PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Tuan Kim
pulang ke rumah, Soo Ji pun menyambut ayahnya turun dari kursinya. Hong Shim
menatap Tuan Kim mengingat yang dikatakan oleh kakaknya “Kim Cha Eon menusuk
hati ayah kita dengan pedangnya.” Tuan Kim melihat Hong Shim dengan tatapan
dingin.
“Siapa wanita
itu?” tanya Tuan Kim. Soo Ji meminta ayahnya agar Jangan salah paham.
“Dia
tersesat dan terjebak ke rumah kita. Kami benar-benar tak saling kenal...” ucap
Soo Ji dengan gugup.
“Kau
terlihat familiar. Pernahkah kita bertemu sebelumnya?” kata Tuan Kim menatap
Hong Shim.
“Bagaimana
itu mungkin? Aku tinggal di desa kecil bagian selatan dan baru ke Hanyang
beberapa hari yang lalu.” Ucap Hong Shim dengan tertunduk.
“Pastikan
dia cepat pergi.” Perintah Tuan Kim, Hong Shim menganguk mengerti.
Soo Ji akhirnya
menyuruh Hong Shim segera pergi setelah ayahnya masuk ke dalam rumah. Hong Shim
melihat Tuan Kim menjadi orang yang dihormati dan tentu tatapan matanya tajam.
Soo Ji mengaku kalau banyak orang jarang berani menatap mata ayahnya.
“Akupun
sama walaupun anaknya sendiri.” Kata Soo Ji juga merasa takut dengan ayahnya.
“Mungkinkah,
para pemuda yang masuk dan keluar dari tempat ini, ada pria bernama Moo Yeon?”
tanya Hong Shim
“Bagaimana
kau mengenal Moo Yeon?.. Sebenarnya, pria yang kumaksud adalah Woo Yeon...
Yah... Woo Yeon, bukan Moo Yeon.” Ucap Soo Ji berpura-pura mengelak.
“Ya,
namanya terdengar mirip, jadi aku agak bingung.” Kata Hong Shim bisa tahu kalau
Soo Ji sengaja menyembunyikanya.
“Tentu
saja... Bagaimanapun, karena ayahku di rumah, aku takkan bisa menunjukkan
jalannya. Jadi Sekarang, sana pergi.” Kata Soo Jin. Hong Shim pun siap pergi
Soo Hye
menemani Lee Yeol di kamarnya membahas perpustakaan putra mahkota yang terbakar
dan sedikit khawatir karena mungkin ada banyak buku kesayangannya. Lee Yeol
mengaku Jurnalnya juga berada disana, yaitu jurnal yang kutulis setiap hari
sejak berumur 10 tahun.
“Jika aku
punya itu, ingatanku yang hilang akan kembali. Itu sangat menjengkelkan.” Kata
Lee Yeol berakting kesal.
“Apa yang
di inginkan biasanya lebih sulit didapatkan. Kusarankan, lupakan saja jurnal
daripada memikirkannya.” Saran Soo Hye
“Melupakan
jurnal... Kulihat, mudah bagimu untuk mengatakannya.” Komentar Lee Yeol sinis
“Aku
menyesal karena melontarkan omong kosong semacam itu.” Ucap Soo Hye. Lee Yeol
mengaku tak masalah.
“Puteri
mahkota, aku ingin tahu tentang bayi yang kau kandung. Kenapa pikirmu bahwa itu
akan menjadi putra yang mirip denganku?” tanya Lee Yeol seperti ingin memuji
“Marmer
sebesar dan terang seperti bulan purnama datang ke pelukanku dalam mimpi.” Kata
Soo Hye.
Lee Yeol
mengartikan itu sebabnya Soo Hye pikir itu akan menjadi anak laki-laki. Soo Hye
membenarkan, Lee Yeol minta maaf karean berpikir bahwa takkan mirip dengan anak
ini. Soo Hye terdiam mendengarnya.
“Selama
100 hari aku jauh dari istana, aku bersama wanita lain. Kami tidur bersama dan
terbangun di bersampingan. Perasaanku padanya semakin dalam. Hatiku sangat
sakit karenanya, jadi aku takkan bisa tidur malam ini.” Ungkap Lee Yeol
“Kenapa
kau memberitahuku ini? Apa kau hendak untuk diam-diam meninggalkan istana dan
mencarinya malam ini?” tanya Soo Hye sinis.
“Tak ada
alasan bagiku untuk tak bisa melakukannya.” Tegas Lee Yeol
“Di dalam
perutmu ada anakmu, tapi kau mengatakan hal sekejam itu.” Kata Soo Hye marah
“Aku
sadar akan hal itu. Kau cantik sekali. Kalau saja kau belum menikah denganku.”
Kata Lee Yeol memegang dagu istrinya. Soo Hye tak percaya Lee Yeol mengatakan
hal itu.
“Jangan
terjebak dalam kecemburuan. Seorang calon ratu masa depan tak boleh punya emosi
semacam itu, Mungkin aku tak perlu khawatir. Lagi pula, kau mungkin tak mempedulikan
aku menyukai wanita lain. Bukankah begitu?” kata Lee Yeol
“Ini
mungkin baik untuk bayinya, jangan menyulam semalaman. Namun, aku harus
mengatakan bahwa menyulam adalah cara yang baik untuk melewati hari-hari yang
sepi.” Saran Lee Yeol berjalan pergi,
“Kau tak
boleh pergi.... Kau tak boleh mencari wanita itu. Ayah mertuamu adalah Wakil
Perdana Menteri. Dia takkan membiarkanmu melakukan ini.” Kata Soo Hye mengancam,
“Apa ada Hal
yang tak diizinkan Wakil Perdana Menteri ? Aku ingin tahu bagaimana dia akan
bereaksi ketika aku melawan keinginannya.” Tantang Lee Yeol.
Kasim
berjalan mengikuti Lee Yeol bertanya akan pergi kemana, Lee Yeol tetap pergi.
Saat itu Kwon Hyuk datang menahan Lee Yeol karena sudah hampir jam lima pagi
jadi meminta agar menugaskan padanya saja kalau memang itu urusan yang
mendesak.
“Minggir.”
Ucap Lee Yeol tak mau tahu dan ingin tetap pergi
“Lalu aku
akan menyuruh pelayan membawakan pakaianmu. Sangat berbahaya meninggalkan
istana dengan jubahmu.” Kata Kwon Hyuk
“Kau
bilang Berbahaya? Apa istana lebih aman untukku? Katakan padaku. Kau benar-benar
berpikir aku aman di balik tembok ini?.. Kau Pasti tak tahu.” Ucap Lee Yeol
marah
Saat itu
Raja datang memanggil anaknya, mengeluh karena menyebabkan keributan di tengah
malam, padahal sudah mengalami banyak gangguan tahun ini dan itu semua
berhubungan dengan anaknya. Padahal ia sudah memperingatkan untuk lebih
hati-hati
“Kenapa
kau mencoba menimbulkan masalah lagi?” keluh Raja kesal
“Kenapa
kau melakukannya? Kenapa kau harus membuatku menjalin hubungan dengan Wakil
Perdana Menteri Kim?” ucap Lee Yeol marah
“Apa
maksudmu tiba-tiba berkata begini?” kata Raja
“Apa Kau
akan memutuskan hubunganmu dengannya?” kata Lee Yeol
Akhirnya
keduanya bertemu diruangan Raja, Ayah Lee Yeol ingin tahu Apa yang terjadi
tanpa sepengetahuannya. Lee Yeol memberitahu kalau Wakil Perdana Menteri Kim
mencoba membunuhnya. Raja kaget mendengarnya ternyata yang ingin membunuh
anaknya besannya sendiri.
“Wakil
Perdana Menteri Kim mencoba membunuhku ketika di Gunung Chunwoo untuk ritual
hujan” jelas Lee Yeol
“Tak
mungkin Wakil Perdana Menteri Kim sangat menantikanmu duduk di singgasana. Jadi
Tak mungkin dia akan mencoba membunuhmu.” Ucap Raja tak percaya
“Aku baru
menyadari jawaban untuk pertanyaan itu yang sudah kulupakan. “ ucap Lee Yeol
“Kita
seharusnya tak melakukan ini. Aku akan mengerahkan semua penjaga istana untuk
menangkap Wakil Perdana Menteri Kim.” kata Raja panik
“Aku akan
menghukumnya sendiri. Aku takkan melibatkan siapapun atas dendamku padanya. Jika
seseorang harus menusuk pedang ke tenggorokannya, itu harus aku.” Tegas Lee
Yeol
“Apa yang
sedang kau coba lakukan?” tanya Raja makin panik dengan keputusan anaknya.
“Berikan
padaku otoritas penuh.” Pinta Lee Yeol
Je Yoon
menatap kearah langin berpikir kalau ini pasti mimpi, Tuan Park yang berada
disampingnya akan menampar pipinya jika tak dapat mempercayainya. Je Yoon heran
dengan mereka semua yang datang ke Hanyang.
“Kami di
sini karena tak bisa menangani hidup kami di sana. Sementara Tuan Park mengomel
terus meminta kayu bakar, kau tak ada di sana untuk kami.” Ucap Goo Dul
“Tak terpikirkan
kau akan seperti ini, kau begitu tak berperasaan. Siapa yang akan mengurus
penduduk desa sekarang?” keluh Kkeut Nyeo
“Sesudah
Won Deuk kembali ke istana, kau meninggalkan Desa Songjoo tanpa mengatakan
apa-apa.” Cerita Petugas Park. Je Yoon mengeluh Petugas Park yang masih
memanggil Won Deuk
“Hanya
karena kau punya mulut, bukan berarti kau dapat mengatakan apapun. Kewenangannya
pasti sudah diakui oleh Putra Mahkota. “ ucap Tuan Yeon
“Dia
pasti menyanjung Pangeran Mahkota untuk mendapatkannya.” Keluh Petugas Park. Je
yoon kesal menutup buku yang baca petugas Park. Petugas Park mengaku
“Bisakah
kau membantu kami menjangkau Putra Mahkota? Istana membutuhkan banyak pekerja, aku
ingin bertanya apa Yang Mulia dapat menawarkan kita beberapa pekerjaan. “ kata
Goo Dul
“Aku
minta maaf, tapi itu diluar hak Putra Mahkota.” Jelas Je Yoon. Goo Dul ingin
tahu alasanya.
“Risiko
tinggi diikuti oleh otoritas tinggi. Putra mahkota tak sama dengan seorang
petani.” Jelas Je Yoon. Goo Dul menganguk lalu berbisik bertanya pada istrinya
apakah mengerti yang dikatakan Je Yoon. Kkeut Nyeo mengaku mengerti saja.
“Ngomong-ngomong,
Kenapa Tuan Park menyuruhmu membawakan kayu bakar?” tanya Je Yoon
“Wakil
Perdana Menteri atau apa pun itu yang memerintahkannya. Ini konyol.” Keluh
Kkeut Nyeo marah
Lee Yeol
duduk dikamarnya mengingat kembali percakapan dengan ayahnya.
Flash Back
Raja
menegaskan kalau Wakil Perdana Menteri Kim licik dan cerdik. Jadi Lee Yeol tak
bisa menghadapinya sendirian. Lee Yeol tahu kaalu Menteri Peperangan adalah
orang dari Mentri Kim jadi tak tahu berapa banyak penjaga istana di sisinya.
“Aku tak
seharusnya menggunakan taktik standar melawan si penipu. Aku butuh rencana.”
Kata Lee Yeol
“Apa ada
sesuat .yang bisa kubantu sebagai seorang ayah?” tanya Raja
“Atasi
keingintahuan jangka panjangku.” Ungkap Lee Yeol, Raja bertanya Tentang apa itu.
“Ibu...
Untuk duduk di singgasana, dia pasti menjadi penghalang karena keluarga mantan
raja. Apa itu sebabnya kau memerintahkan untuk membunuh Ibu?” ucap Lee Yeol
“Tidak...
Memang benar keberadaan ibumu merupakan beban. Tapi aku tak tahu mereka akan
membunuhnya. Aku dibodohi.” Akui Raja
“Apa itu
juga perbuatan Wakil Perdana Menteri Kim?” tanya Lee Yeol memastikan
“Sampai
saat itu, aku tak tahu dia sekeji itu... Maafkan aku, Yeol” ungkap Raja. Lee
Yeol pun terdiam mengingat semua percakapan dengan ayahnya.
Hong Shim
duduk diam di luar rumah, terdengar suara berkomentar Hong Shim yang tidur tak
nyenyak. Hong Shim menyapa Lee Yeol dengan panggilan Yang Mulia dan terlihat
kaget karena pagi-pagi datang ke rumahnya.
“Dan
lagi, tanpa suami limited edition di sisimu, kau pasti tak bisa tidur dan
selalu merindukan aku... Aku mengerti perasaanmu.” Ungkap Lee Yeol mengoda.
“Ada urusan
apa kau bangun pagi-pagi dan keluar dari istana?” kata Hong Shim sengaja
mengalihkan pembicaraan.
“Karena aku
ingin bertemu seseorang.” Ungkap Lee Yeol. Hong Shim langsung memohon pada Yang
Mulia, jangan lakukan ini.
“Maksudmu
apa yang jangan dilakukan? Kau pikir aku ingin bertemu siapa?” kata Lee Yeol
“Petugas
Park, Gu Dol, dan Kkeut Nyeo datang ke sini dari desa untuk menemuimu. Mereka
pasti masih tidur, jadi aku akan membangunkan mereka dulu.” Ucap Hong Shim
“Sepertinya,
lain kali saja... Aku harus pergi ke suatu tempat.” Kata Lee Yeol seperti
datang hanya ingin bertemu dengan Hong Shim
“Tapi kau
masih sempat mampir ke sini?” tanya Hong Shim tak percaya
“Jangan
tinggalkan tempat ini bahkan jika kau menemukan kakakmu. Jangan pergi ke mana
pun tanpa izinku. Sesudah urusanku selesai,maka aku akan datang padamu tak
peduli apapun.” Tegas Lee Yeol
Hong Shim
ingin tahu urusan apa yang sedang diakukan sekarang. Lee Yeol bertanya apakah
Hong Shim ingat hari 16 tahun yang lalu. Hong Shim mengaku mengingatnya. Lee
Yeol ingat yaitu Pada malam itu ketika kelopak bunga sakura berguguran.
“Apa kau
ingat yang kukatakan padamu?” ucap Lee Yeol. Hong Shim mengingat
“Apa yang
kukatakan kepadamu?” tanya Lee Yeol. Hong Shim menjawab kalau Lee Yeol berkata
“Aku akan menikahimu.”
“Kupastikan
akan menjaga janji itu.” Ucap Lee Yeol. Hong Shim pun hanya bisa terdiam.
Lee Yeol berdiri
dalam hutan seperti tempat dulu bersembunyi dengan pengawalnya.
Flash Back
Dong Joo
bersembunyi meminta Lee Yeol harus melarikan diri dan akan tetap disini sampai
titik darah penghabisan. Lee Yeol memperingatkan Dong Joo Jangan bertarung
untuknya lagi dan itu perintah. Dong Joo mengaku kalau Misinya adalah
mempertaruhkan nyawanya untuk melindungi
Lee Yeol
“Jangan
melindungiku lagi... Dalam keadaan ini, uruslah dirimu sendiri. Lakukan itu
sebagai teman.” Tegas Lee Yeol
“Yang
Mulia... Aku minta maaf... Kau akan merasa tak nyaman apa pun yang kulakukan.”
Ucap Dong Joo lalu menaruh pedang dileher Lee Yeol untuk mengancam.
Lee Yeol
mengingat semua kenangan dengan Dong Joo sebelum merelakan dirinya agar
mengalihkan pandangan oranb yang ingin membunuhnya. Tuan Yeon membawakan
bungkusan, berisi baju yang dipakaian Lee Yeol saat ditemukan dengan luka panah.
Flash Back
Dong Joo
meminta Lee Yeol agar melepaskan pakaianya dan berikan padanya. Lee Yeol
memperingatakan Jangan mengorbankan hidup Dong Joon untuknya. Dong Joo memberitahu kalau punya teman untuk
pertama kalinya sejak lahir.
“Dan
teman itu pergi ke istana lalu menjadi putra mahkota suatu hari. Aku tak bisa
melihatnya. Sejak saat itu, Mimpiku adalah menjadi penjaga pribadinya dan
melindunginya di sisinya. Jadi Aku akan
bertahan dan tetap berpihak padamu bahkan sesudah kau menjadi raja.” Tegas Dong
Joo
Lee Yeol
menangis memegang baju terakhir yang dipakai oleh Dong Joo, mengingat kembali
yang selama ini dilakukan bersama temanya.
Flash Back
Lee Yeol
dan Dong Joo yang berlatih pedang sedang masih kecil dengan mengunakan tongkat
kayu. Saat di istana, keduanya pun berlatih dengan pedang terlihat Dong Joo
yang bisa dikalahkan oleh Lee Yeol tapi Keduanya sama-sama terlihat bahagia
setelah itu dengan senyuman merekah.
Lee Yeol
masih terus menangis memeluk baju Dong Joo, Je Yoon dan Kwon Hyuk yang
mengantarnya pun tak bisa menahan rasa sedihnya begitu juga Tuan Yeon.
Hong Shim
mengumpulkan semua temanya akalu butuh bantuannya. Goo Dul mengaku kalau Hong
Shim sudah kuanggap sebagai adiknya jadi tak bisa dilakukan jadi meminta agar
mengatakan segera. Hong Shim menegaskan harus
menyelamatkan kakaknya
“Hong
Shim, apa kau punya kakak laki-laki?” ucap Tuan Park kaget.
“Ya. Hong
Shim bukanlah Hong Shim dan Won Deuk bukanlah Won Deuk.” Ucap Goo Dul. Tuan
Park merasa kalau itu hanya Omong kosong.
“Dimana kakakmu?”
tanya Kkeut Nyeo. Hong Shim menjawab kalau Berada di rumah Wakil Perdana
Menteri Kim Cha Eon.
“Tunggu
sebentar... Menyelamatkannya berarti dia tak ke sana untuk bermain. Apa itu?
Apa saudaramu terkunci di rumah Wakil Perdana Menteri?” ucap Tuan Park. Hong
Shim pikir seperti itu.
“Sepertinya
kau sudah gila. Aku harus kembali ke Desa Songjoo.” Kata Tuan Park ingin pergi.
“Apa kau
mencuci tanganmu untuk ini?” sindir Goo Dul. Tuan Park mengaku Bukan hanya
tangannya tapi seluruh tubuh.
“Itu tak
berbahaya. Aku punya rencana.” Kata Hong Shim. Goo Dul menegaskan akan membantu
adiknya yang tercinta.
“Sesudah
aku melakukannya,apa kau akan berbicara dengan Putra Mahkota untukku?” tanya
Goo Dul. Tuan Park terdiam mendengar Putra mahkota
“Tidak
ada seorang pun di luar. Kau ingin aku melakukan apa?” ucap Tuan Park kembali
duduk berhadapan dengan Hong Shim.
Lee Yeol
merasa Banyak yang kehilangan nyawa karena dirirnya. Jee Yoon pikir jangan
salahkan dirinya dan Bagaimana bisa itu salah Lee Yeol. Kwon Hyuk menyarankan
agar menangkaplah Wakil Perdana Menteri dan penggal kepalanya.
“Tidak.
Aku takkan membiarkannya begitu saja. Kematian sebentar dan sesudah itu
datanglah kedamaian. Kehilangan segalanya dan hidup sebagai orang yang tak
hormat. Itu seperti mati setiap hari.” Ucap Lee Yeol
“Aku akan
membuatnya tetap hidup untuk waktu lama dan merasakan sakit setiap saat.” Jelas
Lee Yeol
“Apa yang
harus kita lakukan?” tanya Je Yoon. Lee Yeol terdiam seperti memikirkan sebuah
rencana.
Tuan Kim
mengetahui kalau Putra Mahkota meninggalkan istana diam-diam. Mentri
memberitahu kalau Lee Yeol meninggalkan istana diam-diam waktu subuh, dengan
Petugas pengawal istana dan Jung Je Yoon menemaninya dan yakin kalau pergi ke
Gunung Chunwoo.
“Jung Je
Yoon... jadi Kau berani berpihak pada Putra Mahkota untuk menipuku?!!! Apa
ingatan Putra Mahkota kembali, Atau mereka sedang menyelidikinya” tanya Tuan
Kim
“Aku tak
bisa memastikan. Apa yang harus kulakukan?” tanya Mentri panik
“Kita
harus mengedepankan pertemuan rahasia...Kau Kumpulkan semua orang.” Perintah
Tuan Kim. Mentri menganguk mengerti
Tuan Yeon
mengaku Sepertinya hatinya akan hancur, karene Mereka yang membuat Putra
Mahkota menangis akan berakhir menangis darah. Jadi meminta tolong pada Je Yoon
agar membantu Putra Mahkota sehingga semua orang jahat mendapatkan apa yang
layak didapatkan, dengan nada geram.
“Apa Kau
sangat menyukai Putra Mahkota?” ucap Jee Yoon melihat sikap Tuan Yeon
“Bagaimana
bisa aku tak suka dia ketika putriku menyukainya?” ungkap Tuan Yeon
“Aku iri
padanya.” Kata Je Yoon. Tuan Yoon pikir kenapa harus iri padahal merasa kasihan
padanya.
“Kenapa
kau tak pergi bersamanya?” ejek Je Yoon. Tuan Yeon mengaku ikut karena alasan pribadi.
“Yah,
karena aku ada di Desa Songjoo sekarang, maka aku ingin sekalian menemui
seseorang juga.” Ucap Tuan Yeon.
“Kurasa
itu dia?” kata Je Yoon menunjuk ke arah didepanya.
Ma Chil
berjalan dengan Nyonya Yoon mengomel agar lebih cepat t jalannya. Nyonya Yoon mengaku tak bisa
melangkah lebih jauh jadi meminta agar bisa istirahat, Ma Chi mengomel karena
dianggap omongannya itu adalah bercanda?.
“Berapa
kali harus kukatakan kita harus cepat?” ucap Ma Chil marah dan merasakan
kepalanya dipukul dari belakang
“Orang
kerdil mana yang berani memukulku...” kata Ma Chil sudah siap membalas dan
kaget melihat Tuan Yeon yang datang.
“Kau
masih saja jahat... Ma Chil! Bagaimana bisa kau membuat wanita yang lemah membawa
sesuatu yang begitu berat?” kata Tuan Yeon marah dan sudah siap menampar Ma
Chil. Je Yoon hanya bisa tersenyum melihat sikap Tuan Yeon yang membela wanita
kesukaanya.
Je Yoon
bertanya Untuk apa kayu bakar itu pada Ma Chil. Ma Chil mengaku tak tahu karena Tuan Park memberitahu agar
mereka mengumpulkan kayu bakar. Dan tak pernah memberitahuku alasannya. Je Yoon
mengeluh kalau Ma Chil itu seharusnya tahu alasanya.
“Aku
seharusnya tak mengatakan ini... Aku... dalam misi untuk Putra Mahkota.” Bisik
Je Yoon
“Aku akan
menghubungimu jika mengetahuinya.”
Ungkap Ma Chil penuh semangat.
“Bagaimana
jika kau tak melakukannya? Bagaimana aku bisa mempercayaimu?” kata Je Yoon.
“Kau tak
perlu mempercayaiku Tapi Won Deuk mempercayaiku.”kata Ma Chil
“Kau bilang
Won Deuk? Jangan memanggil dia Won Deuk. Dia Putra Mahkota.” Tegas Je Yoon
ingin Ma Chil bisa menghormati Lee Yeol
“Aku tahu
itu... Wah, aku merindukannya... Sayangku Won Deuk.” Ungkap Ma Chil tersenyum
bahagia.
Soo Ji
akan keluar rumah dikagetkan dengan Lee Yeol sudah berdiri didepan pintu
rumahnya. Lee Yeol pun duduk di ruangan Tuan Kim, Soo Ji berlutut didepanya
memberitahu kalau Ayahnya sedang keluar
jadi akan menemani sampai ayahnya pulang.
“Ini Baru
terpikirkan, sepertinya aku tak pernah mengobrol dengan saudara istriku.” Ucap
Lee Yeol
“Oh,
baiklah, aku tak tahu apa yang harus dikatakan untuk itu, Yang Mulia. Setiap
kali kita bertemu, Aku merasa tak nyaman karena kau bilang merasa tak nyaman. Apa
kau merasa tak nyaman sekarang?” ucap Soo Ji malu-malu
“Ya..
benar.” Kata Lee Yeol. Soo Ji binggung dengan jawaban Lee Yeol
“Akan membantu
jika kita bisa mengobrol sambil minum teh dan makanan ringan.” Kata Lee Yeol
dengan senyuman
“Aku akan
menyuruh para pelayan membawakan camilan enak. Tolong tunggu sebentar.” Kata
Soo Ji bergegas pergi.
Lee Yeol
berusaha mengeledah ruangan Tuan Kim dengan memeriksa laci dan membaca semua
surat yang tersembunyi, lalu memeriksa tempat penyimpanan panah dan busurnya
berbeda dengan sebelumnya. Ia lalu memeriksa lemari dan menemukan sebuah kotak
berisi batu.
“Ini
bukan batu hias.” Ucap Lee Yeol mengetahui ayah mertuanya seperti melakukan
sebuah kebohongan.
Soo Ji
melihat ayahnya pulang lalu memberitahu kalau
Putra Mahkota ada dirumah mereka.
Tuan Kim memastikan kalau anaknya tak membawa Lee Yeol ke kamarnya. Soo Ji dengan bangga kalau sudah
membawa Lee Yeol ke kamar ayahnya, seperti ingin dipuji. Tuan Kim panik berlari
masuk ke dalam kamar.
“Wakil
Perdana Menteri, kau di sini.” Ucap Lee Yeol sedang memegang sebuah pedang.
“Apa yang
membawamu kesini tanpa pemberitahuan?” tanya Tuan Kim
“Apa kau merasa
terhina?” sindir Lee Yeol. Tuan Kim mengaku tidak lalu Lee Yeol memuji Pedang
yang dimiliki Tuan Kim itu bagus.
“Aku
yakin itu bukan sesuatu yang pantas untuk kau miliki.” Kata Tuan Kim
“Bagaimana
jika kita bertarung 1 lawan 1?” kata Lee Yeol, Tuan Kim pikir tak mungkin bisa
mengayunkan pedang di depan putra mahkota.
“Aku
ingat pelatihan dengan seseorang di dalam istana, tapi aku tak tahu dengan
siapa. Aku merasa tak enak karena tak mengasah keahlianku sejak aku kembali.
Putra Mahkota tidak boleh mengabaikan pelatihannya.” ungkap Lee Yeol
Sementara
Hong Shim dkk sedang membuat sebuah rencana,
mereka menghitamkan wajah untuk menyamar. Hong Shim meminta mereka Jangan menganggapnya sebagai pekerjaan yang
rumit, karean meminta merkea Bernyanyi saja dan alihkan perhatian penjaga
setelah itu Serahkan sisanya padanya.
“Kenapa
kita melakukan ini padahal Putra Mahkota dapat dengan mudah menyelesaikan masalah
ini? Dia bisa pergi sendiri dengan para pengawalnya.” Keluh Tuan Park
“Kenapa kau
harus mengeluhkan semuanya? Lakukan saja apa yang kau setujui.” Kata Kkeut Nyeo
“Aku
hanya berpikir itu mungkin berbahaya.” Kata Tuan Park. Goo Dul pun mengaku tak
bisa melakukan ini juga.
“Gu Dol,
jangan seperti ini. Kau tak boleh hidup menjadi seorang pengecut.” Tegas Kkeut
Nyeo
“Bukan
itu.. Tapi Aku bukan orang yang berpakaian seperti Gipsi. Mintalah aku
berpakaian seperti bangsawan sebagai gantinya. Itu akan lebih bisa dipercaya
daripada Gipsi.” Kata Goo Dul. Kkeut Nyoe hanya bisa mengeluh dengan sikap
suaminya
“Cukup
dengan omong kosong dan latih saja lagunya.” Kata Tuan Park, mereka mulai
menyanyi seperti orang yang sedang mabuk.
“Tunggu
saja, kakak. Aku akan menyelamatkanmu. Semuanya akan baik-baik saja. Dia akan
melindungi kita” Gumam Hong Shim yakin.
Di luar
rumah Tuan Kim, Lee Yeol sudah memegang pedangnya meminta Tuan Kim agar Jangan
bersikap lunak padanya karena ia juga tak seperti itu pada ayah mertuanya. Tuan
Kim menganguk mengerti. Mereka pun
akhirnya bertarung dan Lee Yeol sempat terjatuh.
“Kudengar,
kau lebih terampil daripada penjaga pribadi ayahku. Itu pasti benar. Kau sangat
rendah hati.” Ungkap Lee Yeol memuji
“Ada seorang
pria muda bernama Dong Joo. Dia adalah pengawal pribadimu dan seorang teman
lamamu. Kau mungkin mengasah pedangmu dengannya. Sejak dia meninggal, kita akan
menemukanmu pendekar pedang lain untuk berlatih bersama.” Ucap Tuan Kim
“Tidak
perlu.... Sekarang aku haus.” Kata Lee Yeol saat itu tiba-tiba beberapa pria
berpakaian hitam dan mengunakan penutup wajah menyerbu rumah Tuan Kim
“Kawal
Yang Mulia ke dalam.” Perintah Tuan Kim yang sudah siap dengan pedangnya.
Lee Yeol
pun dibawa masuk oleh Soo Ji ke dalam ruangan dan pasti akan aman. Lee yeol
mengaku baik-baik saja, jadi meminta Soo Ji agar pergi keluar dan bantu
ayahnya. Soo Ji pikir tak bisa meninggalkan Lee Yeol sendirian.
“Dan Juga,
ilmu pedangku takkan banyak membantu.” Kata Soo Ji terlihat ketakutan
“Tetap
saja, kau harus melindungi ayahmu. Itu adalah tugas seorang anak.” Kata Lee
Yeol. Soo Ji pun tak bisa mengelak.
Lee Yeol
mengambil pedang dan masuk ke ruangan lainya, lalu menemukan sebuah baju. Ia
membuka pintu dan akhirnya menemukan busur panah yang disimpan dalam jerami.
Itu adalah panah yang digunakan untuk membunuhnya.
Sementara
di halaman, Tuan Kim dan pengawal mencoba melawan para pria berbaju hitam. Soo
Ji hanya melihat dari belakang tak berani ikut melawan.
Di depan
rumah, Hong Shim meminta agar merkea membuat
keributan di halaman depan lalu akan menyelinap ke belakang dan
menemukan kakaknya. Semua sudah terihat compang camping seperti gembel. Hong
Shim mengingatkan mereka kalau Semakin lama mereka melakukan maka semakin baik.
“Jangan
khawatir... Kau melihat kami di hari ulang tahun Won Deuk. Kami membodohi kalian
berdua dengan akting kami.” Ucap Kkeut Nyeo yakin
“Sejujurnya,
Jantungku degdegan sekarang. Apa mereka akan tertipu dengan dandanan lusuh
ini?” kata Goo Dul
“Jangan
mengkhawatirkan itu. Berbeda dengan yang lain, kau terlihat seperti terlahir
sebagai pengemis.” Ucap Tuan Park, Kkeut Nyeo mengeluh kalau Tuan Park juga
seperti itu.
“Jika kau
siap, ayo kita lakukan ini.” Kata Hong Shim. Semua pun bersiap mulai menyanyi.
Tapi
belum sampai di depan pintu, Para pria berbaju hitam keluar dan dikejar oleh
semua pengawal. Ketiganya langsung kembali bersembunyi, Goo Dul merasa tak bisa
melakukannya. Hong Shim pun memutuskan Jangan
hari ini.
“Kalian Pulang
saja ke rumah.” Kata Hong Shim. Dua pria cupu langsung berlari pulang.
“Bagaimana
denganmu?” tanya Kkeut Nyeo khawatir. Hong Shim pikir harus mencari tahu
sesuatu.
“Tidak,
ikut aku. Kelihatannya terlalu berbahaya.” Kata Kkeut Nyeo
“Aku, Hong
Shim, tak mudah merasa takut. Sekarang kembalilah ke rumah.” Ucap Hong Shim.
Kkeut Nyeo pun meminta Hong Shim agar bisa berhati-hati
Lee Yeol
pergi ke sebuah tempat yang terkunci, sementara di dalamnya ada Moo Yeon dengan
mulut dan tangan diikat, tapi berusaha untuk membuka tali mengunakan batu.
Flash Back
Tuan Kim
mencekik Moo Yeon karena punya berbagai
alasan untuk membunuh Putra Mahkota jika tahu,ia ayah kandung bayi So Hye.
Menurut TUan Kim karena Moo Yeon dirinya berada dalam kekacauan sekarang. Ia
padahal sudah mempercayai Moo Yeon.
“Aku akan
menepati janjiku.” Ucap Tuan Kim akhirnya melepaskan tanganya.
“Silahkan
potong tenggorokanku.” Kata Moo Yeon, Tuan Kim mengaku sangat ingin tapi tak
akan melakukanya.
“Demi So
Hye, kau harus hidup. Dia akan melakukan apa saj untuk menyelamatkanmu. So Hye
takkan pergi denganmu, jadi menyerahlah pada impian kosongmu.” Tegas Tuan Kim
“Dia akan
melahirkan bayi Putra Mahkota di istana.. Dia akan menjadi ratu. Lalu Aku akan
memutuskan caraku untuk membunuhmu. Itulah...harga yang harus kau bayar untuk
mencintai putriku.” Kata Tuan Kim. Moo Yeon pun hanya diam saja.
Moo Yeon
akhirnya berhasil membukan ikatan tali dan saat itu pintu seperti dibuka paksa.
Lee Yeol membuka gembok dengan pedangnya, lalu masuk ke dalam ruanga dan
ternyata kosong. Moo Yeon bersembunyi dan melihat Lee Yeol yang datang
“Kau
adalah pembunuh yang dikirim oleh Wakil Perdana Menteri seperti yang diduga.”
Kata Lee Yeol. Moo Yeon panik memilih untuk kabur.
Mereka
pun kejar-kejaran dan tak sengaja bertemu dengan Hong Shim. Hong Shim melihat
kakaknya bertanya Apa yang terjadi karena sangat mengkhawatirnya. Moo Yeon
hanya bisa terdiam, Dibelakang Lee Yeol juga seperti Shock karena Lee Yeol
adalah kakak Hong Shim.
“Kenapa
Yang Mulia di sini?” tanya Hong Shim. Lee Yeol memastikan kalau Moo Yeon adalah
kakak Hong Shim
“Ya...
Apa yang terjadi? Urusan apa yang kau miliki dengan kakakku?” tanya Hong Shim
“Bukan
apa-apa... Sepertinya aku salah orang.” Kata Lee Yeol lalu melangkah pergi.
Hong Shim terlihat binggung dan Moo Yeon sedikit bisa bernafas lega.
Di dalam
ruangan, Tuan Kim melihat sudah tak ada lagi Moo Yeon yang di kurung, lalu
bergumam “Apa kau merencanakan skema ini, Yang Mulia? Aku ragu, tapi sepertinya
kau sudah menemukan kembali ingatanmu.”
Sementara
Lee Yeol didalam kamarnya mengingat kembali kejadian saat Ayah Hong Shim
dibunuh oleh Tuan Kim dan Hong Shim berteriak memanggil ayahnya, Moo Yeon pun
menarik pergi Hong Shim untuk menyelamatkan diri.
“Apa yang
kau renungkan?” tanya Kwon Hyuk melihat Lee Yeol hanya terdiam.
“Apa ada
yang terluka?” tanya Lee Yeol. Kwon Hyuk mengatakan tak ada karena Para
prajurit mengejar mereka tapi berhasil lolos.
“Apa kau
menemukan sesuatu di rumah Wakil Perdana Menteri?” tanya Kwon Hyuk
“Prajurit
yang mencoba membunuhku adalah saudara dari wanita yang kucintai. Aku tak tahu
cara membalaskan dendamku lagi.” Ucap Lee Yeol kebingungan.
Bersambung ke part 2
Udah baca tulisan sinopsis aku 'kan..
hihihi...
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Tinggal Klik disini, buat
yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe akhir tahun
ini
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Lee yeol galau apakah akan balas dendam apa tidak...sedangkan aqu galau karena drama ini akan berakhir...huwaaa😭# Unnie..semangat💪
BalasHapusAku juga sedih karna akan berpisah 😢😢
BalasHapus