Ae Ra binggung.
“Aku
hanya bisa melihatmu dari kejauhan. Entah kenapa aku merasa kau terlihat makin
cantik. Sebelumnya aku hanya memikirkan untuk memitingmu dan saling mengganggu.”
Akui Dong Man
“Hei...
Bisa-bisanya kau bilang begitu.” Keluh Ae Ra mencoba untuk tak gugup.
“Saat aku
memegang tanganmu, rasanya menyenangkan. Saat kau melihatku...” ungkap Dong
Man. Ae Ra ingin tahu alasan melihatnya.
“Kadang
aku ingin menciummu.” Akui Dong Man blak-blakan. Ae Ra makin kesal dengan Dong
Man yang sejujur ini dan Seharusnya
merahasiakan itu.
Dong Man
penasaran berpikir kalau Ae Ra memiliki perasaannya sama dan juga memikirkannya.
Ae Ra meminta Dong Man agar Jangan katakan semua yang dipikirkan. Saat itu
Pelatih Hwang dengan mata berkaca-kaca memegang tangan Dong Man seperti
kekasihnya.
Sul Hee
baru saja turun dari bus memanggil Joo Man “Sayang” ingin membahas Dong Man tapi
dikagetkan dengan Yee Jin sudah ada dihalte bus. Yee Jin binggung mendengar Ae
Ra yang memanggil "Sayang". Joo Man binggung bertanya kenapa Yee Jin
ada di halte bus.
“Aku
yakin mendengarmu mengatakan "sayang". Benar, 'kan?” ucap Yee Jin.
Sul Hee binggung menjelaskanya.
“Dia
memanggilnya "sayang". Aku yakin mendengarnya mengatakan itu.” Ucap
Yee Jin tiba-tiba langsung berbaring di kursi seperti baru saja mabuk. Keduanya
pun binggung.
Sul Hee
akhirnya memangku kepala Yee Jin dan sengaja memegang bagian hidung yang
mancung, lalu mengetahui kalau itu hasil operasi plastik, dan mengejak seperti
Burung unta karena bulu matanya begitu lentik dan ingin tahu apakah itu memang
asli.
“Aku
tidak bisa berkata-kata. Apa ini bulu matamu?” ucap Ae Ra mencoba memegangnya.
Tiba-tiba Yee Jin duduk seperti kembali sadar.
“Lalu
kenapa dia membuat fotokopi itu untukku? Kenapa dia memperbaiki mesin fotokopi
itu?” keluh Yee Jin kesal
“Apa Pak
Kim melakukan hal-hal itu untukmu?” kata Sul Hee.
“Siapa
yang peduli jika dia mirip Park Bo Gum? Aku sungguh... Aku sungguh
menyukainya.. Aku sungguh menyukainya, itulah alasannya.” Akui Yee Jin lalu
kembali berbaring.
Sul Hee
hanya bisa memandang binggung, lalu melihat Joo Man yang membawa pereda mabuk
sambil berlari. Joo Man kebinggungan melihat Yee Jin yang tak sadarkan diri.
Sul Hee cemburu melihat Joo Man seperti
peduli.
“Dia
tetap rekan kerjaku, Dia mabuk dan pingsan di halte bus. Kita tidak bisa
meninggalkannya.” Jelas Joo Man
“Lalu
bagaimana? Apa Kau akan membiarkannya tidur di rumahmu?” ucap Sul Hee sinis.
Saat itu ponsel Yee Jin berdering, terlihat nama "Ibu"
Seorang
wanita yang masih cantik pun membawa Yee Jin masuk dalam mobil, lalu berbicara
pada keduanya merasa sangat senang, anaknya yang memiliki rekan-rekan yang baik.
Keduanya pun hanya bisa tersenyum.
“Pasti
kalian tinggal di daerah yang sama.” Kata Ibu Yee Jin. Joo Man mengaku mereka
makan malam perusahaan di sekitar sini.
“Kau Kim
Joo Man, 'kan?” ucap Ibu Yee Jin. Joo Man kaget ibu Yee Jin mengetahuinya.
“Aku
sangat ingin menemuimu lagi kapan-kapan.” Kata Ibu Yee Jin lalu pamit pergi.
Ae Ra dan
Dong Man turun dari mobil dengan Pelatih Hwang yang ikut turun. Dong Man
mengeluh dengan Pelatih Hwang yang masih menangis sambil mengerakan
dagunya. Ae Ra melihat keduanya berpikir
harus menghabiskan waktu bersama-sama lalu beranjak pergi. Dong Man kesal
dengan perkataan Ae Ra.
“Kau....
Lagi-lagi... Apa kau akan menangis setiap kali aku menang?” keluh Dong Man
melihat pelatihnya.
“Kau
terbang untuk kali pertama dalam sepuluh tahun. Aku mengikutimu selama sepuluh
tahun hanya demi melihat itu lagi. Bersikap baiklah padaku. Beri aku kehidupan
yang mewah. ” Kata Pelatih Hwang dengan air matanya.
“Pulanglah.
Naiklah ke trukmu lalu pergi.” Ucap Dong Man tak ingin melihat pelatih Hwang
terus terharu.
“Hei,
izinkan aku memelukmu sekali saja. Apa Kau tidak pernah lihat Park Ji Sung
memeluk Hiddink?” kata Pelatih Hwang
Dong Man
kesal dengan pemintaan pelatih Hwang, tapi pelatih Hwang tetap ingin
mencobanya. Dong Man pikir Orang bisa salah paham jika melihat mereka tapi
akhirnya memilih memeluk pelatihnya.
“Pindahkan
mobilmu.” Kata si bibi tiba-tiba datang. Dong Man langsung melepaskan pelukanya
menyapa si pemilik.
“Dengar,
aku tidak menghakimi. Tapi pindahkan mobil itu, lalu kalian bisa
melanjutkannya.” Ucap si bibi. Dong Man kesal dengan perkataan melanjutkan apa.
“Siapa
itu? Sepertinya.. Aku pernah melihatnya.” Komentar Pelatih Hwang.
Sul Hee
memberikan sosis, merasa temanya Sekarang seorang bintang jadi makan daging
saja. Joo Man memanggil Tuan Bintang, Ae Ra mengeluh keduanya memanggil bintang
tapi memberikan telur goreng.
“Teman--
teman... Apa Kalian menonton?” ungkap Dong Man tersenyum bahagia melihat
temanya yang melayaninya lalu memakan suapan lauk dari teman-temanya.
Tak Su
berlatih ototnya dengan semangatanya. Tae Hee datang bertanya pada Pelatih
Hwang karena Tak Su berolahraga sepagi ini.
Pelatih Hwang memberikan ponselnya dan berita Dong Man "Pendatang Baru
Super, Ko Dong Man, Membuat Lawannya KO dalam 19 Detik" "Kim Tak Su
Dibuat Terpukau oleh Tendangan Pendatang Baru Ini"
“Pasti
itu membuatnya kesal Pantas dia berusaha menjauhkan pendatang baru itu.” Ungkap
Tae Hee karena Tak Su seperti tak ingin kalah dari Dong Man.
Ibu Dong
Man memanggil Dong Hee untuk sarapan dan Keluar kamar. Dong Hee melihat foto
kakaknya berjudul "Sundae Atlet Nasional” Sementara salah seorang PD
melihat berita Dong Man “Berterima Kasih pada Penggemar" dengan wajah Ae
Ra yang diblur.
Ae Ra
yang melihat beritanya mengeluh karena jadi penggemar. Sul Hee pikir mereka
adalah penggemar sejati Dong Man dan sudah menjadi pemandu sorak untuk Dong Man
sejak SD.
“Kenapa
mereka mengaburkan wajahku? Memangnya aku kriminal?” keluh Ae Ra tak terima
“Apa Kau
berlatih pelafalan? Besok Cheongju’kan?” kata Sul Hee. Ae Ra mengatakan kali
ini KBC Cheongju dan yakin akan bisa menghabisi
di wawancara ini.
“Sul
Hee... Aku akan menyerahkan uang sewa bulan ini di akhir pekan depan.” Kata Ae
Ra. Sul Hee pikir tak perlu karena sudah dibayar. Ae Ra merasa tak enak Sul Hee
yang membayar sendiri.
“Jika
kelak aku berhenti bekerja, Kau bisa membayar di bulan itu. Setelah itu, kita
impas. Aku akan menggunakan "bantuan teman" pada saat itu.” Jelas Sul
Hee lalu menyuruh Ae Ra berlatih.
Si bibi
sedang mengecat lalu melihat Ae Ra keluar dari rumah dan duduk ditangga lalu
sengaja bersembunyi untuk mendengarkanya. Ae Ra mengeluarkan ponselnya lalu
menelp seseorang. Sang ayah mengeluh anaknya yang menelepon pagi sekali.
“Apa
tidak boleh putri Ayah menelepon pagi-pagi? Kenapa Ayah seperti itu?” keluh Ae
ra
“Bagaimana
keadaanmu? Apa kau bekerja? Apa kau makan teratur? Bagaimana dengan uang
sewamu?” kata Ayah Ae Ra.
“Apa Ayah
pikir aku tidak mampu membayar uang sewa?” keluh Ae Ra.
“Jangan
bodoh. Ayah akan mengirimkan uang.” Ucap Ayah Ae Ra. Ae Ra mengancam kalau tak
boleh melakukanya dan membuatnya kesal saja.
“Bagaimana
kau bisa bayar uang sewa setelah berhenti bekerja?” kata Ayah Ae Ra khawatir.
“Aku yang
berhenti bekerja, kenapa Ayah yang harus bayar? Aku yang berhenti, jadi, aku
akan mengurus diriku sendiri. Pakailah uang Ayah untuk Ayah sendiri. Putri Ayah
yang sudah dewasa bahkan tidak bisa mengirimkan uang. Kenapa Ayah terus
mengirimiku uang? Aku merasa sangat payah setiap kali menerima uang Ayah.
Jangan coba-coba mengirimkannya. Padahal penjualan tokonya tidak begitu laris.”
Ungkap Ae Ra marah.
Si bibi
terus mendengarkan ucapan Ae Ra seperti ingin kembali membantu.
Dong Man
melihat nama acara "Masa Muda, Jalanku". Lalu PD menceritakan sebuah
program tentang para pendatang baru super di berbagai bidang. Dong Man
mengartikan akan menjadi pendatang baru super di bidang MMA. Si PD membenarkan
karena tahu seperti apa rasanya tinjunya. Dong Man mengerti maksudnya.
“Jangan
merasa bersalah... Kita bisa mentertawakannya sekarang.” Kata Si PD
“Entahlah
kalau soal tertawa. Setelah apa yang terjadi saat itu, aku tidak pernah menduga
kau akan menghubungiku seperti ini. Apalagi soal ini dan kencan buta itu.” Kata
Dong Man
“Ayolah,
itu sudah lama. Kita bisa minum-minum dan membiarkan masa lalu berlalu. Kau
begitu sensitif. Dan Selagi sedang membahasnya, bagaimana kalau kita atur saja?
Lalu Apa kegiatan Ae Ra belakangan ini?” ucap PD seperti ingin mencari celah
menanyakan tentang Ae Ra
“Jangan
tanya tentang dia.” Kata Dong Man lalu menerima pesan di ponselnya "Uang
pertandingannya telah disetor dan dipotong pajak"
Dong Man
sudah ada di depan mesin ATM, lalu tanganya bergetar melihat lembaran uang yang
keluar dari tabunganya, lalu memciumnya dengan bangga. Ia lalu membawa semua
uang dan berjalan sambil menelp ibunya, Ibunya pun sedang bersama tetangganya
memanggil Dong Man sebagai “ anak Ibu yang hebat itu.”
“Anak Ibu
mengirimkan uang. Aku mengirimkan uang belanja.” Kata Dong Man. Ibunya pikir
anaknya itu butuh uang belanja.
“Tidak,
aku mengirimkan uang.” Kata Dong Man, Ibunya binggung kenapa anaknya
mengirimkan uang belanja.
“Bu, aku
menghasilkan uang dari kegiatan yang kusuka. Ini sungguh bermakna. Jadi, aku
memutuskan untuk mengirimi Ibu.” Ungkap Dong Man bangga.
Ibunya
berpikir Dong Man itu dalam masalah. Dong Man meminta ibunya Percayalah pada anaknya. Tetangga ibunya yang
mendengar berpikirDong Man bermasalah lagi. Ibu Dong Man tak ingin dianggap
anaknya selalu membuat masalah lagi.
“Tidak,
putra sulungku... Dia bilang mengirimiku
uang.... Uang belanjaku. Dia sangat cemas aku bekerja terlalu keras. Sepertinya
hanya itu yang dia pikirkan. Dia tidak ingin ibunya menderita. Dia selalu
bilang akan membuatku pensiun dengan nyaman.” Ungkap Ibu Dong Man bangga
seperti ingin menyindir suaminya.
“Panggilan
teleponnya singkat sekali. Apa Dia mengatakan semua itu?” ucap temanya tak
percaya
“Kau tahu
bicaranya cepat.” Kata Ibu Dong Man.Ayah Dong Man bertanya-tanya Dari mana uang
itu. Sementara Dong Hee hanya dikamar mendengarnyakan pembicaraan orang tuanya.
Dong Man
membeli sepasang sepatu dan meminta agar dikirim langsung, Si pegawai pun
meminta Dong Man menuliskan alamatnya lebih dulu. Dong Man menuliskan nama
"Wonmi-dong, Bucheon.. Vila Kangmi Unit 101, Ko Dong Hee"
Sul Hee
masuk ke bagian tangga darurat, Joo Man sudah menunggu langsung membentangkan
tangan seperti ingin dipeluk. Sul Hee seperti enggan melakukanya. Joo Man
mengatakan harus memberikan presentasi untuk acara besok dan tidak bisa
dipromosikan jika tidak mengisi daya baterainya.
Akhirnya
Sul Hee memberikan pelukan agar Joo Man bisa makin tambah semangat, Joo Man pun meminta Sul Hee agar memberikan Pengisian
baterai yang cepat. Sul Hee pun memberikan kecupan di bibir Joo Man, mereka pun
berciuman.
Saat itu
Yee Jin mendengar sesuatu di lantai bawah dan ingin tahu siapa orangnya,
perlahan menuruni tangga tapi dompetnya terjatuh. Joo Man dan Sul Hee
mendengarnya langsung bergegas pergi. Yee Jin berhasil menuruni tangga binggung
karena tak melihat siapaun padahal tahu mendengar orang seperti yang berciuman.
Joo Man
keluar pintu dan tepat bertemu dengan Direktur Choi sedang minum kopir. Direktur
Choi binggung kenapa Joo Man keluar dari tangga darurat. Joo Man dengan gugup
mengaku ingin mengambil kopi. Direktur Choi binggung Joo Man turun berjalan
kaki.
“Apa Kau
turun dari lantai 10 untuk mengambil kopi?” kata Direktur Choi tak yakin.
“Aku
berusaha menurunkan berat badanku.” Akui Joo Man. Direktur Choi merasa Joo Man
memang cukup tertarik pada mode.
“Coba Lihat,
ada sesuatu di bibirnya. Apa tadi kau di sana untuk makan sesuatu?” kata
Direktur Choi curiga. Joo Man melipat bibirnya sambil menyangkalnya dan memilih
untuk pergi.
Dong Man
makan di truk membahas kalau Pelatih Hwang berkata MMA adalah prioritas dan
sundae yang kedua tapi kenapa masih berjualan pada jam makan siang, padahal
tidak punya keluarga untuk dinafkahi. Pelatih Hwang mengatakan kalau Ibu-ibu
yang tinggal di lingkungan itu menunggunya datang di jam makan siang.
“Tentu,
bisa saja akulah yang mereka tunggu.” Kata Dong Man bangga. Pelatih Hwang pikir
benar juga.
“Kenapa
kau tidak mencalonkan diri menjadi presiden saja?” ejek Dong Man. Pelatih Hwang
menyuruh Dong Man untuk bersiap ke Daecheon besok.
Dong Man
binggung berpikir Untuk makan kerang. Pelatih Hwang mengeluh Dong Man masih
berpikir punya waktu untuk makan kerang dan memberitahu kalau mereka akan
menghasilkan uang, yaitu ada Festival Kerang Daecheon.
“Kau akan
mendemonstrasikan cara menghancurkan sesuatu.” Jelas Pelatih Hwang . Dong Man
mengeluh kalau harus tampil di depan umum.
“Kau bisa
berlatih sambil menghasilkan uang. Kau tidak bisa apa-apa dengan 900 dolar per
bulan. Kau mau membelikan ibumu rumah, membelikan ayahmu mobil baru, dan menafkahi
adikmu. Kau pun harus segera menikah.” Jelas Pelatih Hwang.
Dong Man
bertanya berapa harga sundae yang dimakan,
Pelatih Hwang mengejek kalau Dong Man itu pernah membayarnya. Dong Man
menegaksan akan membayar semua yang pernah dimakan. Seorang bibi datang menyapa
Pelatih Hwang yang berpikir tidak akan datang.
Pelatih
Hwang tiba-tiba berubah jadi imut, menyapa pelangganya kalau Jang Ho harus
datang karena sangat merindukannya. Si bibi pun mengaku kalau juga sangat
merindukanya, keduanya saling merindukan . Joo Man melihat keduanya seperti
orang konyol dan diam-diam menaruh uang pada baskom untuk memberikan pada
pelatihnya.
Mereka
berempat berkumpul di atap, Sul Hee memegang sebuah boneka merasa boneka itu hadiah
yang memalukan padahal Tidak lama lagi usianya 30 tahun. Dong Man tahu Sul Hee
yang suka boneka sejak berusia enam tahun. Ae Ra memberitahu kalau Boneka ini
bahkan tidak bisa didaur ulang.
“Dan Juga
tidak akan cukup dimasukkan ke kantong sampah. Boneka ini harus dicabik-cabik
lebih dulu.” Jelas Ae Ra
“Joo Man,
bersiap dan masuklah.” Kata Dong Man. Joo Man binggung. Dong Man memberitahu meninggalkan sesuatu di
kotak barangnya.
Joo Man
kaget melihat Dong Man membelikannya baju zirah, dan merasa sampai ingin
menangis. Sul Hee pun bertanya apakah Dong Man tidak membelikan apa pun untuk
Ae Ra. Dong Man memperlihatkan tempat tidur ayun yang pasti nyaman untuk Ae Ra.
Ae Ra mengeluh kalau itu untuk mereka gunakan bersama.
“Kenapa
aku tidak dapat apa-apa?” keluh Ae Ra.
“Kau
tidak suka boneka ataupun permainan. Aku tidak bisa membelikanmu apa pun.” Ucap
Dong Man
“Aku
tidak memintamu membeli apa pun! Tapi Berikan aku sesuatu.” Keluh Ae Ra.
Mereka
berempat menuruni tangga, Dong Man memberikan kode pada Ae Ra agar ikut
denganya. Joo Man berjalan lebh dulu mengajak merkea minum lagi dengan anggur murbei atau kaki
ayam. Dong Man tiba-tiba kalau sangat
mengantuk dan merasa sakit dibagian kepalanya.
“Bagus.
Alkohol akan mengusir semua rasa sakit itu.” Kata Joo Man, Sul Hee melihat Dong
Man seperti ingin melakukan hanya berdua dengan Ae Ra.
“Lupakan
saja, kami juga lelah. Mari kita pulang.” Ajak Sul Hee. Joo Man pun memeluk Sul
Hee untuk masuk rumah. Dong Man terus
berpura-pura kalau merasakan sakit. Setelah keduanya pergi, Dong Man menarik Ae
Ra untuk pergi menuruni tangga.
Sul Hee
melihat dari depan jendela, menanyakan pendapat Joo Man pakah keduanya akan
melewati batas. Joo Man yakin Pria ituakan sukses suatu hari nanti karena tahu
Dong Man temanya dan tahu sangat hebat.
“Kenapa
kau berkomentar seperti itu? Apa Karena dia membelikanmu baju zirah itu? Aku
sudah menyuruhmu berhenti bermain.” Keluh Sul Hee. Joo Man merasa tak ingin
berkomentar memilih untuk mandi saja.
Ae Ra
yang dibawa pergi menjauh bertanya apakah punya sesuatu untuknya. Dong Man
hanya diam, Ae Ra yakin Dong Man membelikan sesuatu, Dong Man mengeluarkan
sesuatu dari dalam sakunya. Ae Ra mengeluh Dong Man yang mengambilnya dari
badanya. Dong Man memberikan sebuah kotak dan meminta agar membukanya.
“Kenapa
warnanya kuning sekali?”kata Ae Ra melonggo tak percaya melihat cincin.
“Itu Emas
murni.” Kata Dong Man. Ae Ra mengeluh Siapa yang memberikancincin emas zaman
sekarang.
“Emas
murni adalah investasi. Emas murni bisa dijual saat kau tidak punya uang.” Kata
Dong Man. Ae Ra mengeluh berpikir mereka di negara miskin
“Kau
berperan besar dalam membuatku kembali ke dunia olahraga. Melihatmu dengan
mikrofon membuatku ingin mencoba lagi. Kau bahkandatang menyemangatiku.” Jelas
Dong Man
“Apa
Karena itukah kau membelikanku sebuah cincin emas?” keluh Ae Ra
“Emas
adalah sebuah investasi, juga dana darurat. Itu bisa membayar uang sewa.” Kata
Dong Man. Ae Ra mengumpat Dong Man benar-benar orang desa.
“Emas
murni adalah yang terbaik. Pencuri selalu mengambil emas. Kita kehilangan semua
cincin emas yang kita sembunyikan.” Kata Dong Man
Ae Ra
merasa tidak bisa memakainya di tempat umum dan juga tidak bisa langsung
menjualnya. Dong Man memberitahu Harga emas cukup tinggi belakangan ini, lalu
sengaja membalikan badan untuk menahan senyuman bahagianya. Ae Ra pun ingin
tahu alasan Dong Man harus memberinya cincin emas yang membuatnya merinding,
lalu ingin memakainya tapi ragu.
“Apa aku
tidak terlihat terlalu sederhana untuk wawancara?” kata Ae Ra yang melihat
rambutnya.
“Aku
sudah menata rambutmu sejak usiamu enam tahun. Kau harus terlihat dua kali
lebih rapi dibandingkan dengan orang lain. Satu kesalahan bisa membuatmu menjadi
seorang gadis desa.” Jelas Sul Hee sibuk menata rambut temanya.
Ae Ra
heran bertanya apakah Dong Man lari pagi lagi. Joo Man yang mencuci piring
mengatakan kalau Dong Man itu bersikap seperti atlet profesional padahal sudah
mengikutinya sejak kecil. Ae Ra pikir Dong Man lupa hari ada wawancara. Saat
itu Dong Man datang.
“Hei....
Ahli bela diri kita datang.” Ejek Joo Man melihat Dong Man yang datang.
“Makanlah
permen ini.” Ucap Dong Man memberikan bungkus permen. Ae Ra tak percaya Dong
Man hanya pergi membeli permen.
“Siapa
yang menjual permen sepagi ini?” kata Sul Hee tak percaya. Dong Man mengaku tak
sengaja sedang berjalan dan melihat beberapa.
“Apa kau
memungutnya?” tanya Sul Hee. Dong Man membenarkan kalau Orang suka menjatuhkan
barang. Sul Hee pikir ini permen sisa. Ae Ra tersenyum memakanya.
Keempatnya
berjalan keluar rumah. Ae Ra memberitahu kalau akan ke KBC Cheongju. Dong Man
ingin bicara. Ae Ra sudah tahu Dong Man akan bertanding. Joo Man mengatakan
akan mendapatkan kontrak kimchi itu. Sul Hee mengatakan akan menjaga Joo Man
dan istri di kantor.
“Mari
kita berusaha keras...” kata Dong Man langsung disela Ae Ra Untuk membuat
masalah.
“Kenapa
kau mau membuat masalah? Apa kau penindas?” keluh Dong Man
“Kita
tidak perlu menderita. Kita harus menimbulkan masalah.” Kata Ae Ra.
Sul Hee
pun Setuju. Joo Man pun mengajak pergi. Ae Ra memperinatakn Joo Man kalau tidak
boleh memberi pengaruh yang buruk pada Sul Hee. Si Bibi melihat keempatnya
memberikan julukan Kimchi, istri di kantor, KBC, dan petarung, menurutnya itu Kacau
sekali.
[Episode 9 - Masa Muda Akan Bermakna Jika
Kita Membuat Masalah]
Dong Man
dan rekan kerjanya berlatih, lalu akhirnya Dong Man meminta ampun seperti tak
kuat melawan. Rekan kerjanya binggung, Dong Man mengaku Telinganya sakit lalu
temanya melihat telinga Dong Man yang sangat merah.
“Akhirnya
waktumu tiba.” Ungkap temanya mengejek
“Telingaku
terlalu sering bergesekan dengan lantai. Aku bahkan tidak bisa tidur karena
kesakitan.” Cerita Dong Man
“Tunggu
saja, tidak akan sakit setelah menjadi seperti ini.” Kata rekannya. Dong Man
ingin tahu Butuh berapa lama.
“Entah
kapan telingaku jadi seperti ini.” Kata rekan kerjanya. Dong Man pikir itu
keren karena seperti medali.
“Medali
apa? Putriku menangis dan bilang, "Telinga Ayah seperti telinga
monster."” Keluh rekan kerjanya.
Pelatih
Hwang memanggil agar mereka pergi, karena harus ke Daecheon. Dong Man
memberitahu Byung Joo belum datang. Pelatih Hwang mengatakan anak didiknya itu akan
datang pekan depan karen sedang flu. Rekan kerjanya pikir Byung Joo masih
sangat malu. Pelatih Hwang mengajak
mereka Anggap saja sakit.
Ae Ra
masuk dengan name tag sebagai pelamar lalu melihat iklan bertuliskan
"Penderitaan adalah berkah bagi kaum muda". Sementara Diruangan Hye
Ran bertemu dengan temanya, Temanya merasa sudah lama tak bertemu lalu membahas
Perceraian Hye Ran beberapa bulan lalu, tapi baru datang sekarang. Hye Ran
mengaku sibuk dan menanyakan keadaan temanya. Temnya pikir kabarnya selalu
sama.
“Melihat
semua ini mengingatkanku pada masa lalu.” Ucap Hye Ran. Rekan kerjanya bertanya
apakah Hye Ran mau masuk.
“Tunjukkan
wajahmu agar mereka tidak bisa mengejek kita.” Kata Rekan kerjanya. Hye Ran
pikir Tidak perlu. Lalu melihat "Formulir
Pendaftaran" dan melihat nama Ae Ra.
Ae Ra
kembal menjadi operator untuk TV Shopping, dengan pelanggan yang meminta kimchi
lobak. Joo Man masuk ke studio meminta mengeluarkan kimchi lobak, karena
Suaranya yang renyah menarik perhatian orang.
“Itu
terlihat lezat di mataku, jadi, apa kata para penonton?” jelas Joo Man
“Fokuskan
kamera pada pembawa acaranya, keluarkan lobak itu.” Kata PD lalu melihat salah
satu anak yang terus menggaruk berpikir kalau alergi daging. Joo Man menyuruh
mengeluarkan saja.
“Tapi
jika hanya pak tua, wanita, dan anak itu yang tersisa, kelihatannya akan sangat
menyedihkan. Alih-alih memakai kakek nenek dengan cucu mereka, kita pakai kakek
nenek dan suami istri saja.” Kata PD pada Joo Man dan Yee Jin.
Bersambung
ke part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar