PS : All images credit and content copyright : MBN
Gi Bbeum
berharap kalau Ma Sung yang datang, tapi ternyata Sek Yang datang dengan wajah
lesu. Ia bertanya keberadan Ma Sung dan kenapa Sek Yang datang sendiri padahal
mereka pergi bersama. Sek yang menagku kalau memang pergi bersama.
“Lantas..
Di mana dia sekarang?” tanya Gi Bbeum.
“Dia
mengalami masa sulit sebelum meninggalkan Korea. Dia pergi ke Baltimore untuk
mencari bantuan, tapi tak mendapat kabar baik. Kupikir dia akan baik–baik saja,
tapi dia meninggalkan pesan untuk pergi ke suatu tempat. Lalu tiba–tiba dia
menghilang.” Cerita Sek yang
“Kau
bilang Menghilang? Ke mana? Dia tak sehat akhir–akhir ini.Bahkan Dia tak bisa
makan atau tidur”tanya Gi Bbeum.
“Dia
sedang menyiapkan kematiannya sendirian. Selama sebulan, aku mencari di rumah
sakit untuk jenazah tanpa kerabat Itu sebabnya aku terlambat.” Ucap Sek Yang
Gi Bbeum
langsung jatuh lemas, merasa tak percaya apa yang terjadai kalau Ma Sung sudah
tak ada dan pergi sendirian. Sek Yang binggung dan juga sedih melihat Gi Bbeum
tapi tak bisa berkata apa-apa.
Ki Joon
menegaskan kalau tak percaya sampai melihatnya sendiri. Sek Yang memberikan
sesuatu. Ki Joon bertanya apa itu. Sek
Yang pikir kalau Ki Joon akan tahu saat mendengarkannya memberikan MP3
ditanganya.
“Direktur
Gong tak mau kau mengetahui ini, tapi menurutku, kau harus tahu.” Ucap Sek
Yang.
Ki Joon
masuk ke ruangan ibunya, Nyonya Gong dengan sinis menasehati anaknya Belajar
untuk berjalan dengan tujuan. Ki Joon meminta ibunya agar mencari Ma Sung karena pasti tahu sepupunya itu pergi kemana.
“Kenapa
kau mencari seseorang dengan memori yang rusak dan tak berguna? Dia ada di
suatu tempat seperti mayat yang bernapas Atau mungkin sudah mati.” Kata Nyonya
Gong
“Teganya
kau? Teganya kau melakukan ini kepadanya?” teriak Ki Joon sangat marah
“Tak
perlu merasa kasihan atau bersalah. Ini adalah bagian dari takdirnya.” Komentar
Nyonya Gong tetap sinis
“Aku tahu
perbuatanmu kepadanya. Jadi Cari dia sekarang juga. Jika tidak, aku akan
membeberkan ini.” Ucap Ki Joon mengancam dengan Mp3 ditangannya.
“Apa Kau
tahu yang telah kulakukan untuk mempertahankan posisiku? Kau akan segera
dinobatkan menjadi ahli waris. Jadi Tutup mulutmu hingga saat itu.” Tegas
Nyonya Gong
“Siapa
yang bilang aku akan menjadi ahli warismu? Aku tak mau, bahkan jika aku harus
mati! Kau bukan manusia! dan Kau akan hancur untuk ini.” Ucap Ki Joon sangat
marah lalu keluar dari ruangan.
Ki Joon
menuruni tangga dan langsung menangis karena ibunya yang membuat Ma Sung
celaka, bahkan mengambil semua harta dari sepupunya.
Pengacara
Hwang turun dari mobil bersama CEO Kim bertanya apakah sudah dengar. CEO Kim
bertanya tentang apa. Pengacara Hwang memberitahu Tak ada yang bisa menghubungi
Gong Ma–seong dan Orang–orang berpikir dia itu pergi.
“Kau
bilang Pergi? Aku memberinya bom waktu. Tapi Aku melakukan itu bukan agar dia
bisa pergi.” Ucap CEO Kim mengumpat kesal.
“Apa
Presiden Gong menelepon?” tanya Pengacara Hwang. CEO Kim makin mengumpat kesal.
“Bom itu
mengenaimu sendiri. Jadi Mari bekerja sama dengan jaksa penuntut. Setidaknya,
kau akan mendapat hukuman yang lebih pendek.” Perintah Pengacara Hwang berjalan
lebih dulu. CEO Kim terlihat marah di depan "Kantor Jaksa Penuntut"
Seseorang
datang kalau ada surat, Tuan Joo menerimanya. Sementara Gi Bbeum terlihat masih
sedih duduk di ruang rias. Tuan Joo memanggi anaknya kalau ada surat untuknya.
Gi Bbeum turun dan menemui ayahnya dan melihat bagian depan surat berwarna
merah.
Gi Bbeum
melihat namanya yang ditulis dibagian depan "Untuk Joo Gi–bbeum" lalu
isinya adalah dua lembar foto dan bisa mengenal kalau itu ada di Hainan.
“Kau memberiku cinta yang amat
penting. Untuk itu, aku berterima kasih. Gi–bbeum milik Ma–seong." Gi Bbeum
menangis membaca surat dari Ma Sung,
“Kenapa
kau berpamitan? Kenapa kau berterima kasih kepadaku? Aku tak melakukan apa pun
untukmu. Apa yang harus kulakukan? Sekarang bagaimana? Aku harus bagaimana?”
Sementara
Tuan Joo terdiam menatap jendela rumah ada sebuah pot bunga kaktus yang masih
tumbuh
“Terkadang
itu tak terasa seperti apa pun. Getaran hidup. Napas pendek yang harus kita
hirup. Terkadang itu tak terasa seperti apa pun. Sayang... Apa yang harus kita
lakukan tentang putri kita?”ucap Tuan Joo seperti sedang berbicara dengan
istrinya.
Nan Joo
mengantar Gi Bbeum ke bandara tapi merasa kalau surat itu datang terlambat jadi
Tak ada gunanya pergi ke sana. Tapi Gi Bbeum merasa harus bisa menemukan Ma
Sung karena mengirimnya dari Hainan.
“Bagaimana
kau akan menemukannya di kota sebesar itu?” kata Nan Joo khawatir.
“Aku bisa
menemukannya. Kami bisa kebetulan bertemu seperti tiga tahun yang lalu. Aku
harus pergi.” Kata Gi Bbeum yakin lalu berjalan pergi.
“Tunggulah.
Aku akan datang.” Gumam Gi Bbeum siap pergi.
Gi Bbeum
pergi ke tempat pertama kali mereka melihat bunga, masih teringat saat Ma Sung
mengartikan bunag itu adalah Memori, itu adalah kisah kita.
Setelah
itu Gi Bbeum pergi ke tangga tempat mereka pertama kali berciuman, saat itu
seperti melihat sosok Ma Sung yang datang ditempat yang sama sebelumnya. Tapi
Gi Bbeum sadar kalau Ma Sun hanya bayangan yang ada diepanya.
Gi Bbeum
pergi ke cafe yang pernah tak sengaja bertemu dengan Ma Sung, pelayan datang
memanggil nama Joy kalau ada sesuatu untuknya yaitu sebuah kotak berwarna
merah. Gi Bbeum melihat isinya sebuah
bonek dan ada sebuah surat yang ditulis Ma Sung
“Semoga
kau tak datang kemari. Tapi jika kau datang, semoga kau bisa santai di sini
sebelum pergi. Pikirkanlah aku sesekali. Ini adalah kursimu... Jangan pedulikan
yang lainnya. -Dari Ma–seong milikmu."-
Gi Bbeum
hanya bisa menangis membaca surat dari Ma Sung lalu menebak bagian bawah
boneka, ternyata boneka anjing yang mengeluarkan suara tawa. Gi Bbeum bisa
tersenyum mendengar suara tawa.
Suasana
kota hainan terlihat gemerlap dengan lampu-lampu yang menyala, saat itu Gi
Bbeum melihat sosok Ma Sung duduk didepanya dengan senyuman bahagia. Ia pun
bertanya apakah Ma Sung tampak sehat?
“Katakan
kepadanya bahwa dia tampak baik–baik saja.” Ucap Ma Sung seperti sebelumnya
membayangkan Gi Bbeum duduk didepanya.
“Apa dia
bilang akan ke mana?” tanya Gi Bbeum
“Dia akan
kembali ke tempat dirinya menghabiskan sebagian besar hidupnya, jadi, dia
tampak amat bahagia, katakan itu kepadanya.” Jawab Ma Sung
“Apa dia
meninggalkan sebuah pesan untukku?” tanya Gi Bbeum
“Jika
kita bertemu lagi, bahkan jika aku tak mengingatnya,. kuharap dia mendekatiku.
Selamat tinggal, Joo Gi–bbeum. “ ucap Ma Sung
“Selamat
tinggal, Gong Ma Sung.” Balas Gi Bbeum sambil menangis.
"Setahun Kemudian"
Di lokasi
syuting, mereka kebingungan untuk menyelesaikan masalah, terlihat Gi Bbeum dan
Ha Im mengunakan pakaian yang sama. Sutradara mengeluh apakah Nan Joo tak
memeriksa pakaiannya, karena mereka tak bisa syuting jika ini terus terjadi.
“Mereka
punya selera dan ide yang amat mirip. Ini juga menyulitkanku. Sudalah Beri saja
waktu, Yang kalah akan berganti baju.” Ucap Nan Joo.
“Berdasarkan
plotnya, sebaiknya kau yang ganti baju. Itu tak sesuai dengan karaktermu.” Ucap
Gi Bbeum pada Ha Im.
“Karakterku
amat memesona. Apa yang kau tahu? Aku akan pensiun setelah drama ini. Jadi Aku
tak bisa ganti baju.”balas Ha Im tak mau mengalah
“Ini
drama Korea pertamaku dalam empat tahun, jadi, aku tak bisa ganti baju.” Kata
Gi Bbeum juga tak mau mengalah.
“Gi–bbeum,
kau sudah dewasa.” Ejek Ha Im. Gi Bbeum membalas kalau Ha Im sudah mengakuinya
dan sangat baik sekali. Ha Im terlihat marah
“Semua
orang menunggu. Mari kita buat ini menjadi adil dan menanyakan penggemar
kita.”kata Gi Bbeum
“Penggemar
kita? Baiklah.” Ucap Ha Im yakin karena fansnya sangat banyak.
Gi Bbeum dan
Ha Im mengambil gambar dengan caption "Sibuk Rekaman. Hari–hari
Menyenangkan."
Min Chul
Akan mengumumkan jumlah yang memberikan tanda love, dari Ha Im sebanyak 967.056
suka. Mereka tak percaya kalau Banyak sekali. Ha Im pun dengan bangga menyuruh Gi
Bbeum untuk mengalahkan. Jae Min akan memberitahu Jumlah suka untuk unggahan
Gi–bbeum.
“Sembilan...
Sebanyak 995.631.” kata Jae Min. Beberapa orang terlihat bahagi.
“Sudah
kubilang. Dia menang.” Kata Nan Joo ikut bahagia, Gi Bbeum pun mengejek Ha Im kalau harus ganti
baju. Ha Im terlihat kesal. Gi Bbeum
malah berkomentar Ha Im menggemaskan.
Tuan Jang
sedang bertemu wartawan karena Semua orang di industri hiburan membicarakannya
karena Gi–bbeum tampil dalam drama AS,berjudul Happy Family. Jadi meminta agar memberi
tahu rahasia untuk kesuksesan kembalinya Gi Bbeum.
“Saat
semua orang menolaknya, aku yakin pada potensiyang dimiliki Gi–bbeum. Aku
mendukung sikap positif dan hasratnya untuk berakting.” Ucap Tuan Jang bangga.
Gi Bbeum
membaca berita online "Kesuksesan Joo Gi–bbeum yang mengubah jutaan
pembencinya menjadi penggemarnya." Nan Joo lalu berkomentar kalau
menyulitkan Ha Im. Gi Bbeum pikir Ini untuk drama jadi pasti akan mengerti.
“Kau juga
mengambil semua iklannya. Aku merasa kasihan kepadanya.” Ucap Nan Joo
“Kenapa?
Dia mengencani ahli waris Sunwoo Group. Itu sebabnya dia akan pensiun setelah
drama ini. Aku iri sekali.” kata anak buah Nan Joo
“Lalu Apa
yang terjadi kepadanya? Tuan Kacamata Hitam, Gong Ma Sung “ tanya anak buah Nan
Joo lainya.
“Dia
pergi ke luar negeri dan meninggal.” Bisik anak buah Nan Joo. Nan Joo pun
menyuruh mereka pergi saja. Gi Bbeum hanya diam saja.
Gi Bbeum
duduk di cafe di meja yang sudah dibeli oleh Gi Bbeum. Dua orang pengunjung
datang melihat Gi Bbeum tak percaya melihat artis yang duduk disana karena Kafe
ini terkenal yang memiliki meja Gi Bbeum dan
selalu duduk di kursi itu.
“Kita
beruntung. Aku tak percaya bisa melihatnya. Dia cantik sekali, 'kan?” kata
wanita yang duduk tak jauh dari Gi Bbeum.
Gi Bbeum
hanya diam saja, lalu seorang pelayan datang membawakan minuman, saat itu Gi
Bbeum melihat nama yang masih ada diatas meja "Si Bodoh" tapi Ma Sung
sudah tak ada.
Ki Joon
memiliki papan nama "Direktur
Eksekutif, Seong Gi–joon" dan ada diruangan ibunya. Ha Im menangis sambil
menundukan wajahnya, Ki Joon heran melihat Ha Im yang tak berhenti menangis
karena membuatnya ikut sedih.
“Siapa
yang membuatmu menangis?” tanya Ki Joon. Ha Im mengadu kalau itu Gi Bbeum.
“Aku
kalah darinya lagi hari ini, Karena jumlah suka.” Keluh Ha Im. Ki Joon tak
banyak komentar. Ha Im mengaku kalau Perbedaannya besar.
“Seong
Ki–joon, kau juga dulu menyukainya. Apa Kau masih menyukainya?”kata Ha Im
cemburu.
“Kenapa
kau iri kepada selebritas lain? Aku jauh lebih menyukai fotomu di dalam
hatiku.” Ucap Ki Joon
“Aku
kesal sekali dengannya. Aku akan batal pensiun.” Ucap Ha Im. Ki Joon kaget
mendengarnya.
“Lalu
bagaimana dengan pernikahan kita?” kata Ki Joon. Ha Im meminta agar menunda
saja.
“Aku akan
rekaman sebuah drama di Hollywood.” Ucap Ha Im
“Kau
bilang sudah muak dengan semua itu. Bahwa kau ingin menikah dan berlayar. Aku
akan membelikanmu sebuah yacht. “kata Ki Joon
“Impianku
berubah. Menikah dan hidup tenang bukan untukku. Itu terlalu membosankan. Aku
akan berakting seumur hidup dan dicintai banyak orang. Menjalani hidup penuh
makna seperti seorang bintang. Dulu itu adalah impianmu juga.” Ucap Ha Im
“Itu
sudah Dulu sekali.” kata Ki Joon, Ha Im pun bertanya apakah sekarang Ki Joon bahagia
setelah menyerah.
Ki Joon
terdiam lalu melihat ada pesan yang masuk dari Gi Bbeum, “Ki–joon, kau tak lupa
hari ini, 'kan?” Ha Im dengan nada cemburu bertanya hari ini hari apa. Ki Joon
dengan wajah sedih memberitahu Hari ini saat Ma Sung pergi. Ha Im mengingatnya.
“Tanggalnya
dekat dengan saat ini. Apa Gi–bbeum masih tinggal di rumah itu?” tanya Ha Im
“Ya, di
rumah lama Ma–seong.” Ucap Ki Joon.
Gi Bbeum
duduk di ruangan tengah memegang boneka yang diberikan untuk Ma Sung, lalu
merawat tanaman selada yang ditanam pacarnya itu sambil berkata “Mari kita
menunggu bersama hingga tuan kalian pulang.”
Lalu duduk di meja kerja Ma Sung menuliskan jurnal "Oktober,
2018"
“Sudah
setahun berlalu sejak Ma Sung pergi.”
Terdengar bunyi suara bel rumah.
Ternyata
Ki Joon datang mengaku Setiap kali kemari, merasa Gi Bbeum adalah penggemar Ma
Sung yang berhasil dan bertanya apakah
sehat saja. Gi Bbeum mengaku sehat dan tahu kalau Ha–im kesal karena dirinya.
“Dia
merengek itu tak adil, lalu Aku kerepotan menghiburnya. Dia batal pensiun
karenamu.” Ungkap Ki Joon
“Sungguh?
Penggemarnya pasti akan senang sekali. Walaupun itu akan membuat kita stres.”
Kata Gi Bbeum.
“Aku
tahu... Aku terus berpikir tak adil kepada Ma–seong. Dia pasti akan memujiku
jika tahu aku telah bertobat selama setahun terakhir ini. Apa dia akan bangga
jika tahu aku mengelola perusahaan dengan baik?” kata Ki Joon.
“Itu
Pasti.” Kata Gi Bbeum yakin, Ki Joon mengaku
selalu bingung setiap kali datang ke rumah Ma Sung.
“Tempat
ini masih sama seperti saat Ma Sung masih ada. Aku merasa dia akan keluar dari
ruang kerjanya.” Ucap Ki Joon sedih
“Aku
menelepon karena ada sesuatu yang ingin kubahas denganmu.” Ungkap Gi Bbeum. Ki
Joon ingin tahu tentang apa.
“Rumah
ini. Aku tetap mempertahankan semuanya seperti dulu untuk menyambut Ma Sung saat
dia kembali. Tapi setahun sudah berlalu.” Kata Gi Bbeum
“Awalnya,
aku pun mau membahasnya. Seorang bintang besar tak seharusnya hidup seperti
sedang merawat rumah orang lain. Kau bisa pergi dan Ma Sung pasti akan
mengerti.” Komentar Ki Joon.
“Aku tak
mau pergi. Aku hanya berpikir untuk menyimpan beberapa barang–barang Ma Sung
dan mengubah desain interiornya. Apa Kau tak keberatan?” jelas Gi Bbeum. Ki
Joon setuju kalau melakukan saja yang dinginkanya.
“ Tapi
Kenapa selalu ada bunga hydrangea merah?”
tanya Ki Joon melihat di sekeliling rumah.
“Aku suka
arti mereka yaitu "Aku mencintaimu." Lalu Apa Kau suka posisimu?”
tanya Gi Bbeum
“Sama
sekali tidak.. Ini hanya akan aku lakukan hingga Ma–seong kembali. Aku akan
pergi secepatnya setelahnya. Tapi aku akan meninjunya terlebih dahulu.” Ungkap
Ki Joon masih marah dengan Ma Sung.
“Apa Kau
sudah memutuskan mengampuni ibumu dan dr. Yoon?” tanya Gi Bbeum
“Ma–seong
yang seharusnya mengampuni mereka, bukan aku. Ibuku dan dr. Yoon sedang
menerima hukumannya.” Ungkap Ki Joon lalu pamit pergi.
Gi Bbeum
melihat kembali boneka tertawa yang diberika Ma Sung sambil bergumam “Tak
apa–apa, selama kau sehat, di mana pun kau berada.”
Berita di
TV, tiga bibi Ma Sung tertunduk dengan baju tahanan dan juga wartawan yang
mengerubungi didepan kantor polisi.
“Ketiga
bersaudari Sunwoo Group, Gong Jin–ju, Jin–young, dan Jin–dan ditahan karena
menyerang sopir dan petugas keamanan mereka. Bahkan ada Lebih banyak korban
mengklaim telah diserang oleh Ketua Gong dan jaksa penuntut akan memanggilnya.”
Wajah
Nyonya Gong pun diperlihatkan dilayar TV.
Nyonya
Gong duduk dengan wajah tegang diruanganya, Ki Joon memberitahua alau Ketiga
saudara ibunya sudah ditahan, lalu Harga
saham mereka turun separuh jadi sekarang
perusahaan sedang berada di posisi bawah dalam tanggung jawab sosial.
“Kau akan
bilang apa kepada Kakek saat menemuinya nanti? Ini Memalukan sekali.” ucap Ki
Joon menyindir.
“Cari
tahu siapa yang diwawancara.” Perintah Nyonya Gong pada sekertarisnya.
“Kenapa
mencari korbannya sekarang? Ini Sudah terlambat... Kau Tampillah dengan
sukarela, Hadapi dengan kuat.. Itu pilihan yang terbaik.” Kata Ki Joon ingin
ibunya bertanggung jawab.
“Apa Aku
harus berdiri dan membungkuk di hadapan reporter? Serta mempermalukan diriku?”
ucap Nyonya Gong marah
“Berpakaianlah
yang rapi dan meminta maaflah kepada publik. Rekamannya akan tetap ada untuk
selamanya.” Jelas Ki Joon.
“Aku bisa
membayar mereka untuk tutup mulut. Siapa yang akan menolak jika aku memberi yang
mereka inginkan?” kata Nyonya Gong yakin
“Dia
menolaknya.” Kata Ki Joon. Sek membernakan kalau Berapa pun jumlahnya Bahkan untuk perusahaan.
Ki Joon tak percaya kalau Seburuk itu.
“Tunggu..
Apa Kau yang membocorkan?” kata Nyonya Gong tak percaya menatap sekertarisnya.
“Serangan,
pelecehan verbal, dan penuduhan berkelanjutan. Kau akan diinvestigasi untuk
semua itu.Hadapi dan terimalah hukumannya.” Ucap Sektarisnya. Nyonya Gong makin
marah pada Sekertarisnya
“Kau
berteriak dan bersikap kasar lagi.” Keluh Ki Joon pada sikap ibunya
“Aku akan
tetap memiliki pekerjaan ini Bahkan kau takkan bisa memecatku jika kembali
lagi. Direktur Eksekutif yang
menjanjikanku itu. Benar, 'kan?” kata Seketaris. Ki Joon membenarkan.
“Ki–joon,
Apa kau bekerja sama dengannya untuk membuatku ditahan?” ucap Nyonya Gong tak
percaya
“Ini terserah
kepadamu. Jalani investigasi itu dan terima hukumannya atau tutup perusahaan
ini.” Kata Ki Joon. Nyonya Gong berteriak marah
“Teganya
kau melakukan ini kepadaku? Bukankah kau putraku?” ucap Nyonya Gong marah
“Sebagai
putramu, aku memberimu kesempatan. Setidaknya dengan cara ini, kau harus
membayar perbuatanmu. Aku akan mengelola perusahaan ini hingga kau kembali. Aku
akan ikut bersamamu agar kau tak takut.” Kata Ki Joon.
Ki Joon
turun dari mobil lebih dulu lalu mengulurkan tangan untuk ibunya, semua
wartawan siap mengambil gambar Nyonya Gong Jin–yang dengan camera dan mic.
Nyonya Gong tak ingin menyentuh tangan Ki Joon turun dari mobil, wajahnya
seperti sangat marah.
Semua
wartawan ingin meminta Nyonya Gong berkomentar. Ki Joon tetap menggenggam
tangan ibunya untuk berjalan masuk ke kantor kejaksaan, tapi Nyonya Gong malah
menghempaskan begitu saja lalu masuk sendiri.
“Maafkan
aku, Ibu.” Ungkap Ki Joon menatap ibunya masuk ke kantor kejaksaan ingin
bertanggung jawab dengan semua perbuatanya.
Gi Bbeum
melihat barang ditanganya dan Sa Rang juga melihat tumpukan yang tinggi lalu
berkomentar kalau Ja Rang itu akan mengira selebritas, bukan pegawai negeri.
Tuan Joo tahu kalau Semua orang
membicarakan pemuda kantor pemerintah kota manis dan baik.
“Berkat
dirimu, aku juga bisa pamer.” Ungkap Tuan Joo bangga.
“Ja–rang,
kau pasti amat populer. Apa aku juga bisa menyombongkan?” ucap Gi Bbeum.
“Kau
jangan seperti itu, karena Ini bukan
apa–apa... Akhirnya aku mendapat gaji. Ayah, kau bisa membeli makgeolli.Lalu
Sa–rang, traktir teman–temanmu
tteokbokki.” Ucap Ja Rang memberikan dua amplop pada ayah dan juga Sa
Rang.
“Boleh
kutabung uang jajanku untuk operasi hidung? Mereka memberi selebritas diskon 70%.”
Ucap Sa Rang
“Kecantikan...
Selalu ada di suatu tempat antara sana dan sini. Lalu menemuiku. Melayang
ditiup angin. Melihat kalian semua amat bahagia membuat hidupku berarti. Aku
senang sekali.” ungkap Tuan Joo. Semua pun tertawa bahagia.
Gi Bbeum
menuangkan arak beras untuk ayahnya, mereka duduk bersama. Gi Bbeum pikir mereka sudah lama sekali
tinggal di rumah ini alu mengajak untuk pindah sekaran dan tinggal bersama seperti
sebelumnya. Tuan Joo pikir kalau lebih suka tinggal dirumahnya sekarang.
“Kita
punya kebun, bisa melihat langit, dan merasakan embusan angin.” Ucap Tuan Joo
“Apa kau
menunggu Ibu? Kau minum–minum setiap hari. Sebagiannya karenaku, tapi
sebenarnya kau sedang menunggu Ibu. Aku ingat semuanya. Setelah Ibu melahirkan
Sa–rang, dia tiba–tiba menghilang. Kenapa dia meninggalkan kita?” ucap Gi Bbeum
“Setelah
ibumu melahirkan Sa–rang, dia mengalami depresi pascasalin. Dia memang selalu sedikit
sensitif.” Cerita Tuan Joo
“Apa kau
masih mencintainya? Apa Kau tak membencinya?” tanya Gi Bbeum
“Bagaimana
bisa? Dia adalah cintaku yang hidup dalam memori masa lalu. Dia tak bisa
dihapuskan begitu saja. “ ungkap Tuan Joo yang masih mencintai istrinya.
“Dulu,
kau berkata saat kita tak bisa melindungi orang yang kita sayangi, maka ada
cara lain. Apa itu?” kata Gi Bbeum.
“Memiliki
harapan... Menunggu dan tetap mencintai. Seperti itu saja, hari ini, besok, kau
bisa menunggu. Kau bisa hidup seperti ini saja.” Ungkap Tuan Joo.
Bersambung
ke part 2
Udah baca tulisan sinopsis aku 'kan..
hihihi...
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Tinggal Klik disini, buat
yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe akhir tahun
ini
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar