PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Hong Shim
sudah menyiapkan makanan untuk suaminya lalu melihat Won Deuk sudah pulang dan
bertanya apakah sudah diselesaikan dengan baik. Won Deuk terdiam menatap Hong
Shim dengan tatapan kebingungan. Hong Shim pikir Won Deuk pasti melelahkan.
“Sini
duduk. Ayo kita makan malam.” Ucap Hong Shim bersemangat.
“Kenapa
kau mengirimku ke sana?” tanya Won Deuk. Won Deuk mengatakan kalau ada sesuatu
yang harus diketahui.
“Seperti
kenyataan kalau aku bukan Won Deuk?” kata Won Deuk terdengara marah. Hong Shim
membenarkan.
“Tepat...
Kau bukan Won Deuk.” Jelas Hong Shim
“Jika aku
bukan Won Deuk, lalu siapa aku?” tanya Won Deuk. Hong Shim kebingungan dan
mengaku tidak tahu.
“Lalu
kenapa kau berbohong dan mengatakan bahwa aku Won Deuk?” tanya Won Deuk
terdengar marah
“Putra
Mahkota memerintahkan kita untuk menikah, tapi aku tidak mau. Aku diseret ke
Biro Hakim. dan menghadapi 1 dari 2 pilihan. Aku bisa dipukul sampai mati atau
menjadi selir Tuan Park. Itulah kenapa... aku memanfaatkanmu. Kupikir aku bisa pura-pura
menikahimu.” Akui Hong Shim.
“Lalu
kenapa, sekarang memberitahuku bahwa aku bukan Won Deuk? Apa kau tidak
membutuhkanku lagi karena sudah selesai? Yang ingin kau lakukan adalah
berpura-pura dalam pernikahan. Apa kau tiba-tiba... merasa terbebani karena aku
ingin tidur denganmu?” ucap Won Deuk marah
“Kau
dapat berbuat semaumu dan menceraikanku jika itu yang kau inginkan. Sampai
ingatanmu kembali, kau boleh tinggal di sini selama yang kau suka. Aku menempatkanmu
dalam kekacauan ini, jadi aku akan melakukan apa pun yang kau mau.” Jelas Hong
Shim.
“Perasaanku....
harus dibagaimanakan perasaanku?” kata Won Deuk berjalan pergi. Hong Shim
memanggil Won Deuk untuk menenangkan.
“Jangan memanggilku
dengan nama itu lagi... Aku... bukanlah Won Deuk...”tegas Won Deuk lalu berjalan
pergi.
Won Deuk
berjalan keluar rumah mengingat kembali jadian sebelumnya, saati ituai berpikir
kalau nama Won Deukxsepertinya asing baginya. Saat ditangkap oleh Bibi pemilik
bar menanyakan siapa dirinya, Won Deuk kebingungan menjawab siapa dirinya.
“Mungkinkah
aku menjadi lebih bodoh? Aku seorang pria yang tidak mengenal diriku.” Gumam
Won Deuk menatap ke arah rumah dengan lampu yang menyala.
Hong Shim
duduk diam sambil menjahit, mengingat kembali saat bersama dengan Won Deuk.
Flash Back
“Aku
tidak akan melakukan apa yang kau katakan. Karena aku tidak dapat menerima
bahwa aku Won Deuk.” Ucap Won Deuk
“Kau
membuat janji, apa kau ingat? Kau bilang akan membuatku bahagia. Jika aku menikahimu,
kau bilang akan melakukan apapun untukku.” Kata Hong Shim mengaitkan jeri
kelingkingnya.
“Kenapa
aku pernah menjanjikanmu itu?” tanya Won Deuk
“Karena
kau mencintaiku.” Ungkap Hong Shim.
Hong Shim
keluar dari rumah melihat sepatu yang ada di depan kamar. Won Deuk berbaring
dengan lengan tanganya menjadi bantal. Saat merasakan Hong Shim masuk, matanya
langsung tertutup berpura-pura tidur.
Saat itu
Hong Shim menatap Won Deuk yang sedang tertidur, lalu mengambil bantal dan
menaruh diatas kepala suaminya. Ia juga memberikan selimut agar tak kedingingan,
sebelum keluar menatap baju putih yang digantung lalu keluar dari kamar.
Won Deuk
membuka matanya kembali, hanya terdiam merasakan kepedulian Hong Shim padanya.
Lalu menarik bantal yang diberikan Hong Shim agar tidur dengan nyenyak.
Moo Yeon terbaring
dengan luka yang sudah diberikan obat, dua temanya menemani disampingnya. Suara
So Hye bertanya apakah bisa membuka pintu sebentar. Keduanya pun membuka pintu
agar So Hye bisa melihat keadaaln Moo Yeon.
“Di mana
tabibnya?” tanya So Hye. Salah satu pria menjawab tabibakan kembali besok pagi
dan beruntung keadaan Moo Yeon tidak kritis.
“Lalu,
kenapa dia belum bangun?” tanya So Hye terlihat khawatir dan juga marah
“Kita
perlu menunggu kepulihannya.” Jelas Si pria.
So Hye
keluar dari rumah melihat ayahnya sedang ada ditaman. Tuan Kim berkomenatr
kalau anaknyakeluar dari istana jauh dari kesialan, tapi hampir terlibat dengan
masalah yang lebih buruk. So Hye berpikir kalau ayahnya yang mencoba membunuh
Moo Yeon.
“Jika aku
berencana membunuhnya, aku tidak akan membaringkannya di ruang tamu.” Tegas
Tuan Kim
“Lalu
kenapa kau tidak melakukan apa-apa? Ini cukup bagimu untuk mengumpulkan para
pejabat lain dan membuat skema melawan Ratu.” Kata So Hye marah
“Lalu Aku
harus menjelaskan tentang dia pada semua orang.
Apa kau ingin aku mengadakan interogasi dan mengaku salah satu
prajuritku tertembak dengan panah atas nama Putri Mahkota? Mengungkap kejadian
ini tidak akan menguntungkan bagi kita.” Jelas Tuan Kim
“Kudengar
kau bersama Moo Yeon sendiri bahkan tanpa Pelayan Kang denganmu. Putri Mahkota
di luar istana seharusnya tidak membiarkan orang lain melihat bersama pria
lain.” Tegas Tuan Kim
“Dia
sudah memberikan kontribusi yang luar biasa bagiku. Kupikir aku harus membayar
harga untuk mencegah masalah yang mungkin terjadi.” Komentar So Hye.
“Kau
Pergi istirahatlah... Jika kau kehilangan bayimu, maka semuanya akan sia-sia.”
Ucap Tuan Kim.
Tuan Yeon
terlihat bahagia membawa dua butir telur ditanganya, lalu melihat Hong Shim
keluar dari rumah bertanya Mau kemana pagi-pagi begini. Hong Shim mengatakan
kalau pergi untuk memilih tanaman obat. Tuan Yeon pun menyuruh Hong Shim agar
Cepat pulang.
“Kau
ambil ini sebelum pergi... Aku mendapat ini dari Gu Dol. Lalu Bagikan ini dengan
Won Deuk saat sedang panas.” Kata Tuan Yeon penuh semangat.
“Dia
bukan Won Deuk lagi.” Kata Hong Shim. Tuan Yeon binggung apa maksudnya.
“Aku
bilang kepadanya bahwa dia bukan Won Deuk.” Akui Hong Shim. Telur yang dipegang
Tuan Yeon langsung jatuh dan pecah.
“Kenapa
kau tidak mendengarkanku? Sudah kubilang
kita harus menunggu sedikit lebih lama. Jadi, Apa yang dia katakan? Bagaimana?”
tanya Tuan Yeon panik
“Dia
tidak mengatakan apa yang akan dia lakukan.” Ucap Hong Shim
“Kau
harus memastikannya dahulu. Ini bukan waktunya pergi untuk memilih tanaman obat.” Keluh Tuan Yeon
“Kakakku
sudah datang... Dia bilang kepadaku untuk segera pergi, tapi aku minta waktu
karena Won Deuk. Jadi Aku harus segera pergi. Aku akan melunasi hutangnya
sebelum aku pergi. Aku mungkin tidak akan pulang sepanjang hari sampai aku menemukan
sesuatu yang berharga.” Jelas Hong Shim. Tuan Yeon pun tak bisa berkatakat
lagi.
Won Deuk
keluar dari kamar menatap meja dengan menu makanan sederhana dan lengkap. Tuan
Yeon datang memanggil Won Deuk dengan wajah panik. Won Deuk marah menegaskan
kalau Itu bukan namanya tapi itu nama yang dibuat Tuan Yeon sesuka hati.
“Benar,
aku melakukannya... Hong Shim tidak melakukan kesalahan apa pun...Ini semua
salahku... Aku tidak akan membodohimu sejak awal. Ketika aku pertama kali
menemukanmu,maka aku harus menyelamatkanmu terlebih dahulu.”jelas Tuan Yeon
ingin membuat Won Deuk tak marah
“Di mana
kau pertama kali menemukanku?” tanya Won Deuk. Tuan Yeon terdiam
“Apa Kau
akan mengaku jika aku membawamu ke Biro Hakim?” ancam Won Deuk. Tuan Yeon
menganguk mengerti.
Keduanya
pergi ke hutan lalu berhenti disemak-semak, Tuan Yeon menujuk dibawah semak
kalau sengaja turun untuk mengambil sampah saat sedang bertugas lalu jantungnya
hampir berhenti ketika aku melihat tangan manusia berlumuran darah.
“Aku
tidak bisa memikirkan apa pun selain untuk menyelamatkanmu, jadi aku membawamu
ke gubuk dan mengurusmu.” Kata Tuan Yeon
“Apa kau
menemukan hal lain di sini? Sesuatu seperti pakaian yang bisa menunjukkan
statusku.” Tanya Won Deuk penasaran.
“Jangan
mencari hal semacam itu. Aku tidak ingin ingatanmu kembali. Kau seharusnya
mati.” Ucap Tuan Yeon panik. Won Deuk tak mengerti apa maksudnya.
“Aku
ketakutan begitu melihatmu. Seseorang pasti mencoba membunuhmu dengan sengaja. Mereka
pasti tidak membiarkanmu hidup.” Jelas Tuan Yeon
“Apa itu
kenapa kau mengambil Hong Shim juga? Hanya karena perasaanmu?” kata Won Deuk
sinis
“Orang
tuaku dituduh salah dan dipukuli sampai mati. Mereka dijebak membongkar
penyimpanan biro hakim. Semua orang di desa tahu bahwa orang tuaku bukan
pelakunya.” Jelas Tuan Yeon
“ Itu
berlaku untuk Hong Shim juga. Seluruh keluarganya dibunuh karena tuduhan palsu.
Dia seharusnya sudah mati. Dia gadis kecil yang lugu, aku hanya tidak bisa
membiarkannya mati. Itu sebabnya aku membesarkannya. Aku merasakan hal yang
sama ketika melihatmu. Kau akan mati jika bukan karena aku.” Cerita Tuan Yeon.
“Bagaimana
jika aku seorang pelarian yang melarikan diri? Apa yang akan kau lakukan?”
tanya Won Deuk.
“Aku memiliki
pengalaman bertahun-tahun. Aku tahu mata untuk orang-orang di usiaku ini. Dan
juga, kau sudah melakukan pengkhianatan tingkat tinggi atau melanggar
prinsip-prinsip moral, kau tidak ada hubungannya dengan itu sekarang. Aku hanya
ingin kau tetap sebagai Won Deuk dan menantuku. Bisakah kau hidup seperti ini?”
ungkap Tuan Yeon memohon. Won Deuk hanya diam.
“Aku
mengerti. Lagipula, tidak semuanya di dunia berjalan seperti yang diharapkan.
Aku harus bertugas sekarang. Saat aku pergi, jangan terlalu sering menyudutkan
Hong Shim. Dia tidak melakukan kesalahan apa pun.” Pinta Tuan Yeon lalu
meninggalkan Won Deuk.
Hong Shim
mencari tanaman obat di hutan dengan wajah cemberut. Kkeut Nyeo mendekat
berkomentar kalau Hong Shim yang tidak mengenakan sepatu bermotif bunga. Hong
Shim beralasan kalau jalanan becek, Kkeut Nyoe tahu kalau sepatu itu pasti
sangat berharga bagi temanya.
“Sepertinya
ayahmu sengaja tidur di rumahku agar kalian memiliki waktu berduaan bersama. Bagaimana
kau menghabiskan malam itu?” goda Kkeu Nyeo. Hong Shim meminta agar Jangan
mulai.
“Itu
malam menegangkan yang membuat hatiku berdebar.” Goda Kkeut Nyeo. Hong Shim
mengeluh temanya masih saja membahasnya.
“Ketika
Won Deuk menimbulkan masalah pinjaman, aku sangat khawatir, tapi syukurlah. Apa
kau ingat ketika kita melajang? Coba Lihatlah, kita sekarang sudah menikah...
Seperti mimpi.” Ungkap Kkeut Nyeo bahagia.
“Apa Kau
menyukai pernikahanmu? Kau tidak menyukai Gu Dol, karena dia bodoh.” Tanya Hong
Shim.
“Dia
bodoh, tapi dia manis dan baik hati. Ibuku dulu bilang, yang terbaik adalah
menikah dengan pria yang baik. Lalu Bagaimana Won Deuk?” tanya Kkeut Nyeo.
“Dia
kuat... Dia sangat kuat hingga aku bergantung padanya... Aku dulu sangat
mandiri.” Ungkap Won Deuk dengan mata berkaca-kaca
“Kau bisa
mandiri ketika dia tidak melihat. Dia benar-benar kebalikan dari Gu Dol. Aku
hanya ingin punya bayi, lalu kau Punya putra yang mirip Won Deuk. Aku akan
memiliki anak perempuan yang mirip denganku. Ayo kita nikahi mereka Jangan
biarkan mereka melajang..” Kata Kkeut Nyeon dengan wajah bersemangat.
Hong Shim
malah menangis mendengarnya, Kkeut Nyeo panik berkomentar kalau tidak bermaksud
bahwa Won Deuk lebih baik daripada Hong Shim. Hong Shim tetap menangis, Kkeut
Nyeo binggung karean perkataan itu menyakiti perasaannya.
“Karena kau
bilang bahwa Won Deuk kuat, Maksudku, akan menyenangkan memiliki putra seperti
dia. Kenapa? Ada apa ini?” ucap Kkeut Nyeo binggung. Hong Shim menatap temanya
terlihat kebingungan sambil menangis.
Won Deuk
pergi ke hutan lalu tiba-tiba meraskan dari belakang ada panah yang
mengarahnya. Lalu merasakan ada pertarungn didepanya dengan orang yang
berseragam, tapi tak tahu siapa. Won Deuk seperti sangat berusaha untuk
mengembalikan ingatanya.
Keduanya
akhirnya duduk ditepi sungai, Kkeut Nye mendengar cerita Hong Shim mengeluh
karena tidak memberitahuku sebelumnya. Hong Shim mengaku tidak pernah berpikir memiliki
banyak pasang surut dalam hidupnya.
“Orang lain
juga melalui berbagai hal, dan mengalami rasa sakit dan kesedihan. Aku tidak ingin
mengeluhkan rasa sakitku. dan kesedihanku secara dalam. Tapi hari ini aku
sedikir mengkasihani diriku sendiri.” Ungkap Hong Shim.
“Kau
pasti sangat terluka... Tidak apa-apa. Segalanya akan baik-baik saja.
Menurutku, Won Deuk tidak akan meninggalkanmu bahkan jika ingatannya kembali.”
kata Kkeut Nyeo menyakinkan.
“Terima
kasih, Kkeut Nyeo... Kau, selalu kuanggap sebagai saudaraku.” Ungkap Hong Shim
sambil memeluk temanya.
“Kenapa
terdengar seperti ucapan selamat tinggal untuk selamanya?” komentar Kkeut Nyeo
melepaskan pelukan Hong Shim lalu endorong Hong Shim ke sungai dangkal. Hong
Shim berteriak marah
“Bermain
di air adalah obat terbaik untuk kesedihan. Bagaimana? Apa itu Menyegarkan?”
ejek Kkeut Nyeo.
“Sepertinya
aku memanjakanmu.” Keluh Hong Shim
akhirnya menarik Kkeut Nyeo ke dalam sungai dan mereka bermain air dengan wajah
bahagia.
Won Deuk
tak sengaja melihat keduanya bermain air dengan wajah bahagia, terlihat kesal.
Akhirnya Hong Shim pulang dengan pakaian basah kaget melihat Won Deuk ada
didepan rumah seperti menunggunya.
“Apa yang
terjadi dengan pakaianmu? Kau pasti bersenang-senang, bermain di air.” Sindir
Won Deuk marah
“Tidak,
itu... aku tidak bermain di air.” Kata Hong Shim binggung.
“Kau
tertawa... Kau membuatku merasa tidak nyaman seperti ini, tapi kau
tersenyum.”sindir Won Deuk
“Lalu,
Aku harus bagaimana? Apa aku harus Menangis? Apa itu akan membuat perbedaan?”
balas Hong Shim.
“Menangis
akan lebih baik... Aku tidak suka kau baik-baik saja.” Ucap Won Duk. Hong Shim
akan masuk rumah, tapi Won Deuk menyuruhnya agar duduk.
“Aku
harus memeriksa sesuatu.” Kata Won Deuk. Hoong Shim meminta agar ganti baju
dulu.
“Ooho!
Aku menyuruhmu duduk.” Tegas Won Deuk dengan gaya seorang Pangeran yang tak
pernah hilang.
Hong Shim
duduk dengan gugup ingin tahu Apa yang perlu diperiksa. Won Deuk mengatakan
harus mencari tahu berapa banyak kebohongan yang sudah dibuat Hong Shim
padanya. Ia mengingat kalau pertama kali melihat Hong Shim di depan Biro Hakim.
“Apa kita
belum pernah bertemu sebelumnya?”tanya Won Deuk. Hong Shim menjawab mereka tidak
pernah bertemu.
“Itu pertama
kalinya aku melihatmu juga.” Akui Hong Shim. Won Deuk mengangguk mengerti.
“Tapi kau
bilang aku jatuh cinta padamu pada pandangan pertama, dan melamarmu di bawah
pohon sakura. Apa Kau berbohong sepanjang waktu?” kata Won Deuk. Hong Shim
membenarkan.
“Kemudian,
siapa dia dalam kebohonganmu? Apa ini Won Deuk yang asli?” tanya Won Deuk
penasaran.
“Bukan,
itu aku mengarang semuanya.” Akui Hong Shim terburu-buru.
“Ceritakan
padaku, bagaimana dan apa yang kau buat.” Tegas Won Deuk. Hong Shim mengaku
membuat kesalahan, minta maaf dan menyesalinya.
“Aku
tidak ingin mendengar permintaan maaf.” Ucap Won Deuk
Hong Shim
pikir kalau Won Deuk ingin dirinya berlutut dan memohon pengampunanmu. Won Deuk
mengaku bukan itu. Hong Shim ingin tahu apa yang diingikan., Won Deuk mengatakan Kincir air. Hong Shim
terlihat binggung.
“Kau
bilang, kita menghabiskan malam di kincir air. Apa itu bohong?” tanya Won Deuk.
“Kenapa
kau ingin tahu itu sekarang?” keluh Hong Shim gelisah. Won deuk mengaku kalau
dirinya cemburu dan ingin Hong Shim menjawab pertanyaannya.
“Aku
mendengar dari ayahku, ada seorang bocah bernama Won Deuk yang tinggal di
seberang sungai. Dia pekerja keras dan dapat dipercaya. Itulah bagaiman aku
ingin menikah dengannya. Tapi aku tidak dapat bertemu dengannya karena dia
bergabung dengan tentara.” Cerita Hong Shim
“Jadi kau
sudah mendengar tentang dia, tapi tidak pernah bertemu dengannya?” kata Won
Deuk memastikan. Hong Shim membenarkan.
“Itu
memang baik bahwa kau tidak bertemu dengannya. Wajah yang asli Won Deuk adalah
pemandangan yang suram.” Komentar Won Deuk bahagia.
“Kau
tidak boleh menilai buku dari sampulnya. Wajah yang tampan tidak sepenting hati
yang baik. Itu Terlihat tidak masalah bagiku sama sekali.” balas Hong Shim
mengejek.
Won Deuk
tak percaya dengan lirikan mata tajam, Hong Shim yakin dengan ucapanya. Won
Deuk menatap dengan wajah tampanya, Hong Shim mengaku bukannya wajah itu yang paling penting tapi itu tidak
sepenuhnya memang penting, berusaha agar
mengelak.
Won Deuk
tersenyum mendengarnya, lalu menyuruh Hong Shim agar ganti baju karena bisa
sakit. Hong Shim pun bergegas akan masuk
kamar untuk berganti baju sambil mengeluh tangan Won Deuk itu membawa
api dan air. Won Deuk kembali memanggilnya.
“Kau
memulai pernikahan ini, tapi hanya aku yang bisa mengakhirinya. Sebelum aku
mengakhirinya, maka kau adalah istriku dan aku suamimu. Jadi Ingat itu.” Tegas
Won Deuk. Hong Shim pun tak bisa berkata-kata.
Kwon Hyuk
dkk minum bersama mengaku kalau Sementara mengucapkan selamat atas promosi Je
Yoon , membuat itu sedikit keluar dari kesuraman. Bahkan tidak pernah
memikirkan Je Yoon sebagai tipe orang yang sangat berkuasa.
“Untuk
mengatur otoritas, seseorang harus terlebih dahulu melangkah ke dalamnya.” Kata
Je Yoon.
“Aku
mendengar bahwa gubernur lama, Jo Boo Young... berkuasa selama berabad-abad.
Sesudah kau di sana, menjaga orang-orang dan menjadi gubernur yang baik, dan
kembali secepat mungkin.” Ucap Ae Won
“Tentu saja!
Kau harus segera kembali. Hanyang penuh dengan hiburan. Apa yang akan kau
lakukan di antah berantah? Bagaimana bisa kau bermain dengan sawah atau ladang?”
ejek Soo Ji yang mabuk
“Entah Kenapa,
kupikir itu mungkin menyenangkan.”akui Je Yoon
“Apa karena
wanita yang kau sayangi ada di Songjoo?”ejek Soo Ji, Je Yoon mengelak.
“Siapa
wanita dari Desa Songjoo? Tunggu Sebentar. Apa kau memiliki wanita di setiap
bagian negara?” kata Soo Ji. Ae Won seperti cemburu mendengarnya.
Je Yoon
bertemu Ae Won diluar ruangan. Je Yoon mengucapkan Terima kasih sudah
membantunya. Ae Won mengaku sudah
menyerahkan surat it useperti yang dikatakan padanya jadi tidak ada yang
terjad, tapi Itu sangat menjijikkan untuk membuat pria itu meraba-raba
tubuhnya.
“Tapi
jika kau pergi, bagaimana dengan janji yang kau buat untukku?” kata Ae Won
menagih
“Aku akan
menyimpannya.” Ucap Je Yoon lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam bajunya lalu
memberikan pada Ae Won.
“Aku memintamu
melihat bunga berdua.” Keluh Ae Won bahagia melihat cermin yang terlihat
cantik.
“Kau
secantik bunga, kenapa kau mencari tempat lain?” goda Je Yoon. Ae Won terihat
bahagia mendengarnya.
“Jika Wakil
Perdana Menteri datang, sesudah aku meninggalkan Hanyang, dapatkah kau nanti
memberitahuku siapa yang dia temui?” ucap Je Yoon. Ae Won menganguk mengerti.
Won Deuk
duduk didalam kamar dengan gayanya sambil berpikir, sementara Hong Shim didapur
ingin membuat tanaman yang baru diambil dari hutan. Won Deuk datang didepan pun
mengajak mereka untuk bicara. Hong Shim pun duduk didepan Won Deuk dalam kamar.
“Pernikahan
dikenal sebagai peristiwa besar dalam kehidupan seseorang. Ini adalah salah
satu peristiwa paling penting. Tidak ada acara yang lebih besar daripada
pernikahan, itulah kenapa kita harus berhati-hati.”jelas Won Deuk.
“Ini
sering disebut sebagai "Teman Berlayar". Pasangan yang sudah menikah
mengarahkan perahu yang sama menyeberangi sungai. Mereka berbagi pasang surut
dalam hidup.” Ucap Won Deuk. Hong Shim mengeluh tak mengerti yang dikatakan Won
Deuk.
“Pernikahan
itu penting, tapi milikku hancur. Kau memanfaatkanku. Kau membodohiku dengan
kebohonganmu, dan aku dipaksa menikahi orang yang tak kukenal. Bagaimana kau
akan mengimbanginya?” kata Won Deuk
“Aku
minta maaf. Aku sudah meminta maaf.” Keluh Hong Shim.
“Itu
tidak cukup... Aku merasa tidak nyaman dan kesal. Aku mengorbankan diriku yang
berharga untukmu, tapi apa yang sudah kau lakukan untuk membalasku? Coba
Lihatlah ujung lengan bajuku. Ini Jahitannya buruk sekali Ini bukan pakaian
untuk seseorang yang menyelamatkan hidupmu..” keluh Won Deuk
“Apa Maksudmu,
kau menginginkan baju baru kan?” kata Hong Shim
“Jika kau
menginginkannya, aku akan mengatakan apa yang kuinginkan.” Ucap Won Deuk
“Tidak,
jangan katakan. Aku akan membuatkanmu baju baru.” Kata Hong Shim buru-buru
pergi dengan wajah panik.
“Aku
belum selesai.” Kata Won Deuk. Hong Shim kembali duduk bertanya apa lagi yang
ingin dikatakan.
“Seperti
yang kau tahu, aku bukan Won Deuk. Pada Kenyataannya,aku tahu nama itu tidak
cocok untukku. Namun, aku tidak dapat mengingat namaku. Itu sebabnya aku butuh
bantuanmu.” Jelas Won Deuk.
“Coba
Lihat aku... Nama apa yang kau lihat dalam diriku?” kata Won Deuk.
“Do Do...
Kau selalu membanggakan dirimu yang tinggi dan kuat.” Ucap Hong Shim.
“Itu
tidak terdengar seperti nama seseorang... Coba yang lain.” Komentar Won Deuk.
“Yi
Hwang?” ucap Hong Shim. Won Deuk pikri Sepertinya itu nama orang yang
meninggal.
“Untuk
beberapa alasan, aku merasa seperti nama keluargaku adalah Yi. Apa namaku? Aku
akan mengatakan apa yang terlintas dalam pikiran, tuliskanlah.” Ucap Won Deuk.
Hong Shim
sudah memegang pena menuliskan nama yang mungkin terlintas dikepala Won
Deuk. Dimulai dari Yi Sa, Yi Sang, Yi
Sae, Yi Juck. Won Deuk berpikir keras memikirkan kalau mungkin namanya Yi Yun
“Bagaimana
dengan Yi Yun? Rasanya...” kata Won Deuk penuh semangat lalu tersadar kalau
Hong Shim sudah tertunduk sambil tertidur.
Hong Shim
tak bisa menahan kantuknya, akan menjatuhkan kepalanya. Won Deuk dengan sigap
memberikan pundaknya agar Hong Shim bisa bersadar padanya. Hong Shim seperti
sangat nyaman bisa bersadar pada suaminya dan makin tertidur lelap.
“Bagaimana
dia bisa tertidur ketika kita berada di ruangan yang sama?” keluh Won Deuk dan
tiba-tiba merasakan tak bisa menahan sesuatu dalam dirinya lalu mendorong Hong
Shim dengan kasar.
“Jika kau
ingin tidur, pergilah ke kamarmu!” teriak Won Deuk. Hong Shim terbangun sambil
mengeluh kalau Won Deuk tak perlu berteriak lalu keluar dari kamar.
Won Deuk
gelisah seperti merasakan sesuatu yang aneh, lalu berusah menghilangkan dengan
olaharaga squat, lalu terbaring lelah.
Je Yoon
pergi ke sebuah tempat melihat seseorang yang terbaring dengan luka dileher.
Flash Back
Dua
pengawal membawa mayat dalam gerobak ke sebuah tempat, Je Yoon diam-diam
mengikutinya dan ternyata itu adalah Kasim Yang sengaja dibunuh oleh Tuan Kim.
“Dia harus
hidup apa pun yang terjadi.” Ucap Je Yoon pada tabib yang merawat Kasim Yang
“Aku akan
melakukan yang terbaik, tapi tidak dapat menjamin apa pun.” Ungkap Tabib. Je
Yoon meminta agar diberitahu kalau Kasim Yang sadar dan akan segera datang.
Won Deuk
sudah tertidur lelap di kamarnya dengan lampu yang dimatikan. Moo Yeon datang
dengan pedang dengan kain yang menutup wajahnya, lalu siap membunuh Won Deuk untuk
kedua kalinya. Saat itu juga Won Deuk terbangun dan panik melihat sekeliling
kamarnya, lalu seperti menyakin kalau orang itu adalah orang yang berusaha
menyerangnya.
“Mungkinkah
mereka orang yang sama? Aku harus mencari tahu siapa aku, dengan begitu aku
bisa membuat keputusan. Aku bisa tinggal bersamamu atau harus meninggalkanmu.”
Ucap Won Deuk yakin.
Tuan Park
mencoba beberapa bahan makanan fermentasi dalam guci meminta agar mereka berhati-hati
dan jangan sampai tumpah. Pengawal
mengatakan kalau tidak bisa karena pergelangan kaki terkilir. Tuan Park marah
karena pengawal itu seharusnya tak diizinkan untuk terluka.
“Kau adalah
properti dari Biro Hakim. Aku akan memenggal lehermu jika kau terluka lagi.”
Kata Tuan Park mengancam. Keduanya menganguk mengerti.
“Dasar Sialan.
Siapa yang bisa mengambil ini? Kalian Panggil Goo Dul untuk membantumu dan Juga,
awasi pergelangan kakimu.” Perintah Tuan Park. Keduanya pun keluar dari biro
hakim memanggil Goo Dul.
Saat itu
Won Deuk datang menemui Tuan Park di Biro Hakim. Tuan park bertanya apa
tujuanya datang. Wn Deuk mengatakkankalau harus membaca catatan biro. Tuan park
terlihat binggung. Won Deuk pikir Setiap peristiwa yang terjadi di Gunung
Chunwoo dan di biro ini harus ditulis secara detail.
“Tentu
saja, tanpa diragukan lagi. Mulai saat matahari terbit dan sampai terbenam, semua
yang terjadi di Songjoo dituliskan. Aku sudah menghabiskan banyak malam tanpa
tidur menulis entri.” Kata Tuan Park bangga.
“Yang
Choon kehilangan cincin, pertarungan di bar Mi Geum, dan insiden itu... Tapi Kenapa
kau ingin melihatnya?” ucap Tuan Park.
“Aku
punya sesuatu untuk diperiksa.” Ucap Won Deuk.
“Kenapa
aku harus menunjukkannya kepadamu ketika kau bukan gubernur?” keluh Tuan Park.
Won Deuk memohon kalau hanya sebentar saja.
“Inilah
kenapa aku tidak pernah berteman dengan orang-orang ini. Mereka selalu meminta
bantuanku. Aku mungkin merayakan ulang tahunmu, tapi jangan menganggapku
enteng. Aku tidak pernah mencampur bisnis dengan masalah pribadi. Jadi Sekarang
cukup dengan omong kosong ini. Aku sensitif karena menyangkut persembahan
kepada raja.” Keluh Tuan Park
Won Deuk
tetap diam, Tuan Park heran Won Deuk masih ada didepanya. Padahal Won Deuk
bilang, tanpa seorang gubernur maka ia sebagia bos di sini, tapi tidak akan
mendengarkannya. Won Deuk mengerti dan akhirnya berjalan pergi. Tuan Park mulai
berpikir kalau Won Deuk. tahu tentang itu.
Sementara
di rumah, Seorang pria memarahi Won Deuk karena suaminya yang mencuri kuda yang diterima ayahanya dari raja secara
langsung. Ia pikir kalau Won Deuk itu akan aman sesudah mencuri kuda yang
berharga itu. Hong Shim hanya bisa meminta maaf.
“Apa Kau
menyesal? Kupikir dia orang yang mulia dan terhormat. Ternyata dia hanya orang
biasa? Rakyat jelata itu mencuri kuda seorang leluhur bahkan berpura-pura
seperti kekasih seseorang ketika dia sudah menikah.” Aku akan pergi langsung ke
Biro Hakim sekarang.” Keluh si pria marah
“Aku akan
menemukan kuda itu untukmu... Jangan terlalu marah.” Ucap Hong Shim menahan
pria sebelum pergi ke biro hakim.
“Aku
memiliki orang-orang yang mencari di setiap sudut gunung, Tapi tidak dapat
menemukannya. Jadi bagaimana menurutmu, apa kau dapat menemukannya?” ucap Si
pria meremehkan.
“Aku bisa
menemukannya... Aku akan menemukannya pasti, jadi tolong maafkan dia.” Ungkap
Hong Shim.
“Jika kau
tidak dapat menemukannya hari ini, maka dia harus menahan diri untuk hukuman
mati.” Tegas si pria. Hong Shim yakin bisa menemukanya.
Bersambung
ke part 2
Udah baca tulisan sinopsis aku 'kan.. hihihi...
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku, aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe akhir tahun ini.
Cek My Wattpad... Ada Wanita lain
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar