PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Ayah Hong
Shim duduk lemas melihat rumahnya yang hancur berantakan. Moo Yeon datang
melihat dari kejauhan, lalu teringat dengan kata-kata tabib yang mengaku mengobati pasien dengan luka tusukan
baru-baru ini.
Flash Back
“Siapa
itu? Apa Dia tinggal di desa ini?” tanya Moo Yeon.
“Dia
menantunya Yeon. Dia tinggal di desa seberang sungai.” Kata Tabib
Ayah Hong
Shim masih duduk lemas, Goo Dol mengeluh
baru melihat Ayah Hong Shim yang baru datang padahal baru mencari kemana-mana.
Ayah Hong Shim binggung Apa yang terjadi dengan rumahnya.
“Bukan
waktunya memikirkan rumahmu! Kau harus menyelamatkan Hong Shim. Preman yang
tampak jahat menculiknya.” Ucap Goo Dol panik
“Untuk
apa?” tanya Ayah Hong Shim lemas. Goo Dol heran karean tak mungkin bisa
mengetahuinya.
“Aku
kalah jumlah jadi... Bagaimanapun, sekarang bukan saatnya memikirkan rumah. Kau
harus menyelamatkan Hong Shim.” Ucap Goo Dol menarik Ayah Hong Shim agar
berdiri menyelamatkan Hong Shim.
Moo Yeon
terdiam melihat keduanya pergi lalu teringat yang dikatakan Hong Shim “Rumah di
Jalan Gomdallae dengan pohon sakura di halaman rumahnya.” Dan melihat pohon
yang jodoh lalu menduga Hong Shim itu adalah....
Won Deuk
datang dengan kudanya, beberapa pria melihat Won Deuk seperti tak percaya kalau
hampir tidak mengenalinya. Hong Shim tersadar melihat Won Deuk menyuruh cepat
pergi. Si pria tak punya belas kasih langsung memuul Hong Shim agar diam. Won
Deuk pun turun dari kudanya.
“Won
Deuk, selamatkan dirimu. Mereka bukan tandinganmu... Lari dari sini!” teriak Hong
Shim. Para pria makin mengejek untuk Won Deuk pergi saja seperti yang dikatakan
Hong Shim.
“Kenapa
kau menculik wanita ini?” tanya Won Deuk
“Dia
gadis yang cantik, sepertinya kami akan bersenang-senang.” Kata si pria
mengejek
“Ini dari
pohon spindel. Sebagian besar digunakan untuk membuat tongkat.” Ucap Won Deuk
melihat tanaman didepanya. Hong Shim langsung mengumpat Won Deuk yang bodoh.
“Astaga,
dia tidak pernah nurut.” Keluh Hong Shim dengan wajah ketakutan.
“Aku
lebih suka pohon ash, tapi ini lumayan juga untuk keadaan darurat. Kenapa?
Ketika dipukul dengan ini, sakitnya bukan main. Apa Kau dengar itu?” ucap Won
Deuk.
Si pria
tak mau kalah mengeluarkan pedanya, Won Deuk langsung mengeluarkan semua
kemampuanya berkelahi dengan batang pohon dan bisa mengalahkan beberapa orang.
Hong Shim berusaha melepaskan tali ditanganya.
Won Deuk
berusaha melawan tapi pikiran teringat saat seseorang mengeuarkan pedang
diwajahnya, pikiran melayang sebentar lalu terdiam. Saat itu juga tanganya
terkena pedang. Hong Shim panik melihat Won Deuk yang terluka. Sementara semua
orang pergi ke hutan berteriak mencari Hong Shim. Moo Yeon pun diam-diam
mengikuti dari belakang.
Tangan
Won Deuk sudah berdarah, Hong Shim melihat seorang pria akan menyerang Won Deuk
dari belakang dan langsung memukul dengan kayu. Won Deuk mencoba melawan tiga
pria lainya, dan satu pria mendekati Hong Shim. Won Deuk akhirnya bisa
menendang lalu mengambil pedang.
“Bukankah
sekarang seharusnya kau lari? Ada pedang ini di tanganku, kau mungkin saja terbunuh.”
Ucap Won Deuk mengancam. Semua pun akhirnya pergi menyelamatkan diri.
Won Deuk
datang mendekati Hong Shim memastikan kalau baik-baik saja. Hong Shim pikir kalau itulah yang seharusnya
ditanyakan dan karena sangat berbahaya untuk pulang, jadi mengajak untuk pergi
ke bar di pasar. Won Deuk pikir akan sulit ada yang menyerang mereka jika
dikerumunan.
“Bahkan
jika ada, akan mudah untuk meminta bantuan.” Kata Hong Shim mengajak pergi
“Bisakah
kau turun sendiri?” tanya Won Deuk. Hong Shim khawatir mengajak untuk mereka turun
bersama.
“Aku akan
mengejar mereka... Matahari akan segera turun, berhati-hatilah.” Kata Won Deuk
akan pergi.
“Tunggu...
Biarkan aku mengikat lenganmu... Ini berdarah.” Ucap Hong Shim ingin merobek
roknya.
“Kau
hanya memiliki beberapa rok seadanya, jangan disobekan. Ini bukanlah masalah
besar. Aku akan segera menemuimu.” Kata Won Deuk lalu berjalan pergi.
Sementara
Je Yoon sudah duduk di bangku hukuman, mentri berkomenatr Adik laki-laki dari
Kepala Jung Sa Yeob dan wanita pengadilan dari Jungungjeon, lalu ingin tahu
alasa menyelinap masuk ke istana putri mahkota.
“Aku
tersesat... Belum lama aku bekerja di istana, jadi aku bingung setiap kali
masuk.” Ucap Je Yoon tak ada rasa takut.
“Dasar
Angkuhnya... Aku akan menunggu sampai kapan kau bersikap tampak tak berdosa.”
Ucap Mentri
“Aku hanya
mencoba mengembalikan hiasan pada temanku." ungkap Pelayan ketakutan.
“Kau
pasti ke sana untuk menemukan jimat itu. Jimat tercela yang kau sembunyikan
membahayakan Putra Mahkota dan Putri Mahkota!” kata Mentri menuduh.
“Tidak
benar. Apa maksudmu, jimat? Aku tidak tahu. Aku tidak tahu apa-apa.” Kata Je
Yoon binggung
“Tidak
perlu mendengar lebih banyak dari mereka... Mulai interogasi...” kata Tuan Kim.
Dan kayu pun di tarik membuat Je Yoon menahan rasa sakit.
“Aku benar-benar
tidak tahu apa-apa.” Ucap Je Yoon mengaku
“Kenapa
kau menyelinap di Gyoyeondang? Apa itu perintah Kepala?” tanya Mentri sinis.
“Tidak.
Aku tidak tahu kenapa kau menginterogasiku, tapi aku tidak ada hubungannya
dengan jimat.” Kata Je Yoon.
“Jangan
hentikan siksaan sampai dia mengakui kebenarannya.” Tegas Mentri.
Je Yoon
dan pelayan menahan rasa sakit, Saat itu Mentri lain datang meminta agar
mengHentikan penyiksaan. Mentri memberitahu aklau interogasi ini sedang dilakukan
atas keputusan kerajaan. Mentri kubu Ratu meminta Kepala Pengadilan Wanita,
cepat dan memberi tahu Wakil Perdana Menteri.
“Kami
sudah mencari setiap sudut Gyoyeondang, tapi tidak menemukan jimat.” Kata
Pelayan.
“Apa kau
memaksa mereka mengakuinya ketika mereka tidak melakukannya? Dan kau mencoba
untuk mendapatkan pengakuan mereka dengan menyiksa mereka? Bukankah itu sesuatu
yang kita sebut, kebohongan? Apa Kau pikir kami tidak menyadari niat gelapmu?”
ucap Mentri nyindir Tuan kIm
“Aku akan
mengajukan petisi kepada Raja untuk ini sendiri, lebih baik letakkan tanganmu
dari interogasi ini. Kau tidak berhak bertanggung jawab atas hal itu.” Kata
Mentri lain membela diri
“Menteri
Peperangan, bawa empat kursi penyiksaan lagi.” Kata Mentri Kim akhirnya datang
menemui 3 mentri dan satu pelayan.
“Aku
senang kau datang. Aku ingin kau datang ke sini beberapa hari kemudian. Saat
kau di sini, aku akan menginterogasimu.” Ucap Mentri Kim sinis
“Wakil
Perdana Menteri Kim, beraninya kau mengatakan itu?” kata Mentri marah
“Mungkin,kau
datang ke sini karena khawatir mereka berdua menyebut namamu, bukankah begitu?
Pintu-pintu Gyoyeondang terkunci. Bahkan kasim tidak diizinkan masuk ke sana, tapi
kerabat Kepala menyelinap masuk. Bagaimana kau akan menjelaskannya?” kata Mentri
Kim mengejek
“Karena
hubungan asmara... Bajingan itu sombong dan cabul karena dia hina... Sudah lama
sejak dia dijauhi keluarga... Aku yakin dia menyelinap ke ruang kosong untuk
menggoda wanita pengadilan.” Kata Tuan Jung melirik pada Je Yoon.
“Ini adalah
konspirasi” kata Je Yoon menatap sinis. Tuan Jung yakin kalau Je Yoon menyelinap
ke tempat yang tidak seharusnya
“Kau
harus menyelesaikannya lewat jalur hukum. Tapi kau tidak bisa menyiksa wanita
pengadilan itu, Tanpa izin Ratu sampai kau menemukan bukti atau pembenaran
untuk menyiksanya.” Kata Tuan Jung membela pelayan.
“Jika
bukti itu adalah jimat, maka aku akan menemukannya untukmu.” Ucap Je Yoon.
“Omong
kosong. Bagaimana bisa kau menemukannya
ketika itu tidak ada? Aku tidak yakin.” Ejek Tuan Jung
“Maukah
kau... memberiku kesempatan?”kata Je Yoon yang membuat semua terdiam.
Semua
berteriak menyari Hong Shim, sampai
akhirnya Hong Shim menuruni bukit. Ayah Hong Shim melihat anaknya memastikan
kalau baik-baik saja, lalu menyuruh warga yang lain agar menangkap preman itu.
Diam-diam Moo Yeon melihat adiknya dari kejauhan.
“Apa Kau
tidak terluka?” ucap Ayah Hong Shim dan panik melihat tangan Hong Shim
terluka. Hong Shim mengaku baik-baik
saja.
“Ayahmu
dan aku hampir kehabisan nafas karena mengkhawatirkanmu.” Kata Goo Dul. Hong
Shim meminta maaf.
“Aku
tidak akan membiarkan mereka lolos dengan ini. Jadi Aku akan menggendongmu.
Sini.” Ucap Goo Dul siap memberikan punggungnya.
“Aku
baik-baik saja.” Kata Hong Shim menolak, karena hanya pergelangan tanganku.
“Ngomong-ngomong,
kemana Won Deuk pergi? Dia berlari sangat cepat, jadi kupikir dia pergi
menyelamatkanmu. Apa Dia tidak datang?”kata Goo Dul.
“Dia
datang...” ucap Hong Shim. Goo Dul pikir kalau Hong Shim kabur begitu saja.
Hong Shim tak ingin membahasnya mengajak mereka segera turun saja.
Moo Yeol terlihat sedih karena tak bisa melindungi adiknya. Hong Shim pun juga khawatir
melihat ke arah belakang karena Won Deuk pergi mengejar preman.
Ye Joon
sudah dilepaskan melihat seluruh rumah Putri mahkota, sambil bergumam “Wanita
istana itu menyelinap di Gyoyeondang untuk mengambil jimat. Tapi para dayang
tidak dapat menemukannya bahkan sesudah mencari kemana-mana.”
“Apa yang
kau tunggu? Cepat cari saja.”ucap Mentri marah. Je Yoon mengatakan kalau butuh
gula putih.
“Kenapa
kau membutuhkannya untuk menemukan jimat?” kata Mentri. Tapi Tuan Jung akhirnya
menyuruh pengawal mengambilkanya.
“Apa yang
bisa dia lakukan dengan gula yang berharga itu?” keluh Mentri
“Bahkan
jika dia tidak menemukannya, kita tidak akan rugi. Dia sudah menggali
kuburannya sendiri.” Kata Tuan Kim melihat Je Yoon menebar gila disekeliling
rumah.
Tuan Jung
bertanya pada Ratu Par apakah mengizinkan mereka ke Gyoyeondang. Ratu Park
pikir Jika bilang tidak, akankah Wakil Perdana Menteri membiarkannya,
menurutnya Tuan Kim akan menyebabkan keributan bahwa Ia ingin menyembunyikan
sesuatu.
“Apa yang
akan kau lakukan jika mereka menemukan jimat?” kata TUan Jung khawatir.
“Mereka
tidak akan... Bahkan wanita pengadilan atau pembantu yang menempel pada dirinya
pun tidak dapat menemukannya.” Kata Ratu Park yakin
Beberapa
saat kemudian, keluar semut yang mengerubungi gula, Je Yoon tersenyum karena
bisa menemukan kertas dibawah batu. Ia dengan bangga memberitahu kalau Tinta
khusus digunakan untuk menulis jimat dan digunakan untuk menutupi cat di
dinding istana.
“Tinta
itu membuat serangga pergi.” Kata Je Yoon bangga. Tuan Kim pikir kalau ini sudah
selesai dilakukan dengan baik.
“Bawa dia
kembali untuk diinterogasi.” Ucap Tuan Kim akan memberikan Je Yoon hukuman
lagi.
“Aku baru
saja menemukanmu jimat. Itu membuktikanku tidak bekerja untuk ratu dan bahwa
aku tidak disuap oleh Kepala Penyidik Jung Sa Yeob. Kenapa aku harus
diinterogasi lagi? Kata Je Yoon binggung
“Kau membantu
menyembunyikan jimat itu.. Begitulah caramu menemukannya. Siapa yang menyuruhmu
melakukan ini? Kau sebaiknya segera mengaku.” Kata Mentri marah
“Putra
Mahkota.” Ucap Je Yoon yang akan dibawa lalu Mentri meminta pegawal agar Berhenti.
“Putra
Mahkota membuatku sampai sejauh ini.” Kata Je Yoon berlutut.
“Beberapa
hari yang lalu, Putra Mahkota memberiku perintah. Putra Mahkota sudah
meninggal. Apa maksudmu diberi perintah beberapa hari yang lalu?” kata Mentri
marah
“Aku meminta
berbicara secara pribadi atau haruskah aku berbicara di sini?” kata Je Yoon.
Won Deuk
diam-diam mengikuti pria yang melawanya tadi, lalu masuk ke dalam rumah Tuan
Park. Si pria melapor pada Tuan Park dan Hakim Jo. Tuan Park marah karena Empat
pria dewasa. tidak bisa melawan satu orang bodoh.
“Dia
bukan orang biasa. Aku belum pernah melihat seseorang dengan keterampilan
seperti itu. Cara dia bertarung, melebihi para preman pasar.” Kata Si pria
“Apa Kau
pikir itu masuk akal? Bagaimana orang biasa seperti dia bisa memiliki
keterampilan seperti itu?” ucap Tuan Park marah
“Aku
tidak akan berani berbohong kepadamu. Jika aku tidak melarikan diri, maka dia
akan memenggalku.” Kata Si pria ketakutan
“Hei
bodoh. Kau tahu berapa banyak aku membayarmu? Jadi Bawa dia padaku sekarang
juga!” ucap Tuan Park marah
“Pekerjakan
orang lain... Aku tidak ingin kehilangan hidupku .” ucap Si pria. Tuan Park makin marah
Hakim Jo
meminta Tuan Park agar bisa tenang, karena Pasti ada cara lain. Tuan Park
merasa kalau sepertinya sangat aneh, yaitu Won Deuk.
Teman
Hong Shim tak percaya mendengar ceritanya, Goo Du mengaku dipukul beberapa kali
dan begitu juga Hong Shim. Teman Hong Shim tidak percaya itu terjadi dan ingin
tahu Siapa yang akan menculik seorang wanita di siang bolong.
“Jangan
membuang waktu. Haruskah kita tidak memberi tahu hakim? Kita harus mencari tahu
siapa mereka dan minta mereka dihukum.” Kata Goo Dul marah. Teman Hong Shim
setuju.
“Haruskah
kita tidak menemukan Won Deuk dulu? Kau bilang dia pergi untuk menyelamatkan
Hong Shim. Dimana dia?” kata Kkeut Nyeo.
“Aku
yakin dia ketakutan dan kabur... Dasar bodoh.” Ucap Tuan Yeon marah.
Bibi
pemilik kedai datang membawakan minuman, karena itu yang dibutuhkan sesudah
menakut-nakuti semua orang. Goo Dul bertanya apakah minuman itu gratis. Si bibi
kesal karena dirinya tidak sekejam itu membuat mereka harus membayar semuanya.
Hong Shim yang panik memilih untuk pergi keluar dari penginapan.
Won Deuk
melihat Hong Shim ada didepan bar, bertanya apakah menunggunya. Hong Shim panik
bertanya Dari mana sampai malam hari. Won Deuk mengejek Hong Shim yang tampak
sangat khawatir. Hong Shim pikr kalau dirinya itu juga manusia.
“Kenapa
aku tidak boleh khawatir?” keluh Hong Shim tak mau menutupi perasaanya.
“Kenapa mengkhawatirkan
hal seperti ini? Kau sudah melihat kehebatanku yang luar biasa. Sekarang jangan
mengejek tubuhku tidak berguna.” Kata Won Deuk bangga.
“Lepaskan
pakaianmu.” Ucap Hong Shim. Won Deuk panik kalau Hong Shim meminta membuka baju
lalu ingin tahu alasanya.
“Jika
seseorang dari statusmu muncul mengenakan jubah dan topi mahal, Apa yang akan
dipikirkan orang lain?” kata Hong Shim.
Won Deuk
akan membuka baju, tapi Hong Shim pikir akan membantunya. Won Deuk terlihat
gugup lalu menjerit kesakitan karena Hong Shim yang memegang tanganya, lalu
mengeluh karena menekannya. Hong Shim
mengejek, kalau Won Deuk sangat pamer di gunung.
“Apa Kau
merengek sekarang?” ejek Hong Shim. Won Deuk mengelak.
“Coba Lihatlah
darahnya.” Kata Won Deuk. Hong Shim tersenyum lalu perlahan membuka baju yang
dipakai Won Deuk. Keduanya tertawa bersama seperti pasangan kekasih.
Je Yoon
berlutut di ruangan Tuan Kim yang ingin menginterogasinya. Tuan Kim ingin tahu
Bagaimana Jee Yoon menerima perintah dari mendiang Putra Mahkota. Je Yoon
engaku itu Melalui surat rahasia. Tuan Kim seperti tak percaya mendengarnya.
“Aku menyelidiki
surat rahasianya yang membawaku ke Gyoyeondang. Itulah alasannya aku bertemu
dengan pelayan pengadilan.” Jelas Je Yoon
“Apa yang
dikatakan surat rahasia itu?” tanya Tuan Kim penasaran
“Aku
tidak bisa memberi tahumu. Seperti yang kubilang, tu surat rahasia. “ kata Je
Yoo
“Aku
harus melihatnya.” Ucap Tuan Kim, Je Yoon dengan tegas kalau Tuan Kim yang
tidak bisa melihatnya.
“Jika itu
untukmu juga, maka Putra Mahkota akan menyerahkannya padamu, bukan aku.” Kata
Je Yoon
“Apa Surat
rahasiamu tidak bisa ditunjukan ke siapa pun? Apa kau mencoba menipuku dengan
berbicara tentang surat rahasia padahal itu tidak benar-benar ada?” ucap Tuan
Kim marah. Je Yoon mulai memohon, berlutu.
“Kenapa
Putra Mahkota meninggalkan surat untuk orang sepertimu? Apa Kau pikir aku akan
mempercayaimu? Jika surat rahasia itu ada seperti yang kau katakan, maka kau
sebaiknya membuktikannya.” Tegas Tuan Kim.Je Yoon hanya bisa terdiam.
Hong Shim
memberikan ramuan pada luka Won Deuk, mengaku berharap punya beberapa tanaman
obat tapi menurutnya ini meringankan rasa sakit. Won Deuk merasa kalau tak
seperti itu, dan akan menghukum orang-orang yang melakukan ini kepada Hong
Shim.
“Sudahlah.
Balas dendam adalah untuk yang kuat... Manusia seperti kita harus bersyukur bisa
keluar hidup-hidup.” Kata Hong Shim.
“Kau
bilang "Manusia seperti kita"? Manusia seperti apa yang kau maksud?”
kata Won Deuk binggung
“Kita
mungkin manusia tapi tidak diperlakukan sebagai manusia. Hanya bangsawan dan
wanita yang dianggap manusia.” jelas Hong Shim
“Jadi Mulai
sekarang, jangan berhadapan dengan pria yang lebih kuat. Aku tidak ingin
melihatmu terluka.” Ucap Won Deuk. Hong Shim berjanji tidak akan.
“Ngomong-ngomong,
darimana kau belajar bertarung seperti itu?” tanya Hong Shim. Won Deuk mengaku tidak
tahu.
“Apa Kau
masih tidak ingat apa-apa?” tanya Hong Shim. Won Deuk terdiam. Hong Shim pikir
kalau Won Deuk ingat sesuatu
“Ya...
Aku ingat pandai bela diri... Apa aku terlalu sempurna?” kata Won Deuk bangga.
“Mengetahui
cara membacaku cukup luar biasa, tapi aku bahkan pandai bela diri. Kau tidak
rendah hati rupanya. Dan Kau tampaknya baik-baik saja sekarang, aku akan pergi.”
Kata Hong Shim mengejek dan akan pergi.
Won Deuk
meminta agar Hong ShimTidur dan Tinggallah bersamanya malam ini. Hong Shim
terdiam, Won Deuk dengan gaya putra mahkota memberitahu kalau itu perintah.
Hong Shim hanya bisa diam.
Je Yoon
datang ke tempat minum-minum bertemu dengan Ae Won, memberikan surat agar
menjaga untuknya. Ae Won mengaku sanga menghargai Je Yoon yang menaruh
kepercayaan padanya. Je Yoon memperingati kalau Seseorang mungkin datang untuk
ini.
“Itu bisa
membuatmu dalam bahaya.” Tegas Je Yoon agar Ae Won berhati-hati.
“Lagipula
hidupku tidak beruntung, aku tidak akan terkejut untuk mati kapan saja. Kau
Bawalah aku melihat bunga sebelum musim semi ini berlalu.” Jelas Ae Won.
“Itu saja
tidak sulit, tapi hatiku sudah menjadi milik orang lain.” Tegas Je Yoon
“Rumah
adalah tempat hati berada... Ikut denganku dan kau akan lihat.” Ucap Ae Won. Je
Yoon meminta Ae Won agar tetap aman dengan tatapan khawatir.
“Berhenti
menatapku seperti itu.” Kata Ae Won malu-malu
“Aku
tidak akan bisa berpaling Lalu, aku akan melakukannya.” Ucap Je Yoon lalu
melangkah pergi.
Ae Won
masuk ke dalam kamar saat itu seorang pria sudah melihat Je Yoon langsung
mengancam dengan pedangnya, kalau Ae Won menjerit, maka akan menggorok
tenggorokannya. Ae Won meminta si pria agar bicara lebih dulu.
“Aku
mungkin gisaeng rendahan, tapi tidak sopan untuk meremehkanku tanpa bertanya.”
Kata Ae Won.
Hong Shim
dan Won Deuk terlihat gelisah tidur bersebelahan, Akhirnya Hong Shim memilih
untuk memiringkan badanya. Won Deuk pun mengikuti dan melihat punggung
istrinya. Hong Shim memutar badanya dan kaget melihat Won Deuk ada didepanya
dan akan berbalik tapi tangan Won Deuk sudah menahan diatas badanya.
“Apa yang
kau lakukan?” tanya Hong Shim panik dan binggung.
“Lenganku
yang terluka berdenyut, itu perlu luruskan. Jadi Diam.” ucap Won Deuk. Hong
Shim diam tapi terlihat jantungnya berdegup kencang.
“Kenapa?
Apa Kau tidak bisa tidur?” goda Won Deuk. Hong Shim mengelak karena kelopak
matanya berat mulai menutup matanya.
“Berhenti
menatapku, tidurlah.” Kata Hong Shim yang merasakan kalau Won Deuk terus menatapnya.
Won Deuk menutup matanya, saat itu Hong Shim membuka matanya dan panik saat
mata mereka saling bertatapan.
Moo Yeon
menemui anak buahnya bertanya apakah menemukannya. Si pri memberikan selebarann
ditanganya. Moo Yeon bertanya Apa yang terjadi. Si pria mengatakan kalau Rombongan
pertunjukan yang datang menjatuhkannya.
“Beom
mengejar mereka untuk melihat di mana melihat pria ini. Kami akan menemukannya
sebelum istirahat siang.” Kata si pria
Anak buah
Moo Yeon mendatangi Tuan Kim, saat itu Tuan Kim melihat isinya dan mengumpat
kalau Je Yoon yang berani mencoba membodohinya.
Anak buah Moo Yeon ingin tahu apa istrinya. Tuan Kim yakin kalau itu bukan
pesan rahasia Putra Mahkota.
“Minta
dia berlutut di hadapanku segera.” Tegas Tuan Kim. Anak buah moo Yeon
mengangguk mengerti.
“Yang
Mulia, apa pesan yang kau tulis ini?” gumam Tuan Kim penasaran.
Won Deuk
dan Hong Shim tertidur nyenyak, Hong Shim membuka matanya teringat kembali saat
Won Deuk memegang wajahnya saat menyelamatkan dari para preman. Akhirnya Ia
mencoba menurunkan tanganya dari pundaknya lalu pergi ke kamar lain.
“Siapa
disana?” tanya seorang pria panik melihat Hong Shim yang datang ke rumahnya.
“Aku
minta maaf membangunkanmu, tapi, bukankah ini tempat tidur ayahku?” kata Hong
Shim.
“Ayahmu?”
ucap Si Pria yang sebelumnya terlihat saat perayan ulang tahun Tuan Park.
Ia
membenarkan kalau itu adalah tempat tidur Tuan Yeon disampingnya, tapi tak ada
dan berpikir kalau mungkin pergi mencari udara segar. Ia pun meminta agar Hong
Shim menutup pintunya. Hong Shim menganguk keluar dari ruangan bertanya-tanya
Ke mana Ayah pergi selarut ini.
Tuan Yeon
sedang mengali tanah dan mengambil kembali baju milik Won Deuk saat ditemukan.
Moo Yeon
pergi ke hutan, lalu meraskan seperti suara Hong Shim yang memanggilnya.
Flash Back
Saat itu
Mentri banyak mengejar mereka karean dianggap anak penghianat. Seok Ha pikir
kalau Mereka mungkin tidak jauh jadi meminta adiknya agar melihat bawah setiap
batu. Yi Seo seperti sudah sangat kelehahan.
“Semuanya
akan baik-baik saja, Yi Seo” kata Seok Ha menyakinkan.
“Aku ada
di sini dan Aku tidak meninggalkanmu. Jadi Yi Suh, buka matamu. Kau harus
bangun.” Kata Seok Ha. Mentri menyuruh pengawal agar mencari setiap sudut
“Orabeoni....
Aku takut....” kata Yi Seo ketakutan. Seok Ha memberitahu kalau akan menarik
perhatian mereka.
“Jadi Larilah
jika suara anjing sudah tak terdengar. Bisakah kau melakukan itu?” ucap Seok Ha
“Tidak...
Aku lebih baik mati di sini... Dengan begitu, aku bisa bertemu Ayah.” Kata Yi
Seo
“Apa
maksudmu? Kau tidak mendengar apa yang dikatakan Ayah? "Bertahan hidup.
Ini perintah ayahmu." Apa Kau tidak akan mendengarkannya karena dia
meninggal?” ucap Seok Ha
“Tetap
saja, jangan pergi... Tanpamu, bagaimana dengan aku?” kata Yi Seo.
“Jika kita
berpisah, aku akan menemuimu di Jembatan Mojeong pada akhir bulan. Jadi Tetap
bangun dan Lari jika suara anjing sudah tak terdengar.” Pesan Seok Ha lalu
menutup adiknya dengan tumpukan daun.
Seok Ha
akhirnya berlari mencari perhatian, Mentri berteriak agar pengawal mengejarnya.
Yi Seo ditutup dengan daun.
Semua
pengawal mengepung Seok Ha, sementara Seok Ha sedang mengancam pedang di leher
So Hee. Saat itu Tuan Kim datang, Seok He meminta agar menyuruh para penjaga
pergi dan memberitahu kalau Adiknya sudah mati jadi Jangan mencarinya.
“Kita
harus mengambil tubuhnya untuk dimakamkan.” Ucap Tuan Kim
“Jika kau
tidak memerintahkan penjaga untuk berhenti,maka kau akan melihat putrimu
meninggal di depanmu.” Kata Seok Ha mengancam.
“Pengorbanan
diperlukan untuk tujuan yang luar biasa. Jika kau bisa membunuhnya, silahkan
coba. Jika kau mengambil sesudah Yoon Boo Joon, kau akan memiliki kemampuan
besar, tapi kau akan lemah hati.” Kata Tuan Kim
Akhirnya
Seok Ha menyerang Tuan Kim, tapi malah membuatnya terbanting dan pedangnya
jatuh. So Hye panik melihat Ayahnya yang sudah menaruh pedang di leher Seok Ha.
Seok Ha meminta Tuan Kim agar mengambil kepalaknya.
“Sebaliknya,
selamatkan adikku. Kau sudah memiliki dunia, apa gunanya mengambil nyawa gadis
itu?” kata Seok Ha memohon.
Bersambung
ke part 2
sinopsisnya bagus, walaupun gak pernah nonton dari awal
BalasHapussinopsisnya keren.. semangat terua ya?
BalasHapus