PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Tuan Yeon
pank didepan rumah karena Hong Shim yang belum pulang, lalu dikagetkan dengan
seseorang datang ke rumah. Ia kaget melihat Won Deuk yang datang, lalu tersada
kalau didepanya adalah pangeran dan langsung berlutut.
“Hukum
aku sepanjang hidupku... Aku tak tahu kau adalah Putra Mahkota.” Ucap Tuan Yeon
memohon ampun.
“Dimana
dia? Orang itu... Dimana dia?” kata Lee Yeol berjongkok mendekati Tuan Lee
Yeon.
“Jangan
mencarinya. Kumohon padamu. Dia kehilangan ayahnya saat penurunan tahta. Dia
dipenggal kepalanya sesudah dijebak atas konspirasi. Apa yang akan kau lakukan
dengan putri pengkhianat itu? Kumohon, lupakanlah Hong Shim... Kumohon, Yang
Mulia.” Kata Tuan Yeon memohon.
“Aku,
harus menemuinya sekarang.” Ungkap Lee Yeol.
Hong Shim
berdiri dijembatan menatap lampion yang
terang, saat itu Le Yeol datang mengingat kembali kenangan masa kecilnya dan
yakin kalau didepanya itu adalah cinta pertamanya. Ia lalu memanggil nama Yi
Seo, Hong Shim menengok. Lee Yeol pun yakin kalau didepanya Yoon Yi Seo.
“Bagaimana
Yang Mulia tahu...nama itu?” tanya Hong Shim kaget.
“Ini
aku... Si Bodoh... Akulah Si Bodoh yang belum membaca "Dasar
Pembelajaran", dan kau mengikat ini di lenganku.” Akui Lee Yeol. Yi Seo
menatap Lee Yeol tak percaya.
Flash Back
Yi Seo
yang masih kecil mengingat lengan Lee Yeol yang berdarah,lalu keduanya berjalan
di bawah pepohonan bunga sakura. Yi Seo bertanya Mana yang lebih kau sukai, salju atau hujan
bunga. Lee Yeol mengaku menyukai Yi Seo.
“Aku akan
menikahimu.” Ucap Lee Yeol yang langsung jatuh cinta dengan Yi Seo
“Aku
menyelesaikan "Dasar Pembelajaran" dalam 10 hari.” Kata Lee Yeol
bangga datang ke tempat Yi Seo
“Baguslah.
Jadi kau datang. ke sini untuk memamerkan itu?” ucap Yi Seo dengan senyuman
bahagia.
Saat itu
pembunuhan Tuan Yoon di depan anak-anaknya, Lee Yeol melihatnya lalu Yi Seo
dibawa oleh kakaknya. Ia berteriak agar menghentikan perkelahian.
“Aku Yi
Yul, putra Pangeran Neungseon!” teriak Lee Yeol lalu memberi kode agar Yi Seo
segera pergi.
Hong Shim
mengingat semuanya saat masih bernana Yi Seo dan bertanya Kenapa Lee Yeol masih
memilikinya. Lee Yeol mengaku kalau Sepanjang hidupnya hanya merindukan Yi Seo.
Hong Shim mengejek Lee Yeol itu benar-benar bodoh.
“Kau
benar, aku bodoh... Meskipun kau masih hidup, meskipun aku memilikimu di
sisiku, aku tak mengetahuinya dan aku tak menyadarinya sampai hari ini.” Ungkap
Lee Yeol
“Apa
Ingatanmu sudah kembali sepenuhnya?” tanya Hong Shim. Lee Yeol mengaku belum
“Hanya
kenangan tentangmu.” Ungkap Lee Yeol. Hong Shim hanya terdiam lalu Lee Yeol
berjalan mendekatinya tapi seperti hanya ingin berlalu begitu saja.
“Hari
ini, kita berpisah saja seperti ini, tapi aku akan segera mencarimu lagi.”
Ungkap Lee Yeol berhenti sejenak tak ingin terlihat kalau mengenal Hong Shim.
Hong Shim
terdiam dengan menahan air matanya, saat itu seseorang seperti suruhan dari
Tuan Kim sengaja mengikuti Lee Yeol. Lee Yeol pun sudah pergi menjauh dari
jembatan.
Tuan Yeon
akhirnya bisa sedikit bernafas lega melihat Je Yoon yang datang. Je Yoon
bertanya Apa ada masalah. Tuan Yeon menceritakan sesudah merka bertengkar, Hong
Shim pergi Lalu Putra Mahkota datang.
“Bagaimana
dia tahu kita tinggal di sini? Apa Yang Mulia datang kesini?” kata Jee Yoon
binggung
“Jantungku
hampir jatuh... Kemana perginya Hong Shim? Aku sedang sekarat karena khawatir!”
kata Tuan Yeon sangat panik
“Kita
harus mencarinya dulu.” Ucap Je Yoon mencoba menenangkan.
“Aku tak
tahu jalan di Hanyang.” Akui Tuan Yeon, Je Yoon pun memutuskan akan pergi
mencari Hong Shim
Tapi saat
akan pergi, Tuan Yeon kaget melihat Hong Shim sudah ada didepan rumah dengan
tatapan kosong. Je Yoon bertanya apakah
Semua baik baik saja. Hong Shim hanya terdiam, Tuan Yeon tak ingin
banyak bicara mengajak Hong Shim untuk masuk kamar lebih dulu.
Tuan Yeon
pikir mereka arus mengemas barang-barang dan pergi dari sini sekarang, lalu
mencari kakak Hong Shim setelah itu.
Hong Shim bingung kenapa Tuan Yeon tiba-tiba memutuskan untuk pergi,
Tuan Yeon mengaku kalauPutra Mahkota datang datang saat Hong Shim pergi.
“Kita
akan mendapat masalah jika dia berkunjung ke sini lagi. Jadi Cepat kemasi
barang-barang... Cepatlah...” kata Tuan Yeon
“Aku
takkan pergi. Aku akan tetap di sini sampai kita menemukan kakakku.” Ucap Hong
Shim duduk dengan wajah cemberut.
“Apa yang
terjadi padamu?” tanya Tua Yeon binggung melihat tingkah Hong Shim.
“Ayah,
aku sudah memberitahumu Si Bodoh sebelumnya, kan? Berkat dia, kakakku dan aku
dapat melarikan diri.” Cerita Hong Shim. Tuan Yeon mengingatnya dan ingin tahu
keadaanya.
“Dia adalah...
Won Deuk.” Ucap Hong Shim. Tuan Yeon kaget mendengarnya.
“Dia
adalah Putra Mahkota. Dia masih menyimpan ikat rambutku bahkan akupun lupa akan
hal itu.” Kata Hong Shim. Tuan Yeon tak
habis pikir terjadi pada anaknya. Diam-diam Je Yoon mendengar dari depan pintu
kamar.
“Sepertinya,
kita ditakdirkan untuk saling bertemu lagi entah bagaimana pun.” Ungkap Hong
Shim.
“Hong
Shim, sadarkan dirimu... Raja saat ini menjadikan ayahmu sebagai pemberontak dan
membunuhnya untuk menjadi raja. Maka Kau bisa terbunuh juga. Itulah alasanmu
hidup bersembunyi.” Ucap Tuan Yeon mengingatkan kembali.
“Tapi Itu
bukan kesalahan Putra Mahkota dan Itu semua karena keserakahan orang tua.” Ucap
Hong Shim membela
“Itu tak
mengubah apa pun.” Tegas Tuan Yeon. Hong Shim tahu dengan hal itu.
“Tetap
saja dia masih penyelamatku, makanya itu aku ingin merindukannya semauku. Setidaknya
saat kita di sini di Hanyang, Aku ingin bertemu dengannya selagi bisa
melakukannya. Dengan Menjaga dia di
hatiku bukanlah sebuah dosa.” Ungkap Hong Shim
“Aku tak
melakukan ini karena membencinya. Aku takkan seperti ini jika dia hanya seorang
bangsawan... Tapi, dia Putra Mahkota... Ayahnya seorang Raja. Aku menghentikanmu
karena suatu alasan dan mengkhawatirkanmu.” Jelas Tuan Yeon.
Hong Shim
pikir lebih mengkhawatirkan Lee Yeol di istana daripada dirinya sendiri
menurutnya Semua insiden ini sangat aneh. Tuan Yeon tak bisa berbuat apa-apa.
Lee Yeol
sedang berdiri menatap kasim yang berlutut di depanya. Kasim mengaku Wakil
Perdana Menteri Kim sudah memerintahkan untuk mengawasi setiap gerak-gerik Lee
Yeol dan melaporkan padanya. Lee Yeol bertanya apakah Penjaga pribadi dan
wanita istana begitu juga. Kasim membenarkan.
“Jadi
Mereka harus melayaniku, tapi mereka bukan orangku?!! Mereka berpura-pura
bekerja untukku, tapi mereka memata-mataiku.” Sindir Lee Yeol menahan amarah
“Wakil
Perdana Menteri Kim mengkhawatirkan keselamatanmu lebih dari orang lain. Barangkali
ada ancaman terhadap Yang Mulia...”kata Kasim
“Itu Tak
mungkin, Mencoba menyingkirkan barang-barangku. tidak ada hubungannya dengan
keselamatanku. Jadi Apa tujuannya? Apa yang dia perintahkan padamu?” tanya Lee
Yeol
“Aku tak
bisa memberitahumu.” Ucap Kasim membungkuk dan tertunduk.
“Tugasmu
sebagai kasim adalah untuk melayaniku dan ayahku. Dan Itu sebabnya kau dibayar dengan
pajak masyarakat. Tapi, apa kau melayani orang selain diriku? Itu disebut
pengkhianatan tingkat tinggi.” Tegas Lee Yeol sedikit mengancam
“Wakil
Perdana Menteri Kim tak ingin ingatanmu kembali. Jadi Tak ada pilihan karena
dia mengancam keluargaku. Yang Mulia, Bunuh saja aku. Aku Lebih baik dibunuh di
tanganmu. Jika Wakil Perdana Menteri Kim tahu bahwa aku sudah tertangkap
seperti ini, maka dia takkan membiarkan keluargaku hidup.” Ucap Kasim. Kwon
Hyuk sudah siap dengan pedangnya.
“Kau
harus melakukan pekerjaanmu dan Aku akan melakukan tugasku.” Kata Lee Yeol lalu
meminta Kwon Hyuk agar menyingkirkan pedang itu. Kwon Hyuk melonggo binggung.
“Ini Bukan
berarti aku sudah memaafkanmu. Jadi Kau kembalilah.” Kata Lee Yeol akhirnya
membiarkan kasim itu pergi.
“Kau tak
bisa membiarkan kasim itu tetap di sisimu.” Ucap Kwon Hyuk binggung.
“Aku tak
bisa membuat orang mati karena Tuan Kim” kata Lee Yeol. Kwon Hyuk tak habis
pikir dengan sikap Lee Yeol
“Istana
adalah tempat yang sepi.” Ungkap Lee Yeol sedih karena tak seperti tinggal
bersama dengan Hong Shim.
Moo Yeon
pergi dengan Soo Hye dengan kuda disebuah padang ilalang, Soo Hye mengingat
ketika mereka datang terakhir kali, yaitu Saat turun salju. Moo Yeon merasa belum
mendapatkan jawaban dari Soo Hye, yaitu apakah
Soo Hye hamil...
“Itu
benar.” Ucap Soo Hye seperti mengaku ayah dari anaknya adalah Moo Yeon. Moo
Yeon kaget mendengarnya.
“Bisakah
kau pergi denganku kalau begitu?” kata Soo Hye seperti menantang. Moo Yeon
hanya diam saja.
“Kau
belum berubah sedikitpun... Tapi Jangan khawatir.... Bayi ini bukan bayimu.”
Kata Soo Hye lalu melangkah pergi dan saat itu seperti berharap agar Moo Yeon
menahan tanganya, tapi Moo Yeon membiarkan Soo Hye pergi.
Pelayan
melihat Soo Hye dengan lampu ditanganya, wajahnya panik karena takut kalau Tuan
Kim mengetahui kalau keluar dari istana. Soo Hye yakin kalau ayahnya tak
mungkin membunuhnya karena sedang hamil.
“Aku tak
takut dikurung di kediamanku... Istanalah... penjara bagiku.” Ungkap Soo Hye
seperti frustasi dengan kesendiriannya.
“Aku
meletakkan tandu di tempat yang jauh. Jadi Kau harus berjalan agak sedikit
lama” kata Pelayan. Soo Hye akan pergi lalu saat itu Moo Yeon menahanya seperti
ingin mengajak Soo Hye pergi.
Tabib
datang membawakan semangkuk obat, Kasim mengatakan kalau akan melayani Yang Mulia malam ini dan punya
banyak hal untuk berbicara dengan Lee Yeol secara pribadi, jadi meminta agar
ditinggalkan mereka berdua. Lee Yeol pun menatap kasim seperti ingin
mengujinya.
“Maafkan
aku... Mulai saat ini, aku akan minum obat herbalmu.” Ucap Kasim lalu meminum habis obat yang diberikan
tabib.
“Kenapa
Wakil Perdana Menteri Kim berusaha menghentikanku untuk mendapatkan kembali
ingatan? Jadi Ingatan apa yang hilang?” gumam Lee Yeol memikirkanya.
Soo Hye
sudah dibawa oleh tandu dengan pelayan dan juga pengawal menuruni bukit.
Flash
Back
Moo Yeon
menahan tangan Soo Hye mengatakan tak bisa lari bersama dengan Soo Hye untuk
kebaikannya. Ia yakin kalau keluarga Soo Hye akan hancur jika melarikan diri
dengannya.
“Apa Kau
masih tak menyesal memilihku? Aku akan melakukan apapun yang kau inginkan. Jika
kau mau, aku akan pergi ke mana saja kapan saja denganmu. Katakan padaku ketika
sudah diputuskan.” Ucap Moo Yeon.
Soo Hye
mengingat ucapan Moo Yeon hanya bisa tersenyum bahagia dalam tandu. Moo Yeon
melihat Soo Hye dari kejauhan yang dibawa tandu, dan tak sadar kalau seseorang
datang dari belakang memukulnya lalu jatuh pingsan.
Moo Yeon
berbaring diatas jerami dan kaget melihat Tuan Kim sudah berdiri di depanya dan
langsung berlutut. Tuan Kim ingin tahu alasan Moo Yeon yang tidak membunuh
Putra Mahkota, Moo Yoen pikir Tuan kim akan memotong tenggorokannya sekarang.
“Tidak
mungkin... Tapi Akan lebih baik jika kau mengatakan padaku bahwa Putra Mahkota
sudah kehilangan ingatannya... Maka aku tak harus menggelar pemakaman dan
menghabiskan berhari-hari dengan penuh kekhawatiran.” Ungkap Tuan Kim.
“Aku
mengucapkan Terima kasihku padamu, dan aku sudah membawanya kembali dan menghindari
krisis... Apa itu tak melegakan?” ucap Tuan Kim memuji Moo Yeon seperti sebagai
sindiran.
“Kau tak
mungkin membawaku ke sini untuk memuji atas pekerjaanku.” Ucap Moo Yeon tahu
sifat Tuan Kim yang licik.
“Ada satu
hal lagi yang harus kau lakukan untuk Putri Mahkota. Aku yakin kau sudah
menebaknya, Tapi anak yang dia kandung bukan milik Putra Mahkota. Jadi Aku
ingin kau temukan ayahnya. dan membunuhnya. Untuk putriku, kau bisa melakukan
itu, kan?” ucap Tuan Kim berlutut. Tangan Moo Yeon hanya bisa meremas bajunya.
Lee Yeol
tertidur, seperti bermimpi tentang masa lalunya dan terbangun. Ia mengingat
kejadian saat Tuan Yoon mencoba menyerang Tuan Kim, tapi Tuan Kim malah
membunuh Tuan Yoon dengan menusuk pedangnya. Yi Seo menangis memanggil ayahnya,
dan kakaknya terus menarik agar pergi menjauh dari ayah mereka.
Saat itu
Lee Yeol hanya bisa menangis karena sudah kehilangan ibu dan juga orang yang
disukainya dengan melihat ayahnya dibunuh.
“Menangislah
semaumu... Ini akan menjadi satu-satunya kesempatanmu untuk menangis.” Ucap
Tuan Kim yang meremas tangan Lee Yeol sebagia tanda agar Lee Yeol tak memiliki
sifat cengeng.
Je Yoon
sudah siap pergi, Hong Shim meminta agar menitip salam buat Kkeut Nyeo karena
pasti sangat khawatir. Tuan Yeon juga meminta agar memberitahu Yang Choon kalau
ia masih hidup sehat. Hong Shim binggung Tuan Yeon yang menitip pesan untuk
Yang Choon, temanya.
“Karena
Je Yoon. menyampaikan pesan kita, biar sekalian saja. Tapi Aku tak mengatakan
dia harus melakukan itu” ucap Tuan Yeon seperti panik, takut Hong Shim curiga
hubungan dengan Yang Choon.
“Baik.
Jangan khawatir.. Aku akan memberitahu semua orang bahwa kau baik-baik saja.”
Kata Je Yoon.
“Terima
kasih banyak... Aku bisa tinggal dengan Hong Shim dan tinggal di Hanyang semua
karena tuan. Kami tak punya apa-apa dan tak bisa memberimu hadiah.” Ucap Tuan
Yeon sudah siap membungkuk
“Kau Tak
perlu membungkuk di jalan.”kata Je Yoon malu, tapi Tuan Yeon malah membentuk
tanganya menjadi hati.
Je Yoon
canggung melihat Tuan Yeon seperti anak ABG yang memberi hati, tapi membalas
dengan jarinya tanda hati. Hong Shim
pikr kalau Je Yoon harus pergi sebelum
matahari terbenam. Jee Yoon pikir harus memberi Hong Shim beberapa instruksi
tegas
“Jika
akhirnya kau harus buru-buru pergi, maka berjanjilah untuk meninggalkan catatan
di bawah lemari bukuku. Bisakah kau melakukan itu?”ucap Je Yoon yang tak ingin
Hong Shim pergi begitu saja.
“Ya. Aku
akan melakukan itu.” Ucap Hong Shim berjanji, Je Yoon menatapnya.
“Aku bisa
lihat kau tak berbohong.” Ungkap Je Yoon lalu akan pamit pergi.
Saat itu
Kwon Hyuk tiba-tiba datang, Je Yoon binggung melihat Kwon Hyuk datang ke
rumahnya. Kwon Hyuk menyampaikan pesan kalau Putra Mahkota ingin bertemu
dengannya. Je Yoon bertanya apakah sekarang juga. Kwon Hyuk membenarkan.
“Kau
sebaiknya pergi, itu Pasti mendesak jika dia mencarimu pagi begini.” Kata Hong
Shim ikut panik mendengarnya.
Je Yoon
pun datang ke kamar Lee Yeol yang ingin bertemu. Lee Yeol mengatakan kalau ia
lebih dulu lalu Je Yoon datang. Je Yoon
terlihat binggung, Lee Yeol mengaku kalau Ingatan lamanya datang kembali tadi
malam.
“Aku
bertemu dengan Hong Shim sebelum kau.
Aku yakin tanpa keraguan. Itu sudah lama sekali.” akui Lee Yeol
“Sangat
disayangkan. Kau tidak hanya kehilangan ingatan, tapi baru sekarang kau ingat seseorang
yang begitu spesial. Bukankah itu sangat disayangkan?” ejek Je Yoon
“Apa kau
memanggilku ke sini untuk memberitahuku itu?” komentar Je Yoon. Lee Yeol
mengaku pasti tidak seperti itu.
“Jadi Kau
bekerja untuk siapa?” tanya Lee Yeol. Je Yoon mengaku tak mengerti kenapa Lee Yeol menanyakan itu.
“Aku mendengar
Wakil Perdana Menteri merekomendasikanmu sebagai gubernur. Apa kau termasuk
orangnya? Kau anak tirinya Jung Sa Yeob. Apa Kau setia pada Ratu?” ucap Lee
Yeol curiga
“Kau
masih tak mengingatku... Sejak awal, aku berusaha bekerja untukmu.” Keluh Je
Yoon
“Bagaimana
aku bisa percaya itu?” kata Lee Yeol curiga, Je Yoo menantang agar Lee Yeol dapat
mengujiku dengan itu.
“Apa aku
setia padamu atau tidak.” Tegas Je Yoon untuk menyakinakn Lee Yeol.
Je Yoon
datang menemui Tuan Kim di kamarnya, Tuan Kim ingin tahu apa yang dlakukan Je
Yoon di Hanyang. Je Yoon mengaku datang untuk meminta izin. Tuan Kim ingin tahu
Untuk apa membutuhkan izinnya. Je Yoon memberitahu kalau Putra Mahkota
menyarankan menjadi pustakawan institutnya.
“Menjadi
pustakawannya berarti kau bisa melayani dia di tempat terdekatnya. Apa Dia menawarkan
jabatan yang penting. padamu, gubernur Songjoo?” kata Tuan Kim merasa curiga
“Dia
bilang, semua orang di istana tampaknya tak dikenal. Jadi dalam Pikirnya, kita
bertemu di Desa Songjoo dan terasa nyaman di sekitarku.” Jelas Je Yoon.
“Kau
harus Tolak tawaran itu. Jika dia membutuhkan seorang pustakawan, maka akan
kutemukan seseorang yang cocok.” Ucap Tuan Kim
“Dia
mulai mencurigaimu, Tuanku. Bahkan Dia tak mempercayai orang yang kau sewa
untuk melayaninya.” Jelas Je Yoon
“Meski
begitu, itu tak bisa dihindari jadi Aku akan mengurusnya dan Kau dapat kembali
ke Songjoo.” Perintah Tuan Kim. Je Yoon pun menganguk mengerti dan tak berani
melawan.
“Jika aku
adalah kau, maka aku akan memilih untuk berpihak pada Putra Mahkota. Dia berada
di urutan berikutnya untuk menjadi raja.” Sindir Tuan Kim
“Yang
mengendalikan raja itu, dirimu, kan? Aku Tumbuh sebagai anak tiri membuatku
cepat tanggap jadi Aku tahu apa yang kulihat.” Komentar Je Yoon
“Kau tak
berhati-hati seperti yang terlihat.” Balas Tuan Kim. Je Yoon mengaku juga lebih
pintar dari yang terlihat.
“Aku akan
mempercayaimu saat ini., kau bisa Layani Putra Mahkota. Jangan biarkan dia
keluar dari pandanganmu sedikitpun. Kau harus Awasi apa yang dia lakukan dan
laporkan kembali.” perintah Tuan Kim. Je Yoon mengerti dan pasti akan melakukan
hal itu.
Goo Dul
sedang membelah kayu dengan baju yang sudah terbuka karena kepanasan, lalu
mengeluh kalau tak bisa melakukannya
lagi menurutnya Jika seorang pria berkeringat sebanyak dirinya, pasti akan
mati. Nyonya Yang pun heran dengan Tuan Park yang meminta 100 kayu bakar di musim panas ini.
“Ini tak
bisa begini. Aku akan pergi ke Hanyang. Aku akan pergi dan berbicara dengan
Putra Mahkota.” Ucap Kkeut Nyeo
“Ya, itu
ide yang sangat bagus... Kau Pergi dan temui Putra Mahkota dan katakan padanya
kerja keras macam apa yang kita lakukan dengan terpaksa.” Kata Goo Dul
“Aku tahu
kau akan bermalasan, Cepat Kembali bekerja.” Kata Tuan Park yang melihat
ketiganya hanya mengobrol
“Petugas
Park, bukankah ini terlalu berlebihan? Haruskah kita menuruti Tuan Park padahal
dia bukan gubernur?” keluh Goo Dul kesal
“Apa kau pikir
ini karena Tuan Park?Wakil Perdana Menteri ada dibelakangnya, apa mengerti?”
ucap Tuan Park. Mereka tak tahu Siapa Wakil Perdana Menteri.
“Dia
memiliki lebih banyak kekuatan daripada raja sendiri. Tidak ada yang tahu apa
yang akan terjadi jika kita tak taat, jadi bekerjalah kecuali ingin dicambuk. Aku
juga tak mau begini.” Ungkap Tuan Park merasa serba salah.
“Dia
selalu mengancam kita dengan cambuk.” Keluh Kkeut Nyeo. Goo Dul pun pasrah akan
bekerja lebih keras dari siapa pun.
“Dasar
Pecundang... Ibuku bilang, aku selalu melakukan yang sebaliknya.” Ucap Kkeut
Nyeo. Nyonya Yang tak mengerti maksudnya apa.
“Mendengar
itu membuatku ingin pergi ke Hanyang.” Kata Kkeut Nyeo yakin.
Tuan park
marah karena petugas Parkmasih belum punya kayu baka. Petugas Park menjelaskan Karena
ini musim hujan, jadi sulit untuk mendapatkan kayu kering dan Orang-orang tidak
sedang di ladang jadi tak banyak yang bekerja.
“Aku
memberimu tiga hari.” Ancam Tuan Park. Petugas Park panik karena itu Tak
mungkin.
“Bagaimana
kami dapat membawamu 100 buah hanya dalam 3 hari?” ucap Petugas Park.
“Apa Kau
tahu, kau sudah lama memegang jabatan ini. Ini Sudah saatnya kau melangkah ke
samping. Apa Kau tak mau?” kata Tuan Park yang mengancam Petugas Park untuk
mundur.
“Jadi
Tiga hari! Bawakan aku 100 potong kayu bakar saat itu!” tegas Tuan park.
Petugas Park pun tak bisa menolak.
“Wahh.. Benar.
Jabatan ini sudah cukup lama. Yang Mulia menyarankan agar aku belajar untuk
jabatan teknis. Tapi Bagaimanapun, kenapa Gubernur Jung tak kembali dari
Hanyang? Sepertinya, aku harus menjemputnya sendiri.” Ucap Petugas Park bicara
sendiri.
Hong Shim
pulang dengan membawa sesuatu lalu teringat dengan ucapan Lee Yeol “Tapi aku
akan segera mencarimu lagi.” Dan berusaha agar tak mengingatnya dan sibuk
menulis didalam kamarnya. Tuan Yeon binggung apa yang ditulis anaknya.
“Ini
untuk mencari kakakku.” Ucap Hong Shim. Tuan Yeon panik kalau mereka bisa
menempel itu dan takut kalau seseorang mengenalinya
“Kode ini
hanya aku dan kakakku yang tahu dan Orang lain takkan bisa memahami maknanya.”
Kata Hong Shim yakin.
Myuk
datang menemui Moo Yeon meminta agar
Menyerahlah pada Putri Mahkota dan Bawa saja adiknya pergi. Moo Yeon
pikir harus memikirkannya dan masih ada waktu tersisa. Myuk pikir Wakil Perdana
Menteri Kim tahu segalanya dan sudah mempersiapkannya.
“Pada
akhirnya, dia akan membunuhmu.” Kata Myuk, Moo Yoen pikir harus mengulur waktu.
“Ayo kita
cari pria yang ditunjuk sebagai ayah dari bayi itu” kata Moo Yeon yakin.
“Akankah
Wakil Perdana Menteri mempercayainya?” tanya Myuk tak yakin.
“Akan
kulakukan semua yang kubisa karena sekarang ada seseorang yang harus
kulindungi” ucap Moo Yeon yakin.
Hong Shim
diam-diam menempel selembaran di sudut Hanyang, begitu juga Tuan Yeon. Saat itu
Moo Yeon lewat melihat Tuan Yeon bergegas pergi lalu membaca tulisan adiknya “Meskipun
tak ada bulan purnama di malam musim panas, aku masih akan menunggu di Jembatan
Mojeong.”
Sementara
Je Yoon bertemu dengan Lee Yeol memberitahu Surat itu bisa dibagi menjadi huruf
kecil yang berarti "kaki" dan "beban" dan Itu sebabnya
mencari tempat di mana Lee Yeol akan mengambil langkah berat. Lee Yeol terdiam
karena tak bisa mengingat apapun.
“Setiap
musim semi, kau akan mampir ke pohon sakura. Namun, Putri Mahkota memerintahkan
pohon itu harus ditebang.” Kata Je Yoon seperti bisa membayangkan tatapan Lee
Yeol.
“Kupikir.
teka-teki itu dikaitkan dengan Ratu, jadi aku memasuki kamarnya. Di balik
dinding itu ada jimat jahat yang Ratu letakan. Apa Menurutmu, Ratu lah yang berada
di balik setiap serangan terhadapmu?” ucap Je Yoon. Lee Yeol hanya bisa menatap
tajam.
“Apa yang
kusampaikan benar?” tanya Je Yoon. Lee Yeol mengaku tak tahu.
“Di mana
Putra Mahkota pintar yang pernah kukenal?” ejek Je Yoon. Lee Yeol kesal karena
dianggap tak pintar lagi.
“Sulit
mengatakan bahwa kau pintar saat ini dan Tak boleh begini. Aku harus memeriksa
kondisimu terlebih dahulu.” Kata Je Yoon lalu memberikan selembar kertas.
“Huruf
mana yang harus diisi dibagian kosongnya?” tanya Je Yoon memperlihatkan
tulisanya. Lee Yeol melihat kalau bisa ditambah dengan huruftiga kotak
“Surat
yang kutulis adalah "bersih." Lalu Kalimat apa yang akan kau tulis?”
tanya Je Yoon
“Kau
memberikanku kuis yang kecil dimataku. Kalimat yang akan kupilih adalah
"memeluk." Bunyinya, "Orang-orang memeluk 10.000 harapan dan
impian." Jawab Lee Yeol.
Je Yoon
pun bisa bernafas lega, karena Lee Yeol itu masih sangat pintar. Lee Yeol
merasa kalau hanya ia satu-satunya yang tak nyaman karena jawabanya memang
benar.
“Ya, kau satu-satunya
yang tak nyaman karena aku nyaman-nyaman saja.”e ejek Je Yoon dan ingin mereka kembali
ke huruf itu.
“Kenapa
kau meninggalkan surat ini untukku?” tanya Je Yoon. Lee Yeol mengaku tak tahu
“Ini Tak
bisa begini. Lupakan tentang teka-teki untuk saat ini dan bergabung denganku
keluar diam-diam.” pinta Je Yoon. Lee Yeol binggung kenapa harus diam-diam.
Mereka
pun menyusuri hutan ,Lee Yeol yakin Salah satu orang Wakil Perdana Menteri Kim
pasti mengikuti. Je Yoon pun yakin kalau Penjaga istana akan mengurusnya. Salah
seorang pria yang sudah tua menatap sinis Lee Yeol yang baru datang.
“Dia
Putra Mahkota.” Ucap Je Yoon. Si pria langsun berlutu membungkuk pada Lee Yeol
“Ini
sebuah kehormatan, Yang Mulia. Aku tak mengenalimu karena kau sudah tumbuh
dewasa. Aku mantan tabib, Kang Do Chul dari Bangsawan Kerajaan.” Ucap Tabib
Kang
“Kenapa
kau membawaku ke sini?” tanya Lee Yeol. Je Yoon mengatakan kalau Ada seseorang
yang harus ditemuinya
Kasim
Yang terbaring dengan tabib Kang disampingnya, memberitahu kalau Kasim Yang
bisa membuka matanya, tapi pikirannya tak sepenuhnya bersama mereka dan juga
tak bisa bicara. Je Yoon bertanya apakah Lee Yeol tak ingat pria itu
“Dia
melayanimu selama lebih dari 10 tahun... Dia Kasim Yang... Dia baru bisa
melihat setelah 2 bulan.” Ucap Je Yoon.
“Apa yang
terjadi padanya?” tanya Lee Yeol melihat Kasim Yang bangun dan seperti
ketakutan menutupi wajahnya.
“Dia tak
mengikutimu ke ritual hujan hari itu dan dipenjara karena diinterogasi. Dia
merasa sangat bersalah sampai melukai lehernya sendiri.” Kata Je Yoon.
“Ini
semua salahku... Ini karenaku dan jabatanku.” Kata Lee Yeol akhirnya mendekati
Kasim Yang memegang tanganya. Kasim Yang ketakutan berani menatap Lee Yeol dan
yakin kalau didepanya memang putra mahkota.
“Apa ada sesuatu
yang ingin kau katakan padaku?” tanya Lee Yeol bisa melihat Kasim Yang berusaha
bicara.
Akhirnya
Kasim Yang menulis dikertas “Aku benar-benar senang melihatmu hidup sehat. Jadi
Aku dapat beristirahat dengan damai sekarang.”
Lee Yeol dan Je Yoon membaca dengan seksama dan Kasim Yang kembali
menuliskan kembali.
“Aku tak
mencoba untuk bunuh diri. Pria yang menggorok tenggorokanku Wakil Perdana
Menteri Kim.” tulis Kasim
“Kenapa
dia mencoba membunuhmu?” tanya Lee Yeol kaget begitu Je Yoon.
“Aku bilang
padanya bahwa mayat itu tak tampak sepertimu.” Tulis Kasim Yang
“Apa
Wakil Perdana Menteri Kim berusaha mengubur kematianmu?” ucap Je Yoon
“Apa yang
terjadi sebelum aku pergi untuk ritual?” tanya Lee Yeol. Kasim yang menulis
agar Lee Yeol menemukan jurnalnya. Lee
Yeol bingung kalau harus Jurnalnya.
Hong Shim
bersembunyi dibalik pohon ke arah jembatan, tapi Moo Yeon datang dari belakang.
Moo Yeon memarahi Hong Shim yang tak mendengarkan perkataanya. Hong Shim juga marah dengan Moo Yeon karena datang
ke Hanyang tanpa mengatakan apa-apa padaya.
“Aku
punya rumah di Gunung Danhoe dan Aku punya peta, kesana lah duluan. Lalu Aku
pasti akan mengikutimu.” Ucap Moo Yeon tak ingin adiknya ada di Hanyang.
“Tidak,
aku tak mempercayaimu... Kau bilang hal yang sama hari itu juga, Kau bilang
padaku kita harus bertemu Di Jembatan Mojeong jika kita berpisah, tapi kau tak
pernah muncul sekalipun.” Ucap Hong Shim tak ingin dibohongi lagi.
“Aku
mohon katakan sejujurnya. Katakan padaku apa yang terjadi.” Tegas Hong Shim
“Bukannya
aku tak ingin menemuimu. Tapi Itu untuk melindungimu. Semua Untuk melindungimu,
jadi aku tak boleh menemuimu. Jadi Tolong dengarkan kakakmu... Kumohon padamu.”
Kata Moo Yeon. Hong Shim setuju kalau
akan mendengarkan kakaknya.
Lee Yeol
mengaku angat mencekik rasanya bahwa aku tak dapat memulihkan ingatannya. Je
Yoon pikir kalau Lee Yeol hanya perlu menemukan jurnalnya sekarang. Lee Yeol
mengaku tak ingat di mana menaruh jurnalnya lagi tak ingin Bahkan kalau sudah
menulisnya.
“Mungkin,
teka-tekimu memberitahu kita di mana kau menyembunyikan jurnalmu.” Kata Je Yoon
“Apa kau
piki "Semua rahasia ditulis di sana, selidiki itu jika sesuatu terjadi
padaku"? ucap Lee Yeol. Je Yoon pikir seperti itu
“Aku
takut rahasia yang akan kutemukan serta apa yang akan kulakukan di balik semua
ini.” Kata Lee Yeol
Ia
mengingat yang dikatakan nenek peramal “ Dia memegang pedang di tangannya.
Pedang yang menakutkan dengan darah menetes darinya.” Saat itu Lee Yeol menatap
tanganya seperti merasakan kalau pernah melakukan kesalahan.
Bersambung
ke part 2
Udah baca tulisan sinopsis aku 'kan..
hihihi...
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Tinggal Klik disini, buat
yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe akhir tahun
ini
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Semangat min 😊😊
BalasHapus