PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Ae Wol
menuangkan minuman bertanya apakah hanya Lee Yeol benar-benar satu-satunya yang ada di pikiran
Je Yoon sekarang dan merasa kasihan kepada Lee Yeol karena harus menjalani hidupnya dengan wanita yang
tak dicintai.
“Jika tak
ada mendekati seperti yang mereka katakan, bagaimana dia bisa bersama anak?”
kata Je Yoon
“Pengadilan
memintanya untuk melahirkan seorang putra.” Kata Ae Wol.
“Bahkan
jika mereka tak dekat, itu akan terjadi begitu bayinya lahir.” Ucap Jee Yoon
dengan helaan nafas.
“Entah.. Yang Mulia mungkin memerintah nyonya dari
Songjoo untuk datang ke istana.” Kata Ae Wol.
“Dia tak
akan bisa melakukan itu.” Pikir Je Yoon.Ae Wol pikir kenapa bisa seperti itu.
Saat itu Tuan Park datang dengan wajah panik
“Apa kau
sudah gila? Ini bukan waktunya minum-minum dengan gisaeng! Apa kau tahu
posisiku?” kata Tuan Park panik.
Tuan Park
memberitahu kalau saat Je Yoon tak ada Wakil Perdana Menteri Kim datang dan
bertanya tentang Na Won Deuk. Lalu berpikir kalau Won Deuk sudah menyebabkan
masalah lagi, Tapi ternyata Won Deuk... Ia berhenti bicara lalu meminta maaf
karena berkata kasar.
“Dia
ternyata adalah Putra Mahkota... Astaga... Kenapa kau tak terkejut? Hatiku
masih keriput setiap kali aku memikirkannya.” Ucap Tuan Park binggung
“Aku
sudah tahu.” Kata Je Yoon. Tuan Park pikir Je Yoon sudah kehilangan akal
“Apa Kau
tahu dan membuatku menembakkan panah padanya?” kata Tuan Park makin panik.
“Aku tak
tahu pada waktu itu.” Ucap Je Yoon. Tuan Park bingung karna yakin Lee Yeol
takkan pernah membiarkan mereka hidup sesudah melakukan itu padanya.
“Kita
harus melakukan sesuatu... Kita harus memohon pengampunannya... Jika tidak, dia
akan membuat kita dieksekusi.” Ucap Tuan Park menjerit kepanikan.
Raja ada
didalam kamar kebingungan bertanya Apa Wakil Perdana Menteri Kim meninggalkan
istana. Kasim mengaku Terakhir kalimemeriksanya, Tuan Kim berada di kamar Putra Mahkota. Raja meminta
agar membawakan minuman karena tak mungkin
tetap terjaga malam ini jadi perlu minuman.
“Yang
Mulia... Aku akan memberitahu mereka untuk menyiapkan minuman di kamar Ratu. Aku
mendengar Ratu sangat terkejut sesudah pengukuhan dibatalkan.” Ucap Kasim. Raja
menganguk mengerti.
Saat itu
tiba-tiba pintu terbuka Raja panik melihat Tuan Kim datang ke kamarnya, tapi
dengan wajah dikuatnya ingin tahu tujuan Tuan Kim datang ke kamarnya. Tuan
Kimmenagku tak bisa menyapa untuk waktu yang lama karena kecelakaan itu.
“Aku
mendengar, kau diserang oleh pemburu. Siapa yang berani merencanakan hal
seperti itu terhadapmu?” kata Raja berpura-pura peduli
“Tak
apa-apa... Sekarang Putra Mahkota kembali, takkan ada yang berani mencoba
menyakitiku. Jika... seseorang mencoba untuk menyerangku, ayah mertua Putra
Mahkota, maka aku tak akan membiarkannya.” Kata Tuan Kim seperti mengancam.
Raja pun hanya bisa terdiam.
Ratu
minum dengan Raja merasa kalau suaminya harus melakukan semacam ritual, karena
tak percaya semua rencana gagal di pertengahan. Ia mengaku kalau mengatakan ini karena kepedulian terhadap
Pangeran Seowon.
“Sudah
jelas Wakil Perdana Menteri akan menindasnya bahkan lebih untuk mengincar
posisi putra mahkota. Pangeran Seowon juga putramu. Apa kau akan
meninggalkannya?” kata Ratu berusaha menyakinkan istrinya.
“Hatiku
hancur untuknya juga... Aku juga merasa malu kepadamu. Namun, Yeol adalah putra
sulungku...Beruntung dia kembali hidup. Aku hanya merasa terganggu bahwa Wakil
Perdana Menteri masih hidup.” Kata Raja gelisah.
Anak buah
Tuan Kim melapor kalau Gadis dan ayahnya sudah kabur dan Yang lain mencari area
di dekatnya. Bahkan ia akan turun dan memeriksa. Tuan Kim pikir tak perlu
karena mereka harus pergi mencari Moo Yeon dan tak harus membunuhnya.
“Aku
punya sesuatu untuk diperiksa, bawa dia kehadapanku hidup-hidup.” Perintah Tuan
Kim. Anak buah Tuan Kim menganguk mengerti.
Hyuk
memberitahu Moo Yeon kalau Pengukuhan dibatalkan dan Wakil Perdana Menteri aman
memasuki istana dengan Putra Mahkota.
Moo Yeon seperti bisa sedikit bernafas lega.
“Aku
sudah menemukan sebuah kapal untuk dikendarai. Jika kau naik kapal menuju Pelabuhan
Haengju sesudah empat hari, Kau dapat naik kapal ke Desa Sunsan di Gwaksan
segera. Dan aku sudah membawa beberapa obat untukmu.” Kata Hyuk memberikan
bungkusan obat
“Terima
kasih.” Ucap Moo Yeon menerima obat dari temanya. Hyuk merasa Sangat
mengherankan bahwa Moo Yeon yangpasti memiliki rasa sakit yang parah.
“Terima
kasih. Kau harus masuk dan beristirahat.” Kata Moo Yeon akan beranjak pergi.
“Ada
sesuata yang ingin kukatakan kepadamu. Hatiku sangat terganggu menyimpan ini
untuk diriku sendiri. Beom lah yang menembakmu Dan Putri Mahkota ada di
belakangnya.” Ucap Hyuk. Moo Yeon hanya bisa terdiam.
Moo Yeon
memberikan obat pada luka bekas panahnya, seperti tak percaya kalau itu
perintah dari Soo Hye. Saat itu Hong
Shim datang bertanya Bagaimana kakaknya
bisa terluka. Moo Yeon langsung menutupinya mengaku tak ada masalah.
“Ini Sudah
biasa bagi pria untuk terluka.” Kata Moo Yeon.
“Itu tak
terlihat biasa-biasa saja. Aku ingin kau jujur. tentang jenis pekerjaan apa
yang sudah kau lakukan sejauh ini. Bagaimana kau tahu bahwa dia adalah Putra
Mahkota?” tanya Hong Shim
“Bahkan Hampir
tak ada yang tahu wajah Yang Mulia di antara orang-orang. Tapi bagaimana kau
tahu bahwa dia adalah Putra Mahkota?” ucap Hong Shim penasaran.
“Aku akan
memberitahumu saat waktunya tiba.” Ucap Moo Yeon. Hong Shim heran karena
kakaknya yang tak memberitahu sekarang saja.
“Aku
menjalankan tugas dari pejabat tinggi untuk mencari nafkah. Di antara tugas itu,
ada yang tak begitu benar. Beberapa dari mereka terlalu malu untuk memberitahumu. Dengan demikian,
aku ingin meninggalkan tanah ini dan memulai kembali sesegera mungkin. Bisakah
kau mengerti aku?” jelas Moo Yeon. Hong Shim bisa mengerti dan mengajak
kakaknya pergi.
“Aku
ingin segera pergi juga Dengan begitu, kupikir aku akan bisa melupakan
semuanya.” Kata Hong Shim sudah tak ingin memikikan Won Deuk.
Lee Yeol
melihat banyak menu makana didepanya tapi hanya terdiam. Kasim meminta Lee Yeol
agar tak boleh melewatkan makan hari ini juga. Lee Yeol merasa heran karena
membutuhkan banyak lauk diatas meja. Kasim mengatakan kalau Itu adalah salah
satu aturan di istana.
“Pernahkah
kau melihat makanan rakyat?” ucap Lee Yeol yang selama ini hanya makan
seadanya.
“Bagaimana
bisa kau membandingkan milikmu dengan milik mereka? Kau adalah Putra Mahkota
negara ini.” Kata Kasim.
“Ini
pancake daging... Aku sangat iri, Won Deuk Kau makan pancake daging favoritmu
sesukamu... Kenapa tak makan? Apa kau sedang memilih makanan dengan pancake
daging di depanmu? Ayo Cepat makan. Kau harus tetap kuat.” Ucap Hong Shim yang
tiba-tiba duduk didepan Lee Yeol
Lee Yeol
terdiam seperti bayangan Hong Shim datang karena terlalu banyak memikirkanya.
Kasim menyadarkan lamunan Lee Yeol, kalau harus sarapan. Lee Yeol mengaku tak
punya nafsu makan jadi meminta agar menyingkirnya.
Seorang
Guru mulai mengajar “Dalam pendahuluan menjelaskan apa yang dimaksud dengan
"keserakahan" dan "kesabaran". Dan kedua kata itu memiliki
pengucapan yang sama.” Dan bertanya “Apa perbedaannya?” Lee Yeol pikir kalau
guru itu memegang "Doktrin Makna."
“Kau
memiliki jawabannya di buku itu. Kenapa kau menanyakanku itu?” ucap Lee Yeol
dingin. Soo Ji mencoba mengintip
“Kelas ini
adalah tentang mengulang sampai kau menghafal semua konten dalam buku.” Kata
Sang Guru.
Lee Yeol
kembali berhalusinasi melihat Hong Shim berkomentar kalau itu buku yang bagus
kalau sudah bilang kepada seseorang yang intelektual untuk menyalin novel
erotis. Ia merasa Tak terpikirkan untuk menggunakan sumber daya tingkat tinggi
ini dengan sembrono.
“Namun,
kau lebih bersenang-senang dalam membaca "50 Nuansa Seksi Pria
Gourmet" denganku daripada ini, kan?” ucap Hong Shim.
Guru
memanggil Lee Yeol hanya diam saja, Lee Yeol tak konsentrasi meminta agar akan
membubarkan kelas untuk saat ini. Soo Ji terlihat bahagia mendengarnya.
Soo Ji
mengikuti Lee Yeol mengaku senang karena sudah kembali seperti ini lalu
membahas di tengah-tengah kelas, Lee Yeol menatap binggung karena tak mengenal
Soo Ji dan memilih untuk mengabaikanya.
Kasim
memberitahu Soo Ji adalah Kepala Seksi Kebudayaan dan Pendidikan, saudara Putri
Mahkota jadi tak boleh mengabaikannya seperti itu. Lee Yeol melihat ke arah
lain, ada sosok pria lain yang datang. Kasim memberitahu kalau pria itu adalah
Pangeran Seowon.
“Yang
mulia. Aku ingin menyapamu.” Ucap Pangeran Seowon. Lee Yeol hanya terdiam
dengan tatapan sinis.
“Kenapa
kau menolak? Apa kau membenciku? Apa itu karena Untuk mencoba mengambil
tempatmu?” kata Pangeran Seowon.
“Sebuah
gelas kosong harus diisi, dan kursi kosong juga harus diisi. Kenapa aku
membencimu ketika itu bukan salahmu?” komentar Lee Yeol
Tapi
Pangeran Seowon mengaku membenci Lee Yeol, karena Semua yang diinginkan sudah
menjadi milik Lee Yeol. Lee Yeol pikir memilikinya bukan karena mengingikanya
dan juga ia tak bisa memiliki apa yang dinginkanya.
“Tatapan matamu sudah berubah. Kau mengenakan
jubah yang sama, tapi kau terlihat seperti orang lain” ucap Pangeran Seowon.
“Itu bisa
begitu... 100 hari yang aku habiskan di luar istana sangat panjang.” Kata Lee
Yeol.
Sementara
Tuan Park bertemu dengan Tuan Kim bersama dengan Je Yoon sambil berlutut merasa
kalau pantas mati, karena memperlakukan Putra Mahkota semaunya dan tak tahu
siapa Won Deuk jadi akan berlutut dan
bertobat.
“Jika kau
ingin aku mati, maka aku akan berpura-pura mati. Tolong biarkan aku melihat Won
Deuk... Bukan, biarkan aku melihat Putra Mahkota jadi aku bisa memohon
pengampunan.” Ucap Tuan Park sambil menangis.
“Kau tak
dapat melihatnya sekarang.” Kata Tuan Kim lalu menatap ker arah Je Yoon.
“Kenapa
kau tak dapat mengenali Putra Mahkota? Apa kau tak bilang dia memberimu sebuah
surat rahasia? Apa yang kau katakan tentang surat itu bohong? Apa ini tipu
muslihat yang datang menghampiriku?” ucap Tuan Kim sinis.
“Aku tak
bisa mengenali wajah orang. Aku mengidentifikasi orang-orang dengan pakaian,
karakteristik dan suara. Aku menyembunyikannya karena takut bahwa tak akan
dipromosikan.” Akui Je Yoon.
“Apa kau
tak menyembunyikan apa pun dariku?” ucap Tuan Kim tak yakin.
“Bagaimana
aku akan menembak panah jika memiliki motif tersembunyi? Bahkan Aku juga
menembak Putra Mahkota. Jika aku mengenalinya,maka aku akan memberitahumu atau
menghubungi istana. Lalu Itu akan membantuku mendapatkan promosi.” Kata Je
Yoon.
“Tolong
jangan mencurigai kami lagi. Aku dapat menjamin bahwa Gubernur Jung di sini adalah
orang yang dapat dipercaya. Putra Mahkota menyebut dirinya Won Deuk dan bertingkah
seperti orang tolol... Maaf... Maksudku Siapa yang akan membayangkan hal
seperti itu akan terjadi?” jelas Tuan Park membela Je Yoon
Tuan Park
akhirnya yakin, dan akan menjelaskan semuanya kepada Putra Mahkota jadi mereka
akan pulang. Tuan Park pun dengan senang hhati mengucapkan Terima kasih
mengatakan akan melakukan apa pun yang diinginkan Tuan Park dengan perbudakan
dan kesetiaan dan bisa mempercayainya.
“Kau
pasti lega... Aku mengeluarkanmu dari bahaya. Ini mungkin karena aku berteman
dengan Wakil Perdana Menteri... Ayo kita minum. Aku sangat gugup sehingga merasa
tengorakanku kering.” Ucap Tuan Park
setelah keluar dari rumah Tuan Park.
“Aku
minta maaf... Aku harus pergi ke tempat lain.” Kata Je Yoon.
“Kau tak
akan pernah bisa memiliki banyak kekuatan, bahkan Kau tak dapat mengenali
wajah. dan kau tak bisa melakukan apa yang harus dilakukan.” Komentar Tuan
Park. Je Yoon tak banyak bicara milih untuk pamit.
Je Yoon
pergi ke tempat Lee Yeol agar memberitahu kalau ingin bcaia dan meminta agar
berusaha dulu sebelum mengusirnya. Tapi Kasim tak peduli menyuruh Je Yoon
pergi. Je Yoon mengeluh Kasim yang sangat pemilih.
“Yang
Mulia, aku Jung Je Yoon, Gubernur Songjoo.” Teriak Je Yoon. Dua pengawal akan
membawa Je Yoon
“ Aku tak
bisa pergi begitu saja. Apa kau tahu seberapa jauh Desa Songjoo dari sini? Yang
Mulia, aku tak akan tinggal lama.” Ucap Je Yoon mencoba melepaskan tanganya.
“Berhenti.”
Kata Lee Yeol bisa mendengar akhirnya
meperlihatkan wajahnya.
Kasim
mengikuti Je Yoon masuk ke dalam ruangan. Lee Yeol meminta agar meninggalkanya
mereka berdua, tapi kasim menolak karena Tuan Kim yang meminta agar menjaganya.
Lee Yeol langsung memarahinya karena takkan mematuhi perintahnya. Akhirnya
Kasim pun keluar dari kamar.
“Aku
mohon maaf, Yang Mulia... Aku tak mengenalimu dan menganiayamu. Begitu aku
mengenalimu, maka aku mencoba membawamu kembali ke sini, tapi agak terlambat.”
Akui Je Yoon
“Aku tak
akan menyalahkanmu untuk itu.” Kata Lee Yeol. Je Yoon pun mengucapkan terima
kasih.
“Lalu Apa
yang terjadi padanya? Kami berpisah di pasar dan tak sempat mengucapkan selamat
tinggal. Kami berencana untuk pergi bersama ketika kakaknya kembali. Apa dia. meninggalkan
desa?” tanya Lee Yeol khawatir dengan Hong Shim.
“Jangan
pikirkan tentang dia. Satu-satunya wanita yang harus kau pedulikan sekarang
adalah Putri Mahkota. Lupakan apa yang terjadi di Desa Songjoo. Kau Jangan
penasaran.” jelas Je Yoon.
“Jika
orang lain mengetahui apa yang kau rencanakan, maka semua orang akan terancam.
Bahkn Yeon Hong Shim dan ayahnya juga. Bagi mereka yang memiliki kekuasaan,
mereka membuat umpan yang ideal untuk sebuah cerita.” Ungkap Je Yoon.
“Tak ada
seorang pun di desa yang tahu kau adalah Putra Mahkota. Itu yang paling aman
dan terbaik untuk semua orang, biarkan saja. Aku datang untuk memberitahumu
itu. Sekarang Aku akan meninggalkanmu.” Kata Je Yoon untuk pamit pergi.
“Kau bisa
memberi tahu mereka. Jika mereka tahu siapa aku, jika mereka tahu tentangku,
mereka pasti terkejut. Kau bilang, kita dulu teman.” Ucap Lee Yeol
“Sekarang
kita tak bisa menjadi teman. Kau adalah Putra Mahkota.” Ucap Je Yoon. Le Yeol
pun hanya bisa terdiam.
Hong Shim
duduk termenung sendirian teringat kembali kenangan dengan Won Deuk “Aku akan
menikahimu. Yang kuyakini, aku akan menyesal jika meninggalkanmu. Inilah
jawabanku.” Lalu memberikan ciumanya tapi tiba-tiba dikagetkan dengan Je Yoon
sudah duduk disampingnya.
“Kau
seharusnya tak berbicara terlalu keras ketika sedang bersembunyi”ejek Je Yoon.
“Bagaimana
kau menemukanku di sini?” tanya Hong Shim binggung.
“Aku
berada di pasar. Lalu Aku mengikutimu mengira kau diculik. Aku tadinya ingin
menyelamatkanmu, ternyata dia adalah kakakmu... Kau bisa bersantai... Aku tak
terlalu peduli dengan masa lalumu.” Ungkap Je Yoon
“Coba
Lihatlah yang aku bawa, disini adalah tempat yang terpencil dan akan sulit
menemukan makanan. Aku membawa beberapa makanan.” Kata Je Yoon. Hong Shim
membuka kotak dibagian atas ada makan dengan lauk lalu dibawa adalah buah.
“Kenapa
kau tak membuka kotak ketiga? Kau akan terkejut” ucap Je Yoon. Hong Shim
melihat ada selembar kertas dikotak paling bawah lalu bertanya apa itu.
“Kau tak
bisa lagi hidup sebagai Yeon Hong Shim. Untuk tinggal di sini dalam
persembunyian, jadi Kau akan membutuhkan identitas baru, dan aku memberikanmu
itu... Bisa dibilang itu nama samaran.” Jelas Je Yoon
"Yeon
Hwa Bong." Kata Hong Shim membaca nama barunya.
“Aku
menaruh arti ke nama barumu. "Hwa" berarti bunga sementara
"Bong" artinya cantik. Hwa Bong artinya "bunga yang
cantik." Apa kau tak merasa cantik?” goda Je Yoon
“Ini
benar-benar ketinggalan zaman.” Keluh Hong Shim. Je Yoon mengaku punya pilihan
lain.
“Yeon Ga
Shi, Yeon Da Ra, Yeon Yi Eun, dan Bungkus Daun Teratai.” Kata Je Yoon membuat
lelucon.
Hong Shim
bisa tersenyum mendengarnya, Je Yoon mengaku senang melihat Hong Shim tersenyum.
Hong Shim pikir kalau sedikit tak sopan tapi meminta agar Je yoon bisa
membantunya.
Teman
Hong Shim meminta Tuan Yeon agar bisa makan sesendok saja,karena bisa pingsan
kalau seperti ini. Tuan Yeon pikir tak cukup
layak untuk makan apa pun, karena merasa sudah menghancurkan hidup Hong Shim.
“Yang
kuinginkan adalah menyelamatkannya dari menjadi selir.” Ucap Tuan Yeon sedih
“Kau tak
melakukan kesalahan apa pun, tak ada yang tahu bagaimana hal-hal akan terjadi seperti
ini. Tetap saja, bagaimana dia bisa meninggalkan ayahnya? Bagaimana dia bisa
melakukan ini padamu?”.” Kata Teman Hong Shim heran.
“Dia
pasti membenciku. Pria yang dibawa ayahnya adalah... Hong Shim-ku yang malang.
Bagaimana ini? Ini semua salahku. Akulah yang harus disalahkan Hong Shim.. aku
tak layak untuk hidup.” Kata Tuan Yeon menangis.
Teman Hong Shim tak tega
akhirnya memeluk Tuan Yeon untuk menenangkanya. Je Yoon masuk kaget melihat
keduanya berpelukan akhirnya keluar sambil meminta maaf karena sudah menganggu.
Teman Hong Shim panik langsung melepaskan pelukanya
Ratu Park
duduk bersama Raja berkomentar Lee Yeol sudah kembali berhari-hari, tapi ini
pertama kalinya datang untuk menyapa mereka. Lee Yeol meminta maaf. Raja pikir Hidup
Lee Yeol sebelumnya sangat jauh dari istana jadi membutuhkan waktu untuk
kembali ke kehidupannya.
“Jika
Putra Mahkota tak bisa,maka Putri Mahkota seharusnya mewakilinya.” Sindir Ratu.
Soo Hye langsung menata sinis.
“Oh, Kau
tak pernah berhubungan baik, mungkin aku seharusnya tak mengharapkan itu.” Ucap
Ratu dan Soo Hye pun tak bisa tinggal diam dengan tatapan sinisnya.
“Tak ada
yang perlu dikhawatirkan. Karena waktu kita terpisah, kami sudah menemukan
cinta dan kasih sayang baru untuk satu sama lain. Bukan Begitukah, Putri
Mahkota?” kata Soo Hye. Lee Yeol membenarkan.
“Melihat
kalian berdua bersama-sama membawaku banyak kenyamanan. Putra Mahkota, rawatlah
Putri Mahkota sampai dia melahirkan.” Kata Raja. Lee Yeol mengerti.
“Yang
Mulia, aku punya berita untuk dibagikan... Aku menerima kabar bahwa utusan Ming
yang berangkat untuk pengukuhan Pangeran Seowon sudah tiba di Gaeseong.” Kata Tuan
Jung
“Bagaimana
ini? Mereka akan berpikir kita adalah lelucon. Bagaimana bisa memalukan seperti ini? Apalagi, Putra Mahkota yang sudah
meninggal kembali ke istana. Apa yang akan mereka pikirkan tentang Keluarga
Kerajaan ini?” kata Ratu Park terlihat berpura-pura panik.
“Yang
Mulia, aku sarankan kita mengirim surat bahwa upacara pengukuhan sudah
dibatalkan. Kita tak bisa membiarkan para utusan membuang waktu lagi.” Kata Mentri
pendukung Mentri Kim.
“Bagaimana
kita bisa mengirim kembali utusan ketika mereka ada di Gaeseong?” kata Raja.
“Yang
Mulia, para utusan seharusnya tahu bahwa Putra Mahkota yang dinyatakan mati
sudah kembali. Jika kami tak melaporkan semua fakta, maka kami akan dihukum
untuk itu.” Ucap Tuan Jung
“Orang-orang
juga akan penasaran tentang keadaan Putra Mahkota. Mereka bertanya-tanya apa
dia cukup sehat untuk menjadi Putra Mahkota lagi?” kata Ratu menatap sinis Lee
Yeol
“Kenapa
Putra Mahkota tak mengatur perjamuan? Ini akan menjadi cara yang bagus untuk menunjukkan
betapa sehatnya Putra Mahkota kita.” Kata Tuan Jung
“Putra
Mahkota, apa pendapatmu?” tanya Raja. Tuan Kim ingin bicara, Raja berpikir
kalau Tuan Kim menentang gagasan itu.
“Tentu
saja tidak.. Dari apa yang kudengar, orang-orang menganggapnya aneh bahwa Putra
Mahkota yang sudah mati sekarang kembali ke istana. Ini akan menjadi kesempatan
yang baik untuk menunjukkan kepada orang-orang bahwa Putra Mahkota sehat dan
siap untuk memerintah negara ini.” Jelas Tuan Kim.
Mentri
bertemu dengan Lee Yeol memberitahu kalau Ratu dan orang-orangnya pasti
berkomplot melawan Lee Yeol jadi mencoba menjatuhkan di depan utusan Ming. Jadi
Ini adalah pertempuran yang harus dihadapi Lee Yeol sekarang.
“Yang
Mulia, jika kau tak memenuhi tugasmu dan hanya tinggal di kamarmu, orang-orang
itu melewati batas. Sekarang saatnya untuk kembali ke keadaan semula. Kau harus
membuktikan kemampuanmu di pesta untuk menyambut utusan dari Ming.” Ucap Tuan
Kim.
“Bagaimana
dia bisa menyapa para utusan ketika dia masih tak ingat apa-apa?” kata Mentri.
“Bawakan
aku buku itu.” Perintah Tuan Kim. Lee Yeol melihat merasa tak suka kalau Tuan Kim yang meminta agar membaca semua
buku.
“Kau
terampil dalam sastra dan seni bela diri. Tapi Kau membatalkan kuliah...” kata
TuanKim
“Apa kau
khawatir aku tak akan bisa membaca ini?” sindir Lee Yeol
“Ini
adalah tradisi bagi para utusan untuk menguji Putra Mahkota dengan membaca
puisi.” Kata Tuan Kim
“Ini "Kumpulan
kesusasteraan", bab 16 dari Anyeon. "Orang bijak membantu mencapai
keindahan orang Dan tak pernah membiarkan kejahatan muncul." Namun, aku
sebaliknya. Lalu ini buku "Makna dari Doktrin", bab 20. "Bersiaplah
dan kau akan menang. Jangan, dan kau akan menemui kegagalan."” Kata Lee
Yeol
“Sementara
yang ini buku "Pembelajaran yang Luar Biasa", bab 7. "Di mana
tak ada hati, tak ada yang bisa dilihat, Tak ada yang bisa didengar. Dan tak
ada yang bisa dirasakan juga." Haruskah aku membaca lebih banyak? Aku
mungkin kehilangan ingatanku, tapi pengetahuanku masih utuh. Jadi Pergilah
sekarang.” Kata Lee Yeol sinis
Soo Jin
memberikan jimat yang kuat Bahkan jika bayinya perempuan, maka itu akan
terlahir sebagai laki-laki. Soo Hye yakin kalau Bayi yang dikandungnya akan menjadi
laki-laki karena bermimpi. Soo Ji penasaran apa itu.
“Bagaimana
dengan Moo Yeon dan Hyuk? Apa kau masih belum mendengar kabar dari mereka?”
kata Soo Hye seperti ingin mengalihkan pembiacaran.
“Tidak.
Mereka brengsek dan tak tahu terima kasih. Selama 10 tahun, kita memberi mereka
makan, mendidik mereka, dan memberi atap di atas kepala mereka. Bagaimana
mereka bisa lepas seperti ini? Kau tahu betapa ayah kita peduli pada Moo Yeon. “
ucap Soo Ji
“Aku
meragukan itu.” Kata Soo Hye. Soo Ji pikir Tak ada yang tahu karena ayahnya tak
menatapnya seperti saat menatap Moo Yeon jadi Tak heran dengan sikap ayahnya.
“Apa Ayah
memerintahkan pria untuk mencari Moo Yeon?” tanya Soo Hye.
“Ya, aku
mendengarnya ketika berada di luar kamar tidurnya. Dia ingin Moo Yeon kembali
hidup untuk memastikan sesuatu.” Kata Soo Ji.
Hong Shim
memegang tangan kakakknya, Moo Yeon seperti bermimpi saat pertama kali
menyerang Won Deuk dengan pedang, lalu melepaskan panah yang menusuk di pohon
dan terakhir kali mencoba membunuhnya di padang ilalang.
“Seok Ha,
haruskah kau menemui tabib?” kata Hong Shim melihat kakaknya terlihat lemah
saat baru bangun.
“Tidak,
tapi kupikir tanaman ceri akan menyembuhkanku. Apa Kau ingat? Ketika kita masih
kecil, sesudah pergi ke hutan, lalu kau membawa pulang ceri diam-diam.”
ucap Moo Yeon.
“Baiklah.
Ayo kita pergi mencari ceri sekarang” kata Hong Shim.
Je Yoon
menyuruh Tuan Yeon untuk berjalan masuk, tapi Tuan Yeon seperti ragu dan
ketakutan. Saat itu Hong Shim keluar melihat ayahnya, keduanya pun akhirnya
bertemu. Je Yoon senang melihatnya. TuanYeon
pikir kalau akan pergi jika Hong Shim
yang menyuruhnya.
“Jika kau
mengatakan tak ingin melihatku, maka aku akan pergi dengan kesana. Aku terlalu
malu melihat wajahmu. Tapi Tetap saja,aku ingin melihat wajahmu setidaknya
sekali.” ucap Tuan Yeon sambil menangis.
“Apa yang
kau bicarakan? Kenapa aku benci melihat wajahmu? Tak ada pilihan lain selain pergi
disini, dan meninggalkanmu. Ayah... Won Deuk... Won Deuk sebenarnya...” kata
Hong Shim menahan tangisnya.
“Jangan...
Jangan katakan apapun..Aku tahu semuanya...Aku tahu bagaimana perasaanmu... Aku
yang salah... Malangnya putriku.” Ucap Tuan Yeon memeluk anaknya dan keduanya
pun menangis.
“Memikirkanmu,
membuat hatiku hancur... Ayo kita lupakan semuanya. Ayo kita pergi ke tempat
lain dan mulai dari awal seolah tak ada yang terjadi.” Kata Tuan Yeon. Moo Yeon pun hanya bisa terdiam melihat Tuan
Yeon yang sudah dianggap ayah.
Lee Yeol
duduk di dalam kamarnya, pikiran kembali melayang melihat Hong Shim duduk
disampingnya. Hong Shim tahu kalau Lee Yeol tak membaca tapi sedang memikirkan sesuatu
yang lain.
“Carilah
udara segar jika kau merasa pengap. Sudah kubilang, kau harus menggerakkan
tubuhmu ketika merasa sedih.” Ucap Hong Shim. Lee Yeol menatap Hong Shim.
“Kenapa
tak menatapku? Tak bisakah kau mendengarku? Won Deuk, kau mengabaikanku? Dalam
baju kerajaan itu, kau terlihat luar biasa, Won Deuk.” Komentar Hong Shim.
“Aku... Aku
bukan Won Deuk.” Kata Lee Yeol. Hong Shim mengaku sudah tahu.
“Tak ada
gunanya bahkan jika kau muncul seperti ini. Aku tak bisa berada di sisimu. Aku
sudah punya istri yang kunikahi sejak lama. Selain itu, aku punya bayi yang
akan segera lahir. “ ucap Lee Yeol
“Oleh
karena itu,aku akan mengucapkan selamat tinggal. Selamat tinggal perpisahan.” Kata
Hong Shim.
Lee Yeol
pun tak bisa melihat bayangan Hong Shim lagi lalu segera pergi keluar dari
ruangan. Kasim panik bertanya akan pergi kemana karena sudah waktunya untuk
tidur.
“Kasim
Yang, siapkan pakaian polosku.” Ucap Lee Yeol seperti mulai dengan kebiasanya.
Kasim baru binggung.
“Di mana
Kasim Yang?” tanya Lee Yeol. Kasim mengaku kalau kasim Yang pergi ke ritual hujan dan tak bisa kembali.
“Persiapkan
pakaian polosku.” Perintah Lee Yeol. Kasim pikir kalau ini sudah larut malam.
“Apa kau
akan membuatku mengulangi perintahku sampai tiga kali?” kata Lee Yeol marah
Lee Yeol
sudah menganti jubahnya lalu menaiki kuda, penjaga melarang Lee Yeol untuk
keluar. Tapi Lee Yeol meminta agar segera membuka gerbang istana. Pengawal tak
ingin membuka, Kwon Hyuk datang membantu.
“Ini
adalah perintah Yang Mulia. Jadi Buka gerbangnya.” Ucap Kwon Hyuk.
“Siapa
namamu?” tanya Lee Yeol. Kwon Hyuk pun menyebutkan namanya sambil
tertunduk. Akhirnya Lee Yeol pergi
dengan kudanya keluar dari istana.
Hong Shim
kembali ke rumah mengingat kenangan terakhir dengan Won Deuk, kalau akan hidup
sebagai Won Deuk padahal bukan Won Deuk yang sebenarnya. Won Deuk mengaku tak
ingin mendapatkan kembali ingatannya. Hong Shim ingin tahu alasanya.
“Karena
aku ingin tetap di sisimu.” Kata Won Deuk.
Saat itu
Hong Shim merasakan seseorang datang dengan kuda lalu buru-buru bersembunyi
dengan membawa semua barang-barangnya. Won Deuk datang ke rumah Hong Shim dan
melihat rumah sudah kosong, tapi seperti merasakan ada seseorang yang sudah
bersembunyi.
Bersambung
ke episode 13
Udah baca tulisan sinopsis aku 'kan..
hihihi...
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Tinggal Klik disini, buat
yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe akhir tahun
ini
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Bersabarlah lee yeol💕hong shim..semua pasti indah pada waktunya🌹🍃🍃# Buat mimin SEMANGAT!!!💪❤
BalasHapusiya semoga happy Ending ya/ aq sampai nangis2 😢
HapusNext mbk😀
BalasHapusNext mbk😀
BalasHapus