PS : All images credit and content copyright : MBN
Gi Bbeum
dan Sek Yang duduk di depan ruangan rawat rumah sakit, wajah mereka tegang
seperti merasa ketakutan. Ma Sung terbaring di ruang rawat, seperti masih tak
sadarkan diri.
“Matikan cahaya di mataku, Meski
begitu Aku bisa melihatmu. Tutupi telingaku, Meski begitu, Aku bisa Mendengar
suaramu, Tanpa kaki, Aku bisa menjangkaumu, Tanpa mulut, Aku bisa memanggil
namamu”
“Dalam
cinta mereka yang putus asa. Tolong biarkan bunga merekah.” Ucap Ayah Gi Bbeum
menatap pohon kaktus yang tertulis "Gi–bbeum miliknya Ma Sung"
setelah membaca puisi.
Dokter
Yoon membeirtahu keadaan Ma Sung mengalami shock ringan, dan Tanda vitalnya sudah
kembali normal. Nyonya Gong menatap Ma Sun kalau keponakan itu tahu semuanya
sekarang. Dokter Yoon ingin tahu tentang apa, dan berpikir masalah Kecelakaan
itu.
“Apa dia
akan ingat?” tanya Dokter Yoon sedikit panik.
“Kuharap
dia lupa semuanya. Dia kehilangan indra perasanya. Jadi Hentikan pengobatan
progresifnya.” Kata Nyonya Gong menatap Dokter Yoon.
Gi Bbeum
berbicara dengan Sek Yang, membahas
terakhir, saat memberitahu bahwa
Ma Sung punya masalah dengan memorinya, Ia merasa kesal kenapa Sek Yang tak
memberitahu bahwa kondisi Ma Sung
memburuk. Sek Yang terdiam.
“Kenapa
kau tak memberitahuku kebenarannya? Apa dia melarangmu, Bahwa aku tak boleh
tahu?” ucap Gi Bbeum sedih
“Maafkan
aku... Aku tak yakin apa ini adalah hal yang benar untuk dilakukan. Kau Ambil
ini dan Dengarkanlah.” Ucap Sek Yang memberikan sebuah MP3 yang ditemukan
diruangan Ma Sung.
Ma Sung
akhirnya sedikit membuka mata, Sek Yang langsung berdiri memastikan kalau Ma
Sung masih mengenalinya. Ma Sung seperti
belum mampu membuka matanya dengan lebar, akhirnya bicara dengan mata tertutup
bertanya Apa yang terjadi?
“Kau
pingsan... Apa Kau tak ingat?” tanya Sek Yang. Ma Sung mengaku tak ingat.
“Sebaiknya
memang begitu.” Komentar Sek Yang. Ma Sung pun ingin tahu keberadaan Gi Bbeum.
Gi Bbeum
berdiri diatas jembatan penyeberangan menatap MP3 milik Ma Sung lalu mencoba
mendengarkan isinya. Suara Nyonya Gong terdengar “Seluruh negeri ini tertarik
pada kasus ini. Satu tindakan gegabah hanya akan menimbulkan lebih banyak
masalah.”
“Lalu kau
akan lebih kesulitan< untuk keluar dari masalah. Masuk penjara saja untuk
sekarang.”
“Kalian
akan kehilangan semuanya jika aku buka mulut. Seratus miliar won tak ada
artinya bagi kalian. Kalian berdua akan dipenjara dan kehilangan semuanya,
bahkan 20 triliun won itu.” Ucap Direktur Kim mengancam.
Gi Bbeum
terdiam menginta perkataan Sek Yang kalau meminta agar Ma Sung tahu kalau Gi
Bbeum mengetahui tentang ini.
Gi
Bbeum menatap ponselnya, Ma Sung
menelpnya tapi tak diangkat. Ma Sung
sudah duduk di atas tempat tidurnya kebingungan karena Gi Bbeum tak bisa
dihubungi lalu membaca tulisan yang ada ditanganya “Jangan ingat, Urus semua
urusanku.”
Ma Sung
terdiam mengingat ucapan Nyonya Gong, seperti mendengar yang dikatakan bibi dan
juga Dokter Yoon. Bibi Gong mengatakan kalau Ma Sung yang sudah tahu semuanya
sekarang.
“Tentang
apa? Kecelakaan itu? Apa dia akan ingat?” kata Dokter Yoon.
“Semoga
dia lupa semuanya. Dia kehilangan indra perasanya. Jadi Hentikan pengobatan
progresifnya.” Kata Nyonya Gong
Gi Bbeum
menatap ponselnya ada miss call dari Ma Sung,
lalu menangis sendiri karena Ma
Sung yang mencoba menanggung semua masalahnya sendirian.
Ma Sung
keluar rumah dan Gi Bbeum akan masuk, keduanya saling menatap dan akhirnya Gi
Bbeum memilih untuk pergi. Ma Sung pun menahanya, Gi Bbeum menegaskana kalau
benar–benar amat marah kepada Ma Sung sekarang. Ma Sung pun hanya bisa diam.
“Apa Kau
menanggung hal mengerikan ini sendirian? Kenapa kau tak memberitahuku padahal
aku ada di sana? Aku bertanya–tanya semalaman bagaimana aku harus memahami... “
ucap Gi Bbeum marah
“Bagaimana
aku harus memahaminya? Aku berpikir dari sudut pandangmu dan tetap tak
mengerti. Kau sekarat di sana dan aku terus bernyanyi, bahkan tak tahu apa pun.
Ini bisa saja menjadi akhir dan aku menyanyi seperti orang bodoh.” Kata Gi
Bbeum dan Ma Sung hanya bisa terdiam.
“Apa Kau
tahu yang terburuknya? Tak bisa berkata selamat tinggal, maaf, atau aku
mencintaimu. Serta kau mencoba menanggung hal mengerikan ini sendirian tanpa
seizinku. Kenapa? Kenapa kau tak memberitahuku sejak dahulu?” kata Gi Bbeum
mengeluarkan semua unek-uneknya. Ma Sung tetap hanya terdiam.
“Apa Kau
tahu betapa takutnya aku, berpikir ini adalah akhirnya? Kenapa kau amat egois?
Apa Kau akan meninggalkanku sendirian?” tegas Gi Bbeum. Ma Sung pun memeluk Gi
Bbeum.
“Maafkan
aku.” Kata Ma Sung tak membela diri karena memang kesalahannya tak memberitahu
tahu apapun pada Gi Bbeum.
Jae Min
memberikan surat, Ki Joon melihat
isinya "Gugatan Melawan Anak Tak
Tahu Diri" lalu kebingungan dengan sikap ibunya malah membalas dengan
mengugatnya. Jae Min bertanya apakah Ki Joon mendapat telepon itu dengan wajah
kebingungan.
“Tentang
apa?” tanya Ki Jon. Jae Min memberitahu kalau Ma Sung pingsan. Ki Joon kaget
dan bergegas keluar dari gedung.
Ma Sung
menuliskan kembali pesan yang ada ditanganya "Urus semua urusan
pribadiku" lalu seperti menuliskan list apa saja yang akan dilakukan di
masa kritisnya dalam buku jurnalnya.
"Atasi
Desa Penyembuhan"
"Bertemu
dengan Dr. Dawson dari Johns Hopkins"
"Berpisah
dengan Joo Gi–bbeum"
“Aku
harus mulai dari mana dan bagaimana cara mengurus ini?” gumam Ma Sung kebingungan.
Saat itu
terdengar suara seseorang masuk, Ki Joon masuk dengan wajah panik mengetahui Ma
Sung yang pingsan dan membuatnya takut. Ma Sung menyembunyikan buku jurnalnya
mengaku hanya kelelahan dan sekarang sudah baik–baik saja. Ma Sung seperti tak
yakin.
“Kau
tampak baik–baik saja... Kupikir itu serius.” Kata Ki Joon melihat keadaan
sepupunya. Ma Sung pun melihat surat yang dibawa Ki Joon bertanya apa itu.
“Kenapa
ibu melakukan ini?” keluh Ki Joon, Ma
Sung juga bingung surat "Gugatan melawan anak tak tahu diri"
“Aku
menggugat Ibu untuk bagian warisanku.”akui Ki Joon, Ma Sung kaget mendengarnya.
“Aku tak
punya uang. Aku tak bisa meminjam darimu dan aku ingin bagianku.” Jelas Ki Joon
yang frustasi.
“Tak ada
dasar hukum bagi seorang anak untuk menggugat orang tua atas uang, dasar
bodoh.” Komentar Ma Sung
“Lalu
bagaimana dengan ibu? Dia juga tak bisa melakukan ini.” Keluh Ki Joon merasa
tak adil diperlakukan oleh ibunya.
“Kau
mendapat lahan dan gedung itu dengan syarat bahwa kau bekerja keras untuk
perusahaan kita. Kau tak pernah melakukannya, tapi terus–menerus meminta uang.
Jadi Dia berhak mengambil kembali semua yang dia transfer kepadamu. Itu
memungkinkan.” Jelas Ma Sung
“Lalu aku
harus bagaimana?” ucap Ki Joon panik, Ma Sung pikir tak ada jalan lain.
“Kau
kehilangan semuanya dan kini tak punya sepeser pun.” Ungkap Ma Sung
“Ini Tak
mungkin. Selamatkan aku.” Pinta Ki Joon panik. Ma Sung bertanya apa balasanya
jika menyelamatkan Ki Joon.
“Apa yang
harus kulakukan?” tanya Ki Joon. Ma Sung memberikan USB agar Ki Joon bisa
menontonya. Ki Joon tahu kalau isinya sebuah “Video” lalu bergegas keluar rumah
untuk melihatnya.
Nan Joo
melihat Gi Bbeum sedang sibuk bertanya sedang mengerjakan apa. Gi Bbeum
memberitahu kalau akan mengikuti audisi dan itu diadakan dua bulan lagi. Nan
Joo pikir Kenapa Gi Bbeum harus ikut audisi padahal bisa menghubungi perusahaan perhiasan Mr
Kent.
“Aku tak
bisa mengandalkan itu dan juga harus melihat pilihan lain. Selain itu Aku punya
satu orang lagi yang harus kuurus.” Ucap Gi Bbeum
“Satu
orang untuk diurus? Siapa?” tanya Nan Joo. Gi Bbeum dengan bangga kalau itu
Gong Ma Sung miliknya
“Gong Ma
Sung? Kenapa kau harus mengurus seorang ahli waris kaya?” keluh Nan Joo heran.
“Dia
menyumbangkan semua asetnya. Sekarang Dia sakit dan hanya aku yang bisa dia
andalkan. Jadi, aku harus merawatnya untuk selamanya.” Kata Gi Bbeum
“Kau
sudah gila. Kau bahkan kesulitan dalam mengurus keluargamu dan apa kau ingin
tinggal dengan seorang pria yang sakit? Kau Putus saja dengannya.” Ucap Nan Joo
“Apa
maksudmu? Aku takkan berpisah dengannya. Apa pun yang akan terjadi mulai saat
ini, apa pun yang akan terjadi besok, aku takkan takut dan khawatir.” Ungkap Gi
Bbeum yakin
“Aku akan
mencintai Ma Sung dengan sepenuh hati setiap saat, agar kami bisa memiliki
kehidupan yang biasa dan bahagia seperti yang lainnya. Aku akan tetap dekat
dengannya dan mewujudkan itu.” Kata Gi Bbeum dengan wajah sumringah.
Saat itu
Ma Sung menelp, bertanya apakah Gi Bbeum sibuk karena akan mengajak berkencan
besok. Gi Bbeum pun setuju untuk berkencan. Ma Sung bertanya apa yang ingin
dilakukan Gi Bbeum dan menyebutkanya karena akan melakukan semuanya.
“Ada satu
hal yang ingin kulakukan.” Ucap Gi Bbeum seperti memiliki sebuah rencana.
Gi Bbeum
dengan datang dengan dua buah es krim ditanganya lalu memberikan pada Ma Sung
yang menunggu ditaman, kalau Es krim untuk memori mereka.
“Bagaimana
kalau sepatu ini untuk memori kita?” kata Ma Sung memperlihatkan sepatu heels
merah yang dibawanya lalu menyuruh Gi Bbeum duduk.
Ma Sung
pun memasangkan sepatu heels untuk Gi Bbeum, Wajah Gi Bbeum pun terlihat senang
seperti kenangan saat di Hainan membuatnya bahagia. Akhirnya keduanya duduk sambil makan es krim,
Ma Sung menyindir apakah Hanya ini yang ingin dilakukan
“Kenapa?
Ini membuatku amat bahagia. Makan es krim denganmu di Hainan adalah memori yang
penting bagiku.” Kata Gi Bbeum bangga.
“Apa mau
kutunjukkan trik sulap? Aku akan membuat es krim ini menghilang dalam sekejap.”
Ucap Gi Bbeum yang langsung memakan habis es yang ada ditangan Ma Sung lalu
tersenyum lebar.
“Kurasa
aku tahu triknya. Apa Mau kutunjukkan satu trik sulap? Aku akan mencuri es
krimmu. Jadi Aku ingin melakukan hal lain.” Kata Ma Sung membalas dengan
mencium Gi Bbeum untuk mengambil es krimnya.
Keduanya
tertawa bahagia, Gi Bbeum mengulurkan tangan. Ma Sung pikir Gi Bbeum meminta
dompetnya. Gi Bbeum mengenggam tangan Ma Sung sambil berkomentar kalau mereka
harus Bergandengan tangan seperti ini. Ma Sung pun mengajak pergi dengan
membantu membawakan sepatu miliki Gi Bbeum.
Mereka
pun mulai berkencan di area sekitar Myeongdong, mencoba makan sate toppoki,
lalu melihat dari etalase toko, wajah mereka sangat bahagia menikmati kencan
yang sesungguhnya. Mereka pun memilih boneka yang mirip dengan wajah
masing-masing.
Saat
malam tiba, Ma Sung mengantar Gi Bbeum pulang sambil berkomentar kalau ingin ke
tempat yang mewah dan mentraktir makan lezat menurutnya kencan tadi terlalu sederhana. Gi Bbeum pikir walaupun Sederhana,
tapi membahagiakan.
“Aku juga
suka hal seperti ini. Apa Kau tak suka?” ucap Gi Bbeum. Ma Sung mengaku suka
“Kita
pernah bertemu dan berpisah di Hainan. Mari jangan berpisah lagi.” Ungkap Gi
Bbeum lalu melihat sudah sampai di depan jalan rumahnya.
“Aku akan
meneleponmu besok.” Kata Gi Bbeum. Ma Sung mengeluh dengan Gi Bbeum yang akan
pergi begitu saja.
“Apa
Menurutmu, tak ada yang kurang Atau aku saja berpikir begitu?” kata Ma Sung
seperti mengingikan sesuatu.
“Apa? Apa
Ada hal lain yang ingin kau lakukan?” tanya Gi Bbeum binggung.
“Bukan
berarti aku ingin, tapi... Ini sedikit... Apa Keluargamu ada di rumah?” tanya
Ma Sung. Gi Bbeum dengan gugup berpikir kalau tak ada siapapun dirumah.
“Boleh
aku...” ucap Ma Sung dan akhirnya Gi Bbeum pun mengajak Ma Sung datang ke
rumah.
Gi Bbeum
terlihat gugup menawarkan minum, Ma Sung pun ikut gugup meminta minum setelah
minum menatap Gi Bbeum dan mendekatkan wajahnya seperti ingin mencium Gi Bbeum
tapi saat itu terdengar suara Ja Rang dan Sa Rang.
“Kau yang
cuci piring.” Ucap Ja Rang. Sa Rang menolak karena tak pernah mencuci piring
“Kau
bilang akan melakukan jika aku membayarmu.” Kata Ja Rang. Gi Bbeum mendengar
suara adiknya langsung mengajak Ma Sung bersembnyi diruang rahasia tak lupa
membawa sepatunya.
“Aku akan
memberi tahu Gi–bbeum.”ancam Ja Rang dan Sa Rang pun masuk memanggil kakaknya
“Apa Dia
tak ada di rumah? Dia bilang akan ada di rumah.” Ucap Sa Rang. Ja Rang lalu
melihat sepatu Ma Sung yang tertinggal.
“Dia
bilang akan pulang larut... Ayo pergi. Kenakan sepatumu... Aku akan
mentraktirmu ayam goreng.” Kata Ja Rang mengerti lalu menarik adiknya untuk
pergi.
Gi Bbeum
pun bisa bernafas lega karena dua adiknya sudah pergi. Ma Sng melihat
sekeliling bertanya Ruangan apa ini. Gi Bbeum memberitahu kalau ini adalah
ruang rahasianya dan selalu datang saat ingin berpikir atau sedang khawatir.
“Apa Kau
juga menangis di sini?” ucap Ma Sung. Gi Bbeum mengelak kalau tak mungkin
menangis.
“Mulai
sekarang, pikirkan hal yang menyenangkan.” Kata Ma Sung, Gi Bbeum bertanya apa
hal yang menyenangkan.
Ma Sung
memberikan contoh yaitu mencium Gi Bbeum, wajah keduanya terlihat bahagia. Gi
Bbeum akhirnya duduk dipangkuan Ma Sung
dan muai menciumnya lebih dalam. Ma Sung pun memeluk erat Gi Bbeum.
Beberapa
saat kemudian, Gi Bbeum keluar dengan rambut dan baju sedikit berantakan, Ma
Sung pun sudah melepas jasnya hanya mengunakan kaosnya, dengan wajah gugup
pamit pergi. Gi Bbeum pun mempersilahkan terlihat senang karena semua berjalan
lancar.
Ki Joon
ingin melihat USB yang diberikan Ma Sung ingin tahu apa sinya dengan wajah
penuh semangat. Tapi binggung kalau itu berisi file Desa Penyembuhan sambil
mengeluh kenapa harus menonton itu. Jae Min datang dengan wajah gugup.
“Ki
Joon.... Presiden Gong memanggil Ha–im.” Lapor Jae Min.
“Apa?
Kenapa Bulu Palsu menemuinya?” kata Ki Joon terlihat marah
Ha Im
sudah berdiri di depan Nyonya Gong dengan wajah tertunduk. Nyonya Gong
menyindir ucapan Ha Im, yang bilang bukan berartiakan menjadi menantunya dan
ternyata Ha Im adalah pacar dari anaknya. Ha Im dengan sopan meminta maaf pada
ibu Ki Joon dengan panggilan “Ibu”
“Aku tak
tahu kau adalah ibunya Gi–joon.” ungkap Ha Im. Nyonya Gong dengan kesal
menegaskan kalau ia bukan ibu dari Ha Im jadi tak perlu memanggilnya Ibu.
“Aku
biasanya amat sopan kepada orang tua. Tapi hari itu aku merasa kurang sehat.
Aku benar–benar menyesal. Tak bisakah kau memaafkanku?” ucap Ha Im
“Jika kau
ingin pengampunan, sebaiknya kau memikirkannya.” Kata Nyonya Gong. Ha Im
binggung apa itu memikirkannya
“Tentu
saja. Aku amat menyesal.” Ungkap Ha Im. Nyonya Gong tak percaya.
“Kalau
begitu, berlututlah.” Perintah Nyonya Gong. Ha Im binggung apakah harus
sekarang berlutut didepan Nyonya Gong.
“Apa Kau
ingin melakukannya di depan umum?” sindir Nyonya Gong, Ha Im mengelengkan kepal
dan langsung berlutut tanpa malu.
Nyonya
Gong tak percaya kalau Ha Im mau berlutut demi Ki Joon lalu memberikan berkas
yang ada didalam amplop. Ha Im binggung membaca surat "Permohonan untuk
Pembagian Properti" Nyonya Gong menuduh Ha Im yang berada di balik semuanya.
“Astaga,
tidak...” ucap Ha Im lalu mengumpat pada Ki Joon yang bodoh.
“Ki–joon
memang tampak seperti orang bodoh, jadi apa kau ingin memorotinya? Apa kau
seorang mata duitan?” sindir Nyonya Gong. Ha Im tak terima dianggal wanita Mata
duitan
“Aku
seorang bintang besar. Ayahku memiliki sebuah perusahaan. Kau sedikit
keterlaluan.” Ucap Ha Im marah
“Jadi,
keluargamu adalah pekerja keras yang merasakan kehidupan kelas atas. Apa Kau
pikir kau bisa menikahi ahli waris Sunwoo Group? Seseorang sepertimu? Aku
takkan mengulanginya jadi Keluarlah dari kehidupan Gi–joon.” perintah Nyonya
Gong
“Kau sama
sepertiku... Menggunakan kata–kata kasar dan membuat orang berlutut. Aku juga
harus memikirkan itu. Aku takkan putus dengan Ki–joon. Apa yang akan kau lakukan?”
kata Ha Im berani melawan.
“Apa Kau
takkan putus dengannya? Coba Lihatlah dirimu.” Ucap Nyonya Gong
Saat itu
Ki Joon datang melihat Ha Im berlutut marah karena datang menemui ibunya dan
mengumpat kalau terlihat amat bodoh. Nyonya Gong yang marah langsung menyuruh
mereka keluar sekarang juga. Ki Joon
dengan wajah kesal tak ingin keluar sebelum berbicara.
“Ki–joon,
ibumu amat menakutkan.” Rengek Ha Im dibelakang Ki Joon mengadu. Nyonya Gong
tak percaya kalau Ha Im sedang berakting lemah dihadapan anaknya.
“Dia
menangis! Beraninya kau membuatnya menangis!” ucap Ki Joon marah pada ibunya.
“Ha–im,
jangan khawatir... Ibuku selalu menyerah kepadaku. Aku mencintai wanita ini!”
ucap Ki Joon pada Ha Im dan juga ibunya. Nyonya Gong seperti tak bisa berkata
apa-apa dengan sikap anaknya.
Ki Joon
dan Ha Im duduk ditepi sungai, Ha Im masih saja menangis. Ki Joon pun
memberikan sapu tanganya meminta agar Jangan menangis dan menghapuslah air
matanya. Ha Im merasa kalau Ibu Ki Joon yang sangat menakutkan jadil lebih baik mereka putus
saja. Ki Joon langsung menolak.
“Kencanilah
seseorang yang disukai ibumu, jangan aku.” Ucap Ha Im.
“Kubilang
tidak. Hentikanlah. Apa Kau tahu yang paling kusuka? Kebahagiaan. (Gi Bbeum
dalam bahasa korea)” kata Ki Joon.
“Kenapa
kau menyebut Gi–bbeum?” keluh Ha Im marah
“Namanya
berarti kebahagiaan. Aku sedang bicara tentang kebahagiaan. Aku paling benci
depresi dan kesedihan. Itu seperti kematian. Aku ingin hidupku menyenangkan dan
bahagia. Jadi Aku tak mau putus karena aku akan sedih setiap hari.” Tegas Ki
Joon.
“Apa kau
sedang menyatakan cintamu?”komentar Ha Im. Ki Joon tak menjawab menyandarkan
kepalanya meminta agar dipeluk oleh Ha Im.
“Kita
takkan putus.” Ucap Ki Jo, Ha Im pun
memeluknya seperti tadi hanya ingin menguji cinta Ki Joon padanya.
Ma Sung
selesai mandi, lalu seperti ingin menuliskan sesuatu didadanya, tapi seperti
ingatanya hilang karena tak mengingat yang ingin dituliskan. Ia akhirnya duduk
disofa dengan tatapan terlihat memikirkan sesuatu alalu menelp Tuan Kent.
Gi Bbeum
bermimpi seorang anak kecil yang tenggelam disungai, lalu seorang anak
menyelamatkanya. Ia pun merasakan kepala terasa sakit karena bangun kaget. Ia
lalu membaca pesan Ma Sung yang masuk ke ponselnya “Ayo bertemu hari ini.”
Gi Bbeum
sudah selesai berhias diri lalu pamit pergi pada ayahnya, Tuan Joo berpesa agar
Gi Bbeum berhati-hati. Gi Bbeum akhirnya kembali duduk mengingatkan kalau
dahulu saat jatuh ke dalam air seorang
bocah menyelamatkannya.
“Apa Kau
memimpikan itu lagi?” ucap Tuan Joo sambil merapihkan handuk.
“Ya. Saat
aku sudah melupakannya, hal itu menghantuiku lagi. Apa Kau ingat wajahnya?”tanya
Gi Bbeum
“Tentu
saja. Dia tampak cerdas.” Kata Tuan Joo. Gi Bbeum pun penasaran.
“Apa Kau
ingat namanya?” tanya Gi Bbeum. Tuan Joo
menagku tak sempat menanyakannya.
“Tapi aku
punya fotonya.” Kata Tuan Joo, Gi Bbeum kaget ingin tahu dimana fotonya dan
ingin melihat.
“Tunggu,
Ayah. Kurasa aku sudah terlambat... Aku harus pergi. Nanti saja.” Kata Gi
Bbeum. Tuan Joo pun berpesan pada anaknya agar berhati-hati lalu mencari foto
yang selama ini disimpan olehnya.
Ma Sung
sudah menunggu di dalam cafe, melihat tiket yang ada disaku bajunya, wajahnya
terlihat bimbang. Saat itu Gi Bbeum datang melihat Ma Sung yang sudah menunggu,
lalu melambaikan tanganya. Ma Sung melihat dari jendela memberikan senyuman
sumringahnya.
“Maaf aku
terlambat... Busnya lama sekali.” ucap Gi Bbeum terburu-buru
“Apa Kau
amat merindukanku hingga berlari?” goda Ma Sung
“Ya. Tapi
kurasa bukan hanya aku yang merindukan seseorang. Ada apa? Apa ada masalah?”
kata Gi Bbeum membalas dengan godanya
“Tidak,
justru kabar baik. Aku ingin memberitahumu secara langsung.” Kata Ma Sung
memberikan sebuah berkas. Gi Bbeum binggung apa itu.
“Aku
mendapat telepon dari Royal C&C. Kami akan mengadakan rapat tentang iklan
itu, lalu Ada audisi drama di LA jadi Kau harus mencobanya.” Jelas Ma Sung. Gi
Bbeum binggung karena harus audisi di Amerika.
“Kau bisa
bahasa Korea dan jika kau lulus, mereka akan memberimu tutor. Bukankah ini
kesempatan bagus? Kupikir kau akan senang, tapi ternyata tidak.” Komentar Ma
Sung melihat wajah Gi Bbeum seperti tak bahagia.
“Masalahnya
adalah ini begitu mendadak. Aku tak ingin berpisah denganmu bahkan satu hari
pun. Setidaknya, tidak saat ini.” Jelas Gi Bbeum yang khawatir dengan Ma Sung
“Apa Kau
menyukaiku sebesar itu? Aku mengerti. Aku ingin ikut, tapi aku sudah punya
rencana. Jadi Cobalah dan jangan khawatirkan aku.” Ucap Ma Sung yang sedikit
mengoda.
Gi Bbeum
bertanya kapan itu, Ma Sung memberitahu
kalau Audisinya tiga hari lagi dan Penerbangan Gi Bbeum dua hari lagi. Gi Bebum
pikir kalau Tiga hari lagi sangat Mendadak sekali. Ma Sung meminta agar Gi
Bbeum segera pergi dan cepat kembali dengan memberikan sebuah tiket
penerbangan.
Sek Yang diam-diam
masuk ke dalam ruang kerja Ma Sung, membaca jurnal "Jangan ingat, urus
semua urusanku." Dan kaget melihat sebuah tiket penerbangan. Ma Sung
datang bertanya apa yang dilakukan Sek Yang dalam ruang kerjanya.
“Apa Kau
menyembunyikan ini? Apa kau akan pergi?” ucap Sek Yang marah. Ma Sung hanya
diam saja.
“Kau
bilang aku adalah memorimu yang satunya. Bahwa aku bukan keluarga, kekasih,
atau siapa pun bagimu. Apa Kau benar–benar akan pergi tanpa memberitahuku? Teganya kau melakukan ini kepadaku?” ucap Sek
Yang kesal
“Woo–jin...
Waktuku tak banyak... Aku takkan bisa melakukan aktivitas harianku. Seperti
yang kau tahu, aku hampir tak bisa makan dan Tak lama lagi, aku akan lupa
semuanya.” Kata Ma Sung lalu mengubah ucapanya.
“Tidak.
Aku takkan membiarkan hal itu terjadi... Aku tak menyerah. Aku ingin mencari
cara selagi aku masih bisa. Jadi Aku akan kembali saat menemukannya.”jelas Ma
Sung
“Apa
Gi–bbeum tahu?” tanya Sek Yang. Ma Sung meminta agar jangan memberitahu karena
Gi Bbeum sudah amat menderita.
“Dia tak
perlu mengetahui ini. Dan Serta ini takkan terjadi, tapi untuk berjaga–jaga,.
jika terjadi sesuatu kepadaku, bisakah kau...” ucap Ma Sung langsung disela
oleh Sek Yang
“Tidak,
aku tak mau melakukannya... Aku tak menjawab.” Kata Sek Yang marah lalu
bergegas pergi. Ma Sun pun hanya bisa diam.
Gi Bbeum
memasukan kotak makan ke dalam koper seperti sudah mulai berkemas, lalu
menerima pesan dari Ma Sung “Aku tak bisa mengantarmu ke bandara. Jaga dirimu dan jangan
sampai sakit” Tuan Joo sedang ada ditaman melihat anaknya sudah
berkemas bertanya apakah Tak lupa apa pun. Gi Bbeum pikir tak ada.
“Aku
takkan sempat berpamitan dengan Ja Rang atau Sar Rang.” Kata Gi Bbeum
berjongkok didekat ayahnya.
“Kau akan
kembali minggu depan... Teleponlah begitu kau tiba.” Pesan Tuan Joo. Gi Bbeum
menganguk mengerti
“Ayah,
aku merasa sedikit aneh.” Akui Gi Bbeum, Tuan Joo bertanya Kenapa sedikit
cemas.
“Itu
mungkin Karena kau sudah lama tak keluar negeri. Jangan khawatirkan kami dan
jagalah dirimu. Jangan lupa makan.” Pesan Tuan Joo. Gi Bbeum kembali menurut.
“Apa itu
Bunga sawwort pegunungan?” kata Gi Bbeum melihat bunga dihalaman. Tuan Joo
membenarkan.
Bersambung
ke part 2
Udah baca tulisan sinopsis aku 'kan..
hihihi...
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. Masih kurang 915 lagi, Yuk segera klik Subcribe.
Tinggal Klik disini, buat
yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe akhir tahun
ini
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Ada yg tau gak lagu yg jd backsong tuh punya siapa?? Waktu masung telpn gi bum gak diangkat
BalasHapus