PS : All images credit and content copyright : MBN
Keluarga
Go hanya bisa melonggo melihat Ma Sung dan Gi Bbeum pulang dengan basah kuyup.
Ma Sung mengeluh karena Gi Bbeum kembali mengajak ke rumahnya lagi. Gi Bbeum
mengeluh meminta mereka yang menatap seperti itu.
“Apa
Kalian kehujanan? Kenapa tak pakai payung?” ucap Jae Rang
“Kalian
melakukannya... Wah... Sudah melakukannya.” Komentar Sa Rang
“Oh! Apa Kalian
ciuman?” kata Ja Rang, keduanya langsung menyangkal.
“Oh, aku
akan pergi dulu.” Ucap Ma Sung akan pergi. Tuan Joo menahanya bertanya apakah
sudah makan malam
“Aku bisa
makan dirumah.” Kata Ma Sung, Tuan Joo menyuruh Ma Sung makan dulu sebelum
pulang. Ma Sung menolak tapi Tuan Joo menariknya
“Kau bisa
demam Ayoo... Lepaskan... Lepaskan pakaianmu.” Ucap Tuan Joo dibantu Ja Rang
menarik jas Ma Sung yang basah untuk dikeringkan. Tuan Joo heran Ma Sung yang
hujan-hujanan tanpa makan dulu.
Ma Sung
dan Gi Bbeum akhirnya sudah duduk dimeja makan, tatapan mereka masih saja
melonggo binggung. Gi Bbeum meminta
Berhenti memandangi mereka dan lakukan pekerjaan masing-masing. Sa Rang pikir Meski mereka pergi, tetap saja
rumah ini sempit.
“Gonggalppang,
apa kau oplas memangkas rahang? Apa kau memperbesar matamu juga?” tanya Sa
Rang. Ma Sung mengaku tidak.
“Aku melakukan sesuatu yang butuh
pertanggungjawaban.” Kata Gi Bbeum.
“Hei...
Apa katamu? Kau membuat keluargamu kaget.” Bisik Ma Sung panik pada Gi Bbeum
“Dia
punya jutaan anti-fans. Apa kau tak masalah?” ucap Ja Rang
“Ayah,
kau yang besarkan anaknya.” Ucap Sa Rang ingin membela. Tuan Joo terlihat binggung.
“Aku tak
bisa jamin beliau bisa merawatnya dengan baik, kau bisa lihat hasilnya melalui
aku. Aku benar-benar berantakan.” Kata Sa Rang
“Semuanya
jadi salah paham, kau jelaskan pada mereka.” Pinta Ma Sung panik
“Aku akan
pacaran dengan Gong Ma Sung.” Kata Gi Bbeum. Semua kaget seperti tak pecaya.
“Sungguhan...
Aku ingin kita kencan, bukan menikah, cuma kencan.” Jelas Gi Bbeum.
“Kau
harus menikah dengannya agar dapat warisan. Sehingga, kita bisa melunasi
hutang. Dan, kita bisa beli rumah.” Ucap Sa Rang polos
“Kau
butuh persetujuan yang lainnya mengenai kencan ini. Kalau tidak, kau dianggap
penguntit.”Kata Ja Rang
“Berikan
ponselmu, aku akan melaporkan orang ini.” Ucap Sa Rang
“Berhenti
bercanda Atau, aku akan mengusir kalian.” Kata Gi Bbeum
Tuan Joo
langsung menuangkan arak beras untuk Ma Sung. Ja Rang melihat ayahnya sudah terjaga.
Ma Sung binggung Apa artinya itu bertanya pada Gi Bbeum. Tuan Joo menyuruh Ma Sung untuk minum. Gi Bebum memberitahu kalau Alkohol adalah
hidup ayahnya daan Songolmae adalah cintanya juga.
“Akulah
cinta ayah, Joo Sa Rang.” Kata Sa Rang bangga.
“Pak, aku
akan kesulitan pulang kalau mabuk.” Ucap Ma Sung ingin menolak.
“Menginaplah
disini.” Kata Gi Bbeum. Sa Rang berteriak kesal bertanya Kamar mana.
“Kamarkulah.”
Ucap Gi Bbeum. Sa Rang menegaskan kalau itu adalah kamarnya dan menyuruh pergi
saja.
“Aku akan
tuangkan minuman.” Ucap Tuan Joo, Ma Sung pun menerima minuman dari Tuan Joo.
Gi Bbeum
dan Ja Rang mengangkat Ma Sung yang sudah tertidur lelap dikamar. Sa Rang yang
tidur diranjang atas mengeluh karena harus berbagi ranjang dengan pria usia tua
dan sangat Menyebalkan sekali.
“Tolong
maklumi hari ini saja. Aku tidak ingin meninggalkan dia sendiri.” Kata Gi
Bbeum. Ja Rang bisa mengerti lalu masuk ke dalam kamarnya.
“Jangan
khawatir... Aku akan melindungimu sekarang.” Ucap Gi Bbeum mendekati Ma Sung
menarik selimut pacarnya.
Ki Joon
binggung karena Semalaman Ma Sung tak
pulang dan tak bisa dihubungi. Sek Kang panik kaena Ini tak pernah terjadi
sebelumnya dan keadaan seperti ini menjadi gila. Ia memastikan kalau Ma Sung
tak berada dalam masalah.
“Dia
harus membuat masalah di usia segitu. Lagipula dia seorang pria.” Ucap Ki Joon
santai
“Aku
seharusnya tidak mengadu padanya mengenai Joo Gi Bbeum.” Akata Sek Kang
menyesal
“Joo Gi
Bbeum! Mereka sedang bareng sekarang?” teriak Ki Joon menjerit.
Ma Sung
membuka mata melihat di depanya ada foto Gi Bbeum saat masih jadi model. Ia
bertanya-tanya tentang keberadaanya dan binggungTempat apa ini. Saat itu Sa
Rang bangun dengan rambut terkulai seperti hantu. Ma Sung berteriak panik dan
langsung berlari keluar kamar.
Saat itu
Tuan Joo sudah bangun duduk di ruang tengah melambaikan tangan, Ma Sung
terlihat binggung. Ja Rang pun menyapa kakak iparnya, begitu juga Gi Bbeum yang
menyuruh duduk dan sarapan karena sudah menyiapkan sup. Ma Sung masih terlihat
binggung.
“Apa Kau
tak ingat kemarin? Kau benar-benar payah minum alkohol.” Ejek Ja Rang
Saat itu
ponsel Ma Sung berdering terlihat nama
[Galilei] Sa Rang pun mengangkatnya,
Ki Joon bisa tahu kalau yang mengangkatnya pasti bocah dibawah usia 15 tahun
dan bertanya Siapa.
“Kau
pasti bapak-bapak usia 30-an. Apa kau Galilei?” ucap Sa Rang. Ki Jon tak terima
dianggap Ahjussi.
“Siapa
ini?” tanya Ki Joon binggung, Sek Yang ikut menguping juga tak tahu.
Sementara
Ma Sung yang masih kebingungan hanya berdiri, Sa Rang keluar dari kamar
mengodanya Apa baik-baik saja, karena Gi Bbeum tadi malam menyentuhnya. Ma Sung
panik mendengarnya, Gi Bbeum langsung
memukul adiknya dan menyuruh Ma Sung agar cepat duduk agar mereka bisa lekas
pergi. Tuan Joo pun menyuruh Ma Sung agar segera sarapan.
Ma Sung
dan Gi Bbeum berjalan keluar rumah, Ma Sung binggung Kenapa bisa menginap dirumah Gi Bbeum
semalam. Gi Bebum mengaku Terjadi suatu
hal panas diantar mereka kemarin ditengah hujan Jadi, memberinya alkohol dan
membaw ke ranjang.
“Aku
tidak ingin kau pergi.” Kata Gi Bbeum. Ma Sung heran Gi Bbeum yang terus-terang
begitu.
“Dan
Juga, aku merayumu, mengajakmu pacaran. Jadi, meski kau tak ingat, ingatlah
itu.” Kata Gi Bbeum yakin
“Kenapa
aku tidak mengingatnya?” ucap Ma Sung. Gi Bbeum tak percaya kalau Ma Sung bisa
mengingatnya.
“Ya...
Sudah kubilang, aku mengingat semua mengenaimu... Tapi Aku tidak ingat mabuk
dan tertidur... Lalu Aku ingin hal ini dengan sangat jelas.” Kata Ma Sung. Gi
Bbeum bertanya apa maksudnya.
“Kau
menerkam bibirku seperti singa... Oh, masih bisa kurasakan.” Goda Ma Sung
memegang bibirnya. Gi Bbeum hanya bisa mengigit bibirnya.
“Kenapa
kau menahannya begitu lama jika begitu menyukaiku?” ejek Ma Sung
“Aku tipe
orang penanggungjawab jadi bisa sangat
agresif. Kenapa? Apa Perlu aku melakukannya lagi agar kau tak melupakannya?”
kata Gi Bbeum berjalan mendekat.
“Ya,
lakukan lagi agar aku tak lupa.” Ucap Ma Sung sudah memajukan bibirnya, Gi
Bbeum menghindar dan menyuruh mereka cepat berjalan. Ma Sung makin mengado Gi
Bbeum yang kabus.
“Apa aku
melakukan kesalahan kemarin? Mengenai sesuatu yang tidak aku ingat?” tanya Ma
Sung memastikan
“Tidak,
kau cuma tidur. Jangan khawatir soal itu.” Jawab Gi Bbeum. Ma Sung bisa
mengucap syukur.
“Kenapa
kau mendadak mengantarku pulang?” tanya Ma Sung. Gi Bbeum mengaku hanya ingin
menganta saja.
“Kau
memperlakukanku dengan baik karena aku sakit. Kau memasak, menyuruhku menginap,
mengantar pulang, menciumku... Apa perlu aku ambruk saja? Jadi kita bisa
tinggal bareng?” goda Ma Sung
“Bagaimana
kau bisa bersikap seolah tidak terjadi apapun?” keluh Gi Bbeum, Ma Sung tak
mengerti maksudnya.
“Kau
selalu bersikap biasa saja, tertawa dan bercanda. Itu Membuatku kesal tiap
melihatnya. Kurasa aku tidak bisa bersikap seolah baik-baik saja.” Kata Gi
Bbeum
“Kau
sedang melakukannya. Kau hidup tiap hari dan melewatinya.” Balas Ma Sung merasa
Gi Bbeum juga melakukan hal yang sama.
“Kau dan
aku berada dalam situasi yang berbeda.” Komentar Gi Bbeum
“Jatuh
sakit itu adalah fase kehidupan. Semua orang jatuh sakit dan semua orang
meninggal. Jatuh sakit adalah bagian dari hidup. Sama halnya denganmu, aku
melewatinya hari demi hari. Jadi, jangan khawatirkan aku lagi, paham?” tegas Ma
Sung
Gi Bbeum
pun menyuruh Ma Sung untuk masuk saja,
Ma Sung menyuruh agar Gi Bbeum pergi dulu saja. Gi Bbeum melambaikan
tanganya dan melihat Ma Sung yang masuk rumah, seperti bisa bernafas lega bisa
pulang dengan selamat.
Di dalam
rumah
Ki Joon
tak percaya kalau Ma Sung bersama bocah
15 tahun saat ini, Sek Yang heran
Bagaimana Ki Joon bisa tahu usianya hanya dari suara, Ki Jon memberitahu kalau
Rata-rata penggemarnya adalah bocah SMP, jadi Suara pembangkang dan kurang ajar
persis seperti bocah usia 15 tahun.
Saat itu
terdengar suara kunci rumah ditekan,
Keduanya langsung bergegas ke depan pintu karena tahu Ma Sung akhirnya
pulang. Ma Sung melihat keduanya ada dirumah mengeluh kalau sebaiknya menaruh
gembok dipintu rumahnya.
“Apa ini
taman bermain. Apa yang kalian lakukan disini?” keluh Ma Sung melihat dua orang
yang mudah masuk ke rumahnya.
“Dimana
kau tidur semalam dan kenapa tak angkat telepon? Apa kau bersama bocah SMP?”
ucap Ki Joon panik begitu juga Sek Yang. Ma Sung binggung, tapi akhirnya bisa
mengerti siapa yang dimaksud.
“Hyung,
apa kau sudah gila? Jadi, Apa kau tidak bersama Joo Gi Bbeum semalam?” ucap Ki
Joon.
“Ya,
bocah itu adalah adik Joo Gi Bbeum.” Balas Ma Sung bangga
“Kenapa
adiknya yang angkat ponselmu? Apa kau tidur dirumah Joo Gi Bbeum semalam?”
tanya Ki Joon.
“Aku makan,
mabuk, dan saat aku bangun, aku berada di ranjang Joo Gi Bbeum.” Cerita Ma Sung
Ki Joon
langsung menutup telinganya menyakinkan kalau itu tidak benar. Ma Sung makin
mengoda kalau Gi Bbeum bahkan mengeringkan pakaiannya dengan menyuruh Ki Joon
mencium aromanya. Ki Joon makin histeris menyakinkan kalau itu bohong.
Gi Bbeum
mengambar baju dikertas, lalu terhenti mengingat yang dikatakan Tuan Kim
sebelumnya.
“Otaknya
tidak normal! Ingatannya datang dan hilang. Dia seharusnya menjadi dokter
terbaik. Di kepalanya, akan segera menghilang. Itu semua karena kau.” Ucap Tuan
Kim
Gi Bbeum
seperti masih merasa bersalah, tapi menyakinkan dirinya itu bukan salah
dirinya.
Dokter
Yoon melihat hasil CT Scan, menjelaskan kalau Ini mirip dengan permulaan
Alzheimer yaitu melupakan ingatan terkini sebelum mengenang masa lalu.
“Seperti
halnya pertemuan yang kau sepakati dengan Ben terakhir kali. Untuk sekarang,
itu jadi ingatan terkini.” Jelas Dokter Yoon.
“Pada
akhirnya, aku akan melupakan masa lalu. Aku akan berakhir dengan melupakan
semua orang disekitarku.” Komentar Ma Sung
“Dengan
masalah di otakmu, indra perasa dan penglihatanmu, semua indra itu akan
menurun. Kelak, kau bahkan tidak akan bisa makan. Pemulihan akan sulit, tapi
kau sudah bertahan dengan baik.Kita perlu cari cara terbaik untuk
memperlambatnya.” Ungkap Dokter Yoon yang terdengar khawatir.
“Bibiku
tahu mengenai kondisiku.” Kata Ma Sung, Dokter Yoon pura-pura tak tahu.
“Mungkin
saja dari direktur Yeo. Bukankah kentara?” kata Dokter Yoon, Ma Sung hanya
tersenyum.
“Apa Kau
berfikir begitu?” ucap Ma Sung dengan nada menyindir. Dokter Yoon terdiam
seperti merasa gugup.
“Kau
tahu, kecurigaan adalah salah satu gejalaku... Dr. Yoon... Aku tidak akan
melepas Pusat Pengobatan. Aku akan mempertahankannya sampai akhir.” Tegas Ma
Sung. Dokter Yoon pikir itu harus seperti itu.
Direktur
Yeo terlihat marah karena Sudah memperingatkan, Jika Dokter Yoon menyeret
masalah seperti ini, sebaiknya lupakan terkait cabang Rumah Sakit. Begitupula
dengan para eksekutif. Dokter Yoon hanya bisa terdiam, begitu juga Nyonya Gong
“Jika
tetap seperti ini, apa yang akan kau lakukan? Apa lagi?” kata Direktur Yeo
geram.
“Aku
tidak akan menyerah pada cabang Rumah Sakit baru.” Ucap Dokter Yoon yakin.
“Bagaimana
caranya? Tn. Gong sudah mempertegas menolaknya. Apa ada sesuatu yang tidak aku
ketahui?” ucap Direktur Yeo melihat sikap keduanya. Akhirnya Nyonya Gong
meminta Direktur Yeo keluar saja.
Setelah
direktur Yeo keluar, Nyonya Gong membahas
Ma Sung mulai mengingat saat kecelakaan, lalu bertanya Berapa lama harus menahan diri dan menunggu, karena
Dokter Yoon mengatakan masalah pada ingatannya sudah dimulai.
“Apa ada
hal lain yang jadi masalah?” tanya Nyonya Gong
“Aku
yakin kau perlu fokus pada pergantian emosional Tn. Gong... Sejujurnya, dia
menyebut seorang wanita yang selalu di ingatnya. Dia tengah mengalami waktu
sulit. Namun, dengan keterlibatan emosionalnya akan wanita itu, Aku yakin
otaknya mulai alami perubahan” cerita Dokter Yoon.
“Kau
bilang Wanita? Apa Maksudmu wanita ini terlibat?” tanya Nyonya Gong
memperlihatkan foto Ha Im.
“Bukan
dia.” Ucap Dokter Yoon. Nyonya Gong kaget dan ingin tahu siapa wanita itu.
Ma Sung
diruangan binggung karena menelp seseoranbg yang tak diangkat. Akhirnya Sek Yang mengangkat dengan nada
bisik, Ma Sung ingin tahu keberadaan Sek Yang karena angkat ponselnya, lalu
mengomel karena belum bawakan foto-fotonya jadi meminta agar cepat datang.
“Aku
tidak bisa sekarang.” Ucap Sek Yang lalu menutup telpnya. Ma Sung binggung
tiba-tiba telpnya ditutup
Sek Yang
sedang duduk di depan Nyonya Gong dengan
Dokter Yoon. Nyonya Gong menyindir Sek Yang sudah mengkhianatiku lalu sekarang
masih hidup, menurutnya apakah Ma Sung menyelamatkannya. Sek Yang menegaskan
kalau sudah janji tidak berkata apapun mengenai Nyonya Gong.
“Tentu
saja, kau harus melakukanya, Itulah kenapa aku masih membiarkanmu hidup.” Ucap
Nyonya Gong, Sek Yang binggung apa maksudnya.
“Setelah
kasus rapat eksekutif terakhir, Ma Sung pasti percaya dan bergantung lebih
padamu jadi, dia mungkin memberitahumu segalanya. Apa benar Ma Sung mengingat
saat kecelakaan?” tanya Nyonya Gong
“Aku
tidak begitu tahu soal itu.” Jawab Sek Yang. Nyonya Gong tak percaya kalau Sek
Yang tidak tahu
“Kalau
begitu, apa kau sudah pastikan menyingkir yang kuperintahkan?” ucap Nyonya
Gong. Sek Yang melihat foto Gi Bbeum pada tab.
“Yang Woo
Jin... Kau tak perlu bekerja di departemen perencanaan untuk memiliki rumah impianmu.
Ini adalah kesempatanmu untuk hidup sebanyak yang kau inginkah... Kau cukup
memberitahuku.” Kata Nyonya Gong memberikan penawaran.
“Maafkan
aku, aku sungguh tidak tahu apapun.” Ungkap Sek Yang tak ingin bicara.
“Kesetiaan
hanya dimiliki oleh anjing. Apa Pikirmu Ma Sung kelak masih mengingatmu? Jadi
Apa yang akan terjadi padamu kalau begitu?” sindri Nyonya Gong. Sek Yang tetap
diam.
Nan Joo
dn dua assitantnya sedang bercanda sambil tertawa bahagia. Saat Ha Im datang
semua langsung terdiam dan menunduk. Ia mengeluh mereka berhenti tertawa saat
datang dan berpikir kalau mereka sedang menggunjingnya.
“Tidak
mungkin, mana berani kami melakukan” ucap Nan Joo sambil berisik kalau Ha Im
itu selalu tersinggung.
“Seperti
apa Joo Gi Bbeum selagi masih beken? Apa kru berhenti tertawa saat dia muncul?”
tanya Ha Im.
“Tidak
pernah seperti itu, setiap detik selalu menyenangkan.” Ungkap Nan Joo. Ha Im
mengeluh kalau itu pasti tak mungkin.
“Joo Gi
Bbeum mungkin stress karena Kim Bum Soo. Bagaimana dia meluapkan stressnya
dulu?” tanya Ha Im.
“Kami
membantunya.... Kami membantu mengutuk pria itu dan menggunjingnya sampai dia
merasa baikan. Kami pergi minum dan karaokean.” Cerita Nan Joo.
“Kenapa
kau tak melakukan itu padaku? Kenapa kau tak memihakku dan mengumpat bersamaku?
Ada isu beredar kalau Joo Gi Bbeum lancang juga.” Kata Ha Im marah
“Ada dua
jenis lancang, yaitu Lancang ala Joo Gi Bbeum dan Ala Lee Ha Im.” Jelas Nan
Joo. Ha Im tahu apa saja itu.
“Tingkat
kelancangan Joo Gi Bbeum cukup bisa dimaklumi meski paling buruk sekalipun. Bahkan
setelah kepergiannya sekalipun, kau masih punya hubungan baik. Di lain sisi,
Lee Ha Im...” kata Nan Joo. Ha Im dengan sinis bertanya kenapa dengan dirinya.
“Tingkat
kelancangannya melampaui segalanya dan benar-benar terburuk. Kau tak bisa
memperbaikinya meski kita bertemu di kehidupan lain.” Ucap Nan Joo mengeluarkan
semua unek-uneknya.
“Kau
selalu saja membawa barang sampah!” kata Ha Im kesal mengembalikan anting lalu
kembali ke ruang tunggu.
“Wahh.
Dia begitu lagi. Kenapa dia bertanya hal yang membuatnya kesal?” keluh Nan Joo
seperti biasa melihat tingkah Ha Im.
Min Chul
berbicara di telp sambil meminta maaf,
lalu berjalan perlahan ingin memberitahu Ha Im. Ha Im langsung melarangnya dengan anda
sinis, Min Chul serba salah karena Ha Im
bahkan tidak tahu apa yang akan dikatakan.
“Kau
memakai suara dan raut wajah seperti itu untuk berkata akan berhenti ke 1,095
kali.” Komentar Ha Im
“Aku
berkata hal yang sama untukmu ke 1,095 kalinya.” Balas Min Chul
“Sebaiknya
kau jangan berhenti. Aku akan menyebar isu kalau kau manajer terburuk seperti
sampah.” Ancam Ha Im
“Oh,
kalau begitu...Aku akan membongkar segalanya mengenaimu.” Kata Min Chul. Ha Im
binggung
“Jika kau
mengancamku untuk tidak berhenti, Aku akan kunjungi fancafemu , media sosial,
dan mengumpulkan para wartawan...” kata Min Chul
“Kau
Bongkar saja.” Ucap Ha Im. Min Chul tak percaya mendengarnya.
“Tapi,
aku tetap tak akan biarkan kau berhenti.” Kata Ha Im. Min Chul dibuat bingung,
Ha Im pun menyuruh Min Chul agar mengambilkan minum saja.
Ha Im
yang kesal melempar naskahnya dan melihat judul draman yang dimainkanya [Orang
Kesepian Yang Mencintaiku] Lalu bertanya-tanya apakah mereka membencinya
seperti itu.
Ma Sung
melihat semua foto lalu bertanya apakah tempatpembuat tato di lokasi kejadian
ada sebanyak ini, Sek Yang dengan kacamata hitamnya memberitahu kalau Ada
banyak toko kecil di jalanan, bahkan Ada lusinan toko tutup dan buka selang
tiga tahun terakhir.
“Apa kau
yakin kau datang ke tempat tato hari itu?” ucap Sek Yang, Ma Sung juga tak
tahu.
“Hidupmu
tengah dipertaruhkan disini, apa yang berusaha kau cari?” keluh Sek Yang. Ma
Sung kaget melihat Sek Yang memakai kacamata hitam.
“Aku juga
tidak suka cahaya.” Kata Sek Yang beralasan. Ma Sung malah mengejek Sek Yang
pasti senang menirunya dan itu sangat seru.
“Kau Sadarlah,
bisa tidak?” keluh Sek Yang. Ma Sung meminta agar melepas kaca matanya,krena seperti
orang congkak.
“Juga,
kenapa kau tidak angkat ponselmu?” keluh Ma Sung lalu tersadar saat Sek Yang
melepaskan kacamata dan terlihat menangis
“Tidak,
polusi debu halus kian memburuk.” Kata Sek Yang mencari alasan.
“Apa kau
menemui bibiku karena polusi debu halus kian memburuk?” sindir Ma Sung
Sek Yang
tak percaya kalau itu bisa terlihat, Ma Sung mengaku sangat terlihat jadi
menyarankan sebaiknya tidak mengkhianatinya lagi. Sek Yang berjanji tidak akan
berkhianat pada Ma Sung dua kali, tapi menurutnya Ma Sung yang bukan keluarga
atau kekasih.
“Bibiku
sangat penasaran pada kesehatanku, kan?” ucap Ma Sung, Sek Yang terlihat
frustasi membungkukan badan di sofa.
“Ketua
Gong berusaha merampas Pusat Pengobatan dan sahammu. Aku kasihan padamu, Bos.”
Ucap Sek Yang kesal sendiri.
“Kau
khawatir tidak ditempatkan di departemen perencanaan. Makanya sekarang kau bersandiwara,
kan?” ejek Ma Sung
“Dasar Kau
jahat, Wahh.. sungguh.... Bukan seperti itu, Jika terjadi sesuatu yang buruk
padamu, tamatlah aku. Jadi, kau harus fokus dan bertanggungjawab akan diriku.”
Tegas Sek Yang
“Kenapa
aku harus bertanggung jawab untukmu?” ucap Ma Sung
“Kalau
begitu, siapa yang akan bertanggung jawab untukku?” balas Sek Yang
“Kau yang
seharusnya tanggung jawab untuk dirimu sendiri dan aku juga.” Tegas Ma Sung
Sek Yang
mengeluarkan surat pengunduran dirinya, Ma Sung mengeluh dan langsung
merobeknya, bertanya-tanya punya surat berapa banyak. Sek Yang mengeluarkan
kembali dari saku bajunya.
Gi Bbeum
menjahit pakaian dengan badan yang ada ditoko, Nan Joo pulang kaget melihat Joo
Gi Bbeum ada ditempatnya lalu bertanya
Ada apa dengan temanya, Kemana pergi seharian kemarin. Gi Bbeum meminta
saaf, karena Nan Joo pasti khawatir.
“Kemarin
mendadak terjadi sesuatu.” Ungkap Gi Bbeum
“Kim Bum
Soo, pria sialan itu. Seharusnya aku mematahkan semua tulangnya.” Ucap Nan Joo
mengumpat marah
“Tidak,
aku melewatkan audisi bukan karena Kim Bum Soo.” Kata Gi Bebum. Nan Joo
binggung kalau memang bukan apa alasanya.
“Sesuatu
yang lebih penting dari audisi muncul.” Kata Gi Bbeum. Nan Joo lalu melihat
yang dibuat Gi Bbeum bertanya semua apa itu.
“Hadiah
untuk Gong Ma Sung.” Kata Gi Bbeum. Nan Joo tahu pasti Terjadi sesuatu.
“Katakan semuanya
padaku. Apa itu?” tanya Nan Joo penasaran. Gi Bbeum mengaku bukan itu. Gi Bbeum
ingin bercerita sambil menangis.
“Aku tahu
aku tidak beruntung... Aku tahu itu semua salahku...” ucap Gi Bbeum menangis.
“Ada apa
denganmu? Jangan menangis.” Tanya Nan Joo panik.
Nan Joo
mendengar cerita Gi Bbeum tak percaya kalau Kim Bum Soo memang sampah dan sebaiknya menjahit mulutnya. Ia
merasa kalau kecelakaan Gong Ma Sung jadi salah
temanya. Gi Bbeum yakin kalau memang benar itu salahnya.
“Kalau
saja kami tidak bertemu hari itu. Kalau saja kami tidak sepakat bertemu
kembali. Kalau saja kami tidak jatuh cinta, maka tidak akan terjadi sesuatu
padanya.” Kata Gi Bbeum sedih
“Itu
adalah takdir kalian. Kau bertemu dan berpisah dengannya tiga tahun lalu. Itu
juga takdir kalian bertemu kembali saat ini.” Ucap Nan Joo. Gi Bbeum mengeluh
takdir seperti apa ini.
“Kau tahu
aku punya wasir, kan? Jika kubiarkan, wasirnya akan memburuk. Siapa yang tidak
jatuh sakit di dunia ini? Lalu memang kenapa kalau dia punya masalah pada
ingatannya? Itu bukan berarti dia langsung mati.” Jelas Nan Joo menyakinkan.
“Benar...
Aku harap tidak terjadi hal buruk padanya. Aku ingin segala hal cepat berlalu
dan kami baik-baik saja.” Kata Gi Bbeum berharap.
“Gong Ma
Sung benar-benar punya penyakit romantis cocok dengan penampilannya.” Ungkap
Nan Joo. Gi Bbeum binggung apa maksudnya. Romantis.
“Bagaimana
ini bisa dikatakan romantis? Kau menyimak tidak yang aku katakan?” keluh Gi Bbeum
“Dia
kesulitan mengingat hal lain, tapi mengingatmu... Contohnya, saat kalian
ciuman... Itu saja yang bisa di ingatnya... Kelak, kalian berdua mungkin saja
melakukan sesuatu lebih jauh... Oh, kepalanya akan jadi... Itu saja yang ada di
kepalanya.” Komentar Nan Joo sambil membayangkan.
“Apa ada
hal lain yang lebih romantis dari itu? Apa ada pria lain dengan penyakit
seperti itu? Pria yang hanya mengingat Nan Joo.” Kata Nan Joo terus
membayangkanya.
“Nan
Joo... Kau menanggapinya terlalu jauh... Jadi Lupakan itu dan minumlah.” Kata
Gi Bbeum.
Gi Bbeum
sadar kalau dirinya mabuk lagi lalu menganggap Nan Joo sebagai ass-nya dulu
jadi meminta agar dibawakan minum, Nan
Joo memberitahu kalau Airnya ada disamping Gi Bbeum sekarang. Gi Bbeum mengeluh
kalau tenggorokannya sakit.
“Butuh
tiga botol untuk membuatnya muncul, si artis top.” Kata Gi Bbeum bangga. Nan
Joo pun memberikan minum
“Hei.... Kau
harus tarus sedotan dulu.” Jerit Gi Bbeuum dengan gaya artisnya.
Ma Sung
membaca kembali catatan harianya hanya sebaris,
[Kerusakan ingatan lupa, muncul ingatan...] lalu mengingat apa yang
dikatakan Tuan Kim “Kau seharusnya tidak begini padaku. Aku tahu banyak soal
dirimu. Kau penasaran mengenai hal yang aku ketahui, kan?”
Ia
mencoba membaca tulisan yang lain dan mengingat yang dikatakan Nyonya Gong.
“Pusat Pengobatan...Lepaskan
segala yang kau miliki dan mengundurkan diri. Lagipula, kau tidak punya banyak
waktu. Tapi, betapa bersyukurnya Segera, kau tidak akan mengingat ini.”
Tapi Ma Sung masih bisa mengingatnya dan terdengar
bunyi bel.
Ma Sung
melihat wajah Nan Joo di interkom lalu berkata kalau tidak memesan apapun. Nan
Joo memberitahu kalau datang mengantar Gi Bbeum. Ma Sung binggung dan saat itu
Gi Bbeum keluar dari balik badan Nan Joo memperlihatkan gaya imutnya.
“Tolong
buka pintunya. Buka pintunya... Cepat.” Ucap Gi Bbeum. Ma Sung melihat Gi Bbeum
berpikir kalau sedang mabuk.
Nan Joo
akhirnya masuk melihat rumah Ma Sung yang besar lalu menyapa Ma Sung sudah
menunggu didepan pintu. Ma Sung mengeluh
melihat merkea yang masih pakai sepatu dan juga melihat Gi Bbeum si wanita
mungkin bertingkah seperti itu.
“Itu efek
alkohol. Dia tergelincir pada saat tiga tahun lalu... Artis top.” Ucap Nan Joo
yang juga setengah mabuk tapi masih sadar. Ma Sung binggung Ma Sung yang
mengangap dirinya Artis top.
“Jadi Silakan
masuk dan bicaralah.” Ucap Nan Joo akan membawa Gi Bbeum masuk.
“Maaf,
tapi aku keberatan kalau masuk...” kata Ma Sung, Nan Joo curiga berpikir ada
sesuatu di dalam. Ma Sung pikir kalau mereka baru saja bertemu.
“Kalian
bicaralah berdua... Aku akan menunggu diluar.” Kata Nan Joo pada Gi Bbeum sebagia Artis top. Ma Sung hanya
terdiam.
“Kalian
sebaiknya bicara pakai kata-kata.” Pesan Nan Jooo bergegas pergi, Ma Sung melihat
Gi Bbeum tak bisa berdiri memastikan kalau kau baik-baik saja
“Tn.
Gonggalppang...” ucap Gi Bbeum. Ma Sung mengeluh Gi Bbeum yang seharusnya tak
minum dan mengajaknya masuk. Gi Bbeum memantulkan kepalanya ke kanan dan kiri
seperti sedang menari berulang-ulang
“Hei... Bisakah
diamkan kepalamu, itu membuatku pusing.” Keluh Ma Sung sambil tersenyum. Gi
Bbeum meminta Ma Sung agar mengawalnya dengan mengawalnya.
“Oh, Apa
karena kau seorang artis top? Baiklah, Aku kawal” ucap Ma Sung memegang tangan
Gi Bbeum untuk melawanya.
“Lakukan
dengan benar.” Keluh Gi Bbeum. Ma Sung mengeluh kalau ini berlebihan dan
mengikuti permintaan Gi Bbeum untuk masuk.
“Berhenti,
Berhenti, Berhenti!... Ini buatmu.. Yaitu Untuk satu-satunya penggemarku,
sesuatu yang sangat khusus... Hadiah dari idola.” Kata Gi Bbeum membelikan
hadiah.
“Kau
bilang Hadiah dari idola? Jadi, idola beken datang sendiri ke rumah penggemarnya
untuk kasih hadiah?” kata Ma Sung mengejek
“Dan
Juga, fan service lain untukmu, 10 detik pelukan.” Kata Gi Bbebum memberikan
pelukan.
Ma Sung
menerima pelukan dengan wajah bahagia, Gi Bbeum mulai menghitung 10 detik dan
ingin melepaskanya, Ma Sung menahanya,
meminta agar meLakukan fan service lagi. Gi Bbeum memberikan kedipan
mata yang masih terlihat mabuk. Saat itu Ma Sung pun memberikan ciuman untuk Gi
Bbeum.
“Aku
mencintaimu, idola bekenku, Joo Gi Bbeum.” Ucap Ma Sung dengan menahan senyum.
“Kalau
begitu, fan service cukup sampai disini... Selamat malam... Aku pergi dulu.”
Kata Gi Bbeum. Ma Sung ingin mengantar tapi Gi Bbeum menyuruh agar tak keluar
karena dirinya sibuk. Ma Sung khawatir melihat Gi Bbeum bisakan pulang walaupun
mabuk.
Ma Sung
membuka kotak yang diberikan Gi Bbeum, yaitu bonea dan juga baju dengan gambar
Gajah yang dijahit, lalu berkomentar kalau itu sangat menggemaskan sekali. Ada
sebuah kartu dibawahnya, Ma Sung pun membacanya.
“Jimat
gajah - Gajah mengingat orang yang ditemui mereka selama beberapa dekade.
Mereka rupanya tidak melupakan sesuatu yang dijumpai sebelumnya.”
Ma Sung
terus tersenyum membaca tulisan Gi Bbeum lalu terharu.
Ha Im
melihat foto-foto Ki Joon dari ponselnya, wajahnya tersenyum., Ma Chil datang
memberikan kopi., Ha Im berpikir kalau belum menemukan artikel apapun atau
belum membongkarnya Ma Chiil pikir tak sanggup melakukannya.
“Kenapa
tidak? Lakukan saja... Maka, aku akan membongkar juga.” Kata Gi Ha Im
Saat itu
ada kegaduhan kalau seseorang yang tidak
dihubungi. Ha Im heran karena dari tadi berisik sekali. Man Chil memberitahu
kalau Aktornya mengalami kecelakaan dan berhalangan datang dan Sutradara marah
karena Ini adegan penting.
“Apa yang
akan kau lakukan mengenai segala penopang dan perlengkapannya?” ucap Manager.
Di atas
tempat tidurnya, Ki Joon terlihat kesal dengan Gong Ma Sung saat itu Ha Im
menelp dan langsung dijawab dengan ketus karena suasana hatinya sedang buruk
sekarang. Ha Im tahu kalau Ki Joon ingin beraktin dan menawarkan sebuah peran.
“Peran?..
Oh, kalau kau bisa memberiku peran, aku akan sangat bersyukur.” Kata Ki Joon
dan langsung berlutut dengan wajah bahgaia.
Bersambung ke part 2
Review Terius Behind Me Episode 1-2
Review Terius Behind Me Episode 3-4
Review The Third Charm Episode 1
Review The Third Charm Episode 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar