PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Lee Yeol
memacu kudanya melewati hutan, dalam pikiran teringat dengan perkataan Hong
Shim sebelumnya. Hong Shim tak percaya kalau Won Deuk akan hidup sebagai Won
Deuk padahal bukanlah Won Deuk. Lee Yeol mengaku Tak ingin mendapatkan kembali
ingatannya. Hong Shim ingin tahu alasanya.
“Karena
aku ingin tetap di sisimu.” Ucap Won Deuk. Hong Shim sedang berada dirumah
kaget merasakan ada yang datang dan langsung buru-buru bersembunyi.
Lee Yeol
melihat rumah yang tak berpenghuni, lalu membuka pintu kamar tak melihat Hong
Shim dengan ayahnya. Hong Shim melihat Lee Yeol dari arah belakang bergegas
pergi dari rumah.
Lee Yeol
tiba-tiba sudah ada dibelakang Hong Shim
bisa mengucap syukur dan merasa sangat bahagia. Hong Shim terdiam karena Lee Yeol tahu kalau berusaha
untuk kabur. Lee Yeol pikir kalau sudah terlambat. Hong Shim pun dengan sopan
inin tahu Ada urusan apa Putra Mahkota datang.
“Kudengar,
kau kembali ke istana. Apa Yang Mulia lakukan di sini?” ucap Hong Shim
“Aku
merindukanmu... Sepertinya aku tak bisa hidup tanpamu.” Ungkap Lee Yeol
“Lalu,...
Apa yang akan kau lakukan? Apa kau akan membawaku dan menjadikanku selirmu?”
kata Hong Shim
“Kenapa
aku tak bisa? Akulah Putra Mahkota negara ini. “ kata Lee Yeol dengan gaya
Pangeran.
“Apa Hal
pertama yang kau lakukan sesudah kembali ke istana membuat wanita menjadi
selirmu?” sindir Hong Shim sinis
“Apa Kau
tak peduli pergi begitu saja? Apa Kau tak peduli berpisah denganku seperti ini?”
ucap Lee Yeol
“Ya.. Apa
yang sudah kita lakukan? Jika kita tak dalam ikatan cinta, lalu apa yang sudah
kita lakukan? Apa Putri Mahkota tahu kau berada di sini? Jadi Kembalilah ke
istana.” Kata Hong Shim. Lee Yeol ingin mendekat.
“Jangan
mendekat lebih dari ini... Kau tak boleh melangkah Satu langkah pun.” Tegas
Hong Shim melihat Lee Yeol akhirnya berhenti.
“Inilah
akhirnya hubungan kita.” Ucap Hong Shim lalu bergegas pergi.
Hong Shim
jatuh lemas lalu akhirnya menangis sendirian, tak jauh dari sana Lee Yeol
melihat Hong Shim menangis. Hong Shim
tiba-tiba akan kembali mengejar Lee Yeol tapi kakaknya datang menahanya,karena
adiknya tak boleh mengejarnya.
“Sepertinya,
aku tak bisa merelakannya pergi seperti ini.” Ucap Hong Shim sambil menangis.
Moo Yeon melihat adiknya akhirnya hanya bisa memeluk yang sedang menangis.
“Yang
Mulia, kau harus kembali ke istana...” Kata Kwon Hyuk mendekati Lee Yeol.
Lee Yeol
terdiam melihat Hong Shim yang menangis tapi tak bisa melakukan apapun. Kwon
Hyuk memohon agar Lee Yeol segera pulang ke istana. Saat itu Je Yoon datang
menemui Lee Yeol.
Je Yoon
menuliskan sesuatu lalu memberikan pada Lee Yeol. Lee Yeol berpikir Je Yoon
bertanya karena tak tahu. Je Yoon membenarkan,
Lee Yeon menjawab kalau ini huruf China artinya tumit. Je Yoon
mengatakan kalau Bukan itu.
“Ini
teka-teki... Kau harus mencari tahu apa maksud surat in dan apa artinya.” Ucap
Je Yoon. Lee Yeol menanyakan alasanya.
“Karena
kau yang membaw teka-teki ini.”ucap Je Yoon. Lee Yeol hanya bisa terdiam.
Je Yoon
mengantar Lee Yeol keluar dari kantornya. Lee Yeon mengaku punya permintaan. Je Yoon mempersilahkan Je
Yoon agar mengatakanya. Lee Yeol meminta agar Je Yoon menjaga dan melindungi
Hong Shim serta selalu membuat aman ke mana pun dia pergi.
“Aku
sudah sibuk dengan pekerjaan Gubernurku.” Ejek Je Yoon.
“Haruskah
aku memecatmu? Kau memiliki cukup waktu.” Balas Lee Yeol
“Apa kau
mengancamku?” kata Je Yoon. Lee Yeol menegaskan bukan ancaman tapi adalah
perintah. Je Yoon pun tak bisa menolak.
Moo Yeon
duduk di hutan sendirian melihat bunga di depanya, seperti mengingat sesuatu.
Tuan Yeon melihat Moo Yeon berkomentar kalau Masih ada spora yang belum terbang
jauh lalu bertanya apa yang sedang dipikirkan sampai berjongkok begitu lamanya.
“Bahkan
punggungmu penuh dengan kekhawatiran... Ahh.. Tidak. Kau tampak seperti pria
yang baik... Aku merasa tenang.” Ucap Tuan Yeon.
“Terima
kasih sudah membesarkan adikku dengan baik.” Kata Moo Yeon menatap Tuan Yeon
yang sudah dianggap ayah oleh Hong Shim.
“Tidak,
tak usah begitu. Aku tak membesarkannya. Dia tumbuh sendiri dengan baik. Hong
Shim itu baik, perhatian, dan berani. Dia bisa mengatasi apapun.” Ungkap Tuan
Yeon rendah hati.
“Tapi dia
pasti terkejut dengan apa yang terjadi kali ini Namun jangan khawatir. Dia kuat
dan teguh, jadi dia akan bisa mengatasi ini.” Kata Tuan Yeon. Saat itu Moo Yeon
menatap Tuan Yeon dengan wajah serius.
“Ada
sesuata yang ingin kukatakan padamu.” Kata Moo Yeon.
Di istana
Lee Yeol
berlutut di kamar ayahnya, Raja Lee memarahi Lee Yeol karena pergi ke luar istana
sendirian di malam hari, lalu bertanya kemana pergi anaknya itu dan Siapa yang
ditemuinya. Lee Yeol hanya bisa meminta maaf.
“Aku
membatalkan pengukuhan Pangeran Seowon. Aku kehilangan martabatku sebagai Raja,
tapi aku mengembalikanmu ke posisi itu. Apa kau lupa betapa seriusnya posisimu?
Menaruh semua ketulusanmu tidaklah cukup, bagaimana bisa kau mengecewakan
ayahmu seperti ini? Dasar Kau sangat tak tahu terimakasih.” Kata Raja Lee
sangat marah .
“Apa kau
tak bahagia tentang kepulanganku?” ucap Lee Yeol. Raja tak percaya anaknya bisa
berkata seperti itu.
“Yang
Mulia... Semuanya salahku. Jadi Hukumlah aku karena tak mengurus dengan baik
Yang Mulia.” Ucap Tuan Kim membela menantunya.
“Kembalilah
ke kamarmu, renungkanlah.” Kata Raja Lee menyuruh anaknya pergi.
Lee Yeol
meminta maaf karena membuat Tuan Kim
itu terlibat dalam hal ini.Tuan Kim
pikir Lee Yeol tak perlu berkata seperti itu tapi menurutnya sangat berbahaya melangkah keluar dari istana
tanpa pengawalmu jadi meminta agar memberitahu kalau Lee Yeol merasa pengap.
“Aku akan
pergi ke mana pun kapan saja denganmu.” Kata Tuan Kim
“Kenapa
kau tak bertanya ke mana aku pergi?” tanya Lee Yeol heran
“ Dengan Melihatmu
selamat, sudah cukup bagiku. Tapi jika hal seperti ini terjadi lagi, Aku takkan
membahayakanmu ataupun Putri Mahkota. Prioritas utamaku adalah keselamatanmu.”
Kata Tuan Kim.
Saat itu
Mentri anak buah Tuan Kim memberikan hukuman cambuk, mengatakan kalau pria itu
yang menghancurkan semuanya. Kasim dan pelayan hanya bisa tertunduk diam. Menteri meminta agar mereka melihat Apa yang
terjadi jika tak dapat melayani Yang Mulia dengan benar.
Sementara
Lee Yeol di kamar menatap surat yang dibawanya dan melihat kalau itu karakter
Cina untuk tumit.
Flash Back
“Kau meninggalkanku
surat rahasia ini sebelum berangkat ritual hujan. Hanya kau yang tahu kenapa
ada surat rahasia ini dan apa arti karakter Cinanya.” Ucap Je Yoon
“Hanya
kau yang tahu orang yang mencoba membunuhmu. Jadi Pecahkan teka-teki ini dan
Temukan kembali ingatanmu. Dengan begitu, kau bisa mengetahui musuhmu.”tegas Je
Yoon.
Hong Shim
bersama dengan Myuk masuk ke dalam hutan, lalu tiba-tiba berhenti. Tuan Yeon
melihatnya berpikir Hong Shim lelah dan akan membawakan barangnya sambil
mengeluh tadi bersikeras membawa barang yang begitu berat.
“Apa Kau
yakin kakakku sedang menunggu di pelabuhan?” tanya Hong Shim. Myun membenarkan.
“Dia
seharusnya pergi bersama kita. Kenapa dia pergi duluan tanpa memberitahuku?”
kata Hong Shim merasa ada yang aneh.
Myuk mengatakan tak bertanya alasannya.
“Ayah,
kau tahu sesuatu, kan?” tanya Hong Shim. Tuan Yeon dengan gugup mengaku tak
tahu apa apa.
“Aku
belum melihatnya sejak semalam.”akui Tuan Yeon. Hong Shim meminta agar Tuan
Yeon mengatakan yang sebenarnya.
“Atau aku
takkan bergerak satu langkah pun.” Tegas Hong Shim duduk mengancam.
“Ayolah,
ini bukan apa-apa... Dia bilang akan berhenti sebentar. Dia takkan lama dan
menyuruh duluan dan menunggunya.” Jelas Tuan Yeon.
“Dimana
dia? Kemana dia?” tanya Hong Shim. Tuan Yeon tak menjawab.
“Jadi kau
Takkan memberitahuku, kan? Baiklah. Kita bisa ketinggalan perahu kalau begitu.”
Kata Hong Shim kembali mengancam.
“Dia
pergi ke Hanyang sebentar.” Ucap Tuan Yeon. Hong Shim kaget mendengarnya.
Soo Ji
memarahi pengawalnya karena Matahari
terbit tapi tak membangunkanku, padahal seharusnya memberitahu bahwa harus bangun
pagi untuk menyambut utusan. Ia mengumpat kalau akan membunuhnya kalau kembali
nanti, lalu tak sengaja bertabrak dengan orang yang ada didepanya.
“Apa kau
akan ke istana?” tanya Moo Yeon datang. Soo Ji menatapkaget melihat Moo Yeon
akhirnya kembali.
Raja
bertanya Apa persiapan perjamuan untuk utusan berjalan seperti yang
direncanakan. Mentri menjawab kalau Raja tak usah dikhawatirkan, karena Ketika
Utusan Istimewa Wang datang dua tahun lalu, sangat menyukai Putra Mahkota.
“Kudengar
dia sangat senang dengan hadiah yang diberikan Putra Mahkota kepadanya. Aku ingin
menyiapkan hal yang sama. Hadiah apa itu, Yang Mulia? “ ucap Tuan Jung. Lee
Yeol hanya bisa terdiam karena tak ingat.
“Itu
pasti kipas dan puisi.” Kata mentri menebak, Tuan Jung memastikan kalau hadiah
itu “ohjukseon” tapi yang lain berpikir Itu
“habjukseon.”
“Yang
Mulia. Apa kau tak ingat hadiah apa itu?” tanya Tuan Jung seperti ingin
menguji.
“Jika dia
menyukaiku, kenapa begitu penting dengan hadiahnya? Itu pasti karena kita membuat
semacam koneksi.” Kata Lee Yeol bisa menyangkalnya.
“Yang
Mulia. Aku yakin Wakil Perdana Menteri Kim seharusnya tak menghadiri
penyambutan.” Kata Mentri yang berpihak pada Ratu.
“ Ada argumen
di perjamuan sebelumnya. Utusan Istimewa Wang takkan senang menjumpainya. Itu
akan membahayakan Putra Mahkota, kan?” kata Tuan Jung
“Jika ada
kesalahpahaman, harusnya dibicarakan. Bahkan seorang temanpun akan mencoba
untuk berdamai ketika mereka bertengkar. Dengan diplomasi dua negara yang
dipertaruhkan, penghindaran takkan berhasil.” Ucap Lee Yeol
“Bagaimana
pendapatmu, Wakil Perdana Menteri? Setidaknya kali ini, aku tak melihat
bagaimana kau bisa membantu Putra Mahkota.” Komentar Raja pada Tuan Kim.
“Jika aku
tak bisa membantu.. Putra Mahkota, aku takkan menghadiri upacara.” Kata Tuan
Kim.
Lee Yeol
bertemu dengan Tuan Kim dan menteri mengaku tak ingat wajah Utusan Istimewa
Wang atau apapun yang terjadi ketika mereka terakhir berkunjung. Mentri
memperlihatkan lembaran diatas meja kalau itu adalah puisi yang mereka berdua tukarkan dua tahun lalu.
“Kalian
berdua menulis sebuah puisi menggunakan hanya dua karakter. Apa Kau ingat puisi
mana yang kau tulis?” ucap Mentri. Lee Yeol terdiam menatap dua puisi yang
berjejer.
Tuan Jung
ada dikamar Ratu Park yakin Lee Yeol jelas tak ingat apa yang terjadi dua tahun
lalu padahal dulu mengingat detail lebih akurat dan teliti daripada catatan
resmi. Mentri menceritakan bertanya
kepada department kesehatan.
“Ada
sesuatu yang disebut amnesia.” Kata Mentri.
Ratu senang mendengar Lee Yeol itu kehilangan ingatannya.
“Apa Pangeran
Mahkota yang bodoh akan menemui utusan tanpa Wakil Perdana Menteri? Akan sangat
menarik... Namun, itu tak cukup. Aku harus menyiapkan hadiah kejutan.” Ucap Ratu
“Apa
hadiah kejutan itu?” tanya Mentri yang berkhianat pada Ratu Park.
“Jika aku
memberitahumu, maka Kau takkan terkejut. Aku akan menjaga rahasia itu.” Ucap
Ratu penuh dengan wajah rahasia.
Lee Yeol
mengaku tak ingat. Mentri sambil menghela nafas kalau Lee Yeol menulis pada puisi
kedua. Mentri mengatakan akan mengurus laporan rinci tentang disposisi Utusan
Istimewa Wang, pengalaman, dan yang mereka bahas terakhir kali.
“Kau
harus membaca terlebih dahulu.” Ucap Tuan Kim.
“Bagaimana
jika aku membuat kesalahan di jamuan? Apa yang akan terjadi?” tanya Lee Yeol
“Seharusnya,
tak ada hal semacam itu” ucap Tuan Kim. Lee Yeol menatap Tuan Kim.
Lee Yeol
melihat Soo Hye dari kejauhan yang sedang hamil, teringat kembali dengan
percakapanya bersama dengan Tuan Kim. Keduanya saling menatap. Soo Hye berjalan
mendekat dengan senyuman.
Flash Back
“Kau tak
harus berusaha mempertahankan gelar hanya demi dirimu sendiri. Segera sesudah
kau digulingkan dan diusir dari istana, maka anakmu takkan diizinkan untuk hidup.
Itu akan menjadi ancaman terbesar bagi tahta.”
Soo Hye
mengaku senang mereka bertemu dan mengajak untuk berjalan dengannya. Lee Yeol
mengatakan harus menemui Biro Musik untuk mempersiapkan perjamuan. Soo Hye
memohon kalau Hanya sebentar saja.
Soo Ji
menunjuk arah kamar Putri Mahkota lurus ke depan. Moo Yeon sudah mengunakan
pakaian sebagai pengawal menganguk mengerti. Soo JI mengatakan harus buru-buru
mempersiapkan perjamuan dan mengeluh Moo Yeon datang disaat yang tak tepat.
“Kita
bisa pergi bersama... Aku terlalu sibuk.” Ucap Soo Ji. Moo Yeon mengerti, lalu
Soo Ji pun pamit pergi.
Lee Yeol
akhirnya berjalan bersama dengan Soo Hye, Soo Hye menceritakan Bayi itu sudah
menendang sejak pagi ini dan yakin kalau anaknya akan menjadi anak yang sangat
kuat Sama seperti Lee Yeol ketika masih kecil.
“Apa Kau
tahu masa kecilku?” ucap Lee Yeol kaget.
“Semua orang
mendengar rumor tentangmu. Kau tak pernah membaca bukumu dan bermain tentara di
luar sebagai gantinya.” Cerita Soo Hye.
“Apa Aku
bermain tentara?” kata Lee Yeol tak mengingat kenangan masa kecilnya. Soo Hye
membenarkan.
“Katakan
padaku semuanya yang kau ingat.” Ucap Lee Yeol. Soo Hye pikir akan memberitahu
tentang masa kecilny lain waktu.
“Aku harus
membiarkanmu pergi sekarang. Katanya, kau sibuk.” Kata Soo Hye dengan senyuman.
Saat itu
Moo Yeon dari kejauhan melihat keduanya yang terlihat serasi. Soo Hye sempat
menatap Moo Yeon dan kaget. Lee Yeol melihat arah mata Soo Hye lalu akan
mengejar Moo Yeon yang berbalik arah. Soo Hye buru-buru menahanya.
“Aku
berjalan terlalu lama dan tiba-tiba merasa pusing.” Ucap Soo Hye mencari
alasan.
Moo Yeon
bersembunyi dan melihat dari kejauhan, Lee Yeol sedang memapah Soo Hye yang
sedang hamil besar.
Hong Shim
dan Tuan Yeon sudah ada didepan pintu gerbang memberikan lembaran tanda
pengenal yang diberikan Je Yoon. Pengawal ingin tahu alasan datang di Hanyang.
Hong Shim mengaku Untuk bertemu seorang kerabat lama yang sakit dan mungkin
akan segera meninggal. Tuan Yeon membenarkan.
“Kau
sudah menikah. Kenapa registrimu masih kosong?” ucap pengawal curiga.
“Aku baru
saja menikah dan belum mendaftarkannya.” Kata Hong Shim
“Seorang
wanita yang baru menikah datang ke Hanyang dengan ayahnya, bukan suaminya? Lalu
bawaan itu kelihatannya terlalu besar. Ayo kita lihat isinya.” Kata Pengawal
curiga.
“Tidak
ada apa-apa didalamnya.” Ucap Tuan Yeon. Pengawal meminta agar menunjukkan apa
yang ada di dalamnya.
Saat itu
Je Yoon datang mengaku semua adalah barang bawaanya, pengawal terlihat
binggung. Je Yoon memperlihatkan tanda pengenalnya kalau ia adalah Gubernur
Songjoo dan Mereka membawa barang-barangnya. Pengawal hanya bisa tertunduk
diam.
“Registensinya
belum diperbarui karena. Yah, karena aku agak sibuk. Dan Kau sangat teliti
ketika datang untuk memeriksa... Aku sangat menyukaimu. Jadi Siapa namamu? Aku
ingin mengingat namamu.” Ucap Je Yoon berusaha menyelamatkan Hong Shim.
Keduanya
akhirnya berhasil masuk Hanyang, Tuan Yeon pikir Jika bukan karena Je Yoon
mereka akan berada dalam masalah dan Je Yoon datang tepat ketika mereka sangat
membutuhkanmu. Je Yoon mengaku juga kagum pada dirinya.
“Aku
punya urusan di Hanyang juga.” Kata Je Yoon. Hong Shim mengucapkan Terima
kasih.
“Aku terus
berhutang padamu seperti ini.” Akui Hong Shim tak enak hati.
“Apa yang
membawamu ke Hanyang?” tanya Je Yoon. Hong Shim mengaku datang karena urusan
juga.
“Apapun
itu, kupikir aku akan bisa membantu.” Kata Je Yoon
“Terima
kasih, tapi aku sudah terlampau banyak akan hutang budi padamu.” Kata Hong Shim
menolak.
“Bagaimana
jika aku yang akan membiarkanmu berhutang padaku kali ini?” kata Je Yoon.
Tuan Park
mengeluh karena Tuan Park bangswan yang ingin menemuiknya pagi-pagi begini dan
sangat sibuk karena tak ada Gubernur. Tuan Park meminta agar orang desa membawakan
100 potong kayu bakar untuknya. Tuan Park kaget mendengar permintaan bangsawan.
“Pertengahan
musim panas hampir tiba, kenapa kau sangat membutuhkan itu?” ucap Tuan Park
“Dasar
Kurang ajar! Beraninya kau melawan perkataanku! Apa kau lupa bahwa aku melayan Wakil
Perdana Menteri Kim, ayah mertua Mahkota? Pertimbangkan perintahku sebagai dari
Wakil Perdana Menteri, dan temannya!” tegas Tuan Park bangsawan. Tuan Park pun
tak bisa berkata-kata.
Temen
Hong Shim duduk di rumah Hong Shim merasa menyesal karena kalau tahu mereka
akan pergi maka akan bersikap lebih baik. Kkeut Nyeo juga merasakan hal yang
sama
“Kau tahu
alasannya mereka pergi. Mereka meninggalkan lubang di hatimu juga.” Ucap Teman
Hong Shim sedih
“Kkeut
Nyeo, kita harus pulang. Tuan Park akan marah jika kita tinggal di sini.” Kata
Goo Dul
“Aku tak
bisa tinggal di sini.” Kata Kkeut Nyeo, Goo Dul setuju karena itu pemikiran yang bagus.
“Kupikir
aku harus pergi ke Hanyang.” Kata Kkeut Nyeo. Goo Dul setuju lalu tersadar
dengan ucapanya kalau menyetujui untuk pergi ke Hanyang.
“Won Deuk
takkan pernah melakukan hal seperti itu. Bahkan jika dia melakukannya, Hong
Shim tak bersalah.” Ucap Kkeut Nyeo. Goo Dul tahu tapi saat ingin bicara Kkeut
Nyeo lebih dulu bicara.
“Won Deuk
mengalami amnesia. Hong Shim tak mengenalnya ketika dia menikah dengannya. Siapa
yang peduli jika Won Deuk adalah penjahat? Tidaklah tepat untuk melindungi Hong
Shim juga. Aku akan pergi dan berbicara atas mewakilinya.” Kata Kkeut Nyeo
“Apa Kau
tak mendengar Tuan Park? Membicarakan
Hong Shim atau Won Deuk bisa membuatmu mendapat masalah. Mereka akan bilang
kita kaki tangan, satu komplotan, dan membunuh kita. Memang Tak apa-apa untuk
mengambil sampah, tapi kau harus tahu kapan dan di mana tepatnya.” Kata Goo Dul
“Kau tak
punya hati nurani, Apa kau tahu itu? Apa Kau tak merasa kasihan untuk Won Deuk,
Hong Shim, dan ayahnya? Bukannya Hong Shim yang ingin menikahi Won Deuk. Lalu Siapa
yang memaksa mereka ke dalam pernikahan itu? Itu Putra Mahkota! Lalu siapa yang
harus disalahkan? Ini salahnya karena mengeluarkan perintah seperti itu.” Kata
Kkeut Nyeo marah
“Kkeut
Nyeo, berkat dia, kita bisa menikah. Kita menikah!” ucap Goo Dul menahan Kkeut
Nyeo sebelum pergi.
“Tenanglah.”
Ucap Teman Hong Shim melihat keduanya aduk mulut
“Tidak bisa
tenang! Ayo ikut aku ke Hanyang atau ceraikan aku di sini.” Kata Kkeut Nyeo.
Goo Dul kaget.
“Apa kau
bilang bahwa Hong Shim dan Won Deuk lebih penting bagimu?” ucap Goo Dul makin
marah
“Hentikan”
ucap Teman Hong Shim, keduanya yang marah menegaskan tak akan berhenti begitu
saja.
“Jangan
khawatir. Aku takkan mengatakan ini, tapi Won Deuk,... Won Deuk adalah Putra
Mahkota.” Ucap Teman Hong Shim. Keduanya merasa kalau itu hanya omong kosong.
“Aku mendengar
orang-orang berbicara. Won Deuk dibawa karena dia adalah Putra Mahkota. Hong
Shim dan Tuan Yeon. harus bersembunyi karena itu. Itu seharusnya menjadi
rahasia!” bisik Teman Hong Shim.
Saat itu
Tuan Park mendengar dari depan pagar, berpikir kalau bercanda yaitu Won Deuk
adalah Putra Mahkota dan mengigat sebelumnya kalau melemparkan batu dan bahkan
memukulnya beberapa kali dan langsung jatuh pingsan.
Kasim
memberitahu kalau mereka menerima pemberitahuan bahwa para Utusan akan segera
sampai di Hanyang. Tuan Kim menyarankan Jika Lee Yeol terjebak dengan cara apa pun lebih baik
berhenti dan memberitahu kalau Menteri
Peperangan juga ada sana dan sudah menempatkan mereka yang berbakat dalam
puisi.
“Mereka
diam-diam akan membantumu. “ kata Tuan Kim
“Tapi
Yang terbaik adalah untuk tak membutuhkan bantuan mereka.” Kata Lee Yeol.
Akhirnya
Tuan Wang datang dengan seseorang yang disampingnya. Lee Yeol pun menyambutnya.
Tuan Wang berkomentar kejadian yang belum pernah terjadi sebelumnya bahkan tak
bisa percaya itu kalau menghadapi Putra Mahkota yang pernah dinyatakan
meninggal.
“Aku
menyiapkan pil penenang untuk berjaga-jaga barangkali kau akan terkejut.” Ucap
Lee Yeol santai
“Kau
mungkin harus menyimpannya sendiri. Ada sesuatu yang kudengar dalam perjalanan
ke sini. Ada yang bilang bahwa kau bukanlah Putera Mahkota asli. Jadi selama
perjamuan ini, aka aku akan menguji kemampuanmu dan memutuskan apa kau cukup
memenuhi syarat untuk menjadi Putra Mahkota.” Ucap Tuan Wang sinis.
“Aku tak
sabar menantikannya. Jadi Seberapa susah dan sulitnya kuismu?” kata Lee Yeol
menantang.
“Kau
takkan kecewa.” Kata Tuan Wang, Lee Yeol pikir Perjamuan sudah siap jadi mereka
bisa memulai.
“Siapa
ini?” tanya Lee Yeol. Tuan Wang memberitahu kalau anaknya
“Jinlin... Dia tertarik dengan budaya Joseon, dia
datang untuk memperluas pengetahuannya.” Jelas Tuan Wang
“Aku
memiliki Departemen Kebudayaan dan Pendidikan untuk menyiapkan tur untuknya.”
Kata Lee Yeo. Jinlin dengan bahasa korea yang fasih mengucapkan Terima kasih.
“Ingatlah
untuk tak terlalu bersemangat.” Pesan Tuan Wang. Jinlin menganguk mengerti.
Je Yoon
masuk ke sebuah rumah dan membawa Hong Shim dengan ayahnya menaruh semua barang
di teras. Hong Shim melihat rumah yang cukup besar tapi seperti sudah lama tak
ditinggali. Je Yoon pikir Daripada sebuah bar yang ramai, lebih baik di
rumahnya jauh lebih baik.
“Coba Lihatlah
betapa mewah dan bersihnya rumah ini. Ini sangat bagus. Apa kau tinggal di sini
sendirian? Dimana orangtuamu?” tanya Tuan Yeon
“Mereka
meninggal.” Kata Je Yoon. Hong Shim dan Tuan Yeon sedih mendengarnya,
menurutnya pasti sangat sulit.
“Kami
hanya akan tinggal di sini sampai aku menemukan kakak-ku. Kau memberiku
bantuan. “ ungkap Hong Shim.
“Manusia
dan rumah harus merasakan sentuhan manusia agar tetap kuat. Mereka yang pernah
bersinar bisa kehilangan cahaya mereka. “ kata Je Yoon
“Kami
akan menyikat dan membersihkan tempat ini siang dan malam untuk membuatnya
tetap berkilauan.” Ucap Hong Shim. Je Yoon menegaskan bukan itu maksudnya.
“Inilah
caraku membalasmu. Dengan Memaksa diri untuk menjadi ceria hanya akan membuatmu
tertekan. Itu selalu merupakan pilihan untuk meluangkan waktumu dengan hal-hal.”
Jelas Je Yoon.
Hong Shim
akhirnya berada dalam rumah melihat Tuan Yeon yang kelelahan tertidur di atas
barang lalu memberikan bantal agar berbaring
dengan nyaman dan tidur. Tuan Yeon seperti kelelahan tertidur dengan nyenyak.
Hong Shim membuka bawaan dan sebuah kantung.
Flash Back
Hong
Shim bertanya pada Myuk Kenapa kakaknya
pergi ke Hanyang, Myuk mengaku tak tahu. Hong Shim tahu kalau keduanya bekerja
bersamada mendengar kakaknya juga membersihkan
kekacauan kelas atas. Ia ingin tahu apakah Moo Yeon itu membunuh orang juga.
“Kenapa
kau berpikir begitu?” tanya Myuk kaget dan ingin mengelak. Hong Shim
memperlihatkan bongkahan emas ditasnya.
“Kami beruntung
bisa melayani orang kaya.” Kata Myuk.
“Kau
berbohong. Tak ada yang membayar sebanyak ini untuk pekerjaan kecuali mereka
busuk, memalukan, atau berbahaya.” Ucap Hong Shim marah
“Apa yang
akan kau lakukan jika itu benar? Apa kau akan meninggalkan kakak-mu?” tanya
Myuk ragu.
“Tidak,
aku harus menemukannya nanti dan menghentikannya melakukan pekerjaan ini.
Katakan padanya ini jika mendengar kabar darinya. Bahwa aku akan menunggu dan
takkan pergi kemanapun sampai melihat kakak-ku.”
Tegas Hong Shim.
Hong Shim
keluar dari rumah bertemu dengan Je Yoon. Je Yoon tahu kalau Hong Shim pasti lelah dari perjalanan
panjangnya tapi tak beristirahat. Hong Shim merasa tak bisa tinggal di rumah
dan ingin mencari pekerjaan. Je Yoon mengajak pergi bersama.
“Bukankah
katamu, kau disini untuk suatu urusan?” kata Hong Shim heran
“Aku jauh
dari rumahku untuk waktu yang lama, jadi tak ada bahan makanan. Ayo kita
berbelanja.” Ucap Je Yoon seperti hanya mencari alasan.
Soo Ji
berjalan bersama dengan Jinlin berkomentar seharusnya mengunjungi Biro Dekrit
Kerajaan dan Seonggyungwan dan akan dimarahi jika pejabat yang lebih tinggi
mengetahui mereka berada di pasar seperti ini dan ingin tahu Apa akan baik-baik
saja dengan itu. Jin Lin hanya tersenyum
“Ah....
Tentu saja, Kupikir pasar adalah yang terbaik untuk belajar tentang budaya
suatu negara.” Kata Soo Ji yakin
“Aku tak
di sini untuk memperluas perspektifku. Aku ingin pergi dari ayahku setidaknya
untuk beberapa waktu. Dia sangat ketat sehingga membuatku merasa tercekik.”
Ungkap Jin Lin.
“Aku
memahamimu, Ayahku juga sangat ketat. Rasanya begitu mencekik setiap kali
bersamanya.” Kata Soo Ji
“Aku
sangat senang bisa bertemu seseorang yang memiliki banyak kesamaan denganku.”
Kata Jin Lin
“Apa kau
sangat menyukaiku?” goda Soo Ji, Jin Lin mebenarkan dan berpikir harus
membantunya sedikit.
“Katakan
saja. Aku bisa melakukan apa saja untukmu.” Ucap Soo Ji penuh semangat.
“Sebenarnya,
aku ingin membeli hadiah untuk kekasihku. Aku ingin merahasiakannya dari orang
lain, jadi aku ingin pergi sendirian denganmu.” Kata Jin Lin
“Bagaimana
dengan penjaga?” tanya Soo Ji binggung.
“Tolong
bantu keluar dari jangkauan mereka. Aku akan menunggumu di toko sana.” Ucap Jin
Lin menunjuk. Soo Ji setuju.
“Aku
cukup berbakat dalam hal itu.” Kata Soo Ji lalu berpura-pura perutnya terasa
sakit.
Para
penjaga pun melihat keadaan Soo Ji, dan lenga h dengan keberadan Jin Lin.
Akhirnya Jin Lin pun berhasil kabur, Soo
Ji melihat Jin Lin sudah kabur mengaku Sekarang sudah lebih baik dan berpikirk
kalau hanya terlalu gugup.
“Tunggu,
dia tak ada di sini... Kemana dia?” ucap Soo Ji berpura-pura panik dan menyuruh
pengaja agar mencari Jin Lin yang kabur.
Soo Ji
melihat Jin Lin sebagai anak pria memanggil Tuan Muda memberikathu sudah
mengusir para penjaga dengan datang ke toko tempat mereka bertemu. Saat itu malah pemilik toko keluar bertanya
siapa Soo Ji yang berani melonggo ke dalam.
“Apa Tuan
Muda datang ke toko ini beberapa saat yang lalu?” tanya Soo Ji
“Apa?
Siapa pun itu, tak ada yang datang ke sini.” Ucap si paman. Soo Ji melonggo karena Jin Lin benar-benar hilang.
Je Yoon
berjalan di pasar memberitahu kalau mengenal orang-orang yang mengelola toko
buku dan toko lain di Hanyang dan akan memperkenalkan Hong Shim kepada mereka
jika membutuhkannya. Hong Shim mengaku
tak tahu Je Yoon itu memiliki koneksi yang baik.
“Aku
cukup beruntung dengan orang-orang berkat kepribadian dan kompetensiku. Aku
memberitahumu ini untuk mengatakan, aku dapat membantumu menemukan saudaramu.”
Kata Je Yoon.
“Tolong
jangan pedulikan itu.” Ucap Hong Shim. Je Yoon pikir Hong Shim pergi ke Hanyang
untuk kakaknya.
“Tapi
kenapa tak melakukan apa-apa? Kau mungkin dapat menemukannya segera jika kau
memposting sketsa.” Saran Je Yoon.
“Bukannya
aku tak tahu bagaimana melakukannya. Aku ingin sekali mencarinya, tapi aku
tetap diam karena punya alasan untuk itu.” Jelas Hong Shim
“Aku
minta maaf. Aku hanya mengatakannya dari perasaan yang terburu-buru.” Ungkap Je
Yoon. Hong Shim tak masalah.
“Aku
sadar niatmu untuk membantuku. Tapi tolong jangan pedulikan urusanku. Jelas
Hong Shim
“Kenapa? Apa
tak Bisa aku mempedulikan urusanmu?” ucap Je Yoon, saat itu Soo Ji datang
melihat Je Yoon dengan wajah panik.
Soo Ji
ingin tahu alasan Je Yoon ada di Hanyang. Je Yoon ingin menjelaskan tapi Soo Ji
menyela menurutnya tak penting dan menarik Je Yoon lebih jauh karena butuh
bantuanya, kalau Anak utusan hilang dan Putra Mahkota harus mengadakan perjamuan
dengan Utusan Istimewa.
“Jika
mereka tahu tentang ini, maka aku akan mendapat masalah. Yang Dikatakan, para utusan sedang menguji Putra
Mahkota untuk memverifikasi dia.” Cerita Soo Ji. Hong Shim mencoba menajamkan
telinganya.
“Mereka
tak percaya jika dia terdengar sesudah melalui insiden itu. Mereka sudah mulai
mengawasi dan takkan membiarkannya jika tahu tentang ini. Tolong bantu aku
menemukan Tuan Muda. Aku tak dapat membiarkan masalah besar seperti ini.” Kata
Soo Ji panik
“Kau Cepat
ke ruang perjamuan dan biarkan Putra Mahkota tahu. Aku akan mencari Tuan Muda.”
Ucap Je Yoon.
“Kita
bisa menemukannya, kan?” ucap Soo Ji tak yakin. Je Yoon meminta Soo Ji agar
memberitahu seperti apa anak dari Utusan.
“Dia
kira-kira setinggi ini dan memiliki wajah cantik seperti perempuan. Dia
mengenakan pakaian biru. Dia menghilang di dekat toko senyawa.” Kata Soo Ji
akhirnya tak bisa menahan tangis.
Je Yoon
panik meminta agar Soo Ji Berhentilah menangis dan lebih biak cepat pergi
saja. Soo Ji mengandalkan Je Yoon akan
segara kembali ke istana.
Je Yoon
pamit pergi pada Hong Shim karena ada urusan jadi bisa kembali pulang
sendiri. Hong Shim bisa pulang sendiri.
Je Yoon meminta maaf karena ada sesuatu yang mendesak muncul. Hong Shim
memanggil Je yoon, meminta izin agar pergi bersama dan ingin membantu.
Bersambung
ke Part 2
Udah baca tulisan sinopsis aku 'kan..
hihihi...
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Tinggal Klik disini, buat
yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe akhir tahun
ini
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Sedih...kalo ingat drama ini tinggal beberapa episode lagi...😢# semangat terus unnie💕💕💕💕
BalasHapus