PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Hong Shim
bertemu dengan kakaknya tak percaya kalau
bekerja untuk Kim Cha Eon sebagai prajuritnya dan tak habis pikir bisa
melakukan itu. Ia tak percaya kalau kakaknya itu bekerja untuk seseorang yang membunuh ayah
mereka dan Sangat yakin yang diperintahkan Tuan Kim pasti hal yang mengerikan.
“Itu
untuk menyelamatkanmu. Pada malam ketika kita berpisah, aku pergi untuk membunuh
Kim Cha Eon. Tapi Aku gegabah... Aku tak bisa membunuhnya. Lalu Aku berlutut
dan memohon padanya untuk membunuhku dan berhenti mengejar adikku.” Akui Moo
Yeon.
“ Untuk
menyelamatkan adikku... Aku akan melakukan apa pun yang dia perintahkan
kepadaku...Aku membunuh orang. Kau tahu bagaimana rasanya melakukan hal seperti
itu?” kata Moo Yeon dengan mata berkaca-kaca
“ Belum
lama berselang, Putra Mahkota mengejarmu... Jangan-jangan,... Kau yang mencoba
membunuhnya?” kata Hong Shim. Moo Yeon membenarkan.
“Kenapa
kau harus melakukan perbuatan yang mengerikan? Apa Kau akan membalas dendam
Ayah?” ucap Hong Shim marah
“Itu
perintah Kim Cha Eon. Dia berjanji... aku bisa pergi selamanya sesudah membunuh
Putra Mahkota.”akui Moo Yeon.
“Tidak
mungkin. Bagaimana dia bisa melakukan hal seperti itu kepada menantunya
sendiri?” kata Hong Shim tak percaya
“Karena
Putri Mahkota tidak mengandung bayi Putra Mahkota. Dia pasti tak bisa
mengingatnya karena kehilangan ingatannya.” Kata Moo Yeon
Hong Shim
pun ingin tahu alasan Moo Yeon kembali ke Hanyang, lalu berpikir kalau kembali
untuk membunuh Putra Mahkota seandainya ingatannya kembali lagi. Moo Yeon hanya
bisa terdiam, Hong Shim akhirnya berjalan pulang tapi tubuhnya terasa lemas dan
akhirnya jatuh pingsan.
Tuan Yeon
mengaku sekarang sudah semakin tua, jadi melelahkan untuk melakukan perjalanan
panjang. Je Yoon pun menyuruh Tuan Yeon memberika tasnya. Tuan Yeon menolak
karena itu tak masalah dn tak akan berani membiarkan Je Yoon membawa tas
miliknya.
“Seharusnya
kau memberitahuku dari tadi jika kau mau.
Kita hampir sampai. Rumah itu tepat di depan...” kata Tuan Yeon lalu
melihat seseorang tergelatak dijalan dan tersadar itu adalah Hong Shim.
“Hong
Shim. Apa yang terjadi? Bangun, Hong Shim.” Ucap Tuan Yeon panik menghampiri
Hong Shim.
“Sepertinya
dia pingsan... Ada Biro Tabib di ujung jalan ini. Bawa dia kesana.” Kata Je
Yoon.
Hong Shim
dibaringkan diatas alas tidur, Tuan Park dan Goo Dul panik melihat Hong Shim
yang tak sadarkan diri. Kkuet Nyeot
menyesal karena Seharusnya tak
membiarkan Hong Shim ke rumah Wakil Perdana Menteri sendirian. Je Yoon kaget
ingin tahu apa maksud ucapan Kkeut Nyeo.
“Dia
bilang, akan pergi memeriksa keberadaan
kakaknya.” Ucap Kkeut Nyeo
“Kenapa
kau melewatkan bagian riasan kita?” keluh Tuan Park. Goo Dul mengeluh dengan
ucapan Tuan Park yang tak penting karena hanya ingin tahu apakah Hong Shim akan
baik-baik saja.
“Tolong
siapkan air dingin dan tinggalkan ruangan ini. Selain itu Tak boleh berisik.”
Perintah Je Yoon. Semua mengerti lalu keluar dari kamar.
Je Yoon
dengan pelahan mengusap kepala Hong Shim agar tak berkeringa. Hong Shim
akhirnya membuka matanya melihat sekeliling dan bertanya Apa yang terjadi. Je Yoon menceritakan
menemukan Hong Shim tak sadar di depan rumah.
“Apa yang
terjadi sampai kau seperti ini?” tanya Je Yoon. Hong Shim hanya diam saja.
“Kau tak
perlu memberitahuku jika tak mau. Namun, jika aku jadi kau, aku akan berunding dengan
pria yang dapat dipercaya seperti diriku yang ada di sisimu sekarang.” Kata Je Yoon
menyakinkan. Hong Shim tetap diam
“Kenapa
kau selalu menanggung beban sendirian?” komentar Je Yoon merasa kasihan.
“Aku
ingin bertanya... Maukah kau memberiku jawabannya?” kata Hong Shim. Je Yoon pun
mempersilahkan agar bertanya
“Apa
Putra Mahkota ingatannya sudah kembali? Apa Dia pergi ke Desa Songjoo karena
itu?” tanya Hong Shim. Je Yoon membenarkan.
“Kemudian
dia pasti sudah tahu siapa yang mencoba membunuhnya dan alasannya. Dia
mengetahuinya..” ucap Hong Shim
“Seperti
itulah... Kenapa kau ingin tahu itu?” tanya Je Yoon makin penasaran.
“Aku
dengan seseorang yang dapat dipercaya sekarang, jadi tak ada alasan untuk tak
meminta bantuan... Tolong aku...Aku harus pergi ke istana.” Kata Hong Shim
memohon.
Mentri datang ke tempat Tuan kim karea mendengar bahwa
ada beberapa prajurit menyerang rumah Tuan Kim tadik. Tuan Kim mengaku kalau
mereka sudah jatuh ke perangkap Putra Mahkota dan Sepertinya, ingatannya sudah
kembali.
“Kasim Song
melapor padaku setiap hari. Dia bilang tak banyak yang terjadi. Jika Putra
Mahkota sudah mendapatkan kembali ingatannya, maka dia akan melakukan sesuatu.”
Kata Mentri yakin
“Dia
harus mencari bukti. Dengan jurnalnya hilang, sekarang tak ada yang bisa
digunakan sebagai bukti. Selain Moo Yeon yang masih hidup.”ucap Tuan Kim
“Kau
memilikinya... tapi Apa Putra Mahkota menyembunyikannya?” kata Mentri
“Jika itu
masalahnya, takkan sesunyi ini. Moo Yeon takkan bisa menunjukkan dirinya kepada
Putra Mahkota. Dia hanya ingin melihat So Hye.. Kirim pasukanku dan temukan Moo
Yeon. Begitu dia ditemukan, maka bunuh dia. Jangan ada kesalahan.” Perintah
Tuan Kim. Mentri menganguk mengerti.
“Tapi apa
itu cukup? Jika Putra Mahkota mengetahui rahasia putrimu, maka kita semua akan
mati.”kata Mentri panik
“Apa Kau
pikir, aku membuat perang ini untuk bermain-main? Orang akan mati. Jika sesuatu
yang menyedihkan terjadi, insiden kecil akan luput dari perhatian. Lalu Bagaimana
dengan rapatnya?” ucap Tuan Kim
“Aku
menyuruh Aeryeonjeong merahasiakannya.” Ucap Mentri yakin.
Di
ruangan yang sudah disewa, semua orang pendukung Tuan Kim berkumpul. Tuan Kim
memberitahu kalau Hari ini, Ming akan menyerang Jurchen jadi mereka akan
bergabung dengan perang itu. Semua terlihat gugup, Mentri pikir Tambang yang
mereka investasikan sejauh ini akhirnya akan berguna.
“Persiapan
berjalan sesuai rencana, kan?” tanya Tuan Kim. Tuan Park mengaku sudah
melakukanya.
“Selama
kau memberi mereka makan, para petani bodoh akan melakukan apa saja. Bahkan tak
tahu apa yang sebenarnya mereka lakukan.” Kata Tuan Park bangga.
“Tuanku...
Bagaimana dengan tujuh desa di tepi sungai?” tanya Mentri yang sebelumnya
mendukung ratu
“Jika
perang pecah, daerah-daerah itu akan diratakan. Jika banyak rakyat jelata mati,
Putra Mahkota bisa pergi dan menyelamatkan mereka.” Kata Tuan Park yakin
“Apa Maksudmu,
kau akan mengirimnya ke medan perang?” tanya Mentri. Tuan Kim pikir itu harus
dilakukan.
“Apa lagi
yang harus dilakukan putra mahkota?” tegas Tuan Kim.
Lee Yeol
kembali ke ruanganya, Kasim memberitahu kalau Pelayan dari Seohyeonjeon sudah
menunggu untuk memberikan surat. Lee Yeol kaget melihat Hong Shim yang
mengunakan pakaian pelayan. Kasim binggung melihat Lee Yeol sangat terkejut.
“Apa kau
pelayan dari Seohyeonjeon?” tanya Lee Yeol berusaha untuk tenang.
“Ya. Aku
Pelayan Yeon dan membawa surat dari pustakawan.” Kata Hong Shim layaknya
seperti pelayan. Lee Yeol pun meminta agar masuk ke dalam.
Hong Shim
duduk di depan Lee Yeol memberikan surat yang dititipkan oleh Je Yoon. Lee Yeol
terlihat masih kaget melihat Hong Shim yang berani datang dengan pakaian
pelayan. Kasim melihat wajah Lee Yeol tak biasa langsung memarahi Hong Shim
yang Berani sekali menatap putra mahkota.
“Aku
minta maaf.” Ucap Hong SHm tertunduk. Lee Yeol mengaku harus berbicara
dengannya secara pribadi jadi meminta Kasim agar keluar dari kamarnya.
“Yang
Mulia... Ini sudah larut.. Lagi pula Aku belum pernah melihat pelayan ini sebelumnya
dan dia tak bisa dipercaya.” Kata Kasim
“Ini
perintah. Tinggalkan kami secepatnya.” Tegas Lee Yeol. Kasim pun keluar dari
ruangan.
Lee Yeol
dengan suara bisik bertanya Bagaimana Hong Shim bisa datang ke istana. Hong
Shim pikir sudah mengatakan kalau datang membawa surat. Lee Yeol yakin kalau
Tak mungkin begitu. Hong Shim pun mengaku kalau sebenarnya sangat merindukan
Lee Yeol.
“Aku
meminta bantuan Tuan Jung. Lalu Berapa lama kita harus berbisik?” keluh Hong
Shim
“Kau
sangat sembrono.” Kata Lee Yeol yang marah seperti saat menjadi Won Deuk.
“Aku
senang mendengarnya. Dan Aku harus melihatmu memakai jubah. Kau terlihat sangat
tampan.” Puji Hong Shim
“Aku
terlihat sangat tampan bahkan ketika aku tak mengenakan jubah.” Kata Lee Yeol
bangga. Hong Shim membenarkan menurutnya Lee Yeol membuatnya terkesan.
“Bocah
bodoh yang tak bisa membaca Pembelajaran Dasar sekarang dapat membaca buku-buku
yang sulit.” Ejek Hong Shim melihat buku yang ada diatas meja.
“Terima
kasih.. Aku mulai membaca untuk membuatmu terkesan.” Akui Lee Yeol
“Apa
ingatanmu sudah kembali? Jadi Itu sebabnya kau pergi ke Desa Songjoo.” Kata
Hong Shim. Lee Yeol membenarkan.
“Sebelum
membaca surat itu, aku harus mengucapkan selamat kepadamu. Jika ada yang kau
inginkan, beri tahu aku. Aku akan melakukan apa pun untukmu.” Ucap Hong Shim. Lee
Yeol memastikan kalau ia bisa meminta Apapun yang diinginkan.
Mereka pun
pergi ke dapur dengan lampu yang dibawa Hong Shim. Hong Shim heran dengan Lee
Yeol yang mengaku hanya ingin memakan bubur
yang ada di Desa Songjoo seperti tak percaya
“Aku
merindukannya berkali-kali dalam sehari. Pelayan dapur di sini adalah koki
terbaik dan tak ada yang bisa meniru rasanya.” Kata Lee Yeol yang memuji tapi
mengejek Hong Shim.
Ya, ya...
Koki yang buruk ini akan membuatnya untukmu... Haruskah kita periksa bahan yang
kita punya?” kata Hong Shim melihat semua bahan.
“Bisakah
kau membuat bubur keruh dengan bahan-bahan seperti ini?” tanya Lee Yeol melihat
bahan didapur.
“Akan
sempurna jika ada cacing.” Kata Hong Shim melihat isi semua guci.
“Jangan-jangan...Apa
kau selalu menambahkan cacing?” ucap Lee Yeol panik menarik tangan Hong Shim
yang sedang memegang guci dan akhirnya jatuh berantakan.
“Ini
garam yang berharga.” Kata Hong Shim panik dan saat itu dua orang pengawal
masuk. Lee Yeol menarik Hong Shim untuk segera bersembunyi.
Dua
pengawal bertanya Siapa disana tapi tak melihat siapapun, mereka merasa ada yang
Aneh, karena jelas mendengar sesuatu. Salah satu pengawal melihat kalau ada guci
berisi garam yang berantakan dan harus memeriksanya. Lee Yeol memeluk Hong Shim
untuk melindunginya.
“Tunggu...
Bagaimana jika...kita disalahkan karena memecahkan guci garam?” ucap Pengawal
lain. Akhirnya mereka pun memutuskan untuk pergi secepatnya.
“Wah.... Hampir
saja.” Ungkap Lee Yeol memeluk erat Hong Shim lalu keduanya terlihat gugup.
“Apa yang
kau pikirkan sampai telingamu memerah?” ejek Hong Shim menatap Lee Yeol. Lee
Yeol mengaku kalau kepanasan saja dan berusaha mengurangi rasa gugupnya.
Lee Yeol
akhirnya memakan masakan buat Hong Shim dengan lauk pancake daging. Hong Shim melihat Selera makanmu masih bagus, tapi penasaran kenapa Lee Yeol terlihat kurus padahal menghabiskan semua
makanan buatanya.
“Aku
Sudah tak nyaman di istana, untuk makan ataupun tidur. Jika bukan karena
penurunan dari tahta, maka kita akan menikah. Kita akan menghabiskan setiap
hari bersama dan itu takkan kesusahan menemukan satu sama lain.” Kata Lee Yeol.
Hong Shim tak banyak komentar
Lalu
tiba-tiba Lee Yeol mengeser meja dan berbaring dipangkuan Hong Shim. Hong Shim
yang gugup berpikir sudah waktunya untuk pergi.Lee Yeol meminta menunggu
sebentar.
“Jika
hanya aku benar-benar Won Deuk... “ kata Won Deuk menatap Hong Shim yang ada
diatasnya.
Hong Shim
pun mengelus wajah Won Deuk dengan tanganya. Lee Yeol seperti tertidur pulas
dipangkuan Hong Shim.
Lee Yeol
terbangun dan melihat sekeliling kalau Hong Shim sudah tak ada lalu berpikir
hanya mimpi, tapi melihat Surat yang ditinggalkan Hong Shim belum dibawa.
“Hidup tak mengalir seperti yang
kita inginkan. Hidup mengikuti jalannya sendiri. Kuharap takdir menyatukan
kita,tapi penurunan tahta dari raja sebelumnya. membawa kita kejalan yang naas.
Kakakku ingin berbicara denganmu. Jangan meragukannya demi diriku. Lakukan
sewajarnya dan hukumlah jika memang harus.”
Hong Shim
berjalan keluar dari istana menatap ruangan Lee Yeol.
Lee Yeol
sudah ada di hutan mengingat yang dikatakan Hong Shim “Memutuskan hubungan yang
naas yang dimulai pada malam penurunan tahta. Hanya kau yang bisa melakukannya.”
Saat itu Moo Yeon datang dan langsung berlutut didepan Lee Yeol
“Yoon
Seok Ha... Itu namamu.” Ucap Lee Yeol. Moo Yeon mengaku lupa nama itu sejak
lama.
“Aku
sekarang Moo Yeon, salah satu prajurit Kim Cha Eon.” Kata Moo Yeon
“Kau
bekerja untuk pria yang merenggut nyawa ayahmu.” Komentar Lee Yeol tak percaya
“Dalam
semalam, aku kehilangan seluruh keluargaku dan dicap sebagai putra seorang
pengkhianat. Semua orang mengejar kehidupanku dan saudara perempuanku. Itulah
satu-satunya cara untuk bertahan hidup.” Ungkap Moo Yeon
“Apa yang
akan kau dapatkan jika kau sudah membunuhku? Kenapa kau...” kata Lee Yeol tak
bisa menahan amarahnya.
“Kehidupan...Adikku.”akui
Moo Yeon. Lee Yeon pun meminta Moo Yeon agar menjadi saksinya.
“Bersaksilah
bahwa Wakil Perdana Menteri Kim memerintahkanmu untuk membunuhku. Jika kau melakukannya,
maka aku akan menemukan cara untuk melindungimu dan saudara perempuanmu.” Ucap
Lee Yeol
“Aku tak
bisa melakukannya.” Kata Moo Yeon. Lee Yeol heran dengan Moo Yeon padahal
memberikesempatan terakhir.
“Kenapa
kau tak menerima kesepakatan itu?” tanya Lee Yeol
“Wakil
Perdana Menteri Kim hanya ingin membunuhmu karena perbuatanku. Anak yang
dikandung Putri Mahkota... Salahkan aku atas semuanya, hukumlah aku, lalu lindungi
adikku dan Putri Mahkota.” Pinta Moo Yeon
“Itu
Hak-ku untuk memutuskannya! Kau tak punya hak untuk bahkan memohon untuk hidup
mereka. Rentetan tragedi ini dimulai di tangan Wakil Perdana Menteri,tapi kau
mengambil satu-satunya kesempatanku untuk mengungkapkan kejahatannya.” Kata Lee
Yeol marah
“Aku
takkan memaafkan siapa pun yang terlibat dalam insiden ini.” Ucap Lee Yeol
melangkah pergi. Moo Yeon menahan kaki Lee Yeol untuk memohon.
Lee Yeol
masuk ke dalam ruangan Soo Hye melihat ditanganya ada sebuah gelang merah dan
itu sama yang dipakai oleh Moo Yeon ketika akan membunuhnya di hutan. Soo Hye melihat Lee Yeol datang dengan
pengawal.
“Singkirkan
Putri Mahkota dari istana.. Pada waktu malam, dia meninggalkan istana untuk menemui
kekasihnya lalu terbunuh.” Ucap Lee Yeol marah.
Pelayan
terlihat kaget, Soo Hye tak menolak membiarkan pengawal membawanya. Lee Yeol
seperti ingin memberikan pelajaran.
Mentri datang
ke tempat Tuan Park kalau menerima kabar dari seorang kasim, bahwa Putri
Mahkota diam-diam meninggalkan istana. Tuan Kim hanya diam saja seperti
kebingungan karena anaknya meninggalkan istanan malam hari.
Kwon Hyuk
mengawal Soo Hye dengan tandu dan sampai ditengah hutan menghentika tandu dan
menyuruh semua orang pergi. Setelah itu meminta Soo Hye agar keluar dari tandu.
Soo Hye pun berjalan keluar memegang perutnya yang membenar dan sudah siap
menerima hukuman.
“Maafkan
aku.” Kata Kwon Hyuk mengeluarkan pedangnya dan Soo Hye pun memejamkan matanya
tapi Kwon Hyuk tak membunuhnya.
“Putri
Mahkota, Kim So Hye, baru saja meninggal, jadi, pergilah.” Kata Kwon Hyuk tak
membunuh putri mahkota. Soo Hye terlihat binggung.
“Ini
adalah perintah Yang Mulia.” Ucap Kwon Hyuk lalu berjalan pergi meninggalkan
Soo Hye.
Soo Hye
terdiam, saat itu seseorang datang mengulurkan tanganya. Moo Yeon datang
memeluk Soo Hye dan Soo Hye pun menangis. Lee Yeol di dalam kamar menuliskan
jurnalnya.
“Aku belum memaafkan mereka...
Hanya ini yang bisa kulakukan untuk Yi Seo.. Aku tak bisa merenggut nyawa kakaknya
dengan tanganku sendiri.”
Sementara
Hong Shim duduk didepan ayahnya, mengucapkan
Terimakasih untuk semuanya, karena setiap hari dalam hidupknya sebagai
Yeon Hong Shim seperti anugerah. Diam-diam Hong Shim pergi ke rumah Tuan Kim
dan masuk ke dalam ruangan dengan membawa pisau, tapi Tuan Kim tak ada
diruangan dan dikagetkan dengan Soo Ji yang datang.
“Kau...Kau
tak boleh masuk ke ruang utama orang lain tanpa izin.” Ucap Soo Ji. Hong Shim
menyembunyikan pedanganya.
“Aku akan
membiarkannya karena kau teman Je Yoon, jadi cepat keluarlah.” Kata Soo Ji.
Hong Shim mengerti, tapi saat akan keluar malah mengancam Soo Ji dengan
pisaunya.
“Kenapa
kau melakukan ini?” ucap Soo Ji panik. Hong Shim ingin tahu keberadaan Tuan Kim
“Aku akan
menceritakan semuanya, tolong jangan membunuhku.” Kata Soo Ji panik
“Katakan
padaku, atau aku akan memotong tenggorokanmu.” Ancam Hong Shim
“Dia ke
istana untuk menyelamatkan Putri Mahkota. Dia sudah diculik oleh Moo Yeon yang
kau cari.” Kata So Ji.
Tuan Kim
bersama mentri dan pengawal mencari Soo Hye, saat itu menemukan yang biasa
dipakain oleh anaknya dan Tuan Kim memerintahkan agar mencarri setiap sudut dan
memperingatkan kalau Putri Mahkota tak boleh terluka. Semua pun berpencar.
Sementara
Moo Yeon menarik Soo Hye untuk kabur, tapi Soo Hye sedang hamil terlihat
kelelahan. Dan saat itu juga pasukan pria dengan pakaian hitam mengepun mereka.
Soo Hye langsung melindungi Moo Yeon meminta mereka segera mundur.
“Kau
harus menghadapiku jika ingin menyakiti orang ini.” Ucap Soo Hye, tapi Moo Yeon
tak bisa tinggal diam akhirnya mulai berkelahi melawan anak buah Tuan Kim.
Saat itu
dari kejauhan, Hong Shim melihat ada perkelahian dan mencoba mendekatinya. Soo
Hye hanya bisa terdiam dan panik melihat Moo Yeon sesekali terkena pedang, tapi
bisa menghabisi semua anak buah Tuan Kim. Akhirnya Moo Yeon mendekati Soo Hye
untuk pergi, tapi beberapa busur panah malah tertancam di tubuh Moo Yeon dan
membuatnya jatuh lemas.
“Moo
Yeon, tidak. Buka matamu...Jangan seperti ini...Aku takkan pernah memaafkanmu jika
kau mati seperti ini.” Jerit Soo Hye melihat Moo Yeon sudah setengah sadar.
“Sudah
kukatakan padamu, aku takkan dilahirkan sebagai apapun lagi.Itu bohong. Aku
akan pergi mencarimu, Maupun terlahir sebagai bunga. atau pohon di kehidupanku
selanjutnya, Aku akan menjadi angin dan datang kepadamu.” Ungkap Moo Yeon. Soo
Hye hanya bisa menangis tersedu-sedu sambil memeluk Moo Yeon.
Tuan Kim
datang dengan mentri lalu meminta pengawal menarik So Hye, akhirnya Soo Hye
ditarik paksa mejauhi Moo Yeon. Soo Hye menjerit histeris memanggil Moo Yeon.
Sementara Moo Yeon menatap Soo Hye mengingat kenanganya dengan Soo Hye.
Flash Back
Moo Yeon
ada disebuah ilalang dan meniupkan bunga dandelion lalu angin membawa bunga
kearah Soo Hye yang berdiri tak jauh darinya.
“Dahulu
kala, hujan sekali turun untuk waktu yang lama. Seluruh daratan banjir dan bahkan
dandelion hampir tenggelam. Sebuah dandelion kecil berdoa pada langit. Agar
terhindar. Lalu tiba-tiba angin bertiup. Dandelionpun terbang dan mendarat di
bukit yang cerah. Beberapa saat kemudian, mereka tumbuh dan mekar. Jika kita
menunggang angin, kita akan bisa mekar di tempat lain.”
Saat itu
juga Tuan Kim tanpa ampun langsung membunuh Moo Yeon dangan pedangnya. Soo Hye
terus menjerit melihat Moo Yeon yang mati ditangan ayahnya sendiri.
Setelah
beberapa saat, Hong Shim akhirnya datang melihat beberapa pengawal sudah tergeletak
dan melihat kakaknya. Ia
langsung melihat kakaknya yang sudah meninggal, berusaha memanggilnya dan
akhirnya menangis histeris di atas tubuh kakaknya.
Je Yoon memperlihatkan surat pada Lee Yeol [Untuk Tuan Jung Je
Yoon. Kayu bakar yang kau katakan padaku adalah untuk mencairkan bijih besi...]
dan itu ddari Ma Chil kalau Tuan Park menyuruh untuk peleburan mineral dari
tambang untuk membuat besi.
“Apa Perintah
Wakil Perdana Menteri?” tanya Lee Yeol. Je Yoon membenarkan
“Itulah
yang dikatakan oleh Tuan Park untuk mengancam orang-orang. Ini Adalah ilegal
bagi seseorang untuk memiliki tambang. Dan dia memaksa penduduk desa bekerja
untuk membuat besi.” Ungkap Je Yoon.
“Perang...
Apa Jangan-jangan... Dia akan memulai perang?” kata Lee Yeol.
Kasim
masuk ruangan dengan wajah panik menyuruh Lee Yeol harus bergegas.
Lee Yeol
masuk ruangan dan melihat Soo Hye sudah duduk dikamarnya kembali. Ia dengan
penuh amarah bertanya Apa yang dilakukan Soo Hye dalam ruangan, apa yang
terjadi dan kenapa kembali ke istana. Soo Hye dengan menahan air matanya mengatakan
Moo Yeon kalau mati.
“Ayahku...menusuk
dengan pedangnya.” Ungkap Soo Hye seperti sangat terpuruk.
Lee Yeol
datang menemui Tuan Kim diruanganya, mengatakan
Pengampunan adalah pembalasan terbesar,jadi mempertimbangkan melakukan hal
yang keterlaluan untuk sesaat. Tapi ia baru sadar bahwa kata itu. tidak cocok
untuk Tuan Kim.
“Wakil
Perdana Menteri. Mulai hari ini, kau sudah selesai.” Kata Lee Yeol memberikan
bukunya. Tuan Kim dengan santai bertanya apa itu.
“Jurnalku,
di mana aku menulis setiap perbuatan jahat yang kau lakukan.” Kata Lee Yeol
“Bagaimana
bisa kau membuktikan bahwa apa yang tertulis di sini benar-benar terjadi? Siapa
yang akan. mempercayai ini?” kata Lee Yeol
“Putri
Mahkota adalah buktinya... Akan lebih baik jika kau membiarkan mereka pergi.
Tapi Kau akhirnya membuat putrimu sendiri bersaksi untuk setiap hal jahat yang
kau lakukan.” Ungkap Lee Yeol
“Ini
bukan saatnya untuk fokus pada hal-hal sepele seperti itu. Aku baru saja
mendapat laporan bahwa perang sudah pecah. Banyak dari orang-orang kita diambil
sebagai tahanan. Kau harus melangkah dan melindungi. bangsa dan rakyat.” Ucap Tuan
Kim seperti ingin mengalihkan isi
“Kau
bilang Perang? Apa Kau pikir aku tak tahu bahwa kau mengatur perangkap itu?”
teriak Lee Yeol marah
“Kau sebaiknya
masuk ke perangkap itu... Tak ada yang dapat kau lakukan... Yoon Yi Seo..
wanita itu ada padaku.” Kata Tuan Kim. Lee Yeol terdiam mendengarnya.
Bersambung
ke episode 16
Udah baca tulisan sinopsis aku 'kan..
hihihi...
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Tinggal Klik disini, buat
yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe akhir tahun
ini
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Lee yeol berjuanglah...✊# unnie...semangat!!!💪💕
BalasHapus