PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Won Deuk
mencium Hong Shim seperti tak mau menutupi lagi perasaanya, saat itu rintik
hujan pun turun. Hong Shim tak percaya kalau hujan akhirnya turun, lalu
menadahkan tangan untuk merasakan air hujan di tanganya.
“Ini
benar-benar hujan... Wah, hujan!” jerit Hong Shim bahagia.
“Apa
hanya aku yang merasa tidak nyaman?” kata
Won Deuk hanya terdiam.
“Kenapa
begitu? Apa Kau tahu sudah berapa lama tidak hujan? Wah, aku menyukainya.” Kata
Hong Shim senng. Won Deuk menarik tangan Hong Shim dan berlari karena benci dengan
basah.
Kkeut
Nyeo dan Goo Dul sedang ada disumur Tuan Park, Keduanya juga terlihat bahagia,
karena tak perlu lagi mengisi sumur itu. Goo Dul bahkan sengaja menyiram air di
ember pada istrinya lalu mengendongnya sambil berputar-putar.
“Kalau
saja hujan turun sekitar jam empat sore.” Ungkap Je Yoon yang berteduh setelah
berhasil naik dari lubang sumur yang kering.
Tuan Yeon
dan teman Hong Shim pun terlihat bahagia karena hujan akhirnya turun setelah
terjadi kekeringan beberapa lama.
Hong Shim
dan Won Deuk berteduh dalam gudang jerami, suasana terasa canggung. Hong Shim
pikir Kharus segera pulang karean hanya meninggalkan dua kendi air yang
terbuka. Won Deuk pikir Hong Shim tak perlu khawatir karena hujan akan terus
mengalir.
“Sekarang,
apa ini? Kau kebasahan, padahal kau membencinya.” Ejek Hong Shim. Won Deuk
hanya terdiam.
“Pasti
melelahkan, harus berjalan jauh dari Hanyang.” Komentar Hong Shim
“Pasti
sulit juga bagimu. Ayahmu bilang kepadaku bagaimana keluargamu terbunuh sesudah
dijebak karena kejahatan.” Kata Won Deuk.
“Itu
sudah lama terjadi... Banyak yang meninggal selama kudeta. Ayahku termasuk
diantaranya.”cerita Hong Shim. Won Deuk terlihat binggung dengan Kudeta.
“Kau
mungkin tidak tahu karena hilang ingatan.” Ucap Hong Shim.
“Apa itu
saat kau dan saudaramu berpisah?” tanya Won Deuk. Hong Shim membenarkan.
“Apa dia
belum kembali sejak terakhir kali?” tanya Won Deuk penasaran. Hong Shim mengaku
kalau kakaknya sudah kembali.
“Lalu
kenapa kalian berdua tidak tinggal bersama?” tanya Won Deuk. Hong Shim mengaku butuh
waktu. Won Deuk balik bertanya kenapa butuh waktu.
“Kita
sudah menjalani kehidupan yang terpisah, jadi aku perlu waktu untuk
menyelesaikan masalah. Kau pasti mengerti. Lalu Bagaimana denganmu? Apa
perjalanan ke Hanyang mendapatkan kembali ingatanmu?” ucap Hong Shim penasaran.
“Tidak,
aku tidak mendapatkannya kembali. Aku tidak tahu Hanyang sangat besar. Tidak
heran mereka bilang tidak mungkin menemukan orang di Hanyang. Aku tersesat dan
akhirnya membuang-buang waktu.” Ungkap Won Deuk.
Hong Shim
terdiam teringat dengan ucapan Goo Dul “Namun, jangan khawatir. Dia akan
kembali dengan selamat. Kupikir ini pertama kalinya dia ke Hanyang, tapi dia
sepertinya tahu jalan ke sana.” Seperi merasa kalau Won Deuk menutupi sesuatu.
“Kau
pasti khawatir aku tidak akan kembali... Hanyang sangat bagus, sehingga aku
berpikir untuk tinggal disana. Namun, aku punya alasan untuk kembali.” ungkap
Won Deuk. Hong Shim terdiam.
“Aku berhutang
dua pun kepada Meok Goo, tapi aku belum membayarnya. Aku merasa bersalah
tentang itu.” Kata Won Deuk. Hong Shim terlihat mulai gugup.
“Kau
terlihat lelah. Tidak bisa begini, kita harus cepat pulang.” Ucap Hong Shim
berdiri dari tempat duduknya.
Hong Shim
melihat dari lubang jendela merasa kalau hujan takkan segera mereda tapi
mungkin Karena belum hujan sepanjang tahun jadi harus mengimbanginya. Ia lalu
merasakan badannya yang basah mulai terasa dingin, Won Deuk datang langsung
memeluknya dari belakang.
“Hanya
sampai hujan berhenti.” Kata Won Deuk memeluk erat istrinya. Hong Shim pun
membiarkan Won Deuk memeluknya.
Raja
keluar dari kamarnya tak peduli bajunya basah, wajahnya bahagia karena akhirnya
hujan turun. Kasim dan pengawal lainya panik membawakan payung agar tak
kehujanan.
“Bagaimana
bisa aku tidak menyambut hujan berharga seperti ini?” ucap Raja tersenyum
bahagia.
“Kau
mungkin merusak kesehatanmu.” Kata Kasim khawatir.
“ Tidak
masalah... Hujan ini seperti berkah.” Ucap Raja.
Saat itu
Kasim yang lain datang dengan wajah panik memberitahu kalau harus ke kamar ratu. Raja bertanya apa
yang terjadi.
Ratu Park
terbaring dengan ikat kepala dan baju putihnya seperti merasa lemas. Raja
datang dengan wajah panik melihat istrinya, meminta agar memanggil tabib istana
sekarang. Ratu Park mengaku kalau tak perlu karea lebih baik mati seperti ini.
Raja binggung apa maksudnya itu.
“Wakil
Perdana Menteri Kim membawa selembar kertas dengan stempel kerajaan di atasnya dan
mengancam akan membunuhku dan Pangeran Seowon.” Cerita Ratu Park. Raja kaget.
“Sejak
aku mendengarnya, aku tidak bisa minum seteguk air pun. Bernafaspun, aku
terlalu takut. Wakil Perdana Menteri Kim sangat arogan... seolah-olah aku,
Pangeran Seowon, dan bahkan Yang Mulia di bawah kakinya.” Ungkap Ratu Park
sambil menangis.
“Yang Mulia,
kenapa kau mengizinkan segel kerajaanmu pada pria sembrono itu?” rengek Ratu
Park
“Itu
untuk melindungimu dan Pangeran Seowon. Aku tidak punya pilihan selain memberi
apa yang dia inginkan untuk mendapatkan apa yang kuinginkan.” Jelas Raja.
“Tidak...
Dia akan berusaha memiliki segalanya... Dia akan membunuhku dan Pangeran Seowon
dan bahkan merebut tahta. Apa kau benar-benar tidak tahu? Dia adalah hewan
licik, yang mencari kesempatan untuk membunuh pemiliknya?” ungkap Ratu Park
terus menangis.
“Kau harus
melakukan sesuatu kepadanya dia. Jika tidak, Pangeran Seowon dan aku akan
dibunuh dengan pasti.” Kata Ratu Park
“Itu
tidak akan pernah terjadi. Aku akan melindungi kalian berdua bagaimanapun.”
Kata Raja. Ratu Park pun memeluk suaminya, dan terlihat diwajahnya kalau itu
hanya trik untuk mendapatkan simpati dari suaminya.
Moo Yeon
tergeletak ditahan, ada darah yang mengalir ditanganya, dan pedang yang
menancap di tanah lalu hujan yang membasahi tubuhnya.
Sementara
Won Deuk duduk diluar rumah, Hong Shim memberitahu kalau sudah mengisi bak
mandi di dapur jadi menyuruh masuk dan mandi, Won Deuk menyuruh Hong Shim dulu
saja karena Sepertinya menggigil kedinginan tadi karena Kedinginan itu tidak
baik untuk kesehatan istrinya.
“Tidak,
kau saja yang duluan. Kau pasti lelah dari perjalanan panjang.” Kata Hong Shim
mengalah.
“Sudah
kubilang, kau duluan... “ ucap Won Deuk. Hong Shim merasa kalau baik-baik saja.
“Cepat
mandi dan tidurlah. Jika tidak, kau akan terkena flu.” Kata Hong Shim.
“Ini
tidak bisa dihindari... Tidak satu pun dari kita yang mengalah,jadi kita tidak
punya pilihan selain mandi bersama.” Ucap Won Deuk berdiri dari tempat
duduknya.
“Lupakan.
Aku duluan saja. Aku akan dengan cepat mandi” kata Hong Shim panik.
Akhirnya
Won Deuk kembali duduk mengingat apa yang terjadi saat dihutan. Moo Yeon yang
terluka melihat pedang yang mengarahk padanya. Won Deuk yakin kalau Moo Yeon
mengenal dirinya dan ingin tahu siapa dirinya itu.
“Aku
ingat kau dari suatu tempat. Kenapa kau mencoba membunuhku? Siapa aku?” ucap
Won Deuk
“Kau
sudah mati... Kau sudah mati dalam ingatan semua orang... Jangan coba-coba
mencari tahu... Ketika eksistensimu terungkap, maka tak terhitung orang akan
terbunuh.” Kata Moo Yeon.
“Kenapa
begitu?” tanya Won Deuk. Moo Yeon berusaha melawan Woon Deuk tapi karena
lukanya malah membuatnya jatuh tersungkur.
“Mengejarku
dalam kondisi itulah kesalahanmu.” Kata Won Deuk lalu sengaja menancapkan
pedang ditanah dan terlihat gelang yang dipakai oleh Moo Yeon.
Hong Shim
melihat Won Deuk menaruh tangan di dahi dan bertanya apa yang dipikirkan. Won
Deuk mengaku penasaran apa yang membuat istrinya mandi begitu lama. Hong Shim
terlihat gugup merapihkan rambutnya yang basah.
Akhirnya
Won Deuk masuk ke dalam tempat pemandian, ada sebuah bak yang diisi air hangat
dan juga baju yang sudah disiapkan Hong Shim. Ia seperti tak percaya kalau Hong
Shim yang menyiapkan semuanya.
Dua anak
buah Moo Yeon bergegas membawa Moo Yeon kembali ke kediaman Tuan Kim. Lalu
keduanya menemui Tuan Kim kalau tabib mengatakan Moo Yeon dalam kondisi kritis.
Tuan Kim pikir kalau Moo Yeon diserang seseorang lagi.
“Sepertinya
begitu, tapi dia tidak diserang dengan pedang.” Jelas Anak Buah Moo Yeon
“ Gunung
di dekat kota... Kenapa...dia pergi ke sana dalam kondisi seperti itu? Apa yang
kau sembunyikan dariku?” kata Tuan Kim curiga.
“Apa
maksudmu? Kenapa kita menyembunyikan sesuatu dari tuan?” kata salah satu anak
buah Moo Yeon.
“Kau
tampaknya ingin mengatakan sesuatu padaku.” Ucap Tuan Kim menunjuk ke arah
salah satu anak buah lain yang hanya diam.
“Tolong
bunuh aku... Aku benar-benar menembak Moo Yeon. Aku melakukannya karena tidak
ingin meninggalkanmu. Aku membidik lengannya. Kupikir dia akan berubah pikiran
ketika sedang diobati.” Ungkap anak buah Moo Yeon.
“Kunci
dia di dalam gudang, Jangan memberinya seteguk air sampai instruksi lebih
lanjut.” Kata Tuan Kim.
Tuan Kim
datang menemui anaknya yang sedang sibuk menyulam dikamar, mengaku khawatir bayi di perut anaknya
mungkin terpengaruhi insiden yang membuat stres jadi meminta agar Kembali ke
istana besok pagi.
“Pengusiran
setan untuk menangkal nasib buruk masih di bawah kemajuannya.” Kata Soo Hye.
“Aku
memerintahkan mereka untuk menyelesaikannya dengan cepat.” Ucap Tuan Kim. Soo
Hye pun tak banyak komentar.
Won Deuk
masuk kamar, Hong Shim sudah merapihkan alas tidur berkomentar kalau Won Deuk terlihat
bagus dengan pakaian itu. Won Deuk dengan bangga kalau selalu bagus dalam
setiap pakaian yang dikenakan. Hong Shim
mengaku berusaha keras untuk membuat pakaian baru.
“Tapi kau
pamer bukannya berterima kasih kepadaku.” Keluh Hong Shim, Tiba-tiba Won Deuk
mengangkat tanganya seperti ingin meminta peluk istrinya. Hong Shim binggung.
“Kenapa
bagian kanannya lebih pendek dari yang kiri? Apa ada arti khusus untuk itu?”
tanya Won Deuk.
“Itu
karena lengan kananmu lebih panjang. Tapi Aku membuatnya dengan panjang yang
sama.” Kata Hong Shim yakin. Won Deuk merasa Tidak mungkin.
“Coba Lihat?
Lengan kananmu lebih panjang.” Ucap Hong Shim mencoba menarik tangan Won Deuk
agar sama dan terlihat gugup karena tak sadar memegang tangan suaminya lalu
buru-buru melepakanya.
“Apa
kakimu baik-baik saja? Apa Belum melepuh?” tanya Hong Shim khawatir.
“Ini
merah dan bengkak, tapi itu lumayan.” Ucap Won Deukk.
“Apa Kau
makan sesuatu di perjalanan? Apa Kau tidak lapar? Haruskah aku membuatkanmu
makanan?” tanya Hong Shim.
“Aku
tidak nafsu makan.” Ucap Won Deuk. Hong Shim pikir akan menyalakan pemanas.
“Cuaca sepertinya
dingin karena hujan.” Kata Hong Shim panik.
“Karena
ada selimut, ini baik-baik saja.” Ucap Won Deuk memegang selimutnya. Hong Shim
pun mengerti.
“Lalu,
Hong Shim... Aku mengerti bagaimana perasaanmu. Aku, suamimu tercinta, pergi
dari rumah selama empat hari. Kau pasti sangat merindukanku. Kau pasti ingin
melihatku, menyentuhku, bicaralah denganku, dan tinggallah bersamaku. Aku
mengerti, tapi jika kau tidak akan tidur di sini, lebih baik bagimu untuk
pindah kamar sekarang.” Goda Won Deuk.
Hong Shim
pikir seperti itu dengan wajah gugup bergegas keluar dari kamar. Won Deuk bisa
tersenyum melihat tingkah istrinya. Hong Shim tak lupa mengucapkan selamat mata
karena pasti sangat lelah jadi bisa tidur dengan nyenyak.
Hong Shim
masuk ke dalam kamar kesal sendiri dengan Won Deuk yang memang sangat berbakat membuat orang tidak
nyaman. Ia tak percaya kalau Won Deuk berpikir dirinya yang ingin melihat dan
menyentuh suaminya karena itu tidak
pernah terjadi.
“Aku akan
pindah ke sini bahkan jika dia memintaku untuk tidur di sana. Wah.. Aku juga
lelah... Aku lelah karena membawa ember air sepanjang hari.Jadi Aku akan tidur
juga.” Kata Hong Shim kesal mencoba berbaring
“Dia
biasa memohon padaku untuk tidur bersama... Lalu Apa gunanya menciumku?” keluh
Hong Shim akhirnya kembali duduk lalu teringat saat Won Deuk menciumnya.
Hong Shim
memegang bibirnya seperti tak percaya kalau Won Deuk baru saja menciumnya.
Sementara Won Deuk dikamarnya mencoba untuk tidur tapi teringat kembali yang
dikatakan Moo Yeon.
“Kau
sudah mati dalam ingatan semua orang. Jangan coba-coba mencari tahu. Ketika
eksistensimu terungkap, tak terhitung orang akan terbunuh.”
Malam
hari, Soo Hye diam-diam datang ke kamar Moo Yeon memeriksa denyut nada tanganya
seperti memastikan kalau masih hidup lalu pergi ke dalam kurungan menemui anak
buah Moo Yeon.
“Ayah
akan menyiksamu. Kau dapat melarikan diri sekarang.” Ucap Soo Hye
“Tidak...
Lari hanya akan memperburuk keadaan.” Kata anak buah Moo Yeon
“Apa kau
yakin bisa menjaga rahasianya?” tanya Soo Hye ragu.
“Tentu
saja. Tapi begitu Moo Yeon pulih, dia akan pergi.” Ungkap anak Buah Moo Yeon
“Itu bukan urusanmu.”
Ungkap Soo Hye dingin
Tuan Jung
membaca sebuah surat yang dijahit dalam kain
“Mimpi tadi malam membuatku khawatir. Aku terlalu gelisah. Mereka bilang
semakin berharga itu, semakin jauh kau harus menyimpannya. Itulah yang ingin
kulakukan.”
Flash Back
Soo Hye
sengaja menyelipkan sebuah surat dibawah tumpukan genting dan Tuan Jung sengaja
mengambilnya.
“Ada
sesuatu yang harus kau periksa sekarang.” Ucap Tuan Jung lalu memberikan kain
bertuliskan surat Soo Hye
“Putri Mahkota
menulis surat cinta ini. Apa Yang Mulia yang dituju?” kata Tuan Jung setelah
Pangera Seowon membacanya.
“Apa ini
terlihat seperti surat cinta bagimu? Bagiku, sepertinya surat yang
mengungkapkan kekhawatirannya.” Kata Pangeran Seowon santai.
“Apa kau
menyukai Putri Mahkota?” tanya Tuan Jung. Pangeran Seowon pikir itu pasti. Tuan
Jung kaget.
“Bukan
hanya dia, tapi aku menyukai ayahku, ibuku, kau, dan semua orangku.” Ungkap
Tuan Jung. Tuan Jung tak percaya mendengarnya.
“Kesepakatan
bagus untuk Keluarga Kerajaan memiliki seorang putra. Jangan menimbulkan
masalah. Haruskah kau membuat marah Putri Mahkota, dan apa pun yang terjadi
pada anak itu, aku tidak akan membiarkannya.” Kata Pangeran Seowon
memperingati.
“Ruang
Putra Mahkota kosong. Kenapa kau tidak berusaha mengisinya?” kata Tuan Jung
“Aku
tidak akan menginginkannya jika aku harus menggunakan trik kotor. Jangan
memikirkan skema lagi untuk menyeret Putri Mahkota. Ini bukan permintaan, tapi
perintah dari pangeran dinasti ini.” Tegas Pangeran Seowon.
Tuan Yeon
pulang kerumah tak percaya melihat Won Deuk sambil menangsi lalu memeluknya.
Won Deuk binggung dengan gayanya merasa kalau Ini tidak nyaman dan
memperingatakan kalau tidak mengizinkan untuk memeluknya.
“Aku
sangat senang melihatmu. Aku tidak berpikir kau akan kembali. Aku benar-benar
senang.” Ungkap Tuan Yeon menangis haru
“Aku
tidak mengerti. Kau belum pernah melihatku sebelumnya, namun kau menikahi
putrimu kepadaku. Kau tidak tahu identitasku atau kehidupanku, namun kau senang
melihatku.” Komentar Won Deuk.
“Bahkan
seekor anjing akan tampak seperti anakku jika aku sudah mengurusnya. Aku
menghidupkanmu dari kematian. Bagaimana mungkin aku tidak berterimakasih?” ucap
Tuan Yeon.
“Terima
kasih... Ini terlambat... Tapi aku ingin, kau lebih berterimakasih... Ada
sesuatu yang bisa kau lakukan untukku.” Kata Won Deuk.
Hong Shim
ternyata tak bisa tidur akhirnya keluar dari kamar, melihat ayah dan Won Deuk
sedang memutar tali jerami. Tuan Yeon menyindir Hong Shim yang baru bangun
tidur bahkan tidak menyiapkan sarapan untuk suaminya.
“Bagaimana
bisa kau tidur begitu lama? Matahari sedang naik di langit.” Ejek Tuan Yeon.
Hong Shim melihat Matahari tidak naik di langit.
“Aku bisa
menyiapkan sarapan dengan cepat.” Ucap Hong Shim bangga
“Kaulah
yang seharusnya makan. Kami sudah makan. Aku menyiapkan sarapan untuk menantu
laki-lakiku.” Ucap Tuan Yeon tak mau kalah.
“Makananmu
jauh lebih baik.” Puji Won Deuk. Hong Shim tersenyum mengaku harus membuatkan
makanan untuk Won Deuk mulai sekarang. Tuan Yeon yang mendengarnya juga
terlihat bahagia.
“Apa yang
kalian lakukan?” tanya Hong Shim. Tuan Yeon pikir Hong Shim tak melihat kalau
mereka sedang memutar tali.
“Coba Lihatlah
seberapa bagus dia memutar tali. Dia sebagus penampilannya.” Kata Tuan Yeon
bangga
“Apa
maksudmu? Won Deuk tidak bagus dalam memutar tali.” Kata Hong Shim mengejek
“Apa
maksudmu itu? Coba Lihatlah tali yang cantik ini. Aku sudah menyelesaikan
empat.” Kata Won Deuk menunjuk ke arah tali buatanya.
“Apa yang
terjadi denganmu?” tanya Hong Shim binggung karena sebelumnya Won Deuk tak bisa
melakukan apapun.
“Aku
memintanya untuk mengajariku. Bagaimana bisa seorang pria tidak tahu cara
memutar tali, atau memotong kayu bakar, atau menggunakan sabit? Aku akan
mempelajarinya satu per satu. Aku harus membawa lebih banyak jerami.” Kata Won
Deuk seperti penuh semangat.
“Tidak,
tidak, jangan bangun. Aku akan membawakannya.” Ucap Tuan Yeon memberikan kode
agar mengikutinya.
Tuan Yeon
membisikan kalau Pagi hari, Won Deuk memint untuk mengajari hal-hal ini jadi
Sepertinya memutuskan untuk hidup sebagai Won Deuk, Hong Shim pikir
Sebelum pergi untuk Hanyang, tidak
menyukai nama Won Deuk.
“Hari
ini, aku memanggilnya Won Deuk dan dia menjawab tanpa bilang apapun. Ketika kakakmu
kembali, ayo kita membawa Won Deuk bersama kita. Sesudah dia memutar tali, dia
akan memotong pakan ternak. Dia sangat bersemangat. Aku sangat menyayanginya.”
Ucap Tuan Yeon. Hong Shim menatap Won Deuk seperti tak percaya kalau suaminya
akan berubah.
Je Yoon
duduk di ruanganya membaca semua buku teringat kembali saat teringat kembali
kejadian, ketika bertemu dengan Hong Shim di Hanyang. Flash Back
Hong Shim
yang belum menikah langsung memasuk ke dalam sungai tak peduli bajunya basah
menyelamatkan lampion, mengejek Je Yoon itu siput karena sangat lambat.
“Jangan
melamarku!” ucap Hong Shim yang langsung menolaknya saat bertemu dengan Je
Yoon.
Je Yoon
tersenyum mengingat kenanganya dengan Hong Shim. Saat itu Tuan Park melihat
dari depan pintu mengodanya gubernur yang baru sedang duduk tersenyum dengan
mulut terbuka lebar. Je Yoon kaget melihat Tuan Park sudah ada di dalam
ruanganya.
“Aku
tidak tersenyum dengan mulut terbuka lebar, aku tersenyum sedih.” Keluh Je Yoon
“Apa Kau
terjaga sepanjang malam membaca catatan Biro?” tanya Tuan Park.
“Bagaimana
kau tahu aku membaca sepanjang malam catatan Biro?” balas Je Yoon
“Tumpukan
buku setinggi ini, dan sekarang setinggi ini. Kau tidak boleh membuang-buang
lilin... Ini semua uang Biro.. Bahkan Kau dapat menggunakan sepuluh bulan!”
keluh Tuan Park kesal.
“Aku
membaca catatan Biro untuk mempelajarinya, dan sesuatu menarik perhatianku.”
Kata Tuan Park lalu menunjuk ke arah bukunya.
Tertulis
"Agen Solusi Hong Shim." Tuan Park bertanya Apa Je Yoon penasaran
tentang Hong Shim atau Agen Solusi. Je Yoon mengaku kalau itu Keduanya. Tuan Park menjelaskan Agen Solusi
adalah... tempat yang menyelesaikan apa pun, selama mereka membayar cukup uang.
“Kenapa
kita punya tempat seperti itu?” tanya Je Yoon heran.
“Karena
setiap kali desa memiliki masalah, Hong Shim akan melakukannya dengan tangan
terbuka, Yang kumaksud, dia sering bergegas menjadi sukarelawan dan membantu
menyelesaikan masalah. Tapi dia bertemu dengan suami yang salah.” Cerita Tuan
Park
“Apa
maksudnya Suami yang salah?” kata Je Yoon terlihat binggung.
“Ini Sangat
salah. Mereka seharusnya tidak pernah bertemu. Suami dari Hong Shim membuat
banyak kesalahan begitu mereka menikah. Kau tidak tahu betapa mengerikannya
itu. Dia benar-benar pembuat onar. Ini bukan masalah besar juga.” Ungkap Tuan
Park gemas sendiri.
Won Deuk
mikirkan dirinya yang sudah membawa tumpukan rumput yang tinggi di punggungnya,
seperti ingin membuktikan kalau dirinya adalah seorang pria sejati. Saat itu
Meok Goo mengumpat Won Deuk itu jahat karena berjanji akan memberiku dua pun
“Apa Kau
memanggilku Won Deuk?” ucap Won Deuk tak percaya anak kecil yang memanggilnya
tak sopan.
“Ya, kau,
Won Deuk. Hanya kau yang berani menipu anak demi uang.” Keluh Meok Goo.
“Jika kau
menjawab teka-tekiku, aku akan membayarmu 10 pun.Apa Kau siap untuk itu?” ucap
Won Deuk
“Kau
tidak akan membayarku jika aku salah.” Keluh Meok Goo. Won Deuk menyakina kalau
Ini cukup mudah.
“Pria
yang lebih tua darimu, kau harus memanggilnya apa?” tanya Won Deuk. Tapi tiba-tiba
Meok Goo malah menangis.
“Itu
bukan jawaban yang kuinginkan.” Kata Won Deuk panik melihat Meok Goo yang terus
menangis.
Je Yoon
datang mengeluh Won Deuk yang membuat anak menangis lalu bertanya pada Meok Goo
apa yang dilakukan Won Deuk. Meok Goo menceritan kalau Won Deuk menjanjikan
uang jika mematuhi perintahnya, tapi malah
mengingkarinya.
“Aku akan
membeli obat untuk ibuku yang sakit.” Ungkap Meok Goo. Won Deuk mengaku tidak
mencoba menipunya.
“Bagaimana
bisa orang dewasa mencoba menipu seorang anak kecil?” komentar Je Yoon lalu
berlutut pada Meok Goo.
“Kau bisa
membeli obatnya. Jika pria ini mengacau lagi, datang ke Biroku.” Kata Je Yoon
memberikan uang, Meok Goo pun mengucapkan Terima kasih.
“Aku
mengharapkan seorang pria yang menerima hadiah dari raja untuk kebaikannya
kepada orang yang layak. Sepertinya aku sangat salah menilaimu.” Komentar Je
Yoon menyindir lalu berjalan perg. Won Deuk menahan amarahnya.
“Hyungnim...
Mana 10 pun-ku? Kau bilang akan membayarku jika aku menjawab teka-tekimu.” Kata
Meok Goo mengulurkan tanganya setelah Je Yoon pergi.
“Meok
Goo,apa benar ibumu sakit?” tanya Won Deuk binggung.
“Aku
tidak punya ibu. Dia meninggal saat melahirkanku.” Ucap Meok Goo. Won Deuk pun
memberikan uangnya.
“Berapa
uang yang kau terima tadi? Kau bahkan berbohong untuk mendapatkannya. Aku lapar
jadi Aku sangat ingin makan semangkuk sup dan nasi.” Ungkap Meok Goo
“Dan Jangan
memberitahu gubernur baru, Dia orang jahat. Saat kau pergi, dia memerintahkan
tugas-tugas aneh kepada penduduk desa, dan bahkan membawa Hong Shim untuk
berbicara secara pribadi. Orang-orang dewasa bilang bahwa dia menggodanya.”
Kata Meok Goo. Won Deuk melotot marah mendengarnya.
Je Yoon
datang ke rumah Hong Shim tapi merasa sikap Hong Shim yang dingin padahal datang
sebagai klien dengan untuk memecahkan sesuatu. Hong Shim menegaskan tidak akan
menerima semua permintaannya. Je Yoon pikir kalau tidak punya pilihan lagi.
“Aku
sangat ingin tahu kenapa kau berpakaian seperti wanita bangsawan di Hanyang, tapi
aku tidak ingin memaksamu untuk memberitahuku alasannya. Namun...” ucap Je Yoon
langsung disela oleh Hong Shim.
“Akan
kulakukan... Apa yang kau butuhkan?” tanya Hong Shim tak ingin identitasnya
terbuka.
“Itu
harus dirahasiakan, jadi tolong mendekatlah.” Kata Je Yoon. Hong Shim pun
mendekat untuk mendengarnya.
Won Deuk
pulang ke rumah dengan gayanya berkata “Apa hanya aku yang merasa tidak nyaman?”
saat melihat Je Yoon dan Hong Shim berbisik didepanya. Hong Shim kaget melihat
suaminya pulang. Won Deuk menyindri gubernur tidak melakukan tugasnya dan
melecehkan wanita yang sudah menikah.
“Apa?
Wanita yang sudah menikah? Maksudmu, dia...” kata Je Yoon kaget dan binggung.
“Ya, dia
suamiku.” Akui Hong Shim, dan Je Yoon tak pecaya kalau Won Deuk adalah suami
Hong Shim wanita yang disukainya.
“Pria dan
wanita harus jaga-jarak, kenapa kau menyondong kearahnya?” kata Won Deuk marah
“Dia ada
di sini sebagai klien Agen Solusi.” Kata Hong Shim merangkul lengan suaminya.
“Aku
mendengarmu dengan keras dan jelas, sampai jumpa.” Kata Hong Shi pada Je Yoon
lalu mengajak Won Deuk masuk rumah.
“Kenapa
dia dipaksa menikah dengannya?” keluh Je Yoon merasa tak terima melihat Hong
Shim dan Won Deuk sudah menikah.
Won Deuk
mengaku mendengar Gubernur baru itu
sudah menggod Hong Shim saat sedang tidak ada dirumah. Hong Shim pikir itu
tidak masuk akal lalu menyuruh Won Deuk melepaskan rumputnya karena pasti
berat. Won Deuk pun menurukan rumputnya.
“Kau
pasti kelelahan karena panas. Kulitmu terbakar. Matahari bukan alasan untuk
wajah merahku.” Kata Won Deuk
“Itu
karena aku marah.” Ucap Won Deuk. Hong Shim mengoda Won Deuk itu cemburu.
“Cobalah
berada di posisiku. Bagaimana perasaanmu jika wajahku dekat dengan wanita
lain?” kata Won Deuk
“Aku
tidak keberatan. Itu bukan masalah.” Kata Hong Shim seperti mengoda. Won Deuk
tak percaya mendengarnya.
“Berbaring.”
Kata Hong Shim. Won Deuk panik kenapa Hong Shim yang memintanya berbaring.
Akhirnya
Won Deuk berbaring diatas pangkuan istrinya, Hong Shim memberikan masker timun
memberitahu kalau Matahari membakar
kulit Won Deuk dan Tanpa perawatan maka akan menyengat. Won Deuk tiba-tiba
menatap Hong Shim yang membuat gugup.
“Aku akan
menghargainya jika kau menutup matamu.” Ucap Hong Shim gugup tiba-tiba Won Deuk
menatapnya.
“Tapi,
aku ingin melihatmu, karena aku tidak dapat melakukannya selama empat hari.”
Goda Won Deuk.
Hong Shim
mencoba menutup mata Won Deuk, tapi Won Deuk tetap tak mau menutup matanya.
Hong Shim terus mencoba, Won Deuk tetap membukanya matanya sambil tersenyum karena
mengodanya. Akhirnya setelah beberapa kali Won Deuk menutup matanya.
“Ini
Segar, kan? Kau Diamlah sebentar.” Kata Hong Shim setelah memberikan semua
wajah Won Deuk dengan masker timur.
“Kau
punya alis tebal.” Ucap Hong Shim menatap Won Deuk sambil mengelus dibagian
alisnya, lalu terkejut saat Won Deuk membuka matanya.
“Aku
tidak pernah mengizinkanmu menyentuhku. Namun, kau mungkin satu-satunya wanita
yang bisa menyentuhku tanpa izin.” Ucap Won Deuk memegang tangan Hong Shim agar
bisa memegang wajahnya.
Pelayan
di rumah Tuan Kim sedang menyapu halaman, lalu membahas tentang rumor yang
beredar. tentang Putra Mahkota yang masih hidup. Salah satunya tak yakin kalau
Lee Yeol benar-benar masih hidup di suatu tempat.
“Dasar Kau
bodoh. Bagaimana mungkin ketika dia sudah dimakamkan? Asap tidak berasal dari
cerobong asap tanpa alasan.” Komentar Pelayan lainnya.
“Sejujurnya
aku percaya itu...” ucap salah satu pengawal lain lalu panik melihat Tuan Kim
sudah ada di belakang mereka.
“Aku
sudah melakukan dosa berat! Mohon maafkan aku!” kata Dua pelayan berlutut di
depan Tuan Kim memohon ampun.
“Siapa
ini? Siapa yang menyebarkan rumor itu?” tanya Tuan Kim penasaran dengan wajah
penuh amarah.
Won Deuk
sedang membelah kayu di halaman, tanganya seperti terampil. Kkeut Nyeo tak
percaya melihat Won Deuk memotong kayu bakar, bertanya-tanya apa tidak bisa
dilakukan Won Deuk menurutnya suami temanya itu sangat kuat.
“Ada
perlu apa kalian kemari?” tanya Won Deuk melihat Kkeut Nyeo dan Goo Dul datang
“Rasanya
seperti melihat lukisan.” Ucap Kkeut Nyeo terkesima melihatWon Deuk.
“Kenapa
kau memotong kayu ketika sangat panas di luar?” kata Goo Dul kesal karena
istrinya terkesima dengan Won Deuk.
“Pekerjaan
itu bernilai dua Yang, itulah sebabnya.” Kata Won Deuk.
“Sekarang
aku tahu perasaan Hong Shim. Dia membuatmu ingin bergantung padanya.” Ungkap
Kkeut Nyeo.
“Di mana
Hong Shim? Kami ingin menanyakan sesuatu.” Ucap Goo Dul. Won Deuk mengatakan
kalau Hong Shim keluar dan ingin tahu apa yang ingin ditanyakan.
“Kau
sudah tahu kemarin. Dengan ketinggian air yang begitu tinggi, ikan gurame mudah
ditangkap. Kami ingin membuat sup, tapi aku tidak bisa membersihkan ikan.
Semantara Goo Dul aneh saat melihat ikan.” Keluh Kkeut Nyeo.
“Tidak
mudah mengiris perutnya dan mengeluarkan isi perutnya. Kau juga tidak bisa
melakukannya.” Ejek Goo Dul
“Aku, seorang
wanita!” ucap Kkeut Nyeo. Goo Dul pikir tak ada hubungannya dengan gender.
“Haruskah
laki-laki pandai mengusir ikan dan wanita dibiarkan merasa jijik?
“Tidak
benar berpikir seperti itu! Dan Juga, izinkan aku mengatakan ini. Hong Shim
adalah wanita, tapi dia bisa menangkap ikan. Kenapa kau tidak bisa?” ucap Goo
Dul marah
“Jangan
minta Hong Shim melakukannya lagi. Setiap tugas yang sulit akan dilakukan
olehku sekarang.” Ucap Won Deuk yakin
“Apa Maksudmu,
kau tahu cara membersihkan jeroan ikan mas?” ucap Goo Dul.
“Itu
hanya ikan. Seberapa sulitkah itu?” ucap Won Deuk yakin
Sebuah
talenan dan pisau ditaruh diatas meja, lalu Kkeut Nyeo dan Goo Dul menaruh
tempat berisi ikan. Won Deuk melihat isinya, terlihat seekor ikan yang masih
hidup dengan mulut bergerak.
“Aku
harus menunggu Hong Shim.” Ucap Won Deuk panik, duduk mundur karena ketakutan
dan bertanya-tanya kemana istrinya itu.
Bersambung
ke part 2
Udah baca tulisan sinopsis aku 'kan.. hihihi...
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Tinggal Klik disini, buat
yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe akhir tahun
ini
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Lnjut in kakk..d tggu episod 11 nyaaa....
BalasHapusDyah deedee yg hamilin putri mahkota tu pangeran seowon sepertinya.
BalasHapusSenang banget lihat perkembangan hong shim dan won deuk..😘💕💕💕# tapi menurutku yg hamilin adalah mo yeon..( tebakan aja sih..✌)
BalasHapusIya moo yeon endingnya
HapusDuh..ceritanya bikin baper..
Hapus