PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Selasa, 02 Oktober 2018

Sinopsis 100 Days My Prince Episode 7 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 
Ayah Hong Shim duduk lemas melihat rumahnya yang hancur berantakan. Moo Yeon datang melihat dari kejauhan, lalu teringat dengan kata-kata tabib yang mengaku  mengobati pasien dengan luka tusukan baru-baru ini.
Flash Back
“Siapa itu? Apa Dia tinggal di desa ini?” tanya Moo Yeon.
“Dia menantunya Yeon. Dia tinggal di desa seberang sungai.” Kata Tabib
Ayah Hong Shim masih duduk lemas,  Goo Dol mengeluh baru melihat Ayah Hong Shim yang baru datang padahal baru mencari kemana-mana. Ayah Hong Shim binggung Apa yang terjadi dengan rumahnya.
“Bukan waktunya memikirkan rumahmu! Kau harus menyelamatkan Hong Shim. Preman yang tampak jahat menculiknya.” Ucap Goo Dol panik
“Untuk apa?” tanya Ayah Hong Shim lemas. Goo Dol heran karean tak mungkin bisa mengetahuinya.
“Aku kalah jumlah jadi... Bagaimanapun, sekarang bukan saatnya memikirkan rumah. Kau harus menyelamatkan Hong Shim.” Ucap Goo Dol menarik Ayah Hong Shim agar berdiri menyelamatkan Hong Shim.
Moo Yeon terdiam melihat keduanya pergi lalu teringat yang dikatakan Hong Shim “Rumah di Jalan Gomdallae dengan pohon sakura di halaman rumahnya.” Dan melihat pohon yang jodoh lalu menduga Hong Shim itu adalah.... 



Won Deuk datang dengan kudanya, beberapa pria melihat Won Deuk seperti tak percaya kalau hampir tidak mengenalinya. Hong Shim tersadar melihat Won Deuk menyuruh cepat pergi. Si pria tak punya belas kasih langsung memuul Hong Shim agar diam. Won Deuk pun turun dari kudanya.
“Won Deuk, selamatkan dirimu. Mereka bukan tandinganmu... Lari dari sini!” teriak Hong Shim. Para pria makin mengejek untuk Won Deuk pergi saja seperti yang dikatakan Hong Shim.
“Kenapa kau menculik wanita ini?” tanya Won Deuk
“Dia gadis yang cantik, sepertinya kami akan bersenang-senang.” Kata si pria mengejek
“Ini dari pohon spindel. Sebagian besar digunakan untuk membuat tongkat.” Ucap Won Deuk melihat tanaman didepanya. Hong Shim langsung mengumpat Won Deuk yang bodoh.
“Astaga, dia tidak pernah nurut.” Keluh Hong Shim dengan wajah ketakutan.
“Aku lebih suka pohon ash, tapi ini lumayan juga untuk keadaan darurat. Kenapa? Ketika dipukul dengan ini, sakitnya bukan main. Apa Kau dengar itu?” ucap Won Deuk.
Si pria tak mau kalah mengeluarkan pedanya, Won Deuk langsung mengeluarkan semua kemampuanya berkelahi dengan batang pohon dan bisa mengalahkan beberapa orang. Hong Shim berusaha melepaskan tali ditanganya.
Won Deuk berusaha melawan tapi pikiran teringat saat seseorang mengeuarkan pedang diwajahnya, pikiran melayang sebentar lalu terdiam. Saat itu juga tanganya terkena pedang. Hong Shim panik melihat Won Deuk yang terluka. Sementara semua orang pergi ke hutan berteriak mencari Hong Shim. Moo Yeon pun diam-diam mengikuti dari belakang.
Tangan Won Deuk sudah berdarah, Hong Shim melihat seorang pria akan menyerang Won Deuk dari belakang dan langsung memukul dengan kayu. Won Deuk mencoba melawan tiga pria lainya, dan satu pria mendekati Hong Shim. Won Deuk akhirnya bisa menendang lalu mengambil  pedang.
“Bukankah sekarang seharusnya kau lari? Ada pedang ini di tanganku, kau mungkin saja terbunuh.” Ucap Won Deuk mengancam. Semua pun akhirnya pergi menyelamatkan diri. 



Won Deuk datang mendekati Hong Shim memastikan kalau baik-baik saja.  Hong Shim pikir kalau itulah yang seharusnya ditanyakan dan karena sangat berbahaya untuk pulang, jadi mengajak untuk pergi ke bar di pasar. Won Deuk pikir akan sulit ada yang menyerang mereka jika dikerumunan.
“Bahkan jika ada, akan mudah untuk meminta bantuan.” Kata Hong Shim mengajak pergi
“Bisakah kau turun sendiri?” tanya Won Deuk. Hong Shim khawatir mengajak untuk mereka turun bersama.
“Aku akan mengejar mereka... Matahari akan segera turun, berhati-hatilah.” Kata Won Deuk akan pergi.
“Tunggu... Biarkan aku mengikat lenganmu... Ini berdarah.” Ucap Hong Shim ingin merobek roknya.
“Kau hanya memiliki beberapa rok seadanya, jangan disobekan. Ini bukanlah masalah besar. Aku akan segera menemuimu.” Kata Won Deuk lalu berjalan pergi. 



Sementara Je Yoon sudah duduk di bangku hukuman, mentri berkomenatr Adik laki-laki dari Kepala Jung Sa Yeob dan wanita pengadilan dari Jungungjeon, lalu ingin tahu alasa menyelinap masuk ke istana putri mahkota.
“Aku tersesat... Belum lama aku bekerja di istana, jadi aku bingung setiap kali masuk.” Ucap Je Yoon tak ada rasa takut.
“Dasar Angkuhnya... Aku akan menunggu sampai kapan kau bersikap tampak tak berdosa.” Ucap Mentri
“Aku hanya mencoba mengembalikan hiasan pada temanku." ungkap Pelayan ketakutan.
“Kau pasti ke sana untuk menemukan jimat itu. Jimat tercela yang kau sembunyikan membahayakan Putra Mahkota dan Putri Mahkota!” kata Mentri menuduh.
“Tidak benar. Apa maksudmu, jimat? Aku tidak tahu. Aku tidak tahu apa-apa.” Kata Je Yoon binggung
“Tidak perlu mendengar lebih banyak dari mereka... Mulai interogasi...” kata Tuan Kim. Dan kayu pun di tarik membuat Je Yoon menahan rasa sakit.
“Aku benar-benar tidak tahu apa-apa.” Ucap Je Yoon mengaku
“Kenapa kau menyelinap di Gyoyeondang? Apa itu perintah Kepala?” tanya Mentri sinis.
“Tidak. Aku tidak tahu kenapa kau menginterogasiku, tapi aku tidak ada hubungannya dengan jimat.” Kata Je Yoon.
“Jangan hentikan siksaan sampai dia mengakui kebenarannya.” Tegas Mentri. 


Je Yoon dan pelayan menahan rasa sakit, Saat itu Mentri lain datang meminta agar mengHentikan penyiksaan. Mentri memberitahu aklau interogasi ini sedang dilakukan atas keputusan kerajaan. Mentri kubu Ratu meminta Kepala Pengadilan Wanita, cepat dan memberi tahu Wakil Perdana Menteri.
“Kami sudah mencari setiap sudut Gyoyeondang, tapi tidak menemukan jimat.” Kata Pelayan.
“Apa kau memaksa mereka mengakuinya ketika mereka tidak melakukannya? Dan kau mencoba untuk mendapatkan pengakuan mereka dengan menyiksa mereka? Bukankah itu sesuatu yang kita sebut, kebohongan? Apa Kau pikir kami tidak menyadari niat gelapmu?” ucap Mentri nyindir Tuan kIm
“Aku akan mengajukan petisi kepada Raja untuk ini sendiri, lebih baik letakkan tanganmu dari interogasi ini. Kau tidak berhak bertanggung jawab atas hal itu.” Kata Mentri lain membela diri
“Menteri Peperangan, bawa empat kursi penyiksaan lagi.” Kata Mentri Kim akhirnya datang menemui 3 mentri dan satu pelayan.
“Aku senang kau datang. Aku ingin kau datang ke sini beberapa hari kemudian. Saat kau di sini, aku akan menginterogasimu.” Ucap Mentri Kim sinis
“Wakil Perdana Menteri Kim, beraninya kau mengatakan itu?” kata Mentri marah
“Mungkin,kau datang ke sini karena khawatir mereka berdua menyebut namamu, bukankah begitu? Pintu-pintu Gyoyeondang terkunci. Bahkan kasim tidak diizinkan masuk ke sana, tapi kerabat Kepala menyelinap masuk. Bagaimana kau akan menjelaskannya?” kata Mentri Kim mengejek
“Karena hubungan asmara... Bajingan itu sombong dan cabul karena dia hina... Sudah lama sejak dia dijauhi keluarga... Aku yakin dia menyelinap ke ruang kosong untuk menggoda wanita pengadilan.” Kata Tuan Jung melirik pada Je Yoon.
“Ini adalah konspirasi” kata Je Yoon menatap sinis. Tuan Jung yakin kalau Je Yoon menyelinap ke tempat yang tidak seharusnya
“Kau harus menyelesaikannya lewat jalur hukum. Tapi kau tidak bisa menyiksa wanita pengadilan itu, Tanpa izin Ratu sampai kau menemukan bukti atau pembenaran untuk menyiksanya.” Kata Tuan Jung membela pelayan.
“Jika bukti itu adalah jimat, maka aku akan menemukannya untukmu.” Ucap Je Yoon.
“Omong kosong.  Bagaimana bisa kau menemukannya ketika itu tidak ada? Aku tidak yakin.” Ejek Tuan Jung
“Maukah kau... memberiku kesempatan?”kata Je Yoon yang membuat semua terdiam. 



Semua berteriak menyari Hong Shim,  sampai akhirnya Hong Shim menuruni bukit. Ayah Hong Shim melihat anaknya memastikan kalau baik-baik saja, lalu menyuruh warga yang lain agar menangkap preman itu. Diam-diam Moo Yeon melihat adiknya dari kejauhan.
“Apa Kau tidak terluka?” ucap Ayah Hong Shim dan panik melihat tangan Hong Shim terluka.  Hong Shim mengaku baik-baik saja.
“Ayahmu dan aku hampir kehabisan nafas karena mengkhawatirkanmu.” Kata Goo Dul. Hong Shim meminta maaf.
“Aku tidak akan membiarkan mereka lolos dengan ini. Jadi Aku akan menggendongmu. Sini.” Ucap Goo Dul siap memberikan punggungnya.
“Aku baik-baik saja.” Kata Hong Shim menolak, karena hanya pergelangan tanganku.
“Ngomong-ngomong, kemana Won Deuk pergi? Dia berlari sangat cepat, jadi kupikir dia pergi menyelamatkanmu. Apa Dia tidak datang?”kata Goo Dul.
“Dia datang...” ucap Hong Shim. Goo Dul pikir kalau Hong Shim kabur begitu saja. Hong Shim tak ingin membahasnya mengajak mereka segera turun saja.
Moo Yeol terlihat sedih karena tak bisa melindungi adiknya. Hong Shim pun juga khawatir melihat ke arah belakang karena Won Deuk pergi mengejar preman. 


Ye Joon sudah dilepaskan melihat seluruh rumah Putri mahkota, sambil bergumam “Wanita istana itu menyelinap di Gyoyeondang untuk mengambil jimat. Tapi para dayang tidak dapat menemukannya bahkan sesudah mencari kemana-mana.”
“Apa yang kau tunggu? Cepat cari saja.”ucap Mentri marah. Je Yoon mengatakan kalau butuh gula putih.
“Kenapa kau membutuhkannya untuk menemukan jimat?” kata Mentri. Tapi Tuan Jung akhirnya menyuruh pengawal mengambilkanya.
“Apa yang bisa dia lakukan dengan gula yang berharga itu?” keluh Mentri
“Bahkan jika dia tidak menemukannya, kita tidak akan rugi. Dia sudah menggali kuburannya sendiri.” Kata Tuan Kim melihat Je Yoon menebar gila disekeliling rumah. 

Tuan Jung bertanya pada Ratu Par apakah mengizinkan mereka ke Gyoyeondang. Ratu Park pikir Jika bilang tidak, akankah Wakil Perdana Menteri membiarkannya, menurutnya Tuan Kim akan menyebabkan keributan bahwa Ia ingin menyembunyikan sesuatu.
“Apa yang akan kau lakukan jika mereka menemukan jimat?” kata TUan Jung khawatir.
“Mereka tidak akan... Bahkan wanita pengadilan atau pembantu yang menempel pada dirinya pun tidak dapat menemukannya.” Kata Ratu Park yakin

Beberapa saat kemudian, keluar semut yang mengerubungi gula, Je Yoon tersenyum karena bisa menemukan kertas dibawah batu. Ia dengan bangga memberitahu kalau Tinta khusus digunakan untuk menulis jimat dan digunakan untuk menutupi cat di dinding istana.
“Tinta itu membuat serangga pergi.” Kata Je Yoon bangga. Tuan Kim pikir kalau ini sudah selesai dilakukan dengan baik.
“Bawa dia kembali untuk diinterogasi.” Ucap Tuan Kim akan memberikan Je Yoon hukuman lagi.
“Aku baru saja menemukanmu jimat. Itu membuktikanku tidak bekerja untuk ratu dan bahwa aku tidak disuap oleh Kepala Penyidik Jung Sa Yeob. Kenapa aku harus diinterogasi lagi? Kata Je Yoon binggung
“Kau membantu menyembunyikan jimat itu.. Begitulah caramu menemukannya. Siapa yang menyuruhmu melakukan ini? Kau sebaiknya segera mengaku.” Kata Mentri marah
“Putra Mahkota.” Ucap Je Yoon yang akan dibawa lalu Mentri meminta pegawal agar Berhenti.
“Putra Mahkota membuatku sampai sejauh ini.” Kata Je Yoon berlutut.
“Beberapa hari yang lalu, Putra Mahkota memberiku perintah. Putra Mahkota sudah meninggal. Apa maksudmu diberi perintah beberapa hari yang lalu?” kata Mentri marah
“Aku meminta berbicara secara pribadi atau haruskah aku berbicara di sini?” kata Je Yoon. 


Won Deuk diam-diam mengikuti pria yang melawanya tadi, lalu masuk ke dalam rumah Tuan Park. Si pria melapor pada Tuan Park dan Hakim Jo. Tuan Park marah karena Empat pria dewasa. tidak bisa melawan satu orang bodoh.
“Dia bukan orang biasa. Aku belum pernah melihat seseorang dengan keterampilan seperti itu. Cara dia bertarung, melebihi para preman pasar.” Kata Si pria
“Apa Kau pikir itu masuk akal? Bagaimana orang biasa seperti dia bisa memiliki keterampilan seperti itu?” ucap Tuan Park marah
“Aku tidak akan berani berbohong kepadamu. Jika aku tidak melarikan diri, maka dia akan memenggalku.” Kata Si pria ketakutan
“Hei bodoh. Kau tahu berapa banyak aku membayarmu? Jadi Bawa dia padaku sekarang juga!” ucap Tuan Park marah
“Pekerjakan orang lain... Aku tidak ingin kehilangan hidupku .” ucap  Si pria. Tuan Park makin marah
Hakim Jo meminta Tuan Park agar bisa tenang, karena Pasti ada cara lain. Tuan Park merasa kalau sepertinya sangat aneh, yaitu Won Deuk.



Teman Hong Shim tak percaya mendengar ceritanya, Goo Du mengaku dipukul beberapa kali dan begitu juga Hong Shim. Teman Hong Shim tidak percaya itu terjadi dan ingin tahu Siapa yang akan menculik seorang wanita di siang bolong.
“Jangan membuang waktu. Haruskah kita tidak memberi tahu hakim? Kita harus mencari tahu siapa mereka dan minta mereka dihukum.” Kata Goo Dul marah. Teman Hong Shim setuju.
“Haruskah kita tidak menemukan Won Deuk dulu? Kau bilang dia pergi untuk menyelamatkan Hong Shim. Dimana dia?” kata Kkeut Nyeo.
“Aku yakin dia ketakutan dan kabur... Dasar bodoh.” Ucap Tuan Yeon marah.
Bibi pemilik kedai datang membawakan minuman, karena itu yang dibutuhkan sesudah menakut-nakuti semua orang. Goo Dul bertanya apakah minuman itu gratis. Si bibi kesal karena dirinya tidak sekejam itu membuat mereka harus membayar semuanya. Hong Shim yang panik memilih untuk pergi keluar dari penginapan. 


Won Deuk melihat Hong Shim ada didepan bar, bertanya apakah menunggunya. Hong Shim panik bertanya Dari mana sampai malam hari. Won Deuk mengejek Hong Shim yang tampak sangat khawatir. Hong Shim pikr kalau dirinya itu juga manusia.
“Kenapa aku tidak boleh khawatir?” keluh Hong Shim tak mau menutupi perasaanya.
“Kenapa mengkhawatirkan hal seperti ini? Kau sudah melihat kehebatanku yang luar biasa. Sekarang jangan mengejek tubuhku tidak berguna.” Kata Won Deuk bangga.
“Lepaskan pakaianmu.” Ucap Hong Shim. Won Deuk panik kalau Hong Shim meminta membuka baju lalu ingin tahu alasanya.
“Jika seseorang dari statusmu muncul mengenakan jubah dan topi mahal, Apa yang akan dipikirkan orang lain?” kata Hong Shim.
Won Deuk akan membuka baju, tapi Hong Shim pikir akan membantunya. Won Deuk terlihat gugup lalu menjerit kesakitan karena Hong Shim yang memegang tanganya, lalu mengeluh karena menekannya.  Hong Shim mengejek, kalau Won Deuk sangat pamer di gunung.
“Apa Kau merengek sekarang?” ejek Hong Shim. Won Deuk mengelak.
“Coba Lihatlah darahnya.” Kata Won Deuk. Hong Shim tersenyum lalu perlahan membuka baju yang dipakai Won Deuk. Keduanya tertawa bersama seperti pasangan kekasih. 


Je Yoon berlutut di ruangan Tuan Kim yang ingin menginterogasinya. Tuan Kim ingin tahu Bagaimana Jee Yoon menerima perintah dari mendiang Putra Mahkota. Je Yoon engaku itu Melalui surat rahasia. Tuan Kim seperti tak percaya mendengarnya.
“Aku menyelidiki surat rahasianya yang membawaku ke Gyoyeondang. Itulah alasannya aku bertemu dengan pelayan pengadilan.” Jelas Je Yoon
“Apa yang dikatakan surat rahasia itu?” tanya Tuan Kim penasaran
“Aku tidak bisa memberi tahumu. Seperti yang kubilang, tu surat rahasia. “ kata Je Yoo
“Aku harus melihatnya.” Ucap Tuan Kim, Je Yoon dengan tegas kalau Tuan Kim yang tidak bisa melihatnya.
“Jika itu untukmu juga, maka Putra Mahkota akan menyerahkannya padamu, bukan aku.” Kata Je Yoon
“Apa Surat rahasiamu tidak bisa ditunjukan ke siapa pun? Apa kau mencoba menipuku dengan berbicara tentang surat rahasia padahal itu tidak benar-benar ada?” ucap Tuan Kim marah. Je Yoon mulai memohon, berlutu.
“Kenapa Putra Mahkota meninggalkan surat untuk orang sepertimu? Apa Kau pikir aku akan mempercayaimu? Jika surat rahasia itu ada seperti yang kau katakan, maka kau sebaiknya membuktikannya.” Tegas Tuan Kim.Je Yoon hanya bisa terdiam. 


Hong Shim memberikan ramuan pada luka Won Deuk, mengaku berharap punya beberapa tanaman obat tapi menurutnya ini meringankan rasa sakit. Won Deuk merasa kalau tak seperti itu, dan akan menghukum orang-orang yang melakukan ini kepada Hong Shim.
“Sudahlah. Balas dendam adalah untuk yang kuat... Manusia seperti kita harus bersyukur bisa keluar hidup-hidup.” Kata Hong Shim.
“Kau bilang "Manusia seperti kita"? Manusia seperti apa yang kau maksud?” kata Won Deuk binggung
“Kita mungkin manusia tapi tidak diperlakukan sebagai manusia. Hanya bangsawan dan wanita yang dianggap manusia.” jelas Hong Shim
“Jadi Mulai sekarang, jangan berhadapan dengan pria yang lebih kuat. Aku tidak ingin melihatmu terluka.” Ucap Won Deuk. Hong Shim berjanji tidak akan.
“Ngomong-ngomong, darimana kau belajar bertarung seperti itu?” tanya Hong Shim. Won Deuk mengaku tidak tahu.
“Apa Kau masih tidak ingat apa-apa?” tanya Hong Shim. Won Deuk terdiam. Hong Shim pikir kalau Won Deuk ingat sesuatu
“Ya... Aku ingat pandai bela diri... Apa aku terlalu sempurna?” kata Won Deuk bangga.
“Mengetahui cara membacaku cukup luar biasa, tapi aku bahkan pandai bela diri. Kau tidak rendah hati rupanya. Dan Kau tampaknya baik-baik saja sekarang, aku akan pergi.” Kata Hong Shim mengejek dan akan pergi.
Won Deuk meminta agar Hong ShimTidur dan Tinggallah bersamanya malam ini. Hong Shim terdiam, Won Deuk dengan gaya putra mahkota memberitahu kalau itu perintah. Hong Shim hanya bisa diam. 



Je Yoon datang ke tempat minum-minum bertemu dengan Ae Won, memberikan surat agar menjaga untuknya. Ae Won mengaku sanga menghargai Je Yoon yang menaruh kepercayaan padanya. Je Yoon memperingati kalau Seseorang mungkin datang untuk ini.
“Itu bisa membuatmu dalam bahaya.” Tegas Je Yoon agar Ae Won berhati-hati.
“Lagipula hidupku tidak beruntung, aku tidak akan terkejut untuk mati kapan saja. Kau Bawalah aku melihat bunga sebelum musim semi ini berlalu.” Jelas Ae Won.
“Itu saja tidak sulit, tapi hatiku sudah menjadi milik orang lain.” Tegas Je Yoon
“Rumah adalah tempat hati berada... Ikut denganku dan kau akan lihat.” Ucap Ae Won. Je Yoon meminta Ae Won agar tetap aman dengan tatapan khawatir.
“Berhenti menatapku seperti itu.” Kata Ae Won malu-malu
“Aku tidak akan bisa berpaling Lalu, aku akan melakukannya.” Ucap Je Yoon lalu melangkah pergi. 


Ae Won masuk ke dalam kamar saat itu seorang pria sudah melihat Je Yoon langsung mengancam dengan pedangnya, kalau Ae Won menjerit, maka akan menggorok tenggorokannya. Ae Won meminta si pria agar bicara lebih dulu.
“Aku mungkin gisaeng rendahan, tapi tidak sopan untuk meremehkanku tanpa bertanya.” Kata Ae Won. 

Hong Shim dan Won Deuk terlihat gelisah tidur bersebelahan, Akhirnya Hong Shim memilih untuk memiringkan badanya. Won Deuk pun mengikuti dan melihat punggung istrinya. Hong Shim memutar badanya dan kaget melihat Won Deuk ada didepanya dan akan berbalik tapi tangan Won Deuk sudah menahan  diatas badanya.
“Apa yang kau lakukan?” tanya Hong Shim panik dan binggung.
“Lenganku yang terluka berdenyut, itu perlu luruskan. Jadi Diam.” ucap Won Deuk. Hong Shim diam tapi terlihat jantungnya berdegup kencang.
“Kenapa? Apa Kau tidak bisa tidur?” goda Won Deuk. Hong Shim mengelak karena kelopak matanya berat mulai menutup matanya.
“Berhenti menatapku, tidurlah.” Kata Hong Shim yang merasakan kalau Won Deuk terus menatapnya. Won Deuk menutup matanya, saat itu Hong Shim membuka matanya dan panik saat mata mereka saling bertatapan. 

Moo Yeon menemui anak buahnya bertanya apakah menemukannya. Si pri memberikan selebarann ditanganya. Moo Yeon bertanya Apa yang terjadi. Si pria mengatakan kalau Rombongan pertunjukan yang datang menjatuhkannya.
“Beom mengejar mereka untuk melihat di mana melihat pria ini. Kami akan menemukannya sebelum istirahat siang.” Kata si pria 

Anak buah Moo Yeon mendatangi Tuan Kim, saat itu Tuan Kim melihat isinya dan mengumpat kalau Je Yoon yang berani mencoba membodohinya.  Anak buah Moo Yeon ingin tahu apa istrinya. Tuan Kim yakin kalau itu bukan pesan rahasia Putra Mahkota.
“Minta dia berlutut di hadapanku segera.” Tegas Tuan Kim. Anak buah moo Yeon mengangguk mengerti.
“Yang Mulia, apa pesan yang kau tulis ini?” gumam Tuan Kim penasaran. 

Won Deuk dan Hong Shim tertidur nyenyak, Hong Shim membuka matanya teringat kembali saat Won Deuk memegang wajahnya saat menyelamatkan dari para preman. Akhirnya Ia mencoba menurunkan tanganya dari pundaknya lalu pergi ke kamar lain.
“Siapa disana?” tanya seorang pria panik melihat Hong Shim yang datang ke rumahnya.
“Aku minta maaf membangunkanmu, tapi, bukankah ini tempat tidur ayahku?” kata Hong Shim.
“Ayahmu?” ucap Si Pria yang sebelumnya terlihat saat perayan ulang tahun Tuan Park.
Ia membenarkan kalau itu adalah tempat tidur Tuan Yeon disampingnya, tapi tak ada dan berpikir kalau mungkin pergi mencari udara segar. Ia pun meminta agar Hong Shim menutup pintunya. Hong Shim menganguk keluar dari ruangan bertanya-tanya Ke mana Ayah pergi selarut ini.
Tuan Yeon sedang mengali tanah dan mengambil kembali baju milik Won Deuk saat ditemukan.


Moo Yeon pergi ke hutan, lalu meraskan seperti suara Hong Shim yang memanggilnya.
Flash Back
Saat itu Mentri banyak mengejar mereka karean dianggap anak penghianat. Seok Ha pikir kalau Mereka mungkin tidak jauh jadi meminta adiknya agar melihat bawah setiap batu. Yi Seo seperti sudah sangat kelehahan.
“Semuanya akan baik-baik saja, Yi Seo” kata Seok Ha menyakinkan.
“Aku ada di sini dan Aku tidak meninggalkanmu. Jadi Yi Suh, buka matamu. Kau harus bangun.” Kata Seok Ha. Mentri menyuruh pengawal agar mencari setiap sudut
“Orabeoni.... Aku takut....” kata Yi Seo ketakutan. Seok Ha memberitahu kalau akan menarik perhatian mereka.
“Jadi Larilah jika suara anjing sudah tak terdengar. Bisakah kau melakukan itu?” ucap Seok Ha
“Tidak... Aku lebih baik mati di sini... Dengan begitu, aku bisa bertemu Ayah.” Kata Yi Seo
“Apa maksudmu? Kau tidak mendengar apa yang dikatakan Ayah? "Bertahan hidup. Ini perintah ayahmu." Apa Kau tidak akan mendengarkannya karena dia meninggal?” ucap Seok Ha
“Tetap saja, jangan pergi... Tanpamu, bagaimana dengan aku?” kata Yi Seo.
“Jika kita berpisah, aku akan menemuimu di Jembatan Mojeong pada akhir bulan. Jadi Tetap bangun dan Lari jika suara anjing sudah tak terdengar.” Pesan Seok Ha lalu menutup adiknya dengan tumpukan daun.
Seok Ha akhirnya berlari mencari perhatian, Mentri berteriak agar pengawal mengejarnya. Yi Seo ditutup dengan daun. 

Semua pengawal mengepung Seok Ha, sementara Seok Ha sedang mengancam pedang di leher So Hee. Saat itu Tuan Kim datang, Seok He meminta agar menyuruh para penjaga pergi dan memberitahu kalau Adiknya sudah mati jadi Jangan mencarinya.
“Kita harus mengambil tubuhnya untuk dimakamkan.” Ucap Tuan Kim
“Jika kau tidak memerintahkan penjaga untuk berhenti,maka kau akan melihat putrimu meninggal di depanmu.” Kata Seok Ha mengancam.
“Pengorbanan diperlukan untuk tujuan yang luar biasa. Jika kau bisa membunuhnya, silahkan coba. Jika kau mengambil sesudah Yoon Boo Joon, kau akan memiliki kemampuan besar, tapi kau akan lemah hati.” Kata Tuan Kim
Akhirnya Seok Ha menyerang Tuan Kim, tapi malah membuatnya terbanting dan pedangnya jatuh. So Hye panik melihat Ayahnya yang sudah menaruh pedang di leher Seok Ha. Seok Ha meminta Tuan Kim agar mengambil kepalaknya.
“Sebaliknya, selamatkan adikku. Kau sudah memiliki dunia, apa gunanya mengambil nyawa gadis itu?” kata Seok Ha memohon.
Bersambung ke part 2

 PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Cek My Wattpad... Kang Daniel 

Cek My You Tube Channel "Review Drama Korea"


2 komentar: