PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Selasa, 30 Oktober 2018

Sinopsis 100 Days My Prince Episode 15 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 
Hong Shim bertemu dengan kakaknya tak percaya kalau  bekerja untuk Kim Cha Eon sebagai prajuritnya dan tak habis pikir bisa melakukan itu. Ia tak percaya kalau kakaknya itu  bekerja untuk seseorang yang membunuh ayah mereka dan Sangat yakin yang diperintahkan Tuan Kim pasti hal yang mengerikan.
“Itu untuk menyelamatkanmu. Pada malam ketika kita berpisah, aku pergi untuk membunuh Kim Cha Eon. Tapi Aku gegabah... Aku tak bisa membunuhnya. Lalu Aku berlutut dan memohon padanya untuk membunuhku dan berhenti mengejar adikku.” Akui Moo Yeon.
“ Untuk menyelamatkan adikku... Aku akan melakukan apa pun yang dia perintahkan kepadaku...Aku membunuh orang. Kau tahu bagaimana rasanya melakukan hal seperti itu?” kata Moo Yeon dengan mata berkaca-kaca
“ Belum lama berselang, Putra Mahkota mengejarmu... Jangan-jangan,... Kau yang mencoba membunuhnya?” kata Hong Shim. Moo Yeon membenarkan.
“Kenapa kau harus melakukan perbuatan yang mengerikan? Apa Kau akan membalas dendam Ayah?” ucap Hong Shim marah
“Itu perintah Kim Cha Eon. Dia berjanji... aku bisa pergi selamanya sesudah membunuh Putra Mahkota.”akui Moo Yeon.
“Tidak mungkin. Bagaimana dia bisa melakukan hal seperti itu kepada menantunya sendiri?” kata Hong Shim tak percaya
“Karena Putri Mahkota tidak mengandung bayi Putra Mahkota. Dia pasti tak bisa mengingatnya karena kehilangan ingatannya.” Kata Moo Yeon
Hong Shim pun ingin tahu alasan Moo Yeon kembali ke Hanyang, lalu berpikir kalau kembali untuk membunuh Putra Mahkota seandainya ingatannya kembali lagi. Moo Yeon hanya bisa terdiam, Hong Shim akhirnya berjalan pulang tapi tubuhnya terasa lemas dan akhirnya jatuh pingsan. 

Tuan Yeon mengaku sekarang sudah semakin tua, jadi melelahkan untuk melakukan perjalanan panjang. Je Yoon pun menyuruh Tuan Yeon memberika tasnya. Tuan Yeon menolak karena itu tak masalah dn tak akan berani membiarkan Je Yoon membawa tas miliknya.
“Seharusnya kau memberitahuku dari tadi jika kau mau.  Kita hampir sampai. Rumah itu tepat di depan...” kata Tuan Yeon lalu melihat seseorang tergelatak dijalan dan tersadar itu adalah Hong Shim.
“Hong Shim. Apa yang terjadi? Bangun, Hong Shim.” Ucap Tuan Yeon panik menghampiri Hong Shim.
“Sepertinya dia pingsan... Ada Biro Tabib di ujung jalan ini. Bawa dia kesana.” Kata Je Yoon. 

Hong Shim dibaringkan diatas alas tidur, Tuan Park dan Goo Dul panik melihat Hong Shim yang tak sadarkan diri.  Kkuet Nyeot menyesal karena Seharusnya  tak membiarkan Hong Shim ke rumah Wakil Perdana Menteri sendirian. Je Yoon kaget ingin tahu apa maksud ucapan Kkeut Nyeo.
“Dia bilang,  akan pergi memeriksa keberadaan kakaknya.” Ucap Kkeut Nyeo
“Kenapa kau melewatkan bagian riasan kita?” keluh Tuan Park. Goo Dul mengeluh dengan ucapan Tuan Park yang tak penting karena hanya ingin tahu apakah Hong Shim akan baik-baik saja.
“Tolong siapkan air dingin dan tinggalkan ruangan ini. Selain itu Tak boleh berisik.” Perintah Je Yoon. Semua mengerti lalu keluar dari kamar. 

Je Yoon dengan pelahan mengusap kepala Hong Shim agar tak berkeringa. Hong Shim akhirnya membuka matanya melihat sekeliling dan bertanya  Apa yang terjadi. Je Yoon menceritakan menemukan Hong Shim tak sadar di depan rumah.
“Apa yang terjadi sampai kau seperti ini?” tanya Je Yoon. Hong Shim hanya diam saja.
“Kau tak perlu memberitahuku jika tak mau. Namun, jika aku jadi kau, aku akan berunding dengan pria yang dapat dipercaya seperti diriku yang ada di sisimu sekarang.” Kata Je Yoon menyakinkan. Hong Shim tetap diam
“Kenapa kau selalu menanggung beban sendirian?” komentar Je Yoon merasa kasihan.
“Aku ingin bertanya... Maukah kau memberiku jawabannya?” kata Hong Shim. Je Yoon pun mempersilahkan agar bertanya
“Apa Putra Mahkota ingatannya sudah kembali? Apa Dia pergi ke Desa Songjoo karena itu?” tanya Hong Shim. Je Yoon membenarkan.
“Kemudian dia pasti sudah tahu siapa yang mencoba membunuhnya dan alasannya. Dia mengetahuinya..” ucap Hong Shim
“Seperti itulah... Kenapa kau ingin tahu itu?” tanya Je Yoon makin penasaran.
“Aku dengan seseorang yang dapat dipercaya sekarang, jadi tak ada alasan untuk tak meminta bantuan... Tolong aku...Aku harus pergi ke istana.” Kata Hong Shim memohon. 

Mentri  datang ke tempat Tuan kim karea mendengar bahwa ada beberapa prajurit menyerang rumah Tuan Kim tadik. Tuan Kim mengaku kalau mereka sudah jatuh ke perangkap Putra Mahkota dan Sepertinya, ingatannya sudah kembali.
“Kasim Song melapor padaku setiap hari. Dia bilang tak banyak yang terjadi. Jika Putra Mahkota sudah mendapatkan kembali ingatannya, maka dia akan melakukan sesuatu.” Kata Mentri yakin
“Dia harus mencari bukti. Dengan jurnalnya hilang, sekarang tak ada yang bisa digunakan sebagai bukti. Selain Moo Yeon yang masih hidup.”ucap Tuan Kim
“Kau memilikinya... tapi Apa Putra Mahkota menyembunyikannya?” kata Mentri
“Jika itu masalahnya, takkan sesunyi ini. Moo Yeon takkan bisa menunjukkan dirinya kepada Putra Mahkota. Dia hanya ingin melihat So Hye.. Kirim pasukanku dan temukan Moo Yeon. Begitu dia ditemukan, maka bunuh dia. Jangan ada kesalahan.” Perintah Tuan Kim. Mentri menganguk mengerti.
“Tapi apa itu cukup? Jika Putra Mahkota mengetahui rahasia putrimu, maka kita semua akan mati.”kata Mentri panik
“Apa Kau pikir, aku membuat perang ini untuk bermain-main? Orang akan mati. Jika sesuatu yang menyedihkan terjadi, insiden kecil akan luput dari perhatian. Lalu Bagaimana dengan rapatnya?” ucap Tuan Kim
“Aku menyuruh Aeryeonjeong merahasiakannya.” Ucap Mentri yakin. 




Di ruangan yang sudah disewa, semua orang pendukung Tuan Kim berkumpul. Tuan Kim memberitahu kalau Hari ini, Ming akan menyerang Jurchen jadi mereka akan bergabung dengan perang itu. Semua terlihat gugup, Mentri pikir Tambang yang mereka investasikan sejauh ini akhirnya akan berguna.
“Persiapan berjalan sesuai rencana, kan?” tanya Tuan Kim. Tuan Park mengaku sudah melakukanya.
“Selama kau memberi mereka makan, para petani bodoh akan melakukan apa saja. Bahkan tak tahu apa yang sebenarnya mereka lakukan.” Kata Tuan Park bangga.
“Tuanku... Bagaimana dengan tujuh desa di tepi sungai?” tanya Mentri yang sebelumnya mendukung ratu
“Jika perang pecah, daerah-daerah itu akan diratakan. Jika banyak rakyat jelata mati, Putra Mahkota bisa pergi dan menyelamatkan mereka.” Kata Tuan Park yakin
“Apa Maksudmu, kau akan mengirimnya ke medan perang?” tanya Mentri. Tuan Kim pikir itu harus dilakukan.
“Apa lagi yang harus dilakukan putra mahkota?” tegas Tuan Kim. 


Lee Yeol kembali ke ruanganya, Kasim memberitahu kalau Pelayan dari Seohyeonjeon sudah menunggu untuk memberikan surat. Lee Yeol kaget melihat Hong Shim yang mengunakan pakaian pelayan. Kasim binggung melihat Lee Yeol sangat terkejut.
“Apa kau pelayan dari Seohyeonjeon?” tanya Lee Yeol berusaha untuk tenang.
“Ya. Aku Pelayan Yeon dan membawa surat dari pustakawan.” Kata Hong Shim layaknya seperti pelayan. Lee Yeol pun meminta agar masuk ke dalam.

Hong Shim duduk di depan Lee Yeol memberikan surat yang dititipkan oleh Je Yoon. Lee Yeol terlihat masih kaget melihat Hong Shim yang berani datang dengan pakaian pelayan. Kasim melihat wajah Lee Yeol tak biasa langsung memarahi Hong Shim yang Berani sekali menatap putra mahkota.
“Aku minta maaf.” Ucap Hong SHm tertunduk. Lee Yeol mengaku harus berbicara dengannya secara pribadi jadi meminta Kasim agar keluar dari kamarnya.
“Yang Mulia... Ini sudah larut.. Lagi pula Aku belum pernah melihat pelayan ini sebelumnya dan dia tak bisa dipercaya.” Kata Kasim
“Ini perintah. Tinggalkan kami secepatnya.” Tegas Lee Yeol. Kasim pun keluar dari ruangan. 

Lee Yeol dengan suara bisik bertanya Bagaimana Hong Shim bisa datang ke istana. Hong Shim pikir sudah mengatakan kalau datang membawa surat. Lee Yeol yakin kalau Tak mungkin begitu. Hong Shim pun mengaku kalau sebenarnya sangat merindukan Lee Yeol.
“Aku meminta bantuan Tuan Jung. Lalu Berapa lama kita harus berbisik?” keluh Hong Shim
“Kau sangat sembrono.” Kata Lee Yeol yang marah seperti saat menjadi Won Deuk.
“Aku senang mendengarnya. Dan Aku harus melihatmu memakai jubah. Kau terlihat sangat tampan.” Puji Hong Shim
“Aku terlihat sangat tampan bahkan ketika aku tak mengenakan jubah.” Kata Lee Yeol bangga. Hong Shim membenarkan menurutnya Lee Yeol membuatnya terkesan.
“Bocah bodoh yang tak bisa membaca Pembelajaran Dasar sekarang dapat membaca buku-buku yang sulit.” Ejek Hong Shim melihat buku yang ada diatas meja.
“Terima kasih.. Aku mulai membaca untuk membuatmu terkesan.” Akui Lee Yeol
“Apa ingatanmu sudah kembali? Jadi Itu sebabnya kau pergi ke Desa Songjoo.” Kata Hong Shim. Lee Yeol membenarkan.
“Sebelum membaca surat itu, aku harus mengucapkan selamat kepadamu. Jika ada yang kau inginkan, beri tahu aku. Aku akan melakukan apa pun untukmu.” Ucap Hong Shim. Lee Yeol memastikan kalau ia bisa meminta Apapun yang diinginkan. 



Mereka pun pergi ke dapur dengan lampu yang dibawa Hong Shim. Hong Shim heran dengan Lee Yeol yang  mengaku hanya ingin memakan bubur yang ada di Desa Songjoo seperti tak percaya
“Aku merindukannya berkali-kali dalam sehari. Pelayan dapur di sini adalah koki terbaik dan tak ada yang bisa meniru rasanya.” Kata Lee Yeol yang memuji tapi mengejek Hong Shim.
Ya, ya... Koki yang buruk ini akan membuatnya untukmu... Haruskah kita periksa bahan yang kita punya?” kata Hong Shim melihat semua bahan.
“Bisakah kau membuat bubur keruh dengan bahan-bahan seperti ini?” tanya Lee Yeol melihat bahan didapur.
“Akan sempurna jika ada cacing.” Kata Hong Shim melihat isi semua guci.
“Jangan-jangan...Apa kau selalu menambahkan cacing?” ucap Lee Yeol panik menarik tangan Hong Shim yang sedang memegang guci dan akhirnya jatuh berantakan.
“Ini garam yang berharga.” Kata Hong Shim panik dan saat itu dua orang pengawal masuk. Lee Yeol menarik Hong Shim untuk segera bersembunyi. 

Dua pengawal bertanya Siapa disana tapi tak melihat siapapun, mereka merasa ada yang Aneh, karena jelas mendengar sesuatu. Salah satu pengawal melihat kalau ada guci berisi garam yang berantakan dan harus memeriksanya. Lee Yeol memeluk Hong Shim untuk melindunginya.
“Tunggu... Bagaimana jika...kita disalahkan karena memecahkan guci garam?” ucap Pengawal lain. Akhirnya mereka pun memutuskan untuk pergi secepatnya.
“Wah.... Hampir saja.” Ungkap Lee Yeol memeluk erat Hong Shim lalu keduanya terlihat gugup.
“Apa yang kau pikirkan sampai telingamu memerah?” ejek Hong Shim menatap Lee Yeol. Lee Yeol mengaku kalau kepanasan saja dan berusaha mengurangi rasa gugupnya. 


Lee Yeol akhirnya memakan masakan buat Hong Shim dengan lauk pancake daging. Hong Shim melihat  Selera makanmu masih bagus, tapi  penasaran kenapa Lee Yeol  terlihat kurus padahal menghabiskan semua makanan buatanya.
“Aku Sudah tak nyaman di istana, untuk makan ataupun tidur. Jika bukan karena penurunan dari tahta, maka kita akan menikah. Kita akan menghabiskan setiap hari bersama dan itu takkan kesusahan menemukan satu sama lain.” Kata Lee Yeol. Hong Shim tak banyak komentar
Lalu tiba-tiba Lee Yeol mengeser meja dan berbaring dipangkuan Hong Shim. Hong Shim yang gugup berpikir sudah waktunya untuk pergi.Lee Yeol meminta menunggu sebentar.  
“Jika hanya aku benar-benar Won Deuk... “ kata Won Deuk menatap Hong Shim yang ada diatasnya.
Hong Shim pun mengelus wajah Won Deuk dengan tanganya. Lee Yeol seperti tertidur pulas dipangkuan Hong Shim. 


Lee Yeol terbangun dan melihat sekeliling kalau Hong Shim sudah tak ada lalu berpikir hanya mimpi, tapi melihat Surat yang ditinggalkan Hong Shim  belum dibawa.
“Hidup tak mengalir seperti yang kita inginkan. Hidup mengikuti jalannya sendiri. Kuharap takdir menyatukan kita,tapi penurunan tahta dari raja sebelumnya. membawa kita kejalan yang naas. Kakakku ingin berbicara denganmu. Jangan meragukannya demi diriku. Lakukan sewajarnya dan hukumlah jika memang harus.”
Hong Shim berjalan keluar dari istana menatap ruangan Lee Yeol.

Lee Yeol sudah ada di hutan mengingat yang dikatakan Hong Shim “Memutuskan hubungan yang naas yang dimulai pada malam penurunan tahta. Hanya kau yang bisa melakukannya.” Saat itu Moo Yeon datang dan langsung berlutut didepan Lee Yeol
“Yoon Seok Ha... Itu namamu.” Ucap Lee Yeol. Moo Yeon mengaku lupa nama itu sejak lama.
“Aku sekarang Moo Yeon, salah satu prajurit Kim Cha Eon.” Kata Moo Yeon
“Kau bekerja untuk pria yang merenggut nyawa ayahmu.” Komentar Lee Yeol tak percaya
“Dalam semalam, aku kehilangan seluruh keluargaku dan dicap sebagai putra seorang pengkhianat. Semua orang mengejar kehidupanku dan saudara perempuanku. Itulah satu-satunya cara untuk bertahan hidup.” Ungkap Moo Yeon
“Apa yang akan kau dapatkan jika kau sudah membunuhku? Kenapa kau...” kata Lee Yeol tak bisa menahan amarahnya.
“Kehidupan...Adikku.”akui Moo Yeon. Lee Yeon pun meminta Moo Yeon agar menjadi saksinya.
“Bersaksilah bahwa Wakil Perdana Menteri Kim memerintahkanmu untuk membunuhku. Jika kau melakukannya, maka aku akan menemukan cara untuk melindungimu dan saudara perempuanmu.” Ucap Lee Yeol
“Aku tak bisa melakukannya.” Kata Moo Yeon. Lee Yeol heran dengan Moo Yeon padahal memberikesempatan terakhir.
“Kenapa kau tak menerima kesepakatan itu?” tanya Lee Yeol
“Wakil Perdana Menteri Kim hanya ingin membunuhmu karena perbuatanku. Anak yang dikandung Putri Mahkota... Salahkan aku atas semuanya, hukumlah aku, lalu lindungi adikku dan Putri Mahkota.” Pinta Moo Yeon
“Itu Hak-ku untuk memutuskannya! Kau tak punya hak untuk bahkan memohon untuk hidup mereka. Rentetan tragedi ini dimulai di tangan Wakil Perdana Menteri,tapi kau mengambil satu-satunya kesempatanku untuk mengungkapkan kejahatannya.” Kata Lee Yeol marah
“Aku takkan memaafkan siapa pun yang terlibat dalam insiden ini.” Ucap Lee Yeol melangkah pergi. Moo Yeon menahan kaki Lee Yeol untuk memohon. 




Lee Yeol masuk ke dalam ruangan Soo Hye melihat ditanganya ada sebuah gelang merah dan itu sama yang dipakai oleh Moo Yeon ketika akan membunuhnya di hutan.  Soo Hye melihat Lee Yeol datang dengan pengawal.
“Singkirkan Putri Mahkota dari istana.. Pada waktu malam, dia meninggalkan istana untuk menemui kekasihnya lalu terbunuh.” Ucap Lee Yeol marah.
Pelayan terlihat kaget, Soo Hye tak menolak membiarkan pengawal membawanya. Lee Yeol seperti ingin memberikan pelajaran. 

Mentri datang ke tempat Tuan Park kalau menerima kabar dari seorang kasim, bahwa Putri Mahkota diam-diam meninggalkan istana. Tuan Kim hanya diam saja seperti kebingungan karena anaknya meninggalkan istanan malam hari. 

Kwon Hyuk mengawal Soo Hye dengan tandu dan sampai ditengah hutan menghentika tandu dan menyuruh semua orang pergi. Setelah itu meminta Soo Hye agar keluar dari tandu. Soo Hye pun berjalan keluar memegang perutnya yang membenar dan sudah siap menerima hukuman.
“Maafkan aku.” Kata Kwon Hyuk mengeluarkan pedangnya dan Soo Hye pun memejamkan matanya tapi Kwon Hyuk tak membunuhnya.
“Putri Mahkota, Kim So Hye, baru saja meninggal, jadi, pergilah.” Kata Kwon Hyuk tak membunuh putri mahkota. Soo Hye terlihat binggung.
“Ini adalah perintah Yang Mulia.” Ucap Kwon Hyuk lalu berjalan pergi meninggalkan Soo Hye.
Soo Hye terdiam, saat itu seseorang datang mengulurkan tanganya. Moo Yeon datang memeluk Soo Hye dan Soo Hye pun menangis. Lee Yeol di dalam kamar menuliskan jurnalnya.
“Aku belum memaafkan mereka... Hanya ini yang bisa kulakukan untuk Yi Seo.. Aku tak bisa merenggut nyawa kakaknya dengan tanganku sendiri.”


Sementara Hong Shim duduk didepan ayahnya, mengucapkan  Terimakasih untuk semuanya, karena setiap hari dalam hidupknya sebagai Yeon Hong Shim seperti anugerah. Diam-diam Hong Shim pergi ke rumah Tuan Kim dan masuk ke dalam ruangan dengan membawa pisau, tapi Tuan Kim tak ada diruangan dan dikagetkan dengan Soo Ji yang datang.
“Kau...Kau tak boleh masuk ke ruang utama orang lain tanpa izin.” Ucap Soo Ji. Hong Shim menyembunyikan pedanganya.
“Aku akan membiarkannya karena kau teman Je Yoon, jadi cepat keluarlah.” Kata Soo Ji. Hong Shim mengerti, tapi saat akan keluar malah mengancam Soo Ji dengan pisaunya.
“Kenapa kau melakukan ini?” ucap Soo Ji panik. Hong Shim ingin tahu keberadaan Tuan Kim
“Aku akan menceritakan semuanya, tolong jangan membunuhku.” Kata Soo Ji panik
“Katakan padaku, atau aku akan memotong tenggorokanmu.” Ancam Hong Shim
“Dia ke istana untuk menyelamatkan Putri Mahkota. Dia sudah diculik oleh Moo Yeon yang kau cari.” Kata So Ji. 


Tuan Kim bersama mentri dan pengawal mencari Soo Hye, saat itu menemukan yang biasa dipakain oleh anaknya dan Tuan Kim memerintahkan agar mencarri setiap sudut dan memperingatkan kalau Putri Mahkota tak boleh terluka. Semua pun berpencar.
Sementara Moo Yeon menarik Soo Hye untuk kabur, tapi Soo Hye sedang hamil terlihat kelelahan. Dan saat itu juga pasukan pria dengan pakaian hitam mengepun mereka. Soo Hye langsung melindungi Moo Yeon meminta mereka segera mundur.
“Kau harus menghadapiku jika ingin menyakiti orang ini.” Ucap Soo Hye, tapi Moo Yeon tak bisa tinggal diam akhirnya mulai berkelahi melawan anak buah Tuan Kim.
Saat itu dari kejauhan, Hong Shim melihat ada perkelahian dan mencoba mendekatinya. Soo Hye hanya bisa terdiam dan panik melihat Moo Yeon sesekali terkena pedang, tapi bisa menghabisi semua anak buah Tuan Kim. Akhirnya Moo Yeon mendekati Soo Hye untuk pergi, tapi beberapa busur panah malah tertancam di tubuh Moo Yeon dan membuatnya jatuh lemas.

“Moo Yeon, tidak. Buka matamu...Jangan seperti ini...Aku takkan pernah memaafkanmu jika kau mati seperti ini.” Jerit Soo Hye melihat Moo Yeon sudah setengah sadar.
“Sudah kukatakan padamu, aku takkan dilahirkan sebagai apapun lagi.Itu bohong. Aku akan pergi mencarimu, Maupun terlahir sebagai bunga. atau pohon di kehidupanku selanjutnya, Aku akan menjadi angin dan datang kepadamu.” Ungkap Moo Yeon. Soo Hye hanya bisa menangis tersedu-sedu sambil memeluk Moo Yeon. 


Tuan Kim datang dengan mentri lalu meminta pengawal menarik So Hye, akhirnya Soo Hye ditarik paksa mejauhi Moo Yeon. Soo Hye menjerit histeris memanggil Moo Yeon. Sementara Moo Yeon menatap Soo Hye mengingat kenanganya dengan Soo Hye.
Flash Back
Moo Yeon ada disebuah ilalang dan meniupkan bunga dandelion lalu angin membawa bunga kearah Soo Hye yang berdiri tak jauh darinya.
“Dahulu kala, hujan sekali turun untuk waktu yang lama. Seluruh daratan banjir dan bahkan dandelion hampir tenggelam. Sebuah dandelion kecil berdoa pada langit. Agar terhindar. Lalu tiba-tiba angin bertiup. Dandelionpun terbang dan mendarat di bukit yang cerah. Beberapa saat kemudian, mereka tumbuh dan mekar. Jika kita menunggang angin, kita akan bisa mekar di tempat lain.”
Saat itu juga Tuan Kim tanpa ampun langsung membunuh Moo Yeon dangan pedangnya. Soo Hye terus menjerit melihat Moo Yeon yang mati ditangan ayahnya sendiri. 
Setelah beberapa saat, Hong Shim akhirnya datang melihat beberapa pengawal sudah tergeletak dan melihat kakaknya. Ia langsung melihat kakaknya yang sudah meninggal, berusaha memanggilnya dan akhirnya menangis histeris di atas tubuh kakaknya. 
 Je Yoon memperlihatkan surat pada Lee Yeol [Untuk Tuan Jung Je Yoon. Kayu bakar yang kau katakan padaku adalah untuk mencairkan bijih besi...] dan itu ddari Ma Chil kalau Tuan Park menyuruh untuk peleburan mineral dari tambang untuk membuat besi.
“Apa Perintah Wakil Perdana Menteri?” tanya Lee Yeol. Je Yoon membenarkan
“Itulah yang dikatakan oleh Tuan Park untuk mengancam orang-orang. Ini Adalah ilegal bagi seseorang untuk memiliki tambang. Dan dia memaksa penduduk desa bekerja untuk membuat besi.” Ungkap Je Yoon.
“Perang... Apa Jangan-jangan... Dia akan memulai perang?” kata Lee Yeol.
Kasim masuk ruangan dengan wajah panik menyuruh Lee Yeol  harus bergegas.



Lee Yeol masuk ruangan dan melihat Soo Hye sudah duduk dikamarnya kembali. Ia dengan penuh amarah bertanya Apa yang dilakukan Soo Hye dalam ruangan, apa yang terjadi dan kenapa kembali ke istana. Soo Hye dengan menahan air matanya mengatakan Moo Yeon kalau mati.
“Ayahku...menusuk dengan pedangnya.” Ungkap Soo Hye seperti sangat terpuruk.
Lee Yeol datang menemui Tuan Kim diruanganya, mengatakan  Pengampunan adalah pembalasan terbesar,jadi mempertimbangkan melakukan hal yang keterlaluan untuk sesaat. Tapi ia baru sadar bahwa kata itu. tidak cocok untuk Tuan Kim. 

“Wakil Perdana Menteri. Mulai hari ini, kau sudah selesai.” Kata Lee Yeol memberikan bukunya. Tuan Kim dengan santai bertanya apa itu.
“Jurnalku, di mana aku menulis setiap perbuatan jahat yang kau lakukan.” Kata Lee Yeol
“Bagaimana bisa kau membuktikan bahwa apa yang tertulis di sini benar-benar terjadi? Siapa yang akan. mempercayai ini?” kata Lee Yeol
“Putri Mahkota adalah buktinya... Akan lebih baik jika kau membiarkan mereka pergi. Tapi Kau akhirnya membuat putrimu sendiri bersaksi untuk setiap hal jahat yang kau lakukan.” Ungkap Lee Yeol
“Ini bukan saatnya untuk fokus pada hal-hal sepele seperti itu. Aku baru saja mendapat laporan bahwa perang sudah pecah. Banyak dari orang-orang kita diambil sebagai tahanan. Kau harus melangkah dan melindungi. bangsa dan rakyat.” Ucap Tuan Kim seperti ingin mengalihkan isi
“Kau bilang Perang? Apa Kau pikir aku tak tahu bahwa kau mengatur perangkap itu?” teriak Lee Yeol marah
“Kau sebaiknya masuk ke perangkap itu... Tak ada yang dapat kau lakukan... Yoon Yi Seo.. wanita itu ada padaku.” Kata Tuan Kim. Lee Yeol terdiam mendengarnya.
Bersambung ke episode 16
Udah baca tulisan sinopsis aku 'kan.. hihihi... 
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe akhir tahun ini 

Cek My Wattpad... Dreaming



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 



1 komentar: