PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 25 Oktober 2018

Sinopsis 100 Days My Prince Episode 14 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 
Tuan Yeon pank didepan rumah karena Hong Shim yang belum pulang, lalu dikagetkan dengan seseorang datang ke rumah. Ia kaget melihat Won Deuk yang datang, lalu tersada kalau didepanya adalah pangeran dan langsung berlutut.
“Hukum aku sepanjang hidupku... Aku tak tahu kau adalah Putra Mahkota.” Ucap Tuan Yeon memohon ampun.
“Dimana dia? Orang itu... Dimana dia?” kata Lee Yeol berjongkok mendekati Tuan Lee Yeon.
“Jangan mencarinya. Kumohon padamu. Dia kehilangan ayahnya saat penurunan tahta. Dia dipenggal kepalanya sesudah dijebak atas konspirasi. Apa yang akan kau lakukan dengan putri pengkhianat itu? Kumohon, lupakanlah Hong Shim... Kumohon, Yang Mulia.” Kata Tuan Yeon memohon.
“Aku, harus menemuinya sekarang.” Ungkap Lee Yeol. 


Hong Shim berdiri  dijembatan menatap lampion yang terang, saat itu Le Yeol datang mengingat kembali kenangan masa kecilnya dan yakin kalau didepanya itu adalah cinta pertamanya. Ia lalu memanggil nama Yi Seo, Hong Shim menengok. Lee Yeol pun yakin kalau didepanya Yoon Yi Seo.
“Bagaimana Yang Mulia tahu...nama itu?” tanya Hong Shim kaget.
“Ini aku... Si Bodoh... Akulah Si Bodoh yang belum membaca "Dasar Pembelajaran", dan kau mengikat ini di lenganku.” Akui Lee Yeol. Yi Seo menatap Lee Yeol tak percaya. 

Flash Back
Yi Seo yang masih kecil mengingat lengan Lee Yeol yang berdarah,lalu keduanya berjalan di bawah pepohonan bunga sakura. Yi Seo bertanya  Mana yang lebih kau sukai, salju atau hujan bunga. Lee Yeol mengaku  menyukai Yi Seo.
“Aku akan menikahimu.” Ucap Lee Yeol yang langsung jatuh cinta dengan Yi Seo
“Aku menyelesaikan "Dasar Pembelajaran" dalam 10 hari.” Kata Lee Yeol bangga datang ke tempat Yi Seo
“Baguslah. Jadi kau datang. ke sini untuk memamerkan itu?” ucap Yi Seo dengan senyuman bahagia.
Saat itu pembunuhan Tuan Yoon di depan anak-anaknya, Lee Yeol melihatnya lalu Yi Seo dibawa oleh kakaknya. Ia berteriak agar menghentikan perkelahian.
“Aku Yi Yul, putra Pangeran Neungseon!” teriak Lee Yeol lalu memberi kode agar Yi Seo segera pergi. 


Hong Shim mengingat semuanya saat masih bernana Yi Seo dan bertanya Kenapa Lee Yeol masih memilikinya. Lee Yeol mengaku kalau Sepanjang hidupnya hanya merindukan Yi Seo. Hong Shim mengejek Lee Yeol itu benar-benar bodoh.
“Kau benar, aku bodoh... Meskipun kau masih hidup, meskipun aku memilikimu di sisiku, aku tak mengetahuinya dan aku tak menyadarinya sampai hari ini.” Ungkap Lee Yeol
“Apa Ingatanmu sudah kembali sepenuhnya?” tanya Hong Shim. Lee Yeol mengaku belum
“Hanya kenangan tentangmu.” Ungkap Lee Yeol. Hong Shim hanya terdiam lalu Lee Yeol berjalan mendekatinya tapi seperti hanya ingin berlalu begitu saja.
“Hari ini, kita berpisah saja seperti ini, tapi aku akan segera mencarimu lagi.” Ungkap Lee Yeol berhenti sejenak tak ingin terlihat kalau mengenal Hong Shim.
Hong Shim terdiam dengan menahan air matanya, saat itu seseorang seperti suruhan dari Tuan Kim sengaja mengikuti Lee Yeol. Lee Yeol pun sudah pergi menjauh dari jembatan. 


Tuan Yeon akhirnya bisa sedikit bernafas lega melihat Je Yoon yang datang. Je Yoon bertanya Apa ada masalah. Tuan Yeon menceritakan sesudah merka bertengkar, Hong Shim pergi Lalu Putra Mahkota datang.
“Bagaimana dia tahu kita tinggal di sini? Apa Yang Mulia datang kesini?” kata Jee Yoon binggung
“Jantungku hampir jatuh... Kemana perginya Hong Shim? Aku sedang sekarat karena khawatir!” kata Tuan Yeon sangat panik
“Kita harus mencarinya dulu.” Ucap Je Yoon mencoba menenangkan.
“Aku tak tahu jalan di Hanyang.” Akui Tuan Yeon, Je Yoon pun memutuskan akan pergi mencari Hong Shim
Tapi saat akan pergi, Tuan Yeon kaget melihat Hong Shim sudah ada didepan rumah dengan tatapan kosong. Je Yoon bertanya apakah  Semua baik baik saja. Hong Shim hanya terdiam, Tuan Yeon tak ingin banyak bicara mengajak Hong Shim untuk masuk kamar lebih dulu. 


Tuan Yeon pikir mereka arus mengemas barang-barang dan pergi dari sini sekarang, lalu mencari kakak Hong Shim setelah itu.  Hong Shim bingung kenapa Tuan Yeon tiba-tiba memutuskan untuk pergi, Tuan Yeon mengaku kalauPutra Mahkota datang datang saat Hong Shim pergi.
“Kita akan mendapat masalah jika dia berkunjung ke sini lagi. Jadi Cepat kemasi barang-barang... Cepatlah...” kata Tuan Yeon
“Aku takkan pergi. Aku akan tetap di sini sampai kita menemukan kakakku.” Ucap Hong Shim duduk dengan wajah cemberut.
“Apa yang terjadi padamu?” tanya Tua Yeon binggung melihat tingkah Hong Shim.
“Ayah, aku sudah memberitahumu Si Bodoh sebelumnya, kan? Berkat dia, kakakku dan aku dapat melarikan diri.” Cerita Hong Shim. Tuan Yeon mengingatnya dan ingin tahu keadaanya.
“Dia adalah... Won Deuk.” Ucap Hong Shim. Tuan Yeon kaget mendengarnya.
“Dia adalah Putra Mahkota. Dia masih menyimpan ikat rambutku bahkan akupun lupa akan hal itu.” Kata Hong Shim.  Tuan Yeon tak habis pikir terjadi pada anaknya. Diam-diam Je Yoon mendengar dari depan pintu kamar. 



“Sepertinya, kita ditakdirkan untuk saling bertemu lagi entah bagaimana pun.” Ungkap Hong Shim.
“Hong Shim, sadarkan dirimu... Raja saat ini menjadikan ayahmu sebagai pemberontak dan membunuhnya untuk menjadi raja. Maka Kau bisa terbunuh juga. Itulah alasanmu hidup bersembunyi.” Ucap Tuan Yeon mengingatkan kembali.
“Tapi Itu bukan kesalahan Putra Mahkota dan Itu semua karena keserakahan orang tua.” Ucap Hong Shim membela
“Itu tak mengubah apa pun.” Tegas Tuan Yeon. Hong Shim tahu dengan hal itu.
“Tetap saja dia masih penyelamatku, makanya itu aku ingin merindukannya semauku. Setidaknya saat kita di sini di Hanyang, Aku ingin bertemu dengannya selagi bisa melakukannya.  Dengan Menjaga dia di hatiku bukanlah sebuah dosa.” Ungkap Hong Shim
“Aku tak melakukan ini karena membencinya. Aku takkan seperti ini jika dia hanya seorang bangsawan... Tapi, dia Putra Mahkota... Ayahnya seorang Raja. Aku menghentikanmu karena suatu alasan dan mengkhawatirkanmu.” Jelas Tuan Yeon.
Hong Shim pikir lebih mengkhawatirkan Lee Yeol di istana daripada dirinya sendiri menurutnya Semua insiden ini sangat aneh. Tuan Yeon tak bisa berbuat apa-apa. 


Lee Yeol sedang berdiri menatap kasim yang berlutut di depanya. Kasim mengaku Wakil Perdana Menteri Kim sudah memerintahkan untuk mengawasi setiap gerak-gerik Lee Yeol dan melaporkan padanya. Lee Yeol bertanya apakah Penjaga pribadi dan wanita istana begitu juga. Kasim membenarkan.
“Jadi Mereka harus melayaniku, tapi mereka bukan orangku?!! Mereka berpura-pura bekerja untukku, tapi mereka memata-mataiku.” Sindir Lee Yeol menahan amarah
“Wakil Perdana Menteri Kim mengkhawatirkan keselamatanmu lebih dari orang lain. Barangkali ada ancaman terhadap Yang Mulia...”kata Kasim
“Itu Tak mungkin, Mencoba menyingkirkan barang-barangku. tidak ada hubungannya dengan keselamatanku. Jadi Apa tujuannya? Apa yang dia perintahkan padamu?” tanya Lee Yeol
“Aku tak bisa memberitahumu.” Ucap Kasim membungkuk dan tertunduk.
“Tugasmu sebagai kasim adalah untuk melayaniku dan ayahku. Dan Itu sebabnya kau dibayar dengan pajak masyarakat. Tapi, apa kau melayani orang selain diriku? Itu disebut pengkhianatan tingkat tinggi.” Tegas Lee Yeol sedikit mengancam
“Wakil Perdana Menteri Kim tak ingin ingatanmu kembali. Jadi Tak ada pilihan karena dia mengancam keluargaku. Yang Mulia, Bunuh saja aku. Aku Lebih baik dibunuh di tanganmu. Jika Wakil Perdana Menteri Kim tahu bahwa aku sudah tertangkap seperti ini, maka dia takkan membiarkan keluargaku hidup.” Ucap Kasim. Kwon Hyuk sudah siap dengan pedangnya.
“Kau harus melakukan pekerjaanmu dan Aku akan melakukan tugasku.” Kata Lee Yeol lalu meminta Kwon Hyuk agar menyingkirkan pedang itu. Kwon Hyuk melonggo binggung.
“Ini Bukan berarti aku sudah memaafkanmu. Jadi Kau kembalilah.” Kata Lee Yeol akhirnya membiarkan kasim itu pergi.
“Kau tak bisa membiarkan kasim itu tetap di sisimu.” Ucap Kwon Hyuk binggung.
“Aku tak bisa membuat orang mati karena Tuan Kim” kata Lee Yeol. Kwon Hyuk tak habis pikir dengan sikap Lee Yeol
“Istana adalah tempat yang sepi.” Ungkap Lee Yeol sedih karena tak seperti tinggal bersama dengan Hong Shim. 



Moo Yeon pergi dengan Soo Hye dengan kuda disebuah padang ilalang, Soo Hye mengingat ketika mereka datang terakhir kali, yaitu Saat turun salju. Moo Yeon merasa belum mendapatkan jawaban dari Soo Hye, yaitu apakah  Soo Hye hamil...
“Itu benar.” Ucap Soo Hye seperti mengaku ayah dari anaknya adalah Moo Yeon. Moo Yeon kaget mendengarnya.
“Bisakah kau pergi denganku kalau begitu?” kata Soo Hye seperti menantang. Moo Yeon hanya diam saja.
“Kau belum berubah sedikitpun... Tapi Jangan khawatir.... Bayi ini bukan bayimu.” Kata Soo Hye lalu melangkah pergi dan saat itu seperti berharap agar Moo Yeon menahan tanganya, tapi Moo Yeon membiarkan Soo Hye pergi. 

Pelayan melihat Soo Hye dengan lampu ditanganya, wajahnya panik karena takut kalau Tuan Kim mengetahui kalau keluar dari istana. Soo Hye yakin kalau ayahnya tak mungkin membunuhnya karena sedang hamil.
“Aku tak takut dikurung di kediamanku... Istanalah... penjara bagiku.” Ungkap Soo Hye seperti frustasi dengan kesendiriannya.
“Aku meletakkan tandu di tempat yang jauh. Jadi Kau harus berjalan agak sedikit lama” kata Pelayan. Soo Hye akan pergi lalu saat itu Moo Yeon menahanya seperti ingin mengajak Soo Hye pergi. 

Tabib datang membawakan semangkuk obat, Kasim mengatakan kalau  akan melayani Yang Mulia malam ini dan punya banyak hal untuk berbicara dengan Lee Yeol secara pribadi, jadi meminta agar ditinggalkan mereka berdua. Lee Yeol pun menatap kasim seperti ingin mengujinya.
“Maafkan aku... Mulai saat ini, aku akan minum obat herbalmu.” Ucap  Kasim lalu meminum habis obat yang diberikan tabib.
“Kenapa Wakil Perdana Menteri Kim berusaha menghentikanku untuk mendapatkan kembali ingatan? Jadi Ingatan apa yang hilang?” gumam Lee Yeol memikirkanya. 

Soo Hye sudah dibawa oleh tandu dengan pelayan dan juga pengawal menuruni bukit.
Flash Back
Moo Yeon menahan tangan Soo Hye mengatakan tak bisa lari bersama dengan Soo Hye untuk kebaikannya. Ia yakin kalau keluarga Soo Hye akan hancur jika melarikan diri dengannya.
“Apa Kau masih tak menyesal memilihku? Aku akan melakukan apapun yang kau inginkan. Jika kau mau, aku akan pergi ke mana saja kapan saja denganmu. Katakan padaku ketika sudah diputuskan.” Ucap Moo Yeon.
Soo Hye mengingat ucapan Moo Yeon hanya bisa tersenyum bahagia dalam tandu. Moo Yeon melihat Soo Hye dari kejauhan yang dibawa tandu, dan tak sadar kalau seseorang datang dari belakang memukulnya lalu jatuh pingsan. 

Moo Yeon berbaring diatas jerami dan kaget melihat Tuan Kim sudah berdiri di depanya dan langsung berlutut. Tuan Kim ingin tahu alasan Moo Yeon yang tidak membunuh Putra Mahkota, Moo Yoen pikir Tuan kim akan memotong tenggorokannya sekarang.
“Tidak mungkin... Tapi Akan lebih baik jika kau mengatakan padaku bahwa Putra Mahkota sudah kehilangan ingatannya... Maka aku tak harus menggelar pemakaman dan menghabiskan berhari-hari dengan penuh kekhawatiran.” Ungkap Tuan Kim.
“Aku mengucapkan Terima kasihku padamu, dan aku sudah membawanya kembali dan menghindari krisis... Apa itu tak melegakan?” ucap Tuan Kim memuji Moo Yeon seperti sebagai sindiran.
“Kau tak mungkin membawaku ke sini untuk memuji atas pekerjaanku.” Ucap Moo Yeon tahu sifat Tuan Kim yang licik.
“Ada satu hal lagi yang harus kau lakukan untuk Putri Mahkota. Aku yakin kau sudah menebaknya, Tapi anak yang dia kandung bukan milik Putra Mahkota. Jadi Aku ingin kau temukan ayahnya. dan membunuhnya. Untuk putriku, kau bisa melakukan itu, kan?” ucap Tuan Kim berlutut. Tangan Moo Yeon hanya bisa meremas bajunya. 


Lee Yeol tertidur, seperti bermimpi tentang masa lalunya dan terbangun. Ia mengingat kejadian saat Tuan Yoon mencoba menyerang Tuan Kim, tapi Tuan Kim malah membunuh Tuan Yoon dengan menusuk pedangnya. Yi Seo menangis memanggil ayahnya, dan kakaknya terus menarik agar pergi menjauh dari ayah mereka.
Saat itu Lee Yeol hanya bisa menangis karena sudah kehilangan ibu dan juga orang yang disukainya dengan melihat ayahnya dibunuh.
“Menangislah semaumu... Ini akan menjadi satu-satunya kesempatanmu untuk menangis.” Ucap Tuan Kim yang meremas tangan Lee Yeol sebagia tanda agar Lee Yeol tak memiliki sifat cengeng. 


Je Yoon sudah siap pergi, Hong Shim meminta agar menitip salam buat Kkeut Nyeo karena pasti sangat khawatir. Tuan Yeon juga meminta agar memberitahu Yang Choon kalau ia masih hidup sehat. Hong Shim binggung Tuan Yeon yang menitip pesan untuk Yang Choon, temanya.
“Karena Je Yoon. menyampaikan pesan kita, biar sekalian saja. Tapi Aku tak mengatakan dia harus melakukan itu” ucap Tuan Yeon seperti panik, takut Hong Shim curiga hubungan dengan Yang Choon.
“Baik. Jangan khawatir.. Aku akan memberitahu semua orang bahwa kau baik-baik saja.” Kata Je Yoon.
“Terima kasih banyak... Aku bisa tinggal dengan Hong Shim dan tinggal di Hanyang semua karena tuan. Kami tak punya apa-apa dan tak bisa memberimu hadiah.” Ucap Tuan Yeon sudah siap membungkuk
“Kau Tak perlu membungkuk di jalan.”kata Je Yoon malu, tapi Tuan Yeon malah membentuk tanganya menjadi hati.
Je Yoon canggung melihat Tuan Yeon seperti anak ABG yang memberi hati, tapi membalas dengan jarinya tanda hati.  Hong Shim pikr kalau Je Yoon  harus pergi sebelum matahari terbenam. Jee Yoon pikir harus memberi Hong Shim beberapa instruksi tegas
“Jika akhirnya kau harus buru-buru pergi, maka berjanjilah untuk meninggalkan catatan di bawah lemari bukuku. Bisakah kau melakukan itu?”ucap Je Yoon yang tak ingin Hong Shim pergi begitu saja.
“Ya. Aku akan melakukan itu.” Ucap Hong Shim berjanji, Je Yoon menatapnya.
“Aku bisa lihat kau tak berbohong.” Ungkap Je Yoon lalu akan pamit pergi.
Saat itu Kwon Hyuk tiba-tiba datang, Je Yoon binggung melihat Kwon Hyuk datang ke rumahnya. Kwon Hyuk menyampaikan pesan kalau Putra Mahkota ingin bertemu dengannya. Je Yoon bertanya apakah sekarang juga. Kwon Hyuk membenarkan.
“Kau sebaiknya pergi, itu Pasti mendesak jika dia mencarimu pagi begini.” Kata Hong Shim ikut panik mendengarnya. 



Je Yoon pun datang ke kamar Lee Yeol yang ingin bertemu. Lee Yeol mengatakan kalau ia lebih dulu lalu Je Yoon datang.  Je Yoon terlihat binggung, Lee Yeol mengaku kalau Ingatan lamanya datang kembali tadi malam.
“Aku bertemu dengan Hong Shim  sebelum kau. Aku yakin tanpa keraguan. Itu sudah lama sekali.” akui Lee Yeol
“Sangat disayangkan. Kau tidak hanya kehilangan ingatan, tapi baru sekarang kau ingat seseorang yang begitu spesial. Bukankah itu sangat disayangkan?” ejek Je Yoon
“Apa kau memanggilku ke sini untuk memberitahuku itu?” komentar Je Yoon. Lee Yeol mengaku pasti tidak seperti itu.
“Jadi Kau bekerja untuk siapa?” tanya Lee Yeol. Je Yoon mengaku  tak mengerti kenapa Lee Yeol menanyakan itu.
“Aku mendengar Wakil Perdana Menteri merekomendasikanmu sebagai gubernur. Apa kau termasuk orangnya? Kau anak tirinya Jung Sa Yeob. Apa Kau setia pada Ratu?” ucap Lee Yeol curiga
“Kau masih tak mengingatku... Sejak awal, aku berusaha bekerja untukmu.” Keluh Je Yoon
“Bagaimana aku bisa percaya itu?” kata Lee Yeol curiga, Je Yoo menantang agar Lee Yeol dapat mengujiku dengan itu.
“Apa aku setia padamu atau tidak.” Tegas Je Yoon untuk menyakinakn Lee Yeol. 



Je Yoon datang menemui Tuan Kim di kamarnya, Tuan Kim ingin tahu apa yang dlakukan Je Yoon di Hanyang. Je Yoon mengaku datang untuk meminta izin. Tuan Kim ingin tahu Untuk apa membutuhkan izinnya. Je Yoon memberitahu kalau Putra Mahkota menyarankan menjadi pustakawan institutnya.
“Menjadi pustakawannya berarti kau bisa melayani dia di tempat terdekatnya. Apa Dia menawarkan jabatan yang penting. padamu, gubernur Songjoo?” kata Tuan Kim merasa curiga
“Dia bilang, semua orang di istana tampaknya tak dikenal. Jadi dalam Pikirnya, kita bertemu di Desa Songjoo dan terasa nyaman di sekitarku.” Jelas Je Yoon.
“Kau harus Tolak tawaran itu. Jika dia membutuhkan seorang pustakawan, maka akan kutemukan seseorang yang cocok.” Ucap Tuan Kim
“Dia mulai mencurigaimu, Tuanku. Bahkan Dia tak mempercayai orang yang kau sewa untuk melayaninya.” Jelas Je Yoon
“Meski begitu, itu tak bisa dihindari jadi Aku akan mengurusnya dan Kau dapat kembali ke Songjoo.” Perintah Tuan Kim. Je Yoon pun menganguk mengerti dan tak berani melawan.
“Jika aku adalah kau, maka aku akan memilih untuk berpihak pada Putra Mahkota. Dia berada di urutan berikutnya untuk menjadi raja.” Sindir Tuan Kim
“Yang mengendalikan raja itu, dirimu, kan? Aku Tumbuh sebagai anak tiri membuatku cepat tanggap jadi Aku tahu apa yang kulihat.” Komentar Je Yoon
“Kau tak berhati-hati seperti yang terlihat.” Balas Tuan Kim. Je Yoon mengaku juga lebih pintar dari yang terlihat.
“Aku akan mempercayaimu saat ini., kau bisa Layani Putra Mahkota. Jangan biarkan dia keluar dari pandanganmu sedikitpun. Kau harus Awasi apa yang dia lakukan dan laporkan kembali.” perintah Tuan Kim. Je Yoon mengerti dan pasti akan melakukan hal itu. 



Goo Dul sedang membelah kayu dengan baju yang sudah terbuka karena kepanasan, lalu mengeluh kalau  tak bisa melakukannya lagi menurutnya Jika seorang pria berkeringat sebanyak dirinya, pasti akan mati. Nyonya Yang pun heran dengan Tuan Park yang meminta  100 kayu bakar di musim panas ini.
“Ini tak bisa begini. Aku akan pergi ke Hanyang. Aku akan pergi dan berbicara dengan Putra Mahkota.” Ucap Kkeut Nyeo
“Ya, itu ide yang sangat bagus... Kau Pergi dan temui Putra Mahkota dan katakan padanya kerja keras macam apa yang kita lakukan dengan terpaksa.” Kata Goo Dul
“Aku tahu kau akan bermalasan, Cepat Kembali bekerja.” Kata Tuan Park yang melihat ketiganya hanya mengobrol
“Petugas Park, bukankah ini terlalu berlebihan? Haruskah kita menuruti Tuan Park padahal dia bukan gubernur?” keluh Goo Dul kesal
“Apa kau pikir ini karena Tuan Park?Wakil Perdana Menteri ada dibelakangnya, apa mengerti?” ucap Tuan Park. Mereka tak tahu Siapa Wakil Perdana Menteri.
“Dia memiliki lebih banyak kekuatan daripada raja sendiri. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi jika kita tak taat, jadi bekerjalah kecuali ingin dicambuk. Aku juga tak mau begini.” Ungkap Tuan Park merasa serba salah.
“Dia selalu mengancam kita dengan cambuk.” Keluh Kkeut Nyeo. Goo Dul pun pasrah akan bekerja lebih keras dari siapa pun.
“Dasar Pecundang... Ibuku bilang, aku selalu melakukan yang sebaliknya.” Ucap Kkeut Nyeo. Nyonya Yang tak mengerti maksudnya apa.
“Mendengar itu membuatku ingin pergi ke Hanyang.” Kata Kkeut Nyeo yakin. 




Tuan park marah karena petugas Parkmasih belum punya kayu baka. Petugas Park menjelaskan Karena ini musim hujan, jadi sulit untuk mendapatkan kayu kering dan Orang-orang tidak sedang di ladang jadi tak banyak yang bekerja.
“Aku memberimu tiga hari.” Ancam Tuan Park. Petugas Park panik karena itu Tak mungkin.
“Bagaimana kami dapat membawamu 100 buah hanya dalam 3 hari?” ucap Petugas Park.
“Apa Kau tahu, kau sudah lama memegang jabatan ini. Ini Sudah saatnya kau melangkah ke samping. Apa Kau tak mau?” kata Tuan Park yang mengancam Petugas Park untuk mundur.
“Jadi Tiga hari! Bawakan aku 100 potong kayu bakar saat itu!” tegas Tuan park. Petugas Park pun tak bisa menolak.
“Wahh.. Benar. Jabatan ini sudah cukup lama. Yang Mulia menyarankan agar aku belajar untuk jabatan teknis. Tapi Bagaimanapun, kenapa Gubernur Jung tak kembali dari Hanyang? Sepertinya, aku harus menjemputnya sendiri.” Ucap Petugas Park bicara sendiri. 

Hong Shim pulang dengan membawa sesuatu lalu teringat dengan ucapan Lee Yeol “Tapi aku akan segera mencarimu lagi.” Dan berusaha agar tak mengingatnya dan sibuk menulis didalam kamarnya. Tuan Yeon binggung apa yang ditulis anaknya.
“Ini untuk mencari kakakku.” Ucap Hong Shim. Tuan Yeon panik kalau mereka bisa menempel itu dan takut kalau seseorang mengenalinya
“Kode ini hanya aku dan kakakku yang tahu dan Orang lain takkan bisa memahami maknanya.” Kata Hong Shim yakin. 

Myuk datang menemui Moo Yeon meminta agar  Menyerahlah pada Putri Mahkota dan Bawa saja adiknya pergi. Moo Yeon pikir harus memikirkannya dan masih ada waktu tersisa. Myuk pikir Wakil Perdana Menteri Kim tahu segalanya dan sudah mempersiapkannya.
“Pada akhirnya, dia akan membunuhmu.” Kata Myuk, Moo Yoen pikir  harus mengulur waktu.
“Ayo kita cari pria yang ditunjuk sebagai ayah dari bayi itu” kata Moo Yeon yakin.
“Akankah Wakil Perdana Menteri mempercayainya?” tanya Myuk tak yakin.
“Akan kulakukan semua yang kubisa karena sekarang ada seseorang yang harus kulindungi” ucap Moo Yeon yakin. 

Hong Shim diam-diam menempel selembaran di sudut Hanyang, begitu juga Tuan Yeon. Saat itu Moo Yeon lewat melihat Tuan Yeon bergegas pergi lalu membaca tulisan adiknya “Meskipun tak ada bulan purnama di malam musim panas, aku masih akan menunggu di Jembatan Mojeong.”
Sementara Je Yoon bertemu dengan Lee Yeol memberitahu Surat itu bisa dibagi menjadi huruf kecil yang berarti "kaki" dan "beban" dan Itu sebabnya mencari tempat di mana Lee Yeol akan mengambil langkah berat. Lee Yeol terdiam karena tak bisa mengingat apapun. 

“Setiap musim semi, kau akan mampir ke pohon sakura. Namun, Putri Mahkota memerintahkan pohon itu harus ditebang.” Kata Je Yoon seperti bisa membayangkan tatapan Lee Yeol.
“Kupikir. teka-teki itu dikaitkan dengan Ratu, jadi aku memasuki kamarnya. Di balik dinding itu ada jimat jahat yang Ratu letakan. Apa Menurutmu, Ratu lah yang berada di balik setiap serangan terhadapmu?” ucap Je Yoon. Lee Yeol hanya bisa menatap tajam.
“Apa yang kusampaikan benar?” tanya Je Yoon. Lee Yeol mengaku tak tahu.
“Di mana Putra Mahkota pintar yang pernah kukenal?” ejek Je Yoon. Lee Yeol kesal karena dianggap tak pintar lagi.
“Sulit mengatakan bahwa kau pintar saat ini dan Tak boleh begini. Aku harus memeriksa kondisimu terlebih dahulu.” Kata Je Yoon lalu memberikan selembar kertas.
“Huruf mana yang harus diisi dibagian kosongnya?” tanya Je Yoon memperlihatkan tulisanya. Lee Yeol melihat kalau bisa ditambah dengan huruftiga kotak
“Surat yang kutulis adalah "bersih." Lalu Kalimat apa yang akan kau tulis?” tanya Je Yoon
“Kau memberikanku kuis yang kecil dimataku. Kalimat yang akan kupilih adalah "memeluk." Bunyinya, "Orang-orang memeluk 10.000 harapan dan impian." Jawab Lee Yeol.
Je Yoon pun bisa bernafas lega, karena Lee Yeol itu masih sangat pintar. Lee Yeol merasa kalau hanya ia satu-satunya yang tak nyaman karena jawabanya memang benar.
“Ya, kau satu-satunya yang tak nyaman karena aku nyaman-nyaman saja.”e ejek Je Yoon dan ingin mereka kembali ke huruf itu.
“Kenapa kau meninggalkan surat ini untukku?” tanya Je Yoon. Lee Yeol mengaku tak tahu
“Ini Tak bisa begini. Lupakan tentang teka-teki untuk saat ini dan bergabung denganku keluar diam-diam.” pinta Je Yoon. Lee Yeol binggung kenapa harus diam-diam. 

Mereka pun menyusuri hutan ,Lee Yeol yakin Salah satu orang Wakil Perdana Menteri Kim pasti mengikuti. Je Yoon pun yakin kalau Penjaga istana akan mengurusnya. Salah seorang pria yang sudah tua menatap sinis Lee Yeol yang baru datang.
“Dia Putra Mahkota.” Ucap Je Yoon. Si pria langsun berlutu membungkuk pada Lee Yeol
“Ini sebuah kehormatan, Yang Mulia. Aku tak mengenalimu karena kau sudah tumbuh dewasa. Aku mantan tabib, Kang Do Chul dari Bangsawan Kerajaan.” Ucap Tabib Kang
“Kenapa kau membawaku ke sini?” tanya Lee Yeol. Je Yoon mengatakan kalau Ada seseorang yang harus ditemuinya

Kasim Yang terbaring dengan tabib Kang disampingnya, memberitahu kalau Kasim Yang bisa membuka matanya, tapi pikirannya tak sepenuhnya bersama mereka dan juga tak bisa bicara. Je Yoon bertanya apakah Lee Yeol tak ingat pria itu
“Dia melayanimu selama lebih dari 10 tahun... Dia Kasim Yang... Dia baru bisa melihat setelah 2 bulan.” Ucap Je Yoon.
“Apa yang terjadi padanya?” tanya Lee Yeol melihat Kasim Yang bangun dan seperti ketakutan menutupi wajahnya.
“Dia tak mengikutimu ke ritual hujan hari itu dan dipenjara karena diinterogasi. Dia merasa sangat bersalah sampai melukai lehernya sendiri.” Kata Je Yoon.
“Ini semua salahku... Ini karenaku dan jabatanku.” Kata Lee Yeol akhirnya mendekati Kasim Yang memegang tanganya. Kasim Yang ketakutan berani menatap Lee Yeol dan yakin kalau didepanya memang putra mahkota.
“Apa ada sesuatu yang ingin kau katakan padaku?” tanya Lee Yeol bisa melihat Kasim Yang berusaha bicara. 


Akhirnya Kasim Yang menulis dikertas “Aku benar-benar senang melihatmu hidup sehat. Jadi Aku dapat beristirahat dengan damai sekarang.”  Lee Yeol dan Je Yoon membaca dengan seksama dan Kasim Yang kembali menuliskan kembali.
“Aku tak mencoba untuk bunuh diri. Pria yang menggorok tenggorokanku Wakil Perdana Menteri Kim.” tulis Kasim
“Kenapa dia mencoba membunuhmu?” tanya Lee Yeol kaget begitu Je Yoon.
“Aku bilang padanya bahwa mayat itu tak tampak sepertimu.” Tulis Kasim Yang
“Apa Wakil Perdana Menteri Kim berusaha mengubur kematianmu?” ucap Je Yoon
“Apa yang terjadi sebelum aku pergi untuk ritual?” tanya Lee Yeol. Kasim yang menulis agar Lee Yeol menemukan jurnalnya.  Lee Yeol bingung kalau harus Jurnalnya. 

Hong Shim bersembunyi dibalik pohon ke arah jembatan, tapi Moo Yeon datang dari belakang. Moo Yeon memarahi Hong Shim yang tak mendengarkan perkataanya.  Hong Shim juga marah dengan Moo Yeon karena datang ke Hanyang tanpa mengatakan apa-apa padaya.
“Aku punya rumah di Gunung Danhoe dan Aku punya peta, kesana lah duluan. Lalu Aku pasti akan mengikutimu.” Ucap Moo Yeon tak ingin adiknya ada di Hanyang.
“Tidak, aku tak mempercayaimu... Kau bilang hal yang sama hari itu juga, Kau bilang padaku kita harus bertemu Di Jembatan Mojeong jika kita berpisah, tapi kau tak pernah muncul sekalipun.” Ucap Hong Shim tak ingin dibohongi lagi.
“Aku mohon katakan sejujurnya. Katakan padaku apa yang terjadi.” Tegas Hong Shim
“Bukannya aku tak ingin menemuimu. Tapi Itu untuk melindungimu. Semua Untuk melindungimu, jadi aku tak boleh menemuimu. Jadi Tolong dengarkan kakakmu... Kumohon padamu.” Kata Moo  Yeon. Hong Shim setuju kalau akan mendengarkan kakaknya. 


Lee Yeol mengaku angat mencekik rasanya bahwa aku tak dapat memulihkan ingatannya. Je Yoon pikir kalau Lee Yeol hanya perlu menemukan jurnalnya sekarang. Lee Yeol mengaku tak ingat di mana menaruh jurnalnya lagi tak ingin Bahkan kalau sudah menulisnya.
“Mungkin, teka-tekimu memberitahu kita di mana kau menyembunyikan jurnalmu.” Kata Je Yoon
“Apa kau piki "Semua rahasia ditulis di sana, selidiki itu jika sesuatu terjadi padaku"? ucap Lee Yeol. Je Yoon pikir seperti itu
“Aku takut rahasia yang akan kutemukan serta apa yang akan kulakukan di balik semua ini.” Kata Lee Yeol
Ia mengingat yang dikatakan nenek peramal “ Dia memegang pedang di tangannya. Pedang yang menakutkan dengan darah menetes darinya.” Saat itu Lee Yeol menatap tanganya seperti merasakan kalau pernah melakukan kesalahan.
Bersambung ke part 2
Udah baca tulisan sinopsis aku 'kan.. hihihi... 
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe akhir tahun ini 

Cek My Wattpad... Dreaming



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 
INSTAGRAM dyahdeedee09  FANPAGE Korean drama addicted


1 komentar: