PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Tuan Yeon
mengaku kalau Sebenarnya, Won Deuk bukan namanya. Hong Shim ingin tahu siapa
Won Deuk sebenarnya. Tuan Yeon mengaku
tidak tahu juga. Hong Shim tak percaya kalau Tuan Yeon membiarkan menikah
dengan pria yang tidak dikenalinya.
“Itu
untuk menyelamatkanmu. Itu satu-satunya yang ada di pikiranku. Kupikir itu akan
lebih baik daripada dipukuli sampai mati atau menjadi selir” jelas Tuan Yeon.
Hong Shim akan pergi.
“Kau mau
kemana?” tanya Tuan Yeon menahan Hong Shim.
“Aku
harus memberitahunya bahwa dia bukan Won Deuk.” Jelas Hong Shim.
“Hong
Shim.... Tidak bisakah kita hidup seperti ini? Dia sudah menyebabkan beberapa
masalah, tapi dia pintar dan sopan. Kulihat, dia sangat cocok untukmu.” Kata
Tuan Yeon memohon.
“Bagaimana
bisa kau mengatakan itu? Mungkin dia lelaki yang luhur. Keluarganya mungkin
mencarinya.” Kata Hong Shim khawatir.
“Tidak,
dia harus dianggap mati... Aku menyelamatkannya dari kematian. Dia pasti sudah
mati kalau bukan karenaku.” Jelas Tuan Yeon
“Jadi,
kau akan membuatnya hidup sebagai Won Deuk padahal dia bukan Won Deuk? Aku
tidak bisa melakukan itu.” Kata Hong Shim
Tuan Yeon
memohon, tapi Hong Shim juga mengaku tidak pernah kecewa pada ayahnya sepanjang
hidupnya sampai sekarang. Tapi menurutnya ini sungguh tidak benar. Tuan Yeon hanya
bisa menatap sedih
Won Deuk
menatap sepatu yang dibelinya. Moo Yeol melihat Won Deuk dan siap menarik panah
dan melepaskanya, saat itu tersadar kalau Hong Shim datang. Hong Shim melihat
panah dari belakang dengan mata melotot.
Won Deuk
pun tersadar dengan tatapan Hong Shim lalu melihat panah mengarah padanya. Ia
pun langsung berusaha menyelamatkan diri dengan Hong Shim dengan jatuh
diladang.
“Itu
panah, kan? Sepertinya Tuan Park sudah mengirim preman lagi karena dendam.”
Kata Won Deuk panik
“Aku
harus pergi memberitahu inspektur kerajaan.” Ucap Hong Shim. Won Deuk
menahanya.
“Dia
pasti belum pergi jauh. Kita tidak boleh bergerak sekarang. Kita tak tahu berapa
banyak yang dia kirim ataupun berapa banyak panah yang mereka miliki. Aku akan
memancing mereka kesana. Kau harus tetap di sini.” Ucap Won Deuk
“Jangan
pergi... Tetap di sini, di sisiku.” Kata Hong Shim. Won Deuk terdiam mendengar
kata-kata Won Deuk.
Raja
kaget karena tahu Putri Mahkota sedang hamil. Tuan Kim berdiri setelah berlutu
mengaku sudah cukup lama sejak anaknya tahu tapi tidak bisa membiarkan yang
lain tahu. Ia juga mengaku So Hye juga
tidak enak badan, sepertinya khawatir akan mengalami keguguran.
“Itu
pasti karena kutukan Ratu. Jimat yang menarik darah dan kemalangan hampir
mengambil darah bangsawan.” Kata Tuan Kim
“Yang
Mulia.... Kita tidak boleh menganggap insiden jahat ini dengan enteng. Ini bisa
menjadi memalukan selama beberapa generasi, kau jangan meninggalkan cacat dalam
pemerintahanmu turunkanlah tahta Ratu dan Pangeran Seowon.” Kata Mentri
pendukung Tuan Kim.
“Ini
adalah hari yang menyenangkan. Sudah saatnya ekstra hati-hati untuk stabilitas
Putri Mahkota. Bagaimana kalau kau mengirim tabib kerajaan dan minta dia
diperiksa?” saran Tuan Jung
“Ayo kita
lakukan itu.” Kata Raja seperti masti tak percaya
“Terima
kasih atas kemurahan hatimu yang tak terbatas, tapi menurut "Puisi
Klasik", jika seorang raja tidak dapat memperoleh dukungan rakyat, dia
akan kehilangan hak untuk menjadi raja.” Kata Tuan Kim mencoba meyindir.
“Dengan
demikian, dia tidak akan lagi menjadi raja. Jika kau kalah, apa yang akan kau
dapatkan? Sebuah proses dan peraturan yang tepat diikuti bahkan untuk
menceraikan isteri.” Kata Tuan Kim memprofokasi.
“Bagaimana
bisa memutuskan melengserkan Ratu negara ini dalam semalam? Berikan aku waktu.”
Ucap Raja Lee sinis.
“Butuh
waktu lama untuk mendapatkan dukungan orang. Tapi hanya butuh sedetik untuk
kehilangannya. Silahkan atasi masalah ini secepat mungkin.” Komentar Tuan Kim
seperti memperingati.
Di Ruang
Ratu, semua mentri pendukung duduk bersama sambil berpikir. Salah satu
berkomentar mereka menyalakan api di Gunung Mokmyuk dan mengalihkan perhatian
untuk sementara waktu, Mentri lain mengeluh kalau itu masih dianggap sebagai
tindakan balasan.
“Jika
kita melakukan itu, mereka akan semakin marah, dan beranggapan, itu semua
karena perbuatan Ratu.” Kata Mentri menolak rencana bodoh.
“Apa
Putri Mahkota benar-benar mengandungbayi Putra Mahkota? Semua orang tahu bahwa
pasangan itu tidak dalam kondisi baik.” Kata Ratu Park
“Kau
bahkan mungkin dijatuhi hukuman mati bukannya digulingkan dengan membicarakan
masalah itu. Kumohon sadarkan dirimu.” Komentar Tuan Jung
“Tidak
akan ada yang terjadi jika bukan karena Juru sita Jung. Bagaimana bisa
menemukan jimatnya? Apa Keluargamu bahkan di bawah kendali?” komentar Ratu Park
kesal. Tuan Jung hanya bisa terunduk meminta maaf.
“Apa Kau
pikir ini dapat selesai hanya dengan permintaan maaf? Tidak bisa begini.. Aku
akan menemui Raja sekarang.” Kata Ratu
“Kau
Tidak boleh mengunakan pakaian itu... Jika kau akan pergi, berdandanlah
dulu.”saran Tuan Jung.
Je Yoon
berada di dalam gudang dengan tangan diikat, meminta agar diberikan sesuatu
untuk makan sebelum membunuh mereka semua.
Ia mengeluh aklau Pembunuhan terburuk di dunia ini, membuat seseorang
lapar sampai mati.
“Aku
ingin kau masuk, hadapi aku, dan bunuh aku dengan baik dan bersih. “ kata Je
Yoon menantang. Saat itu seseorang dengan baju sutranya.
“Sepertinya,
aku cukup pintar, tapi kali ini aku salah. Apa Kau akan membunuhku karena
menemukan jimat?” kata Je Yoon melihat siapa yang datang adalah Tuan Jung
“Aku akan
melakukannya jika ingin membunuhmu. Apa kau sadar situasi seperti apa yang
disebabkan ambisimu?” komentar Tuan Jung sempat memukul Je Yoon.
“Ini Bisa
diprediksi... Ratu digulingkan. Apa bukan itu?” kata Je Yoon
“Kau
sudah dimanfaatkan oleh Wakil Perdana Menteri. Artinya kau melemparkan mangsa
ke Wakil Perdana Menteri yang mencari kesempatan untuk menggulingkannya.” Jelas
Tuan Jung
“Orang-orang
akan mengetahuinya. Kalu Orang dibalik pembunuhan Putra Mahkota...” kata Je
Yoon langsung disela oleh Tuan Jung.
“Sang
Ratu tidak memerintahkannya. Memang Sudah menjadi tugasku merencanakan skema
semacam itu, tapi aku tidak pernah melakukan semua itu.” Jelas Tuan Jung
“Jangan-jangan,
kau menculikku untuk memohon ketidakbersalahanmu.” Kata Je Yoon kaget.
“Aku
tidak tahu kenapa kau menyebabkan masalah di sana-sini, tapi jangan bertindak
sembrono lagi. Seseorang sepertimu tidak seharusnya menempelkan hidungmu dalam
masalah ini.” Tegas Tuan Jung memperingati.
“Aku
punya permintaan untukmu... Aku butuh dua hal... Seragam resmi dan tandu. Hidupku
sepertinya sudah di ambang.” Jelas Je Yoon memohon.
Hong Shim
dan Won Deuk masih ada didalam semak. Won Deuk pikir mereka tidak bisa tetap
seperti ini sampai matahari terbenam jadi harus memeriksa. Hong Shim memohoan
agar Won Deuk Jangan memancing mereka.
“Kita
tidak tahu berapa banyak preman di sana. Aku tidak rela mereka mengejarmu.”
Ucap Hong Shim khawatir.
“Sekarang
kau sangat mengkhawatirkanku, jadi aku harus mengirim orang lain.” Kata Won
Deuk. Hong Shim terlihat binggung.
Won Deuk
mengambil sepatu Hong Shim dan langsung melempar kearah lainya, tak ada suara
dan pergerakan apapun. Won Deuk mengartikan
mereka sudah pergi dan Tidak ada yang terjadi. Hong Shim kesal
karena Won Deuk seharusnya melemparkan
sepatu jeraminya, bukan miliknya sendiri.
“Apa kau
menyuruhku berjalan tanpa sepatu?” kata Hong Shim kesal mencari-cari keberadaan
sepatunya.
“Coba
pakai ini... Aku ingin membeli sepasang bordir dengan bunga sakura, tapi hanya
menemukan bunga prem. Suatu hari nanti pasti, aku akan memastikan untuk
memberikanmu sepasang itu sebagai hadiah.” Kata Won Deuk memberikan hadiah
sepatu untuk istrinya.
Hong Shim
terdiam seperti tak percaya kalau Won Deuk bisa membelikan sepatu untuknya. Won
Deuk heran melihat Hong Shim hanya diam saja, bukan mencobanya. Hong Shim tetap
terdiam.
Won Deuk
dengan senyuman merasa Tidak ada pilihan lain jika Hong Shim yang menginginkan
untuk membantu memakainya. Hong Shim menolak karena akan memakainya sendiri.
Won Deuk berkomentar kalau sepatunya sangat cocok untuk Hong Shim.
“Aku...ingin
mengakui sesuatu.” Kata Hong Shim. Won Deuk mengaku sudah tahu apa yang ingin
dikatakan.
“Kau
dilahirkan di keluarga bangsawan.” Ucap Won Deuk Hong Shim. terlihat binggung.
“Apa? Aku
tidak tahu apa yang kau bicarakan. Apa yang dilakukan wanita dari keluarga
bangsawan?” ucap Hong Shim mencoba mengelak.
“Kau tahu
buku apa yang aku sembunyikan. Artinya, kau bisa membaca.” Ucap Won Deuk.
“Aku
belajar beberapa karakter saat bekerja serabutan.” Akui Hon Shim.
“Kau bisa
membaca tapi tidak membuat buku. Bahkan Kau bisa mendapat untung dengan
menjualnya. Mungkin kau ingin menyembunyikan statusmu.” Kata Won Deuk.
“Toko buku
baru dibuka belum lama ini.” Ucap Hong Shim membela diri.
“ Kau
juga tahu sarjana miskin adalah inspektur kerajaan. Itu hal yang sulit untuk
diperhatikan.” Balas Won Deuk.
“Dia
membicarakannya sepanjang waktu. Begitulah aku mengetahuinya.” Jelas Hong Shim.
“Kau
berbicara dengan aksen Hanyang kadang-kadang. Kata Won Deuk. Hong Shim berdalih
kalau bekerja untuk seorang kerabat di Hanyang jadi mempelajarinya.
“Jika kau
tidak ingin memberi tahu, kau tidak perlu melakukannya. Aku tidak keberatan mencari
tahu satu-persatu tentangmu.” Kata Won Deuk
Hong Shim
terdiam seperti merasa sedih. Won Deuk berpikir kalau Hong Shim sedih karena
tidak suka sepatunya. Hong Shim mengaku menyukainy, hanya khawatir Tuan Park
akan terus mengganggu mereka. Won Deuk mengaku punya rencana jadi Hong Shim jangan
khawatir.
“Bau
jelai di angin sangat harum. Aku lupa apa yang terjadi pada kita di masa lalu, tapi
aku tidak akan pernah melupakan momen ini.” Ungkap Won Deuk menghirup udara
yang selama ini tak pernah dirasakanya.
Sebuah
tandu tertutup dihentikan depan pintu, petugas meminta agar membuka jendelanya
karena harus memeriksa identitasnya. Je Yoon mengeluarkan tanda pengenalanya
sebagai juru sita. Petugas ingin tahu alasan ada dalam tandu.
“Aku di
sini dan itulah yang penting... Biarkan aku masuk sekarang juga.” Kata Je Yoon.
Saat tandu masuk anak buah Tuan Park melihat diam-diam.
Je Yoon
mencari buku “Catatan Sekretariat Kerajaan” lalu mulai membaca apa yang
terjadi. Saat itu tertulis Tuan Kim yang mengatakan sangat percaya itu yang
terbaik untuk tidak menghadiri upacara hujan yang akan datang.
Flash Back
Raja
menyuruh Lee Yeol harus menghadiri upacara hujan di tempatnya, Lee Yeol meminta
ayahnya agar membatalkan pesanannya, menurutnya tak ada yang lebih penting
daripada upacara hujan.
“Sebelum
menjadi Putra Mahkota, aku adalah putramu. Bisakah kau tidak memberiku
kesulitan yang tidak bisa kuhadapi sendiri?” ucap Lee Yeol
“Apa Sesuatu
yang mengerikan yang tidak bisa dia pecahkan? Jadi Itu sebabnya dia tidak mau
menghadiri upacara Tapi dia tidak punya pilihan lain. .. Itu adalah saran Kim
Cha Eon.. Apa Wakil Perdana Menteri membunuh Putra Mahkota?”gumam Je Yoon
yakin.
Je Yoon
datang menemui Tuan Kim di ruanganya, Tuan Kim melihat surat yang dibawa Je
Yoon bukan segel Putra Mahkota. Je Yoon mengaku kalau itu adalah dokumen
pribadi dan Tuan Kim bisa memeriksa tulisan tangan. Tuan Kim ingin tahu Apa yang ingin di dapatkan,
Jabatan atau kekayaan.
“Aku
ingin mendapatkan hatimu.” Kata Je Yoon. Tuan Kim kaget mendengarnya.
“Aku
ingin bekerja untukmu, bukan mendiang Putra Mahkota. Itu adalah kenapa aku
memberimu surat rahasia ini.” Kata Je Yoon mendekati wajahnya agar Tuan Kim
yakin.
Ayah Hong
Shim gelisah didepan bar, lalu melihat keduanya pulang mengeluh karena datang
larut sekali. Hong Shim mengaku pergi menemui tabib padahal sudah bilang
baik-baik saja tapi Hong Shm yang terus khawatir. Hong Shim memberitahu kalau
tangan Won deuk terluka.
“Kau
terluka untuk menyelamatkan Hong Shim, kan? Aku bangga dengan menantuku.”
Ungkap Ayah Hong Shim
“Wajar
bagi seorang pria untuk melindungi istrinya.” Kata Won Deuk dengan senyuman
bahagia.
“Tapi
jika kau bangga denganku, bisakah aku makan nasi sup?” ucap Hong Shim. Won Deuk
mengaku belum makan sepanjang hari dan lapar.
“Kau
tidak perlu hanya makan 1 mangkuk. Kau dapat makan 2.” Kata Tuan Yeon. Won Deuk
tak percaya mendengarnya.
“Mi Geum,
bisakah kau membawa semangkuk sup dengan banyak makanan padat?”kata Tuan Yeon
lalu mengajak Hong Shim untuk berbicara.
Keduanya
duduk dalam kamar, Tuan Yeon yakin kalau Hong Shim tidak memberitahunya, Hong Shim mengaku tidak bisa. Tuan Yeon
memujinya, menurutnya Won Deuk percaya, dirinya Won Deuk dan Jika Hong Shim bilang kepadanya dia bukanlah Won Deuk, pasti
akan sangat terkejut.
“Aku
belum memutuskan tidak akan memberitahunya.” Ucap Hong Sim
“Ada
waktu untuk segalanya. Kehilangan ingatannya tidak akan bertahan selamanya. Ingatannya
akan kembali suatu hari nanti. Kau bisa mengatakannya yang sebenarnya padanya.”
Jelas Tuan Yeon.
“Bagaimana
mungkin ingatannya kembali ketika kita menipu dia? Kita berbohong padanya. Pada
awalnya, dia sadar dia bukanlah Won Deuk. Aku mengabaikannya ketika dia
mengatakan itu. Aku tidak bisa meninggalkannya seperti ini. Aku harus
membantunya memulihkan ingatannya.” Jelas Hong Shim.
Di kamar
Won Deuk memikirkan yang harus dilakukan karena Peringatan yang tidak siap hanya
akan menyebabkan lebih banyak preman terlibat. Saat itu terdengar teriak Goo
Dul memanggil Won Deuk dan Hong Shim agar keluar. Keduanya pun keluar dari
pintu berbeda.
“Kenapa
kalian berdua di kamar berbeda?” tanya Kkeut Nyeo curiga.
“Aku
sedang berbicara dengan Ayah. Lalu Kenapa kau di sini?” tanya Hong Shim mencoba
mengalihkan.
“Kami
mengadakan pesta untuk merayakan pemecatan hakim. Dan Kami menunggu tapi kau
tidak datang, aku membawa beberapa kue pelangi.” Jelas Kkeut Nyeo
memperlihatkan kue beras.
“Apa kue-kue
itu dibuat dengan pelangi?” tanya Won Deuk yang polos melonggo tak percaya.
“Ya
ampun. Ada apa dengan otaknya... Apa Kau kesurupan?” komentar Goo Dul lalu
menarik Won Deuk untuk ikut denganya saja.
Kkeut
Nyeo melihat sepatu apa yang digunakan temanya. Hong Shim mengaku kalau itu
Hadiah Dari Won Deuk. Kkeut Nyeo tak pecaya kalau Wajah cantik seperti Won Deuk
memberikan hadiah yang cantik?
“Aku
sangat cemburu. Kau punya suami seperti dia... Kemalangnya aku. Keberuntunganku
seperti kue beras ini.” Ungkap Kkeut Nyeo iri.
Goo Dul
memberikan sebuah botol, karena Petugas Taman menyimpan anggur bokbunja jadi
membawa untuk Won Deuk untuk meminumnya lalu beraksilah larut malam ini. Won
Deuk binggung Kenapa harus ber-aksi pada
larut malam.
“Apa kau
tak tahu? Kau dan Hong Shim perlu berlatih.” Komentar Goo Dul.
“Jika itu
adalah anggur, aku tidak membutuhkannya... karena kita tidak memiliki hubungan
semacam itu.” Ucap Won Deuk
“Kau
tidak memiliki hubungan semacam itu? Apa Maka maksudmu kau belum tidur
dengannya?” tanya Goo Dul tak percaya.
“Kami
tidur di kamar yang berbeda.”akui Won Deuk. Goo Dul makin melonggo kalau mereka
tidur Terpisah.
“Ini
gila... Itulah mengapa tidak turun hujan, Meskipun semua pria dan wanita
menikah.. Ini semua salahmu... Sudah lama kau menikah dan Apa kau belum tidur
dengannya? Apa Kau tidak waras? Kau pasti gila...Won Deuk, jangan-jangan kau biksu.”
Ejek Goo Dul.
“Jenis
biksu apa yang punya rambut dikepalanya?” balas Won Deuk. Goo Duk tak peduli
memilih untuk pergi memberikan anggur untuk Won Deuk.
Goo Dul
dan Kkeut Nyeo berjalan pulang. Goo Dul membahas Won Deuk bukan hanya baik-baik
saja, tapi tidak bisa diprediksi. Terkadang Won Deuk terlihat pintar, tapi terkadang tidak bisa
mengerti. Kkeut Nyoe membela kalau Won
Deuk tidak bodoh.
“Apa Kau
tahu, dia membelikan Hong Shim sepatu?” kata Kkeut Nyeo.
“Sebentar.
Apa Kau cemburu?” ucap Won Deuk. Kkeut Nyeon pikir sudah pasti cemburu.
“Dia
mungkin menghutang... Haruskah aku melakukan itu juga? Haruskah aku pergi ke
rentenir dan membelikanmu sepatu? Seberapa bodoh dirimu?” kata Goo Dul kesal
berjalan mundur tak sadar ada orang dibelakangnya.
“Maafkan
aku, Tuan... Seharusnya aku melihat jalanku.” Ucap Goo Dul tertunduk saat
melihat Moo Yeol dengan pakaian bangsawan.
“Aku punya
sesuatu untuk ditanyakan. Apa hubungan kedua orang yang kau temui di bar?”
tanya Moo Yeol
“Mereka
suami-istri” ucap Goo Dul. Moo Yeol kaget mendengarnya kalau adiknya sudah
menikah.
“Apa kau
tahu bagaimana mereka berakhir seperti itu?” tanya Moo Yeol
“Putra
Mahkota memerintahkan setiap pria dan wanit menikah. Hong Shim umurnya kelewatan,
tapi dia tidak punya suami.” Kata Goo Dul mengejek. Kkeut Nyeo langsung
mencubit suaminya.
“Tapi Kenapa
Tuan bertanya?” tanya Kkeut Nyeo. Moo Yeol mengaku Pria muda itu terlihat seperti seseorang yang
dikenal.
“Kau
harus memastikannya... Oh tunggu. Won Deuk menderita kehilangan ingatan, dia
mungkin tidak mengenalimu.” Ucap Goo Dul. Moo Yeol kaget lagi.
“Pada awalnya,
dia tidak tahu namanya, bahan dia juga tidak mengenali Hong Shim. Ingatannya
mungkin akan kembali jika dia melihat wajah yang dikenalnya, silahkan masuk ke
dalam.” Kata Goo Dul
“Itu
tidak perlu. Aku yakin itu adalah pria yang hanya terlihat seperti temanku. Pokoknya,
pulanglah dengan selamat.” Kata Moo Yeol segera pergi.
Kkeut
Nyeo mengeluh karena suaminya yang memberitahunya semua itu. Goo Dul pikir itu
karena Moo Yeol yang menanyakan.
Won Deuk
duduk didepan kamarnya mengingat kembali yang dikatakan Goo Dul “Kau sudah lama
menikah dan Apa kau belum tidur dengannya? Apa Kau tidak waras? Kau pasti
gila.” Saat itu Hong Shim keluar kamar
mengatakan menyiapkan meja untuk sup dan kue beras.
“Asal kau
tahu, itu dibuat dengan gandum, biji wijen, mugwort, dan kudzu. Ini enak, jadi
cobalah beberapa.” Jelas Hong Shim
“Kenapa
kue itu dinamai pelangi?” tanya Won Deuk. Hong Shim pikir Goo Dultampaknya
belum membacanya atau bahkan pernah mendengarnya.
“Aku
tidak menyukai namanya.” Kata Won Deuk. Hong Shim ingin tahu Won Deuk menyukai
apa.
“Biasanya
kau makan apa?” tanya Hong Shim. Won Deuk menjawab suka Pancake daging.
“Aku
ingat menikmatinya.” Kata Won Deuk. Hong Shim bertanya apakah Won Deuk ingat di
mana memakannya
“Di rumah
Tuan Park.” Ucap Won Deuk. Hong Shim merasa ragu itulah pertama kalinya.
“Coba
pikirkan di mana kau makan sebelumnya.” Ucap Hong Shim. Won Deuk mencoba
memikirkan tentang Sebelumnya
“Goo Dul
mengambil satu! Dia mencuri satu untuk Kkeut Nyeo dan...” kata Won Deuk
mengebu-gebu. Hong Shim tak bisa berkata-kata lagi.
“Kau
pasti lapar, silahkan makan.” Kata Hong Shim tak ingin membahasnya.
“Apa Kau
tidak akan makan denganku?” tanya Won Deuk. Hong Shim mengaku lebih nyaman
makan bersama ayahnya dan perlu bicara juga.
“Benar.
Nikmati makanan dan percakapanmu. Malam ini adalah malam terakhirmu akan tidur
di kamarnya.” Ungkap Won Deuk. Hong Shim terlihat kaget.
Saat itu
diam-diam Moo Yeol menatap dari kejauhan, dua anak buahnya datang menghampiri
kalau Pria di bar. Moo Yeol mengatakan mengurusnya sendiri, jadi meminta merkea
kembali dan menunggu saja. Anak buahnya ingin tahu alasanya.
“Dia ada
dalam jangkauan kita.” Kata Anak buanya. Moo Yeol beralasan kalau harus
memeriksa ulang.
“Apa Maksudmu
itu belum tentu Putra Mahkota? Biarkan aku memeriksa apa itu dia.” Kata Anak
buahnya
“Adikku...
Wanita yang bersamanya adalah adikku.” Ucap Moo Yeol
Ratu Park
bersimpuh denga baju putihnya di depan ruangan suaminya. Raja melihat dari
belakang.
“Yang
Mulia.. Tolong jangan biarkan Pangeran Seowon digulingkan. Sebagai ibunya, aku
akan bertanggung jawab penuh. Selamatkan hidupnya dengan memberiku racun. Tolong
maafkan Pangeran Seowon, Yang Mulia.” Jerit Ratu Park sambil menangis.
“Ibu.. Ibu,
jangan berbicara tentang kekejaman seperti itu.” Kata Pangeran Seowon
menghampiri ibunya.
“Kembali
ke kamarmu... Akulah orang yang berdosa, oleh karena itu aku akan dihukum. Bahkan
jika aku harus mengorbankan diriku sendiri, aku akan melindungimu sampai akhir.
“Ucap Ratu park.
“Aku akan
meninggalkan istana. Jadi bersiap-siaplah” kata Raja pada pengawalnya.
Mentri
melihat tulisan dari Lee Yeol berpikir Karakter Cina untuk "tumit"
dan ingin tahu apa maksud Putra Mahkota dengan surat ini. Tuan Kim pikir tak
peduli apa itu menurutnya Apa pun yang bisa menghantui mereka hanya harus dihancurkan dengan membakar surat
Lee Yeol
“Tuanku,
kau ada tamu.”kata Kasim memberitahu
“Apa dia
tidak punya sopan santun? Ini Sudah larut, jadi katakan padanya untuk kembali
besok.” Ucap Tuan Kim marah. Tapi saat itu pintu terbuka dan seorang masuk.
“Siapa
yang berani membuka pintuku tanpa izin?” teriak Tuan Kim, Mentri panik karena
Raja ternyata yang datang.
“Menteri,
tinggalkan kami.” Ucap Raja. Mentri pun menganguk mengerti.
Keduanya
duduk bersama, Raja mengaku suadh menelantarkan ibu dari putranya, dan bilang
pada diriku sendiri, itulah satu-satunya cara untuk melindungi putranya, bahkan
berusaha menemukan kenyamanan dalam kata-kata itu.
“Tindakanku
menyebabkanku kehilangan anakku juga. Aku tidak ingin menindaklanjutiny menjadi
orang yang membunuh putraku.” Ucap Raja seperti ingin curhat.
“Apa
Bahkan jika itu Ratu dan Pangeran Seowon?” tanya Tuan Kim
“Kutuk
aku karena menjadi raja yang lemah... Namun, aku tidak dapat menelantarkan
istri dan putraku lagi.” Jelas Raja
“Raja
harus tahu kapan harus berhati-hati. Jika kau membiarkan emosi mempengaruhimu,kau
mungkin menempatkan seluruh bangsa dalam bahaya. Selain itu, jika kau memaafkan
kejahatan anggota keluarga, orang-orang tidak akan menghormatimu lagi.” Ucap
Tuan Kim
“Orang-orang?
Apa Orang yang kau katakan? Aku tahu betul kalau itu kau, orang yang
menggerakkan orang-orang. Mulai saat ini, kau harus berhenti mempengaruhi
orang-orang.” Tegas Raja mengetahui Tuan Kim yang licik.
“Untuk
apa aku melakukan itu?” balas Tuan Kim mengelak.
“Kenapa
tidak menjadi raja sendiri saat itu? Kenapa kau membiarkanku mengambil tahta?”
ucap Raja
“Apa
maksudmu ingin menyerah?” tanya Tuan Kim menyindir.
“Aku
tidak akan membiarkan Ratu dan Pangeran digulingkan. Jika Putri Mahkota
memiliki seorang putra, maka aku berjanji untuk memproklamasinya sebagai cucu
sahku.” Jelas Raja
“Kau
pikir itu,apa yang kuinginkan?” ucap Tuan Kim. Raja ingin tahu apa lagi yang dinginkan
Raja.
“Aku
harus memikirkannya, jadi silahkan kembali dan tunggu jawabanku.” Kata Tuan Kim
Tuan Park
berada didalam kantor hakim menyuruh petugas agar membersihkan semua yang
berantakan sambil mengeluh para pengawal kerajaan yang tidak bisa lebih lembut dengan penangkapan
dan harus membuat kekacauan.
“Won
Deuk, sialan. Apa kau harus menembaknya di sini?” keluh Tuan Park mencoba
mencabut panah yang tempel disela-sela batu.
Won Deuk datang melihat panah yang dilepaskan.
Tuan Park
menyuruh petugas agar membersihkan lainya, lalu melihat buku yang berserakan
dan menmukan daftar keluarga. Ia kaget
karena nama belakangnya adalah Won dan nama depannya adalah Deuk Tapi
nama lengkapnya adalah Na Won Deuk.
Hong Shim
datang ke bukit membawakan panah, bertanya apakah bisa menembak, karena luka
Won Deuk pasti masih sakit. Won Deuk juga tak tahu karena Lenganku terasa
sangat tidak nyaman, jadi mungkin menembak salah satu tenggorokan mereka.
“Haruskah
aku berterima kasih kepada Tuan itu? Aku yakin, sudah melakukan panahan
sebelumnya Dan mungkin, aku pandai dalam hal itu.” Kata Won Deuk akan
melepaskan panahnya.
Saat itu
Tuan Park sedang mengobrol dengan teman-temanya, lalu dikagetkan dengan panah
yang menancap di tiang kayu. Semua panik dan berpikir kalau itu surat
peringatan yang lain. Tuan Park membacanya dengan wajah panik.
“Aku
sudah tahu, kau punya preman untuk menggertak orang. Jika kau melakukan hal
seperti itu lagi, aku tidak akan memaafkanmu. Ingatlah aku, Inspektur Kerajaan
Heo Man Shik, aku mengawasimu.”
“Inspektur
kerajaan belum meninggalkan desa. Sepertinya dia masih mengincar kita, apa yang
harus kita lakukan?” kata teman Tuan Park panik
“Apa yang
bisa kita lakukan? Kita harus mengalah untuk sementara waktu.” Ucap Tuan Park
ketakutan melihat sekeliling.
Won Deuk
melihat dari kejauhan kalau Sepertinya itu ide yang bagus untuk memanfaatkan
inspektur kerajaan. Hong Shim pikir Mereka pasti kaget. Jadi mungkin tidak bisa
menindas mereka untuk sementara.
Won Deuk
mengatakan kalau ingin tidur di rumah bukannya di bar mulai hari in jadi
mengajak untuk membersihkan rumah. Hong Shim hanya terdiam menatap Won Deuk
yang pergi lebih dulu.
Saat
pulang ke rumah, Kkeut Nyeo dkk sedang membereskan rumah. Hong Shim binggung
Apa yang sedang mereka lakukan di rumahnya. Teman Hong Shim mengaku datang untuk membersihkan
kekacauan di rumah Hong Shim Jika melakukan semuanya bersama, akan segera
selesai.
“Kau
pernah bilang, orang harus saling membantu.” Ucap Kkeut Nyeo merapihkan alas
tidur. Hong Shim tersenyum bahagia mendengarnya.
“Aku akan
mendekorasi ruanganmu dengan baik, jadi malam ini... Tahu, kan?” bisik Goo Dul.
Won Deuk malah bertanya Apa yang harus di lakukan.
“Kalian Pergi
membuat lem ke kertas rumah.” Ucap Tuan Yeon. Won Deuk binggung diminta Membuat
lem
“Beristirahatlah.
Aku bisa mengurusnya.” Ucap Hong Shim. Won Deuk mengajak untuk melakukan
bersama.
“Ini Sungguh
aneh, semakin aku melihatnya.” Komentar Tuan Park melihat Won Deuk curiga.
“Apa yang
aneh?” tanya Tuan Yeon. Tuan Park mengaku tak adan mengajak agar terus
berkerja.
“Lakukan
ini juga. Aku tidak bisa melakukannya. Kenapa tidak berfungsi? Wah.. Pintu-pintu
ini seperti bangkai kapal.” Komentar Tuan Park membantu memperbaiki pintu.
Tuan Kim
memberitahu kalau Cendikia Seonggyungwan
sudah berhenti memprotes, jadi Tidak akan ada lagi banding dan Juga, semua
pejabat sudah setuju tidak membahas deposisi lagi. Raja ingin tahu apakah Tuan
Kim sudahkah berpikir tentang apa yang diinginkan.
“Kursi
kerajaan.” Kata Tuan Kim. Raja kaget mendengarnya.
“Apa kau menuntut
tahta?” kata Raja kaget tak percaya.
Semua
sibuk membereskan rumah, tiba-tiba Ma Chil datang dengan nada mengejek memuji
mereka yang sudah kerja bagus. Tuan Kim bertanya alsan datang dan berpikir
kalau datang untuk bantuan.
“Karena
apa yang terjadi pada Tuan Park yang dulunya memiliki punggungku, aku dalam
masalah bersamanya. Aku terburu-buru karena menghasilkan uang dari uang orang
lain. Jadi Bayarlah hutangmu senilai 45 Yang sekaligus, Atau menawarkan Hong
Shim sebagai gantinya.” Ucap Ma Chil semua kaget.
“Kau dan
aku membuat janji.” Ucap Won Deuk, Ma Chil mengaku Won Deuk yang menghadapi orang yang salah.
“Aku
bukan tipe orang yang menepati janji.. Itu sifatku.” Kata Ma Chil menarik Hong
Shim untuk ikut denganya.
“Lepaskan
aku, bicaralah dulu.” Kata Hong Shim. Tuan Yeon menahan Ma Chil.
“Kenapa
kau melakukan ini? Ambillah aku sebagai gantinya.”kata Tuan Yeon.
“Tidak
ada yang akan menggunakan pria tua sepertimu sebagai budak.” Ucap Ma Chil
Tuan Yeon
memohoan agar Jangan membawa Hong Shim. Ma Chil marah langsung mendorong Tuan
Yeon karena Kapal sedang menunggu jadi tidak ada waktu. Hong Shim akhirnya
mengigit tangan Ma Chil dan mencoba menolong ayahnya yang terjatuh.
“Ini Adalah
tindaka ilegal menjual orang dengan dokumen palsu.” Ucap Won Deuk akhirnya
memberikan pukulan ada Ma Chil dan langsung terjatuh.
“Kenapa
kau tidak melakukan apa-apa? Hakim tidak ada, kau harus menyelesaikan masalah
ini.” Ucap Won Deuk marah pada Tuan Park hanya diam saja.
“Ma Chil....
Dia tidak bernafas...” jerit Goo Dul. Semua kaget, Tuan Park mendekat mencoba
membangukan Ma Chil dan mengatakan kalau sudah meninggal.
“Tidak
mungkin... Bisakah seseorang mati dengan mudah?” kata Hong Shim. Tuan Yeon
pikir harus memeriksa.
“Jangan
sentuh dia jika kau tidak ingin pergelangan tanganmu dipotong. Ini adalah kasus
pembunuhan. Jangan ada yang bergerak.” Jerit Tuan Park. Semua pun terdiam, Won
Deuk pun terlihat shock.
Bersambung
ke part 2
Baca Juga Review Ms Sunshine. Drama terbaik 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar