Bo Nui duduk terdiam di aspal dan melihat mobil yang berhenti dan buket bunga pun
jatuh. Akhirnya berdiri dan melihat hanya bagian tangan yang berdarah, seperti
merasa bersalah Bo Nui memilih berlari menjauh dari Soo Ho.
“Ini salahku.... Aku yang salah. Harusnya tak kulakukan Tak seharusnya aku dicintainya dan Tak semestinya aku mencintainya.” Gumam Bo Nui sambil menangis dan berlari, Soo Ho pun
masih tergeletak di aspal.
Beberapa saat kemudian, terdengar bunyi ambulance. Bo Nui menangis karena hanya bisa jauh dari
Soo Ho tanpa bisa membantunya.
Soo Ho sudah terbaring di rumah sakit, Bo Nui datang bertanya pada perawat dimana keberadaan Kamar Je Soo Ho, perawat memberitahu di kamar VIP #2 dan
memberitahu pasien seakrang sedang melakukan pemeriksaan dan bertanya apa Bo
Nui adalah walinya.
Bo Nui memilih untuk segera mendekati ruangan, lalu
menuliskan diselembar kertas jimat agar Soo Ho bisa sembuh lalu menyelipkan
dibawah bantal. Soo Ho masih tak sadar dibawa masuk oleh perawat, Bo Nui hanya
melihatnya dari jauh tak ingin mendekatinya.
Bo Nui pulang ke rumah melihat foto yang ada di dinding
bersama adik dan juga Soo Ho. Ia berlutut menangis menatap wajah Soo Ho seperti
merasa sangat bersalah, Soo Ho terlihat masih terbaring di ruanganya. Bo Nui
terus menangis merasa menyalahkan dirinya yang membawa sial.
Soo Ho terbangun dan langsung memanggil Bo Nui, Sul Hee
sudah ada di sampingnya melihat Soo Ho yang sadar langsung memanggilnya. Soo Ho
melirik, Sul Hee memberitahu kalau dirinya yang ada disampingnya. Soo Ho
mengingat saat kejadian mendorong Bo Nui.
“Bo Nui bagaimana?” tanya Soo Ho ingin bangun dari tempat tidurnya,
“Kau lebih baik berbaring saja, tubuhmu memar semua. Dokter bilang ini keajaiban, hanya tanganmu saja yang patah.” Ucap Sul Hee, Soo Ho pun bertanya kapan Sul Hee datang.
“Kemarin malam setelah ditelepon.” Kata Sul Hee, Soo Ho bertanya apakah melihat Bo Nui
sambil berusaha bangun dari tempat tidurnya.
Sul Hee meminta Soo Ho tak bangun dan bertanya mau
kemana. Soo Ho mengatakan ingin ke IGD, menurutnya saat dibawa masuk maka Bo
Nui datang bersamanya jadi mungkin
terluka. Sul Hee memberitahu kalau Bo Nui yang menelpnya jadi karena itulah datang.
“Dia tak bisa ke rumah sakit, makanya dia memintaku menjagamu. Sebenarnya Kalian berdua kenapa?” ucap Sul Hee binggung, lalu memberitahu harus pergi
karena Gary ada interview dan akan
kembali lagi.
“Tak apa dan Tak perlu ke sini,.”
Ucap Soo Ho, Sul Hee mengatakan akan
mengurus semuanya dan merasa sangat
bersyukur melihat Soo Ho yang sadar. Soo
Ho pun mengucapkan terimakasih. Sul Hee menyuruh istirahat dan pamit pergi.
Soo Ho melihat kantung bajunya saat kecelaakaan dan
mengambil ponselnya, mencoba menelp Bo Nui tapi tak aktif. Lalu berusaha keluar
tiba-tiba ibu datang, ayahnya nyelonong masuk dengan wajah panik bertanya
keadaan memeriksan tubuh Soo Ho kalau ada yang terluka, Soo Ho malah merasa
kesakitan karena tubuhnya semua dipegang.
Nyonya Yang menarik tangan suaminya karena Tubuhnya
memar semua jadi
kenapa harus disentuh semuanya. Tuan Joo terlihat gugup dan tertunduk
malu, Soo Ho pun juga terlihat canggung melihat ayahnya sampai panik.
Nyonya Yang duduk disamping anaknya, bertanya apa
sebenarnya yang terjadi karena mendengar anaknya itu tertabrak karena mau menyelamatkan
seseorang. Soo Ho mengatakan itu Tidak
benar karena ia Hanya terserempet saat menyeberang.
“Syukurlah. Kalau luka dalam dan dioperasi bagaimana jadinya?”
kata Nyonya Yang khawatir.
“Aku tak apa jadi Ibu pulang saja.”
Ucap Soo Ho dingin, Nyonya Yang merasa baru saja datang tapi anaknya sudah
memintanya untuk pulang.
“Aku bisa di sini sendiri.” Kata Soo Ho seperti lebih nyaman sendiri.
“Apa maksudmu? Dulu kau juga begini, Kau bilang bisa berangkat ke
Amerika sendiri. Tak
peduli seberapa baik profesornya memperhatikanmu... Meski kau bilang tak apa-apa... Tak seharusnya kami mengirim bocah sekecil itu sendirian.” Kata Nyonya Yang merasa bersalah. Soo Ho merasa itu
sudah lama jadi tak perlu dibahas.
“Karena putraku jenius, dia akan
baik-baik saja di luar
negeri... Dia akan
bekerja sebaik-baiknya membuat Amerika terkesan,
jadi Ibu tak seharusnya berpikir begitu... Maafkan Ibu, Soo Ho, Mengirimmu sendirian, Ibu minta
maaf. “Maaf kalau terus menyuruhmu
menghafal perkalian, Ibu tak
tahu apa-apa.” .” Ucap Nyonya Yang
Soo Ho memanggil ibunya sambil menatapnya lalu mengatakan bukannya
sekarat Hanya
tangan patah. Tuan Je mengajak mereka pergi saja
karena anaknya juga terlihat baik-baik saja. Soo Ho meminta agar ayahnya
berhati-hati saat pulang. Tuan Je mengangguk berpesan agar menjaga
diri baik-baik dan Hati-hati
kalau menyeberang dan harus menengok kanan
kiri dulu.
“Ayahh.... Tambak ikannya, jangan dijual.
“Tidak ada ikannya, siapa yang mau beli memangnya? Kalau mereka mengetahuinya, pasti tak bakalan ada yang mau tinggal
di sana.” Kata Tuan Je
“Ayah suka tempat itu jadi Lanjutkan saja.” Kata Soo Ho, Tuan Je langsung keluar dari ruangan.
Nyonya Yang langsung mengejar suaminya, berkomentar
merasa senang karena anaknya akhirnya bisa melunak. Tuan Je terlihat terharu
melihat sikap anaknya, Nyonya Yang melihat suaminya menangis. Tuan Je langsung
buru-buru menghapusnya dan beranjak pergi.
Soo
Ho mencoba menghubungi Bo Nui akhirnya mencobanya untuk mengirimkan pesan
“Jeng-jeng! Ini aku… Kau kaget, kan? Cedera tanganku... tak parah kok… Kupikir
kau mungkin khawatir. Cepat kemarilah, tulis jimat di gips-ku supaya aku cepat
sembuh. Kau Cepat ke sini yah. Shim Bo Nui, aku merindukanmu” ucap Soo Ho. Bo
Nui melihat ponselnya, banyak miss call dan pesan lalu menelp Dal Nim. Dal Nim
bertanya keberadan Bo Nui sekarang, bahkan tak bilang akan tak masuk kerja
menurutnya sudah pasti kesal. Dengan penuh bersemangat bertanya bagaimana
lamaranya,
“Dia
memberimu cincin? Kau pasti bahagia. Aku iri sekali “ ucap Dal Nim lalu
tersadar Bo Nui hanya diam saja dan mencoba memanggilnya.
“Dal
Nim, aku minta tolong, Bisakah tolong bersihkan mejaku? Jimat, garam...
semuanya buang saja.” Kata Bo Nui, Dal nim binggung Bo Nui membahas
tentang membersihkan mejanya.
“Kontrakku
sudah selesai, jadi aku harus keluar.” Ucap Bo Nui, Dal Nim masih belum mengerti
“Aku
membicarakan lamaranmu, dan Kau ini bicara apa? Dengan Keluar dari Zeze, apa
itu masuk akal?” kata Dal Nim sedikit marah
Bo
Nui tetap mengatakan kalau akan keluar, Dal Nim mengajak Bo Nui ketemuan dan
bicara, bertanya keberadanya dan akan menemuinnya. Bo Nui mengatakan nanti saja
akan kuceritakan semuanya sambil meminta maaf lalu menutup ponselnya.
Bo
Nui berbicara pada adiknya yang sedang tertidur, merasa semua sama seperti 2 tahun lalu.
“Aku
mengulur waktu, lalu aku serakah dengan mengulur waktu lagi dan beginilah
jadinya. Kali ini juga… Satu hari lagi, mengulur
waktu satu hari lagi... Kubiarkan dia terluka.” Ucap Bo Nui
Ryang
Ha sedang ada dikasir lalu melihat Dal Nim yang datang, dengan wajah panik
mengatakna tak boleh terlihat murahan, lalu berlatih mengatakan "Ah, kau
datang?" tapi menurutnya bukan seperti itu. Dal Nim memanggilnya.
“Ada
yang aneh.” Ucap Dal Nim, Ryang Ha mencoba bersikap dingin. Dal Nim binggung
melihat sikap Ryang Ha seperti sekarang.
Ryang Ha mencoba mencoba menutupinya dan meminta maaf
“Anu,
kurasa telah terjadi sesuatu pada Bo Nui. Hingga kemarin, dia terlihat begitu
senang... seperti bunga di musim semi. Lalu Tiba-tiba dia bilang pergi. Apa itu
masuk akal?” cerita Dal Nim
“Katakan
sekali lagi, biar aku mengerti. Yang seperti bunga di musim semi tidak usah,
bunga... Faktanya saja. Bo Nui kenapa?” ucap Ryang Ha ingin to the point
“Dia
bilang mau pergi.” Kata Dal Nim, Ryang Ha kaget lalu bertanya dengan kerjaanya.
Dal Nim mengatakan Bo Nui keluar karena Kontraknya sudah selesai, tapi Soo Ho bilang
akan direkrut sebagai karyawan tetap. Ryang Ha binggung.
“Yang
aneh adalah... Dia memintaku membuang semua barang jimatnya, garam, semuanya.
Apa Kau dengar sesuatu dari Presdir Je ?” ucap Dal Nim lalu tersadar Ryang Ha
sudah berjarak sangat dekat
Dal
Nim mulai gugup dengan wajah tertunduk meminta apabila mendengar sesuatu. Ryang
Ha melihat jari Dal Nim itu cantik. Keduanya langsung menjauh sama-sama gugup.
Dal Nim menceritakan sangat yakin temanya itu dilamar dan sangat senang saat
pergi lalu bertanya-tanya apa ada sesuatu yang salah.
Ryang
Ha kaget mengetahui Soo Ho yang akan melamar Bo Nui, Dan tak memberitahu dirinya. Dal Ni mengejek
menurutnya Ryang Ha itu bukan Best friend, bahkan sebagai malaikat pelindung,
lalu meminta agar Ryang Ha memberitahunya apabila mendengar apapun lalu
berjalan pergi, Ryang Ha mengatakan
ingin Dal Nim bisa lebih lama lagi.
Tiba-tiba
ia mengatakan ada telp, Dal Nim berlari kembali ingin tahu. Ryang Ha mengatakan
ternyata hanya spam “jangan pergi”. Dal Nim hanya tersenyum lalu pamit pergi.
Ryang Ha mengatakan ada telp , Dal Nim kembali datang. Ryang Ha mengatakan spam
masuk bertuliskan "setelah kerja kau ngapain?" lalu mencoba bicara
secara langsung pada Bo Nui.
“Saat
di Korea, dia ikut serta dalam berbagai acara dengan sponsor korporat global. Sebagai
atlet, waktunya dimanfaatkan dengan penuh makna. Dari game sampai siaran di tv.
Itu kesempatan Gary Choi memperluas jaringannya ke arena baru.” Ucap Sul Hee
pada wartawan
“Oh,
Anda tahu... semenjak game-nya, Perilisannya ditunda entah sampai kapan. Kudengar
Anda masih jadi modelnya.” Kata wartawan
“Perusahaan
akan segera mengembangkan game yang lebih menarik dan menyenangkan. Kerja
samaku dengan Zeze sangat berarti. Karena hal ini, aku bisa bertemu Ayahku.
Timku tahu bagaimana membuat game yang bagus, secepatnya. Harapanku pribadi
adalah Je Soo Ho akan kembali menduduki jabatannya.” Ucap Gun Wook, Sul Hee
tersenyum mendengarnya.
Sul
Hee berjalan bersama Gun Wook merasa yakin kalau itu pasti Karena Bo Nui. Gun
Wook bertanya kenapa bicara seperti itu.
Sul Hee pikir itu interview yang tak perlu sebetulnya, tapi Gun Wook bersikeras ia juga sudah bukan
agennya lagi.
“IF...
dibuat Bo Nui untuk adiknya. Karena dia mengetahuinya, Presdir Je mencoba
melindunginya sampai akhir.” Ucap Gun Wook
“Aku
mengerti. Maksudmu kau tak menyesal, karena kau sudah menganggapnya keluargamu?”
kata Sul Hee. Gun Wook bertanya tentang IM,
“Aku
tahu kau keluar IM dengan syarat akan membatalkan tuntutannya? Kusimpulkan
kalau kau punya penyesalan terhadap Presdir, kan?” kata Gun Wook.
“Tidak
.. Ini persahabatan yang sangat tulus. Tapi kau tahu... bagaimana dua orang itu
sekarang? Apa Kau dengar kabar dari Bo Nui?” ucap Sul Hee
“Dia
sangat bahagia seolah di dunia ini hanya ada mereka berdua.” Komentar Gun Wook
Sul
Hee binggung bertanya-tanya, sebenarnya apa yang terjadi, Gun Wook bertanya ada
apa sebenarnya. Sul Hee menceritakan Bo Nui menghubunginya memberitahu Soo Ho kecelakaan. Gun Wook kaget, Sul He
mengatakan tidak parah ketika
membesuk Bo Nui mengatakan tak bisa ikut masuk dan mintanya melihat keadaan Soo Ho, matanya sembam.
“Dia terlihat sangat putus asa, jadi kubiarkan saja. Sebetulnya apa yang terjadi
antara mereka... aku
penasaran apa mereka bertengkar... Meskipun
begitu, ini keterlaluan!” kata Sul Hee
“Aku tak tahu. Apapun yang terjadi
antara mereka, mereka
pasti bisa mengatasinya.” Ucap Gun Wook, Sul Hee
mengeluh kalau sangat yakin.
Gun Wook pergi ke rumah dan melihat banyak di depan rumah
bahkan koper dan tas milik Soo Ho, lalu masuk ke dalam dan bertanya apakah mau
pindah. Bo Nui merasa
bersalah segalanya jadi begini. Gun Wook mengingat kata
Bo Nui bilang mau menunggu Bo Ra setelah membaik akan tinggal bersama. Bo Nui hanya terdiam.
“Apa ini Karena Presdir Je? Kudengar Kau meminta Amy menjaganya. Aku pikir kau jadi berhati-hati seperti halnya pada Bo Ra. Kenapa pindah...” ucap Gun Wook penasaran
“Aku harus pergi. Orang itu, dia kehilangan
uangnya, reputasinya, dan bahkan terluka karenaku.” Ucap Bo Nui
“Kenapa itu salah Nuna? Aku juga tahu soal celana dalam merah dan burung hantu. Aku juga percaya Tapi itu hanyalah jimat. Lalu kau Bilang dia terluka karenamu, apa itu masuk akal?” kata Gun Wook
“Kecelakaannya terjadi di depanku saat dia mau menyelamatkanku. Jadi Aku tak ingin melihat hal semacam
itu lagi. Daripada
melihat mereka terluka karenaku, lebih
baik aku menjauh dari mereka. Aku lakukan
itu juga pada Bo Ra dan bisa hidup
seperti itu.” Jelas Bo Nui sambil membereskan
barang-barangnya, Gun Wook pun mengajak mereka untuk bersama dan akan
mengantarnya.
Ryang Ha masuk rumah sakit sambil menangis memanggil
temanya, melihat wajah kaki merasa kasihan setelah kecelakaan. Lalu bertanya apa sebenanrya terjadi, lalu mulai mengomel
seharusnya sopirnya mengemudi yang benar, Buka
mata lebar-lebar, Perhatikan
lampu lalu lintas Kalau merah harus berhenti, hijau
boleh jalan dan ingin memberikan pelajaran pada
supir yang brengsek.
“Sudah hentikan!” keluh Soo Ho. Ryang Ha sadar sudah tua dan harus
menangis berlebihan, buru-buru menghapus air matanya.
“Lalu bagaimana dengan Bo
Nui? Apa yang
terjadi? Katanya
kau mau melamarnya. Tapi
kau terbaring di sini dan Bo Nui
berhenti kerja.” Ucap Ryang Ha
Soo Ho kaget mengetahui Ryang Ha yang berhenti
kerja. Ryang Ha menceritakan Bo Nui menelpon
Dal Nim minta
barang-barangnya dibereskan. Soo Ho langsung turun
dari tempat tidurnya, Ryang Ha panik bertanya mau kemana temanya, Soo Ho
meminta agar Ryang Ha memberikan kunci mobilnya.
Ryang Ha memberikannya tapi setelah itu menjerit melarang
Soo Ho untuk pergi. Soo Ho pergi masuk dalam mobilnya, lalu mulai menyetir
dengan satu tangan. Tiba-tiba sensor mobilnya berbunyi dan langsung berhenti
karena ada orang yang menyebrang jalan dengan kursi roda. Soo Ho sempat sedikit
shock lalu berusaha untuk menenangkan diri.
Bo Nui da Gun Wook sedang ada di dalam mobil bersama
untuk segera pergi. Gun Wook sempat menatap Bo Nui yang tersenyum walaupun dalam
hatinya terasa sakit. Soo Ho terus mengemudikan mobilnya dengan cepat, mobil
mereka berdua saling berpapasan dengan berlawanan arah. Sesampai dirumah, Soo
Ho bisa membuka pintu yang terkunci, melihat ruangan sudah kosong dan Bo Nui
sudah pergi.
Soo Ho pergi ke rumah sakit melihat tempat tidur Bo Ra
sudah kosong. Perawat Lee datang membawa selimut dan batal baru. Soo Ho
langsung bertanya keberadaan Bo Ra sekarang.
Perawat Lee mengatakan tak tahu. Soo Ho dengan wajah melas bertanya
keberaan Bo Nui. Perawat Lee menceritakan pagi-pagi sekali Bo Nui sudah dating Lalu tergesa-gesa mengurus kepulangan Bo Ra.
Flash Back
Bo Nui mengucapkan terimakasih pada perawat Lee untuk
semua selama ini dan pasti akan
merindukannya. Perawat Lee merasa akan merindukan juga, Bo Nui serta Bo Ra. Bo
Nui pun meminta tolong pada perawat Lee.
“Orang yang selalu datang
denganku, Kau ingat,
kan?” ucap Bo Nui
“Tentu saja! Dia menulis catatan, juga memfoto, iya kan?” kata Perawat Lee, Bo Nui mengangguk
“Tolong rahasiakan kepergian kami dari orang itu.” Pintu Bo Nui, perawat Lee binggung bertanya kenapa,
apakah terjadi sesuatu.
“Ada alasan tertentu. Kau jangan beritahu dia, aku akan dalam masalah kalau Anda
beritahu. Dia
mungkin akan datang mencariku dan tak
tahu caranya menyerah. Karena
itulah, aku mohon bantuan mu” ucap Bo Nui
Soo Ho yang mendengar ceritanya langsung berlari keluar,
Bo Nui hanya bisa melonggo.
Soo Ho berjalan di lorong teringat sebelum bertemu, Bo
Nui menangis menelp kalau ingin bertemu dan merindukanya, meminta agar semuanya itu tidak benar,
semua akan baik-baik saja. Dengan mata
mendelik pergi meninggalkan rumah sakit.
Beberapa saat kemudian Soo Ho sudah ada di tempat
peramal, Tuan Go melihat Soo Ho yang datang menyuruh untuk duduk. Soo Ho menyebut nama Shim Bo
Nui, pasti mengenalnya, lalu bertanya apa sebenarnya yan
dikatakan pada wanita itu.
“Rasa-rasanya aku harus tahu apa
yang kau katakan, untuk mematahkan kutukannya. Karena simpulnya diikat di sini, dan harus diuraikan di sini.” Ucap Soo Ho
“Rahasia besar tak seharusnya
dibocorkan, aku katakan
apa yang kulihat, Yang
kudengar, Apapun tindakan mereka setelah
mendengar perkataanku, tergantung pada orang itu
sendiri.” Ucap Tuan Goo
“Anda bisa lihat apa? Anda bisa
dengar apa? Apa...
aku mati kalau aku bersamanya? Jadi Itukah takdirku? Siapa yang
menentukan?” kata Soo Ho dengan nada sinis
“Aku juga merasa bersalah dan kasihan padanya. Aku tak bisa mengabaikannya. Itu karma-ku.” Ucap Tuan Goo
“Aku tak pernah berdoa dia tertimpa kemalangan. Aku berharap dia hidup. Kalau Anda ingin dia hidup, harusnya beri dia kesempatan
untuk hidup! Andalah
aura jahatnya, Andalah masalahnya, kutukannya-itu
yang Anda katakan padanya. Anda berdoa dia hidup? Jangan mempengaruhi hatinya yang
lemah dengan
mengatakan ini adalah takdir. Karena
Anda yang asal bicara hidupnya
terancam. Wanita
itu... segalanya
bagiku.” Teriak Soo Ho lalu beranjak pergi. Tuan Goo hanya diam.
Soo Ho pulang ke rumah sakit melihat di balik bantal,
selembar kertas jimatnya. Ia bisa membayangkan saat Bo Nui menuliskan jimat itu
dan menyelipkan dibawah bantal.
bersambung ke part 2
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Tidak ada komentar:
Posting Komentar