PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Anak buah
Moo Yeon keluar rumah, melihat Moo Yeon melamun dan menyuruh agar harus tidur
sebentar. Moo Yeon mengaku kalau perasaanya bermasalah dan ingin menyelesaikan
pekerjaan sesegera mungkin.
“Kenapa kau
menjadi sukarelawan untuk pekerjaan yang kejam seperti itu? Bagaimana
orang-orang seperti kita membunuh Putra Mahkota?” kata Anak buah Moo Yeol
“Aku
sudah bernegosiasi... Sesudah ini, kita tidak perlu membunuh lebih banyak
orang. Bukan hanya aku, tapi kau juga. Kita tidak bisa membunuh orang sampai
hari kita mati. Terutama, aku punya seseorang yang menungguku.” Tegas Moo Yeol
“Sudahkah
kau menemukan keberadaannya?” tanya Moo Yeol melihat anak buahnya yang datang.
“Ya, Desa
Songjoo.” Kata anak buahnya.
Won Deuk
melihat Hong Shim masih tertidur diam-diam keluar rumah. Hakim Jo panik melihat
Tuan Park yang datang pagi-pagi. Tuan park mengaku kalau sudah memikirkannya
sepanjang malam, jadi tidak tahan lagi.
“Aku
harus menangkap Won Deuk dan membunuhnya di tikar jerami.” Kata Tuan Park
“Baiklah,
Tuan. Biarkan aku pergi berdandan dulu.” Ucap Hakim Jo akan masuk.
Tapi saat
itu tiba-tiba sebuah panah menancap di tiang, Hakim Jo mengumpat Bajingan macam
apa yang melakukan perbuatan memalukan ini. Tuan Park melihat isinya kalau Ini
sungguh waktu yang tepat, karena Tidak masalah siapa yang mengirim ini jadi
menyuruh Hakim Park agar pergi tangkap Won Deuk segera, karena punya ide.
Won Deuk
berjalan kembali ke rumah dan sadar kalau melihat pohon sakuranya jatuh, lalu kebinguan
tak menemukan buku yang disembunyikan. Saat berjalan keluar rumah beberapa
pengawal mengejarnya. Won Deuk kebingungan karena dari kiri dan kanan prajurit
mengejarnya dan akhirnya mengambil jalan lurus.
“Meok
Goo... Kau Lari menuju bar dan mencari seorang sarjana miskin dengan hidung
tajam dan mata ramah.” Ucap Won Deuk melihat Meok Goo
“Aku
sibuk. Nyonya sudah memberiku tugas untuk dijalankan.” Kata Meok Goo. Won Deuk
akan membayar 2 Puns
“Lalu Apa
yang harus aku lakukan sesudah menemukannya?” tanya Meok Goo
“Katakan
padanya untuk datang ke biro hakim. Ini penting.” Ucap Won Deuk. Meok Go
meminta agar Won Deuk membayarnya. Won Deuk pun bergegas menghindari kejaran
prajurit.
Meok Goo
memberitahu kalau Sarjana yang miskin dengan hidung yang tajam dan mata yang
ramah datang ke kantor hakim. Hong Shim terlihat binggung, Meok Goo memberitahu
kalau itu pesan Won Deuk dan akan mendapatkan dua puns.
“Apa Dia
tidak memberitahumu alasannya?” tanya Hong Shim binggung
“Tidak
ada waktu untuk itu. Petugas Patroli mengejarnya untuk menangkapnya. Dia sibuk
melarikan diri.” Kata Meok Goo.
Seorang
pria membacakan surat didepan istana “Kutukan atau media untuk membunuh seseorang
adalah trik yang jahat. Itulah dosa berat yang pantas dihukum mati.”
“Ratu
harus menjadi teladan dari rakyatnya, tapi sebaliknya, dia sudah membicarakan hantu
dan fenomena misterius serta membahayakan Putra Mahkota dan Putri Mahkota. Kami
sangat khawatir itu mungkin akan turun menurun. Dan Juga, kematian Putra Mahkota
yang malang harus relevan dengan masalah ini.” Kata si pria
“Yang
Mulia, tolong lepaskan Ratu dan Pangeran Seowon dan tegak disiplin negara ini. Mohon
beri kami jawaban kerajaanmu untuk permohonan kami.” Ucap Si pria dan semua
membungkuk agar Raja memberikan jawaban.
Tuan Kim
duduk melihat dengan wajah bahagia, Semua meminta agar menyingkirkan Ratu dan
Pangeran Seowon dan meminta jawaban Raja untuk banding kami.
“Beritahu
pengadilan segera.” Kata Raja pada kasim setelah mendengar semua pemintaan rakyatnya.
Won Deuk
akhirnya dibawa ke kantor hakim dan
ingin tahu alasan mereka menangkapnya. Hakim Jo mengatakan Sebuah panah
ditembak dengan surat peringatan pagi ini. Ia tahu kalau Won Deuk membencinya
dengan surat peringatan ini.
“Aku
melakukan urusan negara di bawah perintah Raja, jadi menghinaku berarti
menghina Raja. Itu tidak berbeda dari pengkhianatan tingkat tinggi.” Kata Hakim
Jo
“Apa Kau
memiliki bukti bahwa aku menembak panah?” tanya Won dek.
“Ini.
Puisi yang ditulis di sini adalah salah satu yang kau kicaukan saat pesta ulang
tahun Tuan Park.” Kata Hakim Joo
“Itu
tidak bisa menjadi bukti. Siapa pun di tempat itu bisa mendengar puisi itu.”
Balas Wo Deok merasa tak bersalah dengan nada angkuh.
“Aku
sangat terganggu dengan caramu berbicara. Apa Kau pikir seorang bangsawan? Kau
tidak tahu tempatmu... Aku akan memberimu pelajaran.” Kata Hakim Jo menyuruh
agar Segera mengikuat Won Deok.
Saat itu
Hong Shim datang menahan Won Deuk sebelum diikat pada meja hukuman bertanya apa
yang dilakukan pada suaminya. Hakim mengatakan kalau sedang melakukan beberapa
urusan resmi dan bukan tempat untuk Hong Shim.
“Berhenti.
Suamiku Won Deuk terlalu bodoh untuk melakukan apa pun dan kau sudah tahu itu. Kau
diberitahu bahwa semua orang bergosip tentang betapa tidak bergunanya dia Apa
kesalahannya sampai dia harus dipukuli?” ucap Hong Shim menyakinkan dan Won
Deuk terlihat sinsi.
“Kau
pikir, aku akan jatuh pada kebohonganmu lagi? Aku melihat dia membaca puisi dan
mendengar bahwa dia seorang petarung yang terampil.” Kata Tuan Park
“Apa kau
mengirim preman itu? Yang memukulku.” Kata Won Deuk. Semua langsung berbisik
tak pecaya kalau Tuan Park yang mempekerjakan preman.
“Jangan
hanya berdiri disana. Ikat dia!” teriak Hakim Jo marah, Hong Shim mencoba
menahanya.
“Astaga,
malangnya diriku.. Aku akhirnya menikah diusia 28 dan mereka menghancurkan
rumahku lalu sekarang mereka memukuli suamiku. Bagaimana aku hidup jika dia
patah kaki?” rengek Hong Shim sambil menangis.
Saat itu
Tuan Park malah mengancam Hong Shim dengan pedangnya, Won Deuk terlihat marah.
Tuan Park menyuruh agar melepaskan Won Deuk dengan pedang di leher Hong Shim.
Raja
melihat setiap petisi sama karena Mereka semua ingin Ratu dan Pangeran Seowon
digulingkan dan memikirkan yang harus dilakukannya. Kasim memberitahu kalau Pangeran Seowon datang.
Raja pun mempersilahkan anaknya masuk.
“Aku
mohon maaf atas perhatiannya. Aku tidak punya waktu untuk berbicara denganmu. Aku
datang untuk menanyakanmu sebuah pertanyaan. Sekarang, menurutmu siapa yang
memerintah negara ini?” ucap Paengran Seowon.
“Apa yang
ingin kau katakan?” tanya Raja marah melihat anaknya.
“Interogasi
dimulai dan jimat itu disebutkan kurang dari sehari yang lalu. Interogasi
dilakukan secara rahasia. Bagaimana semua orang tahu tepat waktu untuk
mengajukan ratusan petisi?” kata Pangeran Seowoon.
“Bahkan
Itu belum semuanya.. Kerusuhan para sarjana Seonggyungwan, pos-pos aneh di
pasar. Satu-satunya penjelasan adalah bahwa seseorang merencanakan segalanya.”
Kata Pangeran Seowoon.
“Apa itu
seseorang Wakil Perdana Menteri?” tanya Raja. Pangeran Seowoon membenarkan.
“Dia
ingin duduk di atasmu dan memerintah negara ini.” Kata Pangeran Seo Woon. Raja
marah menyuruh anaknya berhenti bicara.
“Apa yang
kau tahui sampai mengatakan hal seperti itu?” ucap Raja marah
“Mantan
istrimu Shin... Ibu Putra Mahkota yang kau lindungi.” Kata Pangeran Seowon.
Raja tak
percaya kalau Pangeran Seowon berani mengatakan hal itu. Pangeran Seowon
bertanya apakah Raja bertekad kehilangan
ibu dan anaknya juga. Raja terdiam mendengarkanya.
Tuan Park
menyuruh Won Deuk agar menembak panahnya, kalau mampu maka itu artinya Won Deuk
adalah orang yang memberi tahu mereka tentang serangan itu. Won Deuk pikir Itu
adalah logika yang salah dan tidak bisa diterima.
“Aku sudah
berlatih memanah selama bertahun-tahun. Jika anak panah membersihkan dinding
dan berakhir di sana, maka itu tidak ditembak dari dekat. Itu pasti ditembak
dari setidaknya 400 m jauhnya.” Jelas Tuan Park
“Aku
kembali ke daerah ini enam tahun lalu. Aku belum pernah melihat orang di daerah
ini menembak seperti itu. Satu-satunya tersangka adalah kau yang kuanggap
sangat mencurigakan.” Kata Tuan Park curiga.
“Aku
tidak dapat menembakkan panah.” Tegas Won Deuk. Hong Shim juga mengatakan kalau
Won Deuk tidak bisa menggunakan kapak atau sabit.
“Dia
bahkan tidak bisa membawa air kendi. Bagaimana dia bisa memanah?” kata Hong
Shim.
“Tutup
mulutmu!” teriak Tuan Park marah. Won Deuk pikir kalau Tuan Park yang tidak
tahu kehilangan ingatannya.
“Aku
tidak memiliki ingatan untuk menembakkan panah. Bagaimana aku bisa tahu
caranya?” ucap Won Deuk.
“Kau
lebih baik mencobanya. Jika tidak, maka dia akan mati.” Kata Tuan Park
mengancam dengan pedangnya. Goo Dul dkk panik melihat Hong Shim diancam.
“Jika kau
menembak pusat target, yang membuktikan kau menembak catatannya, kau harus
membayarnya dengan hidupmu. Jika kau tidak dapat menembak target, itu artinya kau
menyembunyikan keahlianmu untuk menutupinya,istrimu harus membayar dengan
nyawanya. Apa Dia harus mati?” kata Tuan Park mengancam. Semua berkomentar
kalau ini tak adik dan Hong Shim yang tak boleh mati.
“Apa ini
caramu mengancam orang-orang?” kata Won Deuk menyindir.
“Ambil
busurnya! Aku sudah tidak sabar dan tidak suka menunggu.” Perintah Tuan Park
Je Yoon
keluar dari rumah dengan pakaian biasa, tiba-tiba seseorang datang dari
belakang dan langsung membekap mulutnya.
“Tidak.
Jangan lakukan itu, Won Deuk. Kau harus mengulur waktu.” Kata Hong Shim panik
melihat Won Deuk.
Won Deuk
menarik panahnya, tapi tanganya yang terluka mengeluarkan darah. Tuan Park agar
tembak panahnya, karena Hidup Hong Shim ada di tangannya. Won Deuk menarik
panahnya, lalu mengarahkan pada Tuan Park, semua langsung berterik panik.
Tuan Park
ketakutan, Won Deuk tiba-tiba teringat saat itu hampir terkena panah dan
tanganya yang lemas malah melepaskan panah dan Tuan Park bisa menghindar tapi
panah menancap di dinding batu.
“Pegang
dia. Aku akan memenggalnya sendiri.” Teriak Hakim Joo.
“Buat
jalan untuk Inspektur Kerajaan!” ucap pengawal dan akhirnya semua terlihat
ketakutan dan berusaha kabur. Hakim Jo ingin kabur.
“Akulah
Inspektur Kerajaan Raja Heo Man Shik... Jo Boo Young... Berlututlah.” Ucap Tuan
Heo yang sebelumnya datang ke acara ulang tahun Tuan Park.
“Kenapa
harus aku? Aku tidak melakukan kesalahan apapun.” Kata Hakim Joo.
Tuan Heo
langsung melemparkan buku ditanganya, kalau itu Daftar korupsi yang diilakukan
selama tiga tahun. Hakim Joo langsung berlutut memohon maaf, Tuan Heo
memerintahkan agar mengikat semua orang yang terlibat.
Won Deuk
dan Hong Shim berhasil menyelamatkan diri, Won Deuk memastikan kalau Hong Shim
baik-baik saja. Hong Shim pikir mana mungkin baik-baik saja, karena Won Deuk hampir
terkena serangan jantung. Won Deuk langsung memeluknya.
“Itu
kesalahanku... Aku membidik pedang yang ada di tenggorokanmu.” Kata Won Deuk
“Kau
bilang kau tidak tahu panahan, kenapa membuat rencana seperti itu?” tanya Hong
Shim
“Sesudah
aku mengambilnya, .aku punya perasaan bahwa itu mungkin.” Kata Won Deuk.
“Jika
lenganmu tidak terluka, maka kau akan memegang pedang juga” ucap Hong Shim.
“Itu bukan
alasan kehilangan peganganku. Tapi Ingatanku datang” kata Won Deuk. Hong Shim
ingin tahu apa itu.
“Itu
mungkin ilusi... Aku seharusnya tidak bilang apa-apa.” Ucap Won Deuk.
“Tanganmu.
Kita tidak bisa membiarkannya seperti ini. Ayo temui tabib.” Kata Hong Shim.
“Tidak,
aku harus bertemu seseorang dulu.” Ucap Won Deuk.
Mentri
memberikan kalau itu adalah poster dari pasar dan Biro Distrik Ibukota
mengambilnya kapanpun seseorang naik. Tuan Kim bisa mengerti, dan sudah memberitahu bahwa kepala gubernur
tidak terlalu teliti. Mereka mengaku akan mengingatkannya.
“Pengadilan
menipu kita tentang penundaan pertemuan dengan raja ditunda. Pangeran Seowon
diizinkan bertemu dengan Yang Mulia.” Ucap Mentri melaporkan
“Mungkinkah
dia sudah mempengaruhi pikiran lemah Baginda Raja?” komentar Mentri lainya.
“Bagaimana
dengan banding gabungan?” tanya Tuan Kim, Mentri mengaku takut itu tidak dapat
terjadi hari ini.
“Kepala
dari Kantor Konselor Khusus kehilangan putranya dalam suatu peristiwa yang
tidak menguntungkan. “ jelas Mentri
“Kenapa
harus hari ini? Kau Pergi, temui Yang Mulia dan Aku harus mampir dulu ke kamar
Putri Mahkota.” Ucap Tuan Kim, Mentri mengerti.
Tuan Kim
memberitahu So Hye kalau Ada laporan tentang kematian seseorang yaitu Kepala
dari kantor putra Konselor Khusus. So Hye mengaku Paviliun terbakar dan keluar
dari istana atas perintah Tuan Kim ketika menyaksikan kebakaran itu sendiri.
“Baguslah...
Sekarang, tidak ada yang menghalangi jalanmu.” Kata Tuan Kim
“Aku akan
mampir ke Jungungjeon untuk menyambut Ratu. Aku berharap yang terbaik di
pertemuan kabinet.” Ucap So Hye dengan senyuman liciknya. Tuan Kim pun juga
menganguk.
Hakim Jo panik
dibawa keluar dari rumahnya,meminta agar diselamatkan. Teman Hong Shim tak percaya Bulu dan
biji-bijian yang diperintahkan adalah korupsi Hakim Jo. Goo Dul baru tahu kalau Tuan Joo menyajikannya
sebagai suap untuk naik ke istana raja. Kkeut Nyeo merasa kesal karena sudah bekerja bertahun-tahun tanpa hasil.
“Mungkinkah
dia tidak menangkap Tuan Park saat ini?” kata teman Hong Shim. Semua setuju.
“Dia
tidak bisa lolos dari ini karena hakim ditangkap. Bagaimanapun, aku tidak bisa
lebih lega!” kata Kkeut Nyeo.
“Gubernur
Jo tidak ada lagi di sini, kita harus berpesta.” Kata Goo Dul, semua terlihat
bersenang-senang.
“Kenapa
Tuan Park yang lain tidak diikutsertakan juga? Bukankah seharusnya dia dibawa
masuk?” sindir Kkeut Nyeon melihat Tuan Park sedih melihat Hakim Jo pergi.
“Apa yang
baru saja kau katakan? Apa kau bilang bahwa aku sama buruknya dengan Gubernur
Jo? Apa Kau tahu betapa aku menderita di bawahnya? Jika bukan karenaku, kau
akan dipukuli lagi. Siapa yang menghentikan itu terjadi? Aku! Kau pikir aku
sudah lebih baik? Aku tidak pernah memiliki kekuatan apa pun dengan Gubernur
Jo... Jika saja kau tahu...” ucap Tuan Park menangis.
Semua
orang seperti tak peduli, menurutnya Tuan Park melakukan banyak hal yang
tampaknya sebaliknya menyuruh agar berhenti menengia dan berpesta dengan mereka. Tuan Park penuh
semangat untuk berpesta, karena Ada sebotol alkohol yang aku curi dari Gubernur
Jo.
Won Deuk
bertemu dengan Tuan Heo bertanya apakah Apa ia orang yang mengirim catatan itu
dengan panah. Tuan Heo membenarkan dengan bangga. Won Deuk berkomentar melakukan
pekerjaan yang buruk untuk Inspektur Kerajaan. Tuan Heo terlihat binggung.
“Karena
catatan itu, aku dan istriku hampir mati.” Kata Won Deuk
“Aku
tidak tahu akan menjadi seperti itu... Maaf. Tapi, apa kau tahu bahwa aku
adalah Inspektur Kerajaan?” ucap Tuan Heo
“Bagaimana
aku tidak tahu? Kau membuatnya terlihat jelas.” Kata Won deuk. Tuan Heo tak
percaya kalau membuatnya tampak jelas.
“Baru-baru
ini, kau datang ke bar.” Ucap Won Deuk
Flash Back
Won Deuk
datang ke bar melihat Tuan Heo sedang makan ingin tahu Apa istrinya datang kesini. Tuan Heo pikir
tak mungkin tahu yang mana istri Won
Deuk itu sambil terus makan. Won Deuk mengatakan kalau Tuan Heo menemuinya di
pesta baru-baru ini.
“Jika kau
tidak mengotori kakimu, maka tidak akan ada yang terjadi Aku dan istriku tidak
harus membela diri.” Kata Won Deuk.
“Ya, dia
ada di sini, tapi aku tidak tahu ke mana dia pergi. Bisakah aku bertanya
sesuatu? Kau membacakan puisi di pesta. Di mana kau mempelajarinya?” ucap Tuan
Heo.
“Aku
tidak tahu di mana mempelajarinya. Aku hanya mengatakan apa yang terlintas
dalam pikiranku.”ucap Won Deuk lalu keluar kedai.
“Itu
adalah puisi yang kutulis selama ujian negara. Apa sudah menyebar ke seluruh
negeri?”kata Tuan Heo binggung.
Tuan Heo
tak percaya kalau Won Deuk mengetahui tentang Inspektur Kerajaan hanya dengan
itu. Won Deuk mengaku berharap memberika buku besar dan kesal karena melihatnya
pergi. Won Duk ingin tahu Bagaimana
dengan buku besarnya. Tuan Heo
mengatakan kalau Istri Won Deuk memberikannya padanya pagi ini.
Rapat di
kerajaan, Mentri dikubu Tuan Kim mengatakan tidak ada yang pernah bersekongkol
melawan Putra Mahkota dan Putri dalam sejarah mereka. Ia pikir kalau Ini
mengguncang fondasi dari keyakinan dan menurunkan disiplin Keluarga Kerajaan.
“Menyerahkan
Ratu dan Pangeran Seowon dan menunjukkan orang-orang yang mengendalikan bangsa
ini. Jimat saja tidak bisa menjadi alasan dari deposisi kerajaan. Di jalanan, rumor
tentang bagaimana Ratu memerintahkan pembunuhan Putra Mahkota.” Kata Menteri
“Dibutakan
dari kebenaran karena beberapa rumor tak berdasar bukan kualitas yang harus dimiliki
politisi. Jimat itu bukan satu-satunya upaya yang dilakukan Ratu pada kehidupan
Putra Mahkota.”ucap mentri
“Aku setuju
bahwa jimat layak dihukum, tapi tidak ada bukti yang membuktikan dia memerintahkan
pembunuhan itu sendiri. Aku akan memerintahkan Kepala Penyidik dan Pangeran
Seowon mencari bukti di Gunung Chunwoo.” Kata Raja
“Memberikan
tugas itu untuk Kepala Penyidik dan Yang Mulia seperti meminta serigala untuk
memelihara domba.” Kata Mentri kubu Tuan Kim.
“Beraninya
kau mengatakan itu pada Yang Mulia!” tegas Mentri pada kubu Ratu.
“Yang
Mulia, Biro Hakim dapat menyelesaikan ini sebagai gantinya. Aku mendorongmu
untuk berubah pikiran.” Kata Mentri
“Beraninya
kau! Apa maksudmu, kau menentang perintahku?” ucap Raja marah
So Hye
datang menemui ibu mertuanya, minta maaf karena tidak sering datang akhir-akhir
ini. Ratu Park mengaku Hari ini, tiba-tiba penasaran melakukannya. So Hye
mengaku belum bisa tidur nyenyak sepanjang bulan ini.
“Memikirkan
itu, kukira itu berkat hadiahmu. Untuk membalas kebaikanmu, aku juga menyiapkan
hadiah kecil. Apa masalahnya? Apa Kau takut itu adalah jimat?”.” Kata So Hye
memberikan sesuatu pada Ratu Park.
“Ini akan
berguna sekali di luar gerbang istana. Apa Kau menyukainya?” tanya So Hye
melihat tusuk kondenya. Ratu Park terlihat binggung.
“Kau
tampaknya berada dalam suasana hati yang buruk, aku akan undur diri.” Ucap So Hye lalu tiba-tiba merasakan mual dan
mengaku kalau hamil.
“Sudah
lama aku mengetahui tentang hal itu,tapi aku tidak bisa membiarkan orang lain
tahu karena insiden yang tidak menguntungkan. Jimat yang kau taruh di kediamanku
pasti tidak efektif.” Komentar So Hye
“Aku
memerintahkanmu untuk menyelidiki kembali pada kasus pembunuhan Putra Mahkota. Sampai
pelakunya jelas terungkap, maka aku tidak akan memutuskan apa pun.” Tegas Raja
“Yang
Mulia... Jika kau kehilangan dukungan rakyat, kau akan kehilangan negara. Jangan
menutup mata atas jeritan orang-orang di luar istana, atau kau akan kehilangan
dukungan mereka.” Kata Mentri
“Dukungan
dari orang-orang mengikuti cahaya. Kita harus mengungkapkan kebenaran dan
menggerakkan hati orang-orang dengan itu.” Ucap Tuan Jung. Raja menyetujuinya.
“Yang
Mulia... Aku menjadi penanggung jawab proses persidangan supaya aku bisa
menghukum orang-orang jahat yang membahayakan Putra Mahkota. Aku mengeksekusi
sidang tanpa pilih kasih. Aku baru saja menemukan bukti. Jadi, bagaimana bisa
kau tidak percaya padaku?” ucap Tuan Kim
“Bukan
karena aku tidak bisa mempercayaimu. Aku peduli dengan posisi putra mahkota. Jika
aku memecat Pangeran Seowon, satu-satunya pewarisku yang hidup, bagaimana
negara ini nantinya?” kata Raja.
“Apa itu
semua urusanmu?” balas Tuan Kim mempengaruhi raja.
“Apa Kau
tidak khawatir tentang masa depan negara ini?” tanya Raja
“Jika itu
yang menjadi kekhawatiranmu, kau tidak perlu khawatir. Tolong maafkan aku
karena melangkahi batasku, tapi kau sudah memiliki keturunan lain.” Kata Tuan Kim.
“Wakil
Perdana Menteri Kim... Apa maksudmu?” tanya Raja binggung.
“Putri
Mahkota sedang hamil... Dia mengandung anak Putra Mahkota... Yang Mulia... Selamat.”
Kata Tuan Kim, semua langsung berlutut memberikan selamat, Raja terlihat
binggung.
Won Deuk
terdiam, bertanya-tanya Bagaimana Hong Shim tahu bahwa Inspektur kerajaan. Ia
mengingat kembali saat hari pertama menikah berkomentar Tidak ada gunanya untuk
menikah dan dengan santai melepas pakaianku untuk tidur jadi jangan salah
paham.
“Jangan
sakit ataupun terluka... Tubuhmu bukan milikmu.” Kata Hong Shim
“Jangan
memetik bunga mulai sekarang. Di mana pun mereka bermekaran, bunga paling indah
untuk tetap di tempat mereka mekar. Menyiksa orang miskin bukan sesuatu yang
dilakukan pria” Kata Hong Shim punya hati yang baik.
“Kalau
dipikir-pikir, dia menggunakan dialek dan bahasa standar... Dan...” gumam Won
Deuk mengingat kembali. Saat Ia menulis, Hong Shim membaca buku.
“Dia tahu
cara membaca,tapi dia tidak memikirkan menghasilkan uang dengan itu... Kenapa?”
gumam Won Deuk penasaran.
Moo Yeol
memberitahu ada sekitar 500 rumah tangga di Desa Songjoo jadi membagi tuga
kalau ia akan mencari pasar, dan temanya harus melihat ke rumah-rumah.
“Jangan
gunakan komposit. Pensiunan pejabat mungkin mengenali wajah Putra Mahkota... Cepatlah...”
perintah Moo Yeol.
Goo Dul
melihat Won Deuk mengeluh kalau apa yang akan terjadi jika inspektur kerajaan
tidak muncul karena Sepertinya mereka akan terbunuh hari ini. Won Deuk mengaku
punya pertanyaan. Goo Dul mengeluh punya banyak pertanyaan.
“Apa yang
membuatmu penasaran kali ini? Katakan.” Kata Goo Dul.
“Apa kau
tahu bagaimana Hong Shim berpisah dengan saudara laki-laki?” tanya Won Deuk
“Hong
Shim tidak punya saudara laki-laki. Dia adalah anak tunggal.” Ata Goo Dul
“Tapi, kudengar
dia berpisah dengan saudara laki-laki.” Kata Won Deuk yakin
“Mungkin
dia seperti teman laki-lakinya yang lebih tua. Aku juga teman laki-lakinya yang
lebih tua. Pernahkah kau mendengar seseorang dengan wajah tampanadalah saudara
laki-laki?.” Ucap Goo Dul bangga.
“Dia
mungkin memiliki saudara laki-laki.” Kata Kkeut Nyeo. Goo Dul kaget
mendengarnya.
“Maksudku,
keluarga kandungnya.” Ucap Kkeut Nyeo. Goo Dul tak percaya kalau Hong Shim
diadopsi.
“Ayahnya
membawanya setelah putrinya meninggal.” Jelas Kkuet Nyoe
“Kenapa
kau tidak memberitahuku cerita yang penting sampai sekarang?” ucap Goo Dul
marah. Kkeut Nyeo mengaku itu karena Goo Dultidak bertanya.
“Jika kau
melihat Hong Shim, katakan padanya untuk datang ke ladang.” Kata Won Deuk.
“Ladang?
Apa yang akan kau lakukan di sana?” tanya Goo Dul.Kkeut Nyeo mengeluh kalau
suaminya tak perlu ikut campur dengan senyum malu-malu. Goo Dul kaget ternyata
Won Deuk sudah pergi. Kkeut Nyeo mengaku
iri pada Hong Shim.
Hong Shim
duduk sendirian mengingat saat Won Deuk berkelahi seperti memang memilki
keahlian yang tak seperti biasanya. Ia
lalu melihat ayahnya berjalan sendirian dan terlihat terkejut, lalu bertanya
kenapa ayahnya terkejut. Ayah Hong Shim menyangkal kalau ia hanya cegukan.
“Tugasmu kosong
hari ini, kemana saja kau sejak kemarin? Apa yang salah dengan tangan itu?”
tanya Hong Shim
“Aku
meninggalkan sesuatu di belakang gundukan suar.” Akui Ayah Hong Shim.
“Rumah
berantakan,dan putrimu kembali sesudah diculik. Won Deuk juga terluka. Dalam
semua keributan ini, Apa kau pergi untuk mencari sesuatu yang tertinggal?” kata
Hong Shim marah
“Begitulah
cara kerjanya di gundukan suar. Kau tidak tahu apa yang akan terjadi. Apa Kau
tahu kenapa aku kembali dengan selamat sesudah diculik oleh para penjahat?”
ucap Hong Shim.
“Itu
karena kau pandai berkelahi.” Kata Tuan Hong Shim yakin
“Tidak,
itu berkat Won Deuk... Dia datang menyelamatkanku... Dia mengalahkan preman
bersenjata itu hanya dengan tongkat. Itu tidak terlihat biasa.” Ucap Hong Shim
curiga.
“Mungkin
dia mendapat pelatihan keras selama dinas militernya. Ketika kau pergi, ia
ditangkap ke kantor hakim... Dia ditahan di sana. Jika dia tidak punya
pengalaman, maka dia tidak akan ahli melakukannya.” Komentar Ayah Hong Shim
menutupi kebenaran.
“Siapa
dia?” tanya Hong Shim. Tuan Yeon menegaskan kalau Won Deuk adalah Won Deuk.
“Darimana
dia berasal?” tanya Hong Shim, Tuan Yeon mengatakan Dari Desa Zelkova melewati
Desa Pohon Kastanya. Hong Shim mengajak pergi, “Aku memanggilnya Won Deuk
karena dia Won Deuk. Aku tidak akan memanggil Chun Deuk, Won Deuk, atau
memanggil Man Deuk, Won Deuk.” Jelas Tuan Yeon ingin menyakinkan.
“Katakan padaku
yang sebenarnya. Siapa Won Deuk sebenarnya? Ayah.” Kata Hong Shim mendesak.
Tuan Yeon pun hanya bisa minta maaf.
Won Deuk
pergi kepasar melihat sesuatu yang dijual. Pedagang ebrtanya apakah sedang
mencari sesuatu. Won Deuk mengatakan mau sepasang sepatu terbuat dari sutra
biru dengan bunga sakura. Penjua memperlihatkan Sepatu dengan bunga sakura satu-satunya.
“Itu
bukan bunga sakura, tapi bunga plum... Kedua jenis memiliki lima kelopak. Tapi Kelopak
bunga plum berbentuk bundar. Bunga sakura memiliki celah di ujung kelopaknya”
kata Won Deuk lancar.
“Apa itu
benar? Aku tidak tahu perbedaan seperti itu.” Kata pedagang binggung
“Tak ada
pilihan lain. Aku akan memilih pasangan itu.” Ucap Won Deuk. Si pedagang pun
akan membantunya.
Won Deuk
berjalan pergi tanpa disadari berpapasan dengan Moo Yeol. Sementara Moo Yeol
mengetahui Won Deuk sebagai putra mahkota. Won Deuk sudah ada di ladang bunga
terlihat bahagia dengan sepatu ditanganya. Hong Shim datang melihat Won Deuk
yang tersenyum padanya.
Moo Yeol
melepaskan busur panahnya, dan baru disadari kalau ada adiknya yang datan. Hong
Shim melihat didepanya kalau ada busur panah yang mengarah dari belakang Won
Deuk.
Bersambung ke episode 8
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Semangat kkak,, 😍😍😍
BalasHapusMakasih ya udh bkin sinopsisnya
selalu ditunggu sinopsisnya.....
BalasHapusSemangat terus unnie....fighting💕👍
BalasHapusMakasih buat sinopsisny.. semangat semnagat ☺
BalasHapus