PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Mereka
pergi ke toko buku, Hong Shim percaya kalau yang harus dibeli adalah novel
erotis. Je Yoon pikir Novel erotis yang terbaik untuk membaca sentimen publik. Kesedihan
orang-orang, perjuangan emosional, dan bahkan hubungan cinta tertulis dalam
novel erotis tersebut.
Ia lalu
melihat judul "50 Nuansa Pria seksi dari gourmet”merasa suka judulnya,
menurutnya tulisannya juga luar biasa. Hong Shim tiba-tiba meminta bantuan Je
Yoon untuknya. Je Yoon mendekat ingin tahu apa itu.
“Melihat
bahwa suamiku mempertaruhkan dirinya untukmu, aku yakin gambaran besar yang kau
katakan adalah sesuatu yang benar. Harap capai tujuanmu, tapi jangan
menempatkan penduduk desa dalam kesulitan” ungkap Hong Shim.
“Kebanyakan
orang di Desa Songjoo sangat bersahaja dan hangat hati. Mereka tak menangis
karena kelaparan. Tapi Mereka kebanyakan menangis karena kekuasaan.”cerita Hong
Shim.
“Aku akan
mengingatnya. Selama aku di sini,maka aku tak akan membuat mereka menangis.”
Kata Je Yoon berjanji.
Pemilik
toko buku berkomentar kalau buku itu sangat menarik lalu melihat Hong Shim
bertanya Di mana Won Deuk, Kenapa tak datang hari ini. Ia mengeluh karena Won
Deuk juga tak mau mengerjakan buku-buku baru menurutnya Salinan yang dibuat Won
Deuk adalah yang paling populer.
“Dia
sibuk dengan urusan lain belakangan ini.” Kata Hong Shim panik dan mengaku
harus pergi berbelanja jadi bergegas pergi.
“Aku
harap kau memilih novel erotis yang bagus.” Kata Hong Shim pada Je Yoon segera
pergi.
“Aku akan
membayar dua jeon per salin, katakan padanya untuk datang ke sini.” Teriak
pemilik buku.
“Bisakah
kau tunjukkan padaku buku-buku yang dia salin?” tanya Je Yoon mulai penasaran.
“Kau
memegangnya sekarang.” Kata pemilik buku. Je Yoon melihat buku yang berjudul "50
Nuansa Pria seksi dari gourmet"
Won Deuk
melihat kipas yang tergeletak dijalan dan bertanya Apa ini barang yang hilang.
Ae Wol membenarkan, dengan bangga kalau sudah menemukan barang berhargaku
kembali berkat Won Deuk. Won Deuk
membuka kipas milik Ae Wol.
“Kepala
Seksi Kebudayaan dan Pendidikan adalah pejabat peringkat kelima. Tak ada cara
dia diberikan kipas 40 rusuk. Selain itu, ukiran dan pernisannya dibuat secara
sembarangan.” Gumam Won Deuk.
“Kau lebih
baik tak tinggal dekat dengan orang yang memberimu kipas ini.” Komenta Won
Deuk. Ae Wol ingin tahu alasanya.
“Ini
palsu. Kau bisa Periksa sendiri jika tak dapat mempercayaiku.” Kata Won
Deuk. Ae Wol yakin kalau itu tak
mungkin. Won Deuk akan berjalan pergi.
“Tunggu
Sebentar... Kau harus mengambil gajimu sebelum pergi.” Kata Ae Wol
“Semuanya
akan berbeda jika kipas itu asli, tapi aku tak dibayar untuk menemukan palsu seperti
itu.” Kata Won Deuk.
“Itulah
alasan untuk membiarkanku membayarmu. Aku hampir memberikan hati dan tubuhku
kepada orang yang salah. Terima kasih kepadamu, aku menghindari kesalahan.”
Ungkap Ae Wol
“Aku tak
akan menolak jika kau bersikeras.” Kata Won Deuk mengambil uang dan berjalan
pergi.
Ae Wol
datang menemui Je Yoon menceritakan Pria yang disuruh untuk menemuinya, seperti
tak tampak biasa. Je Yoon ingin tahu dalam hal apa itu. Ae Wol menceritakan Won
deuk yang tahu bahwa kipas itu palsu dan tak pernah membayangkan Tuan Kim akan
memberikan yang palsu.
“Ini
Sudah selesai... Kau tak akan bisa mengenalinya, bahkan jika aku menggambarnya,
jadi kenapa kau memintanya?” keluh Ae Wol yang selesai mengambar wajah Won
Deuk.
“Gubernur
Jung, aku minta maaf mengganggu waktu bahagiamu, tapi Tuan Park sangat ingin
bertemu.” Ucap Tuan Park pada Je Yoon.
Je Yoon
menemui Tuan Park dirumahnya,Tuan Park menceritakan harus menunda jadwalnya untuk pergi ke
Hanyang jadi mengirim seseorang untuk mengatur janji, tapi malah mendengar
berita mengejutkan. Je Yoon penasaran apa itu.
“Wakil
Perdana Menteri Kim hilang Dan istana sudah setuju untuk mengukuhkan Pangeran
Seowon sebagai putra mahkota berikutnya.” Ucap Tuan Park. Je yoon kaget
mendengarnya.
“Kudengar
raja menunda pengukuhan karena Putri Mahkota belum melahirkan. Tapi dia
tiba-tiba berubah pikiran. Aku ingin tahu apa yang sedang terjadi.”ucap Tuan
Park penasaran.
“Bisakah
kau membantuku? Aku harus pergi ke Hanyang.” Kata Je Yoon.
Won Deuk
pulang kerumah melihat Hong Shim dengan wajah cemberut sedang memetik daun dan
bertanya apa itu. Hong Shim mengaku ingin menyajikan beberapa makanan untuk
para tetangga, karean tak bisa pergi begitu saja ketika mereka memberikan
banyak bantuan sejauh ini.
“Liburan
Dano dua hari lagi, aku akan menjadikannya sebagai alasan.” Jelas Hong Shi,
“Apa kau
menghabiskan uang yang didapatkan dari menjual lemari ini?” tanya Won Deuk
“Apa
membuatmu tak nyaman?” sindir Hong Shim. Won Deuk menaku tak semurah itu. Selain itu, menurutnya ia sudah
mendapatkan jumlah uang yang lebih besar.
“Coba
Lihat ini... Kau Kerjakan batu kilangan itu.” Ucap Hong Shim tak ingin terbawa
emosi.
Won Deuk
menarik bajunya mulai memutar batu untuk menjadi tepung, Hong Shim ingin tahu
tentang Gisaeng tadi menurutnya wanita itu sangat cantik. Won Deuk pikir itu terlihat
tak ada artinya baginya, menurutnya itu juga tak penting karena sifatlah yang
lebih penting.
“Maka itu
bukan aku.” Ucap Hong Shim. Tapi Won Deuk pikir itu adalah Hong Shim.
“Apa
maksudmu aku memiliki sifat yang baik tapi aku jelek?” ucap Hong Shim sinis.
Won Deuk hanya bisa tersenyum mendengarnya. Hong Shim mengeuh melihat Won Deuk
malah tersenyum seperti mengejeknya.
“Karena
kau cantik.” Puji Won Deuk, Hong Shim bisa tersenyum mendengarnya mengaku merasa tak nyaman karena sangat bahagia
sekarang.
“Jangan
pulihkan ingatanmu. Jangan pergi ke mana pun Atau Aku akan menggilingmu dengan
batu-batu ini.” Ancam Hong Shim. Won Deuk kembali tersenyum.
“Aku tak
bercanda.” Tegas Hong Shim. Won Deuk pikir kalau harus menandatangani kontrak.
Hong Shim setuju akan mengambil akan mengambil tinta dan kertas. Won Deuk malah
menariknya.
“Kenapa? Apa
Kau tak ingin menandatangani kontrak?” tanya Hong Shim binggung.
Won Deuk
langsung memberikan ciuman di bibir Hong Shim dan menganggap itu sebagai
kontraknya, Hong Shim hanya bisa terdiam seperti bahagia yang tak bisa
tertahanya.
Tuan Park
tertidur didepan ruangan hakim, Won Deuk datang membawakan sesuatu dan menaruh
ditanganya. Tuan Park binggung bertanya Apa kesepakatannya, Kenapa memberikan
sesuatu. Ia lallu melihat kalau itu isinya Kue beras.
“Kue
beras... Ini sebenarnya dibuat dengan tepung beras...Bagaimana bisa kau mampu...
Apa Kau meminjam dari Ma Chil lagi?” kata Tuan Park marah
“Aku
menjual lemari mutiaraku.” Kata Won Deuk. Tuan Park memujinya karena Won Deuk sudah
dewasa sekarang.
“Kau
sekarang lebih baik... Lemari itu tak cocok untuk rumah jerami.” Ungkap Tuan
Park
“Kau
bekerja untuk hakim selama lebih dari 10 tahun. Kau pasti mengikuti ujian.”
Kata Won Deuk. Tuan Park heran dengan Omong kosong yang dibuat Won Deuk
menurutnya itu tak mudah.
“Aku melihat
dokumen yang kau organisir. Kau teliti dan rajin, jadi kau akan melakukannya
dengan baik. Kau bisa membuat peringkat kesembilan junior yang tak buruk. Bahkan
jika kau mengatakannya, tak semudah itu...” ucap Won Deuk
“Apa Kau
melihat catatan Biro? Aku sudah memberitahumu berkali-kali untuk jangan nekat.”
Keluh Tuan Park dan hanya bisa melihat Won Deuk pergi.
Goo Dul
sibuk makan kue beras yang menurutnya sangat enak, karena tak percaya akan
makan kue beras deltoid. Sementara Hong Shim memberikan sepasang sepatu untuk
Kkeut Nyeo seperti sebagai tanda perpisahan. Kkeut Nyeo heran kenapa Hong Shim
memberikanya.
“Apa kau
tak suka? Aku memilih yang tercantik.” Kata Hong Shim.
“Ada yang
tak beres... Apa kau... Tak boleh, jangan pergi. Aku tak akan membiarkanmu.”
Kata Kkeut Nyeo memeluk Hong Shim sambil menangis.
“Hei.. Apa
ada masalahnya? Ayo Makan kue beras.” Keluh Goo Dul. Kkeut Nyeo kesal suaminya
itusangat tak mengerti.
Raja
gelisah dikamarnya, lalu melihat sosok pria berdiri didepan kamarnya dan pedang
dengan bekas darah. Ia panik melihat Tuan Kim yang datang lalu bertanya Apa
yang diinginkan. Tuan Kim mengangkat pedang seperti ingin membunuh raja, Raja
pun berteriak histeris ketakutan.
“Yang
Mulia. Apa ada masalah?” tanya Kasim kebingungan melihat raja menjerit
histeris.
“Apa
istana dijaga dengan aman?” ucap Raja panik. Kasim menjawab itu sudah pasti.
“Pastikan
keamanannya ketat Bahkan tikus pun tak boleh masuk. Minta penjaga
mengelilingiku dengan ketat.” Perintah Raja. Kasim menganguk mengerti dan
meminta Raja agar bisa tenang.
Beberapa
mentri berkumpul mengaku menerima surat-surat rahasia memanggil datang ke
restoran dan aku ingin tahu tentang apa ini. Salah satu mentri mengaku sibuk mempersiapkan
upacara angsuran dan mengeluh Siapa yang mengatur pertemuan ini.
“Kenapa...Menteri
Kebudayaan dan Pendidikan di sini?” tanya Mentri lain sinis.
“Aku di
sini karena aku juga menerima surat rahasia.” Kata Mentri yang sebelumnya
mendukung ratu.
“Aku tak
tahu bahwa dia sudah beralih sisi.” Komentar Mentri lainya.
“Sesudah
Pangeran Seowon menjadi Putra Mahkota, Kita butuh koneksi ke Ratu.” Ucap Mentri
seperti akan pindah ke sisi ratu.
“Kau ada
benarnya. Ini adalah waktu untuk menghubunginya, dan kita memiliki peluang
bagus jika kita melalui Menteri Kebudayaan dan Pendidikan.” Komentar Mentri
“Beraninya
kau mengatakan itu?” ucap mentri pendukung Tuan Kim. Mentri mengaku mengatakannya
karena hidup mereka dipertaruhkan.
“Kau
bahkan tak tahu di mana Wakil Perdana Menteri Kim sekarang. Apa Kau masih
menyebut dirimu tangan kanannya?” balas mentri lainya.
Saat itu
Tuan Kim datang, semua kaget dan langsung berdiri menyambutnya. Tuan Kim
berjalan dan langsung meminta kembali duduk dan memilih duduk dibagian tengah
meja sebagai pemimpin. Mereka ingin memastikan kalau Tuan Kim yang mengirim
surat rahasia.
“Kenapa
kau tak datang ke istana ketika masih hidup dan sehat? Apa Kau sudah dengar? Mereka
akan mengukuhkan Pangeran Seowon sebagai Putra Mahkota.” Tanya Mentri
“Aku
sudah dengar.” Ucap Tuan Kim. Mereka heran melihat Tuan Kim terlihat begitu
santai.
“Haruskah
kau tak melakukan sesuatu untuk mencegah upacara pengukuhan? Kita butuh
rencana. Apa yang harus kita lakukan?” tanya mentri panik
“Dengan
segenap hati kalian, bantulah raja persiapkan upacara pengukuhan.” Kata Tuan
Kim.
Mentri kalau Tuan Kim mememinta agar membantu mengukuhkan Pangeran Seowon
sebagai Putra Mahkota dan mereka mengetahui kalau raja adalah orang yang
menyerang Tuan Kim, lalu atasan mereka itu takkan melakukan apa-apa, karena
seharusnya harus membalasnya.
“Butuh
waktu lama untuk berlatih seekor kuda belaka. Terlebih lagi untuk melatih
seseorang. Jika membalas raja dengan tergesa, hanya akan membuang waktu. Aku bertekad
untuk menempatkan cucuku di atas takhta.” Kata Tuan Kim. Mereka ingin tahu
rencananya.
“Minta
para pasukan bersiap. Kita akan pergi ke Desa Songjoo.” Kata Tuan Kim seperti
memiliki rencana.
Moo Yeon
tersadar melihat sekelilingnya banyak tumpukan jerami, Hyuk melihat Moo Yeon sudah sadar bergegas
membantunya. Moo Yeon bertanya Di mana mereka ini. Hyuk mengaku harus
memindahkankany ke suatu tempat yang aman.
“Wakil
Perdana Menteri Kim sudah tahu dan Beom
sudah mati. Sepertinya dia mengetahui Putra Mahkota tinggal di Desa Songjoo. Pasukan
menyerang kami dan Wakil Perdana Menteri Kim dalam perjalanan ke sana. Lalu Aku
pergi dan membawamu ke sini.” Cerita Hyuk.
“Aku
harus pergi ke Desa Songjoo.” Kata Moo Yeon. Hyuk pikir Moo Yeon tak cukup
kuat.
“Adikku
akan berada dalam bahaya.” Ucap Moo Yeon sangat khawatir.
“Para
pasukan itu besar jumlahnya. Mereka sangat terampil. Wakil Perdana Menteri Kim
mungkin sudah mati.” Ucap Hyuk.
“Bagaimana
jika dia masih hidup?” kata Moo Yeon seperti tahu kalau Tuan Kim itu tangguh.
Hyuk pun memutuskan akan ikut dengannya.
Je Yoon
datang ke pintu gerbang istana memberikan tanda pengenalnya kalau untuk menemui
seorang petugas penjaga istana. Pengawal mengatakan kalau Je Yoon tak boleh
memasuki istana karean Yang Mulia memberi perintah untuk memperkuat keamanan di
gerbang.
“Ini
penting... Tolong panggil Petugas Kwon Hyuk untukku. Aku tak akan lama.” Ucap
Je Yoon memohon.
Soo Hye
ada dikamar menerima surat dari Pelayan, bertanya apa itu. Pelayan memberitahu
kalau Kasim Woo diam-diam mengantarkannya. Soo Hye pun membaca surat yang
dititipkan padanya, ternyata surat dari Moo Yeon.
“Aku tak dapat menemuimu karena aku
harus segera pergi. Aku sekarang mengembalikan gelang yang pernah kau berikan
kepadaku. Itu sudah melindungiku sejauh ini, dan sekarang itu akan
melindungimu. Aku berharap kau melahirkan anak yang sehat yang mirip denganmu. Itulah
satu-satunya harapanku untukmu.”
Soo Hye
langsung bangun dari tempat duduknya, pelayan ingin tahu kemana. Soo Hye pikir harus mencari Moo Yeon, Pelayan
memohon agar Soo Hye tak melakukan karena sudah terlambat. Soo Hye menyuruh
pelayanya minggir.
“Tolong,
Yang Mulia... Aku hanya mengkhawatirkan kesejahteraan anakmu.”kata Pelayan. Soo
Hye akhirnya jatuh lemas lalu menangis.
“Kenapa
semua orang meninggalkanku? Kenapa?” ucap Soo Hye menangis tersedu-sedu.
Kwon Hyuk
akhirnya keluar di pintu istana bertanya alasan Je Yoon datang dimalam
hari. Je Yoon mengaku butuh
kepastiannya. Kwon Hyuk pun mengajak Je Yoon masuk ke dalam istana, di depan
perpustakaan Je Yoon memperlihatkan gambar yang dibawanya.
“Pernahkah
kau melihat wajah ini?” tanya Je Yoon ingin memastikan.
“Itu
adalah Putra Mahkota. Apa sketsa ini? Kenapa kau memilikinya?” kata Kwon Hyuk
kaget
“Pernahkah
kau mendengar desas-desus bahwa Putra Mahkota mungkin hidup?” tanya Je Yoon.
“Ini
menyebar di kalangan wanita pengadilan tapi segera mereda. Dan Rupanya, salah
satu pria yang mengirim barang ke istana tampak seperti dia.” Cerita Kwon Hyuk
“Lalu Kapan
upacara pengukuhan?” tanya Je Yoon. Kwon Hyuk menjawab dalam empat hari.
“Aku
sedang berada di pemakaman hari ini. Aku akan mengirim kabar nanti, jadi
tinggallah di tempatku malam ini.” Ucap Kwon Hyuk
“Tidak,
aku harus kembali ke Desa Songjoo.” Kata Je Yoon, Kwon Hyuk kaget karean Je
Yoon akan pergi malam ini juga.
“Ngomong-ngomong,
siapa pria yang mirip dengan Yang Mulia?” tanya Kwon Hyuk penasaran
“Pria
yang terlihat seperti Putra Mahkota adalah Yang Mulia.” Akui Je Yoon.
Hong Shim
memegang dinding dengan wajah sedih, Won Deuk yang melihatnya berpikir kalau
Hong Shim pasti merasa bersalah sekarang karena harus pergi. Hong Shim
memberitahu kalau sudah tinggal di sini selama 10 tahun dan juga sekarang
memiliki dinding yang indah berkat Won Deuk.
“Ke mana
pun kita pergi, aku akan memasangnya lagi dengan bunga juga.” Ucap Won Deuk.
Hong Shim pun setuju.
“Kita harus berkemas.” Kata
Hong Shim mengajak masuk ke dalam kamar.
Won Deuk
panik memeluk bajunya karena tak ingin meninggalkanya. Hong Shim mengeluh
karena Won Deuk yang ingin membawa semua barangnya. Won Deuk pikir Semakin
panas maka akan berkeringat di jalan jadi membutuhkan banyak pakaian ganti.
“Ini
bukan piknik. Tak ada waktu untuk itu.” Tegas Hong Shim. Tuan Yeon pikir Hong
Shim Jangan terlalu kasar.
“Aku akan
membawakannya.” Ucap Tuan Yeon. Won Deuk memuji Tuan Yeon yang sungguh murah
hati.
“Menantuku,
kemas apa pun yang kau inginkan.” Kata Tuan Yeon. Won deuk mengaku akan
membawakan semuanya.
“Bagaimana
dengan tempat tidur di kamarku?” kata Won Deuk tak ingin melepaskan semua
barang-barangnya.
“Apa yang
kau bawa terserahmu, tapi kakak-ku tak menyukai orang matre.” Kata Hong Shim
“Aku tak
boleh kehilangan dukungan di matanya karena alasan itu.” Kata Won Deuk lalu
perlahan melepaskan semua barang yang dibawanya, mulai dari baju lalu bantalan
untuk duduk, karena harus berkemas ringan. Hong Shim dan Tuan Yeon hanya bisa
menahan senyum melihat tingkah Won Deuk.
“Kenapa
kau mengemas sepatu ketika aku memberimu untuk dipakai?” keluh Won Deuk melihat
Hong Shim memasukan sepatu didalam tas.
“Karena
Takut rusak.” Kata Hong Shim yang ingin menyimpan pemberian Won Deuk.
“Setiap
barang memiliki tujuan,, Pakaian harus dipakai begitu juga sepatu. Jika kau tak
memberi mereka tujuan, maka kau menjadi materialistis.” Ucap Won Deuk.
“Tetap
saja, itu akan rusak selama perjalanan panjang kita.” Pikir Hong Shim.
“Jika kau
memakai sepatu jerami, kakimu akan rusak. Jadi Kenakan sepatu.” Tegas Won Deuk.
Hong Shim pun menurutinya.
Tuan Yeon
tertidur pulang diatas barang yang akan dibawanya, Won Deuk pun tertidur sambil
duduk. Hong Shim terlihat gugup didepan rumah karena kakaknya tak datang dan berpikir
kalau mungkin sesuatu terjadi padanya.
“Kau
yang mengatakannya sendiri. Dia juga ada
sesuatu untuk diselesaikan sebelum dia pergi. Dia mungkin terlambat beberapa
hari.” Kata Won Deuk keluar dari kamar
“Tidak,
bukan itu yang aku lihat di matanya. Dia tampak seolah-olah ada alasan untuk
pergi dalam 10 hari. Dia tampak sangat bertekad.” Ucap Hong Shim.
Itulah
alasannya, Aku akan menunggu di sini, jadi sana istirahatlah.” Kata Won Deuk.
Hong Shim menatap keluar seperti tak bisa pergi begitu saja.
“Oho... Seorang
istri harus mendengarkan apa yang dikatakan suaminya.” Ucap Won Deuk. Hong Shim
pun memutuksan akan masuk ke dalam.
Tuan Kim
mengingat saat bertemu dengan Beom yang ada di penjara.
Flash Back
Tuan Kim
ingin tahu Apa benar-benar membunuh Putra Mahkota. Beom sempat terdiam. Tuan
Kim menegaskan kalau Beok memiliki satu kesempatan untuk mengatakan yang
sebenarnya. Beom akhirnya mengaku Lee Yeol yang mengidap amnesia.
“Dia tak
ingat siapa dirinya dan dia hidup sebagai petani biasa.” Kata Beom. Tuan Kim
tak percaya kalau Lee Yeol yang tak
mengenal dirinya.
“Ya, tak
ada orang di sekitarnya yang tahu siapa Lee Yeol bahkan Yang Mulia sendiri
juga.” Ucap Beom.
Saat itu
Moo Yeon dengan sekuat tenaga menunggang kudanya walaupun bekas lukanya terasa
sakit, Tuan Kim pun dengan pasukanya akan pergi menemui Lee Yeol.
Tuan Yeon
pikir mereka harus makan banyak sebelum melakukan perjalanan panjang. Hong Shim
merasa punya firasat buruk dan tak bisa hanya duduk diam. Won Deuk setuju berpikir
Jika dia tak datang, mereka harus mencarinya.
“Kau
bahkan tak tahu di mana dia tinggal, bagaimana caranya?” tanya Tuan Yeon
“Jembatan
Mojeong di Hanyang. Kami sepakat untuk bertemu di sana jika kami berpisah. Kita
mungkin bisa menemukan apa yang dia rencanakan jika kita memasang sketsa
gabungan di pasar.” Ucap Hong Shim
“Tapi
bukan sekarang. Ayo kita menunggu sampai malam ini.” Saran Won Deuk
Saat itu
Goo Dul datang melihat mereka malah makan padahal keadaaan sangat heboh di pasar karena hari
libur Dano hari ini, Ada pertandingan ssireum, rombongan sirkus dan, ada banyak
hal yang menyenangkan untuk ditonton.
“Apa itu
benar? Won Deuk, Kau pergi ke sana dengan Hong Shim. Hanya Merengut di sini tak
akan membuatnya segera kembali.” ucap Tuan Yeon
“Aku tak
dalam mood untuk itu.” Kata Hong Shim, Won Deuk pikir merasa sedih.
“Kita
mungkin harus tinggal di desa pegunungan atau di pulau mulai sekarang. Ini
adalah kesempatan terakhir untuk menikmati festival Hari Libur Dano. Aku akhirnya
akan kehilangan kesempatan ini.” Kata Won Deuk.
“Apa yang
kau bicarakan?” tanya Hong Shim. Won Deuk mengaku bukan apa-apa.
“Aku
hanya berbicara kepada diri sendiri karena kesusahan.” Komentar Won Deuk. Hong
Shim pun mengajak Won Deuk pergi saja agar puas.
Semua
rakyat berdiri didepan papan pengumuman tapi mereka semua mengeluh karena tak
tahu cara membaca. Kkeut Nyeo juga binggung
mereka yang terus mengirimkan pemberitahuan ketika semua peduduk bahkan tak dapat membacanya.
“Apa yang
dikatakan? Haruskah kita memanggil Won Deuk di sini?” ucap Kkeut Nyeo
“Ini
tentang pengukuhan putra mahkota baru.” Kata Ae Wol yang berdiri dibelakang.
“Apa Karena
Putra Mahkota meninggal tempo hari?” pikir Goo Dul dan lalu melotot terpana
melihat Ae Wol yang cantik.
“Haruskah
aku berkunjung ke Hanyang? Aku tak ingin melakukannya.” Kata Ae Wol lalu
berjalan pergi.
“Apa dia
seorang peri?” komentar Goo Dul. Kkeut Nyeo yang melihatnya langsung memberikan
tamparan untuk Goo Dul menurutnya itu pelakor, bukan peri.
Semua
penduduk melihat pertunjukan tari, lalu berteriak gembira karena Rombongan
sirkus datang. Won Deuk pikir suasana meriah di mana-mana dan menurutnya itu
bagus mereka memutuskan keluar dari rumah. Meol Goo datang menyapa Won Deuk
dengan sopan.
“Won Deuk
Hyeong-nim, aku bisa makan gukbap berkat Hyeong-nim.” Ucap Meok Goo.
“Baiklah,
makan banyak makanan enak dan tumbuhlah sehat.” Won Deuk bahagia mengelus
kepala Meok Goo.
“Ngomong-ngomong,
kau tak boleh berdiri di sini seperti ini. Ayo kita menuju ke sana. Pertunjukan
sulap akan segera dimulai.” Ajak Meok Goo.
“Apa ada
yang terjadi antara kalian berdua?” tanya Hong Shim melihat Meok Goo yang
mengandeng tangan Won Deuk
“Meok Goo
akhirnya mendapat penilaian karakter yang baik.” Ucap Won Deuk. Meok Goo pun
menarik Won Deuk untuk pergi.
Petunjukan
sulap dimulai, Meok Goo mengajak Won Deuk duduk dibagian depan dengan Hong
Shim. Dua pesulap membuat sulap mengunakan koin dan juga kantong., sebelumnya
mereka meminta penonton agar memastikan itu adalah uang yang nyata.
“Tapi dua
koin ini tak cukup untuk mengisi perutku. Jadi, aku akan mengumpulkan tepi
saputangan ini. Di sini aku memiliki lebih banyak koin.” Ucap Si pesulap.
Mereka pun memberikan tepuk tangan karena dari koin bisa berubah juga menjadi
burung.
“Sekarang,
aku butuh seseorang untuk membantu keajaiban kita berikutnya kali ini. Kau,
pria tampan di sana.” Ucap Si pesulap menunjuk ke arah Won Deuk. Won deuk
terlihat binggung.
“Wanita
cantik di sebelahnya... Maukah kau membantuku?” kata si pesulap mengulurkan
tanganya.
“Beraninya
kau mencoba memegang tangan wanita yang sudah menikah?” ucap Won Deuk marah
“Dia
bilang aku cantik.” Kata Hong Shim tak masalah, akhirnya Won Deuk membiarkan
Hong Shim pergi.
Pesulap
meminta Hong Shim agar berbaring di atas meja, lalu membuat mantra dan Hong
Shim akan menghilang seolah-olah tak pernah ada. Semua tak percaya
mendengarnya, menurutnya tak masuk akal. Tapi saat hitungan ketika ketika kain
diangkat Hong Shim menghilang diatas meja. Meok Goo bertanya kemana Hong Shim.
“Jangan
khawatir. Itu bukan sihir.” Ucap Won Deuk santai.
“Jangan
khawatir, semuanya. Dia akan muncul lagi.” Kata pesulap lalu mulai menutup
kain.
Tapi saat
dibuka, Hong Shim tak ada diatas meja, si pesulap binggung. Won Deuk marah bertanya Di mana menyembunyakan istrinya. Si
pesulap mengejek reaksi Won Deuk yang kehilangan istrinya lalu menyuruh duduk
saja karena Hong Shim akan muncul lagi. Kain diangkat kembali, Hong Shim pun
akhirnya kembali terlihat. Si pesulap pun memberikan lagi setangkai bunga mawar
dengan trik sulapnya.
Won Deuk
melihat Hong Shim seperti senang dengan bunga mawar. Hong Shim tak tahu kalau
itu adalah bunga mawar, karean ini pertama kalinya melihat mawar, menurutnya
Ini bunga yang sangat berharga dan memuji para pesulap itu sangat mengesankan.
“Apa yang
sudah kau lakukan?” ucap Hong Shim melihat Won Deuk yang tiba-tiba langsung
membuang bunga mawar.
“Aku tak
ingin kau bahagia dengan bunga yang diberikan pria lain. Kau Tunggu sebentar di
sini.” Ucap Won Deuk lalu berjalan pergi. Hong Shim menatap binggung.
**
Won deuk
membawa bunga edelwise ditangnya, lalu seorang nenek memanggil untuk melihat
barang dagangnya. Saat itu Je Yoon melihat dari kejauhan, teringat kembali yang
ditanyakan Kwon Hyuk “Ngomong-ngomong,
siapa pria yang mirip dengan Yang Mulia?”
“Jangan
menyelidikinya lebih lanjut. Apa yang ingin kau ketahui?” ucap Lee Yeol yang
sebelumnya bertemu dengan Je Yoon
Je Yoon
mengingat suara yang sama di milik Won Deuk. Sementara Won Deuk tak sadar
sedari tadi Je Yoon menatap dari kejauhan lalu melangkah pergi tak membeli
barang-barang milik si nenek.
Won Deuk
kembali ke tempat Hong Shim menunggu memberikan buket bunganya, Hong Shim
bingung apa maksudnya. Won Deuk pikir harus menikahi Hong Shim segera. Hong Shim menatap Won Deuk merasa
kalau mungkin Won Deuk lahir dari kalangan bangsawan.
“Keluargamu
mungkin mencarimu dengan putus asa. Apa Kau tak menyesal pergi denganku?” tanya
Hong Shim memastikan
“Yang
kuyakini, aku akan menyesal jika meninggalkanmu. Lalu Kenapa kau tak menjawab?”
ucap Won Deuk.
“Inilah
jawabanku.” Ucap Hong Shim memberikan kecupan di pip Won Deuk dan saat itu
kembang api terlihat di langit.
“Uangnya
dari pajak... Tapi itu sangat cantik. Seakan itu memberkati kita.” Komentar Won
Deuk berjalan ke arah depan.
Tapi saat
berbalik Won Deuk tak melihat Hong Shim, lalu berpikir istrinya sedang
bercanda. Ia menegaskan kalau memang jatuh kedalam trik sulap tapi tak akan jatuh untuk trik yang dibuat Hong
Shim. Hong Shim tak juga terlihat bahkan bungnya terjatuh di jalan.
“Beraninya
kau? Sudah kubilang jangan bercanda... Hong Shim... Ayolah.” Kata Won Deuk
mencari Hong Shim, tiba-tiba beberapa orang langsung mengepung Won deuk.
“Siapa
kalian?” tanya Won Deuk. Saat itu Tuan Kim datang bertanya apakah mengenalnya.
“Aku tak
tahu siapa kau, tapi biarkan aku lewat.” Kata Won Deuk yang memang amnesia.
“Aku tak
bisa membiarkanmu pergi. Apa yang kalian lakukan? Tunjukkan rasa hormat
padanya. Kau harus kembali ke istana, Putra Mahkota.” Kata Tuan Kim, semua anak
buahnya pun berlutut. Sementara Hong Shim sudah dibawa pergi oleh Moo Yeon
dalam keadaaan pingsan.
Bersambung
ke episode 12
Udah baca tulisan sinopsis aku 'kan..
hihihi...
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Tinggal Klik disini, buat
yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe akhir tahun
ini
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Lanjut chingu.....terima kasih
BalasHapusSemangat..semangat unnie...lanjut👉💕
BalasHapus😍..semangattt
BalasHapus😍..semangattt
BalasHapusUdah subscribe.... semangat Unnie... Caiyo
BalasHapus