PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 10 Oktober 2018

Sinopsis 100 Days My Prince Episode 10 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 
Won Deuk mencium Hong Shim seperti tak mau menutupi lagi perasaanya, saat itu rintik hujan pun turun. Hong Shim tak percaya kalau hujan akhirnya turun, lalu menadahkan tangan untuk merasakan air hujan di tanganya.
“Ini benar-benar hujan... Wah, hujan!” jerit Hong Shim bahagia.
“Apa hanya aku yang merasa tidak nyaman?” kata  Won Deuk hanya terdiam.
“Kenapa begitu? Apa Kau tahu sudah berapa lama tidak hujan? Wah, aku menyukainya.” Kata Hong Shim senng. Won Deuk menarik tangan Hong Shim dan berlari karena benci dengan basah.

Kkeut Nyeo dan Goo Dul sedang ada disumur Tuan Park, Keduanya juga terlihat bahagia, karena tak perlu lagi mengisi sumur itu. Goo Dul bahkan sengaja menyiram air di ember pada istrinya lalu mengendongnya sambil berputar-putar.
“Kalau saja hujan turun sekitar jam empat sore.” Ungkap Je Yoon yang berteduh setelah berhasil naik dari lubang sumur yang kering.
Tuan Yeon dan teman Hong Shim pun terlihat bahagia karena hujan akhirnya turun setelah terjadi kekeringan beberapa lama. 

Hong Shim dan Won Deuk berteduh dalam gudang jerami, suasana terasa canggung. Hong Shim pikir Kharus segera pulang karean hanya meninggalkan dua kendi air yang terbuka. Won Deuk pikir Hong Shim tak perlu khawatir karena hujan akan terus mengalir.
“Sekarang, apa ini? Kau kebasahan, padahal kau membencinya.” Ejek Hong Shim. Won Deuk hanya terdiam.
“Pasti melelahkan, harus berjalan jauh dari Hanyang.” Komentar Hong Shim
“Pasti sulit juga bagimu. Ayahmu bilang kepadaku bagaimana keluargamu terbunuh sesudah dijebak karena kejahatan.” Kata Won Deuk.
“Itu sudah lama terjadi... Banyak yang meninggal selama kudeta. Ayahku termasuk diantaranya.”cerita Hong Shim. Won Deuk terlihat binggung dengan Kudeta.
“Kau mungkin tidak tahu karena hilang ingatan.” Ucap Hong Shim.
“Apa itu saat kau dan saudaramu berpisah?” tanya Won Deuk. Hong Shim membenarkan.
“Apa dia belum kembali sejak terakhir kali?” tanya Won Deuk penasaran. Hong Shim mengaku kalau kakaknya sudah kembali.
“Lalu kenapa kalian berdua tidak tinggal bersama?” tanya Won Deuk. Hong Shim mengaku butuh waktu. Won Deuk balik bertanya kenapa butuh waktu.
“Kita sudah menjalani kehidupan yang terpisah, jadi aku perlu waktu untuk menyelesaikan masalah. Kau pasti mengerti. Lalu Bagaimana denganmu? Apa perjalanan ke Hanyang mendapatkan kembali ingatanmu?” ucap Hong Shim penasaran.
“Tidak, aku tidak mendapatkannya kembali. Aku tidak tahu Hanyang sangat besar. Tidak heran mereka bilang tidak mungkin menemukan orang di Hanyang. Aku tersesat dan akhirnya membuang-buang waktu.” Ungkap Won Deuk.
Hong Shim terdiam teringat dengan ucapan Goo Dul “Namun, jangan khawatir. Dia akan kembali dengan selamat. Kupikir ini pertama kalinya dia ke Hanyang, tapi dia sepertinya tahu jalan ke sana.” Seperi merasa kalau Won Deuk menutupi sesuatu.
“Kau pasti khawatir aku tidak akan kembali... Hanyang sangat bagus, sehingga aku berpikir untuk tinggal disana. Namun, aku punya alasan untuk kembali.” ungkap Won Deuk. Hong Shim terdiam.
“Aku berhutang dua pun kepada Meok Goo, tapi aku belum membayarnya. Aku merasa bersalah tentang itu.” Kata Won Deuk. Hong Shim terlihat mulai gugup.
“Kau terlihat lelah. Tidak bisa begini, kita harus cepat pulang.” Ucap Hong Shim berdiri dari tempat duduknya. 




Hong Shim melihat dari lubang jendela merasa kalau hujan takkan segera mereda tapi mungkin Karena belum hujan sepanjang tahun jadi harus mengimbanginya. Ia lalu merasakan badannya yang basah mulai terasa dingin, Won Deuk datang langsung memeluknya dari belakang.
“Hanya sampai hujan berhenti.” Kata Won Deuk memeluk erat istrinya. Hong Shim pun membiarkan Won Deuk memeluknya. 

Raja keluar dari kamarnya tak peduli bajunya basah, wajahnya bahagia karena akhirnya hujan turun. Kasim dan pengawal lainya panik membawakan payung agar tak kehujanan.
“Bagaimana bisa aku tidak menyambut hujan berharga seperti ini?” ucap Raja tersenyum bahagia.
“Kau mungkin merusak kesehatanmu.” Kata Kasim khawatir.
“ Tidak masalah... Hujan ini seperti berkah.” Ucap Raja.
Saat itu Kasim yang lain datang dengan wajah panik memberitahu  kalau harus ke kamar ratu. Raja bertanya apa yang terjadi. 

Ratu Park terbaring dengan ikat kepala dan baju putihnya seperti merasa lemas. Raja datang dengan wajah panik melihat istrinya, meminta agar memanggil tabib istana sekarang. Ratu Park mengaku kalau tak perlu karea lebih baik mati seperti ini. Raja binggung apa maksudnya itu.
“Wakil Perdana Menteri Kim membawa selembar kertas dengan stempel kerajaan di atasnya dan mengancam akan membunuhku dan Pangeran Seowon.” Cerita Ratu Park. Raja kaget.
“Sejak aku mendengarnya, aku tidak bisa minum seteguk air pun. Bernafaspun, aku terlalu takut. Wakil Perdana Menteri Kim sangat arogan... seolah-olah aku, Pangeran Seowon, dan bahkan Yang Mulia di bawah kakinya.” Ungkap Ratu Park sambil menangis.
“Yang Mulia, kenapa kau mengizinkan segel kerajaanmu pada pria sembrono itu?” rengek Ratu Park
“Itu untuk melindungimu dan Pangeran Seowon. Aku tidak punya pilihan selain memberi apa yang dia inginkan untuk mendapatkan apa yang kuinginkan.” Jelas Raja.
“Tidak... Dia akan berusaha memiliki segalanya... Dia akan membunuhku dan Pangeran Seowon dan bahkan merebut tahta. Apa kau benar-benar tidak tahu? Dia adalah hewan licik, yang mencari kesempatan untuk membunuh pemiliknya?” ungkap Ratu Park terus menangis.
“Kau harus melakukan sesuatu kepadanya dia. Jika tidak, Pangeran Seowon dan aku akan dibunuh dengan pasti.” Kata Ratu Park
“Itu tidak akan pernah terjadi. Aku akan melindungi kalian berdua bagaimanapun.” Kata Raja. Ratu Park pun memeluk suaminya, dan terlihat diwajahnya kalau itu hanya trik untuk mendapatkan simpati dari suaminya. 



Moo Yeon tergeletak ditahan, ada darah yang mengalir ditanganya, dan pedang yang menancap di tanah lalu hujan yang membasahi tubuhnya.
Sementara Won Deuk duduk diluar rumah, Hong Shim memberitahu kalau sudah mengisi bak mandi di dapur jadi menyuruh masuk dan mandi, Won Deuk menyuruh Hong Shim dulu saja karena Sepertinya menggigil kedinginan tadi karena Kedinginan itu tidak baik untuk kesehatan istrinya.
“Tidak, kau saja yang duluan. Kau pasti lelah dari perjalanan panjang.” Kata Hong Shim mengalah.
“Sudah kubilang, kau duluan... “ ucap Won Deuk. Hong Shim merasa kalau baik-baik saja.
“Cepat mandi dan tidurlah. Jika tidak, kau akan terkena flu.” Kata Hong Shim.
“Ini tidak bisa dihindari... Tidak satu pun dari kita yang mengalah,jadi kita tidak punya pilihan selain mandi bersama.” Ucap Won Deuk berdiri dari tempat duduknya.
“Lupakan. Aku duluan saja. Aku akan dengan cepat mandi” kata Hong Shim panik. 


Akhirnya Won Deuk kembali duduk mengingat apa yang terjadi saat dihutan. Moo Yeon yang terluka melihat pedang yang mengarahk padanya. Won Deuk yakin kalau Moo Yeon mengenal dirinya dan ingin tahu siapa dirinya itu.
“Aku ingat kau dari suatu tempat. Kenapa kau mencoba membunuhku? Siapa aku?” ucap Won Deuk
“Kau sudah mati... Kau sudah mati dalam ingatan semua orang... Jangan coba-coba mencari tahu... Ketika eksistensimu terungkap, maka tak terhitung orang akan terbunuh.” Kata Moo Yeon.
“Kenapa begitu?” tanya Won Deuk. Moo Yeon berusaha melawan Woon Deuk tapi karena lukanya malah membuatnya jatuh tersungkur.
“Mengejarku dalam kondisi itulah kesalahanmu.” Kata Won Deuk lalu sengaja menancapkan pedang ditanah dan terlihat gelang yang dipakai oleh Moo Yeon. 
Hong Shim melihat Won Deuk menaruh tangan di dahi dan bertanya apa yang dipikirkan. Won Deuk mengaku penasaran apa yang membuat istrinya mandi begitu lama. Hong Shim terlihat gugup merapihkan rambutnya yang basah.


Akhirnya Won Deuk masuk ke dalam tempat pemandian, ada sebuah bak yang diisi air hangat dan juga baju yang sudah disiapkan Hong Shim. Ia seperti tak percaya kalau Hong Shim yang menyiapkan semuanya. 


Dua anak buah Moo Yeon bergegas membawa Moo Yeon kembali ke kediaman Tuan Kim. Lalu keduanya menemui Tuan Kim kalau tabib mengatakan Moo Yeon dalam kondisi kritis. Tuan Kim pikir kalau Moo Yeon diserang seseorang lagi.
“Sepertinya begitu, tapi dia tidak diserang dengan pedang.” Jelas Anak Buah Moo Yeon
“ Gunung di dekat kota... Kenapa...dia pergi ke sana dalam kondisi seperti itu? Apa yang kau sembunyikan dariku?” kata Tuan Kim curiga.
“Apa maksudmu? Kenapa kita menyembunyikan sesuatu dari tuan?” kata salah satu anak buah Moo Yeon.
“Kau tampaknya ingin mengatakan sesuatu padaku.” Ucap Tuan Kim menunjuk ke arah salah satu anak buah lain yang hanya diam.
“Tolong bunuh aku... Aku benar-benar menembak Moo Yeon. Aku melakukannya karena tidak ingin meninggalkanmu. Aku membidik lengannya. Kupikir dia akan berubah pikiran ketika sedang diobati.” Ungkap anak buah Moo Yeon.
“Kunci dia di dalam gudang, Jangan memberinya seteguk air sampai instruksi lebih lanjut.” Kata Tuan Kim. 


Tuan Kim datang menemui anaknya yang sedang sibuk menyulam dikamar,  mengaku khawatir bayi di perut anaknya mungkin terpengaruhi insiden yang membuat stres jadi meminta agar Kembali ke istana besok pagi.
“Pengusiran setan untuk menangkal nasib buruk masih di bawah kemajuannya.” Kata Soo Hye.
“Aku memerintahkan mereka untuk menyelesaikannya dengan cepat.” Ucap Tuan Kim. Soo Hye pun tak banyak komentar. 

Won Deuk masuk kamar, Hong Shim sudah merapihkan alas tidur berkomentar kalau Won Deuk terlihat bagus dengan pakaian itu. Won Deuk dengan bangga kalau selalu bagus dalam setiap pakaian yang dikenakan.  Hong Shim mengaku berusaha keras untuk membuat pakaian baru.
“Tapi kau pamer bukannya berterima kasih kepadaku.” Keluh Hong Shim, Tiba-tiba Won Deuk mengangkat tanganya seperti ingin meminta peluk istrinya. Hong Shim binggung.
“Kenapa bagian kanannya lebih pendek dari yang kiri? Apa ada arti khusus untuk itu?” tanya Won Deuk.
“Itu karena lengan kananmu lebih panjang. Tapi Aku membuatnya dengan panjang yang sama.” Kata Hong Shim yakin. Won Deuk merasa Tidak mungkin.
“Coba Lihat? Lengan kananmu lebih panjang.” Ucap Hong Shim mencoba menarik tangan Won Deuk agar sama dan terlihat gugup karena tak sadar memegang tangan suaminya lalu buru-buru melepakanya.
“Apa kakimu baik-baik saja? Apa Belum melepuh?” tanya Hong Shim khawatir.
“Ini merah dan bengkak, tapi itu lumayan.” Ucap Won Deukk.
“Apa Kau makan sesuatu di perjalanan? Apa Kau tidak lapar? Haruskah aku membuatkanmu makanan?” tanya Hong Shim.
“Aku tidak nafsu makan.” Ucap Won Deuk. Hong Shim pikir akan menyalakan pemanas.
“Cuaca sepertinya dingin karena hujan.” Kata Hong Shim panik.
“Karena ada selimut, ini baik-baik saja.” Ucap Won Deuk memegang selimutnya. Hong Shim pun mengerti.
“Lalu, Hong Shim... Aku mengerti bagaimana perasaanmu. Aku, suamimu tercinta, pergi dari rumah selama empat hari. Kau pasti sangat merindukanku. Kau pasti ingin melihatku, menyentuhku, bicaralah denganku, dan tinggallah bersamaku. Aku mengerti, tapi jika kau tidak akan tidur di sini, lebih baik bagimu untuk pindah kamar sekarang.” Goda Won Deuk.
Hong Shim pikir seperti itu dengan wajah gugup bergegas keluar dari kamar. Won Deuk bisa tersenyum melihat tingkah istrinya. Hong Shim tak lupa mengucapkan selamat mata karena pasti sangat lelah jadi bisa tidur dengan nyenyak.



Hong Shim masuk ke dalam kamar kesal sendiri dengan Won Deuk yang  memang sangat berbakat membuat orang tidak nyaman. Ia tak percaya kalau Won Deuk berpikir dirinya yang ingin melihat dan menyentuh  suaminya karena itu tidak pernah terjadi.
“Aku akan pindah ke sini bahkan jika dia memintaku untuk tidur di sana. Wah.. Aku juga lelah... Aku lelah karena membawa ember air sepanjang hari.Jadi Aku akan tidur juga.” Kata Hong Shim kesal mencoba berbaring
“Dia biasa memohon padaku untuk tidur bersama... Lalu Apa gunanya menciumku?” keluh Hong Shim akhirnya kembali duduk lalu teringat saat Won Deuk menciumnya.
Hong Shim memegang bibirnya seperti tak percaya kalau Won Deuk baru saja menciumnya. Sementara Won Deuk dikamarnya mencoba untuk tidur tapi teringat kembali yang dikatakan Moo Yeon.
“Kau sudah mati dalam ingatan semua orang. Jangan coba-coba mencari tahu. Ketika eksistensimu terungkap, tak terhitung orang akan terbunuh.” 

Malam hari, Soo Hye diam-diam datang ke kamar Moo Yeon memeriksa denyut nada tanganya seperti memastikan kalau masih hidup lalu pergi ke dalam kurungan menemui anak buah Moo Yeon.
“Ayah akan menyiksamu. Kau dapat melarikan diri sekarang.” Ucap Soo Hye
“Tidak... Lari hanya akan memperburuk keadaan.” Kata anak buah Moo Yeon
“Apa kau yakin bisa menjaga rahasianya?” tanya Soo Hye ragu.
“Tentu saja. Tapi begitu Moo Yeon pulih, dia akan pergi.” Ungkap anak Buah Moo Yeon
“Itu bukan urusanmu.” Ungkap Soo Hye dingin

Tuan Jung membaca sebuah surat yang dijahit dalam kain  “Mimpi tadi malam membuatku khawatir. Aku terlalu gelisah. Mereka bilang semakin berharga itu, semakin jauh kau harus menyimpannya. Itulah yang ingin kulakukan.”
Flash Back
Soo Hye sengaja menyelipkan sebuah surat dibawah tumpukan genting dan Tuan Jung sengaja mengambilnya.
“Ada sesuatu yang harus kau periksa sekarang.” Ucap Tuan Jung lalu memberikan kain bertuliskan surat Soo Hye
“Putri Mahkota menulis surat cinta ini. Apa Yang Mulia yang dituju?” kata Tuan Jung setelah Pangera Seowon membacanya.
“Apa ini terlihat seperti surat cinta bagimu? Bagiku, sepertinya surat yang mengungkapkan kekhawatirannya.” Kata Pangeran Seowon santai.
“Apa kau menyukai Putri Mahkota?” tanya Tuan Jung. Pangeran Seowon pikir itu pasti. Tuan Jung kaget.
“Bukan hanya dia, tapi aku menyukai ayahku, ibuku, kau, dan semua orangku.” Ungkap Tuan Jung. Tuan Jung tak percaya mendengarnya.

“Kesepakatan bagus untuk Keluarga Kerajaan memiliki seorang putra. Jangan menimbulkan masalah. Haruskah kau membuat marah Putri Mahkota, dan apa pun yang terjadi pada anak itu, aku tidak akan membiarkannya.” Kata Pangeran Seowon memperingati.
“Ruang Putra Mahkota kosong. Kenapa kau tidak berusaha mengisinya?” kata Tuan Jung
“Aku tidak akan menginginkannya jika aku harus menggunakan trik kotor. Jangan memikirkan skema lagi untuk menyeret Putri Mahkota. Ini bukan permintaan, tapi perintah dari pangeran dinasti ini.” Tegas Pangeran Seowon. 



Tuan Yeon pulang kerumah tak percaya melihat Won Deuk sambil menangsi lalu memeluknya. Won Deuk binggung dengan gayanya merasa kalau Ini tidak nyaman dan memperingatakan kalau tidak mengizinkan untuk memeluknya.
“Aku sangat senang melihatmu. Aku tidak berpikir kau akan kembali. Aku benar-benar senang.” Ungkap Tuan Yeon menangis haru
“Aku tidak mengerti. Kau belum pernah melihatku sebelumnya, namun kau menikahi putrimu kepadaku. Kau tidak tahu identitasku atau kehidupanku, namun kau senang melihatku.” Komentar Won Deuk.
“Bahkan seekor anjing akan tampak seperti anakku jika aku sudah mengurusnya. Aku menghidupkanmu dari kematian. Bagaimana mungkin aku tidak berterimakasih?” ucap Tuan Yeon.
“Terima kasih... Ini terlambat... Tapi aku ingin, kau lebih berterimakasih... Ada sesuatu yang bisa kau lakukan untukku.” Kata Won Deuk. 

Hong Shim ternyata tak bisa tidur akhirnya keluar dari kamar, melihat ayah dan Won Deuk sedang memutar tali jerami. Tuan Yeon menyindir Hong Shim yang baru bangun tidur bahkan tidak menyiapkan sarapan untuk suaminya.
“Bagaimana bisa kau tidur begitu lama? Matahari sedang naik di langit.” Ejek Tuan Yeon. Hong Shim melihat Matahari tidak naik di langit.
“Aku bisa menyiapkan sarapan dengan cepat.” Ucap Hong Shim bangga
“Kaulah yang seharusnya makan. Kami sudah makan. Aku menyiapkan sarapan untuk menantu laki-lakiku.” Ucap Tuan Yeon tak mau kalah.
“Makananmu jauh lebih baik.” Puji Won Deuk. Hong Shim tersenyum mengaku harus membuatkan makanan untuk Won Deuk mulai sekarang. Tuan Yeon yang mendengarnya juga terlihat bahagia.
“Apa yang kalian lakukan?” tanya Hong Shim. Tuan Yeon pikir Hong Shim tak melihat kalau mereka sedang memutar tali.
“Coba Lihatlah seberapa bagus dia memutar tali. Dia sebagus penampilannya.” Kata Tuan Yeon bangga
“Apa maksudmu? Won Deuk tidak bagus dalam memutar tali.” Kata Hong Shim mengejek
“Apa maksudmu itu? Coba Lihatlah tali yang cantik ini. Aku sudah menyelesaikan empat.” Kata Won Deuk menunjuk ke arah tali buatanya.
“Apa yang terjadi denganmu?” tanya Hong Shim binggung karena sebelumnya Won Deuk tak bisa melakukan apapun.
“Aku memintanya untuk mengajariku. Bagaimana bisa seorang pria tidak tahu cara memutar tali, atau memotong kayu bakar, atau menggunakan sabit? Aku akan mempelajarinya satu per satu. Aku harus membawa lebih banyak jerami.” Kata Won Deuk seperti penuh semangat.
“Tidak, tidak, jangan bangun. Aku akan membawakannya.” Ucap Tuan Yeon memberikan kode agar mengikutinya. 


Tuan Yeon membisikan kalau Pagi hari, Won Deuk memint untuk mengajari hal-hal ini jadi Sepertinya memutuskan untuk hidup sebagai Won Deuk, Hong Shim pikir Sebelum  pergi untuk Hanyang, tidak menyukai nama Won Deuk.
“Hari ini, aku memanggilnya Won Deuk dan dia menjawab tanpa bilang apapun. Ketika kakakmu kembali, ayo kita membawa Won Deuk bersama kita. Sesudah dia memutar tali, dia akan memotong pakan ternak. Dia sangat bersemangat. Aku sangat menyayanginya.” Ucap Tuan Yeon. Hong Shim menatap Won Deuk seperti tak percaya kalau suaminya akan berubah. 

Je Yoon duduk di ruanganya membaca semua buku teringat kembali saat teringat kembali kejadian, ketika bertemu dengan Hong Shim di Hanyang. Flash Back
Hong Shim yang belum menikah langsung memasuk ke dalam sungai tak peduli bajunya basah menyelamatkan lampion, mengejek Je Yoon itu siput karena  sangat lambat.
“Jangan melamarku!” ucap Hong Shim yang langsung menolaknya saat bertemu dengan Je Yoon. 

Je Yoon tersenyum mengingat kenanganya dengan Hong Shim. Saat itu Tuan Park melihat dari depan pintu mengodanya gubernur yang baru sedang duduk tersenyum dengan mulut terbuka lebar. Je Yoon kaget melihat Tuan Park sudah ada di dalam ruanganya.
“Aku tidak tersenyum dengan mulut terbuka lebar, aku tersenyum sedih.” Keluh Je Yoon
“Apa Kau terjaga sepanjang malam membaca catatan Biro?” tanya Tuan Park.
“Bagaimana kau tahu aku membaca sepanjang malam catatan Biro?” balas Je Yoon
“Tumpukan buku setinggi ini, dan sekarang setinggi ini. Kau tidak boleh membuang-buang lilin... Ini semua uang Biro.. Bahkan Kau dapat menggunakan sepuluh bulan!” keluh Tuan Park kesal.
“Aku membaca catatan Biro untuk mempelajarinya, dan sesuatu menarik perhatianku.” Kata Tuan Park lalu menunjuk ke arah bukunya.
Tertulis "Agen Solusi Hong Shim." Tuan Park bertanya Apa Je Yoon penasaran tentang Hong Shim atau Agen Solusi. Je Yoon mengaku kalau itu  Keduanya. Tuan Park menjelaskan Agen Solusi adalah... tempat yang menyelesaikan apa pun, selama mereka membayar cukup uang.
“Kenapa kita punya tempat seperti itu?” tanya Je Yoon heran.
“Karena setiap kali desa memiliki masalah, Hong Shim akan melakukannya dengan tangan terbuka, Yang kumaksud, dia sering bergegas menjadi sukarelawan dan membantu menyelesaikan masalah. Tapi dia bertemu dengan suami yang salah.” Cerita Tuan Park
“Apa maksudnya Suami yang salah?” kata Je Yoon terlihat binggung.
“Ini Sangat salah. Mereka seharusnya tidak pernah bertemu. Suami dari Hong Shim membuat banyak kesalahan begitu mereka menikah. Kau tidak tahu betapa mengerikannya itu. Dia benar-benar pembuat onar. Ini bukan masalah besar juga.” Ungkap Tuan Park gemas sendiri. 



Won Deuk mikirkan dirinya yang sudah membawa tumpukan rumput yang tinggi di punggungnya, seperti ingin membuktikan kalau dirinya adalah seorang pria sejati. Saat itu Meok Goo mengumpat Won Deuk itu jahat karena berjanji akan memberiku dua pun
“Apa Kau memanggilku Won Deuk?” ucap Won Deuk tak percaya anak kecil yang memanggilnya tak sopan.
“Ya, kau, Won Deuk. Hanya kau yang berani menipu anak demi uang.” Keluh Meok Goo.
“Jika kau menjawab teka-tekiku, aku akan membayarmu 10 pun.Apa Kau siap untuk itu?” ucap Won Deuk
“Kau tidak akan membayarku jika aku salah.” Keluh Meok Goo. Won Deuk menyakina kalau Ini cukup mudah.
“Pria yang lebih tua darimu, kau harus memanggilnya apa?” tanya Won Deuk. Tapi tiba-tiba Meok Goo malah menangis.
“Itu bukan jawaban yang kuinginkan.” Kata Won Deuk panik melihat Meok Goo yang terus menangis. 
Je Yoon datang mengeluh Won Deuk yang membuat anak menangis lalu bertanya pada Meok Goo apa yang dilakukan Won Deuk. Meok Goo menceritan kalau Won Deuk menjanjikan uang jika  mematuhi perintahnya, tapi malah mengingkarinya.
“Aku akan membeli obat untuk ibuku yang sakit.” Ungkap Meok Goo. Won Deuk mengaku tidak mencoba menipunya.
“Bagaimana bisa orang dewasa mencoba menipu seorang anak kecil?” komentar Je Yoon lalu berlutut pada Meok Goo.
“Kau bisa membeli obatnya. Jika pria ini mengacau lagi, datang ke Biroku.” Kata Je Yoon memberikan uang, Meok Goo pun mengucapkan Terima kasih.

“Aku mengharapkan seorang pria yang menerima hadiah dari raja untuk kebaikannya kepada orang yang layak. Sepertinya aku sangat salah menilaimu.” Komentar Je Yoon menyindir lalu berjalan perg. Won Deuk menahan amarahnya.
“Hyungnim... Mana 10 pun-ku? Kau bilang akan membayarku jika aku menjawab teka-tekimu.” Kata Meok Goo mengulurkan tanganya setelah Je Yoon pergi.
“Meok Goo,apa benar ibumu sakit?” tanya Won Deuk binggung.
“Aku tidak punya ibu. Dia meninggal saat melahirkanku.” Ucap Meok Goo. Won Deuk pun memberikan uangnya.
“Berapa uang yang kau terima tadi? Kau bahkan berbohong untuk mendapatkannya. Aku lapar jadi Aku sangat ingin makan semangkuk sup dan nasi.” Ungkap Meok Goo
“Dan Jangan memberitahu gubernur baru, Dia orang jahat. Saat kau pergi, dia memerintahkan tugas-tugas aneh kepada penduduk desa, dan bahkan membawa Hong Shim untuk berbicara secara pribadi. Orang-orang dewasa bilang bahwa dia menggodanya.” Kata Meok Goo. Won Deuk melotot marah mendengarnya. 

 
Je Yoon datang ke rumah Hong Shim tapi merasa sikap Hong Shim yang dingin padahal datang sebagai klien dengan untuk memecahkan sesuatu. Hong Shim menegaskan tidak akan menerima semua permintaannya. Je Yoon pikir kalau tidak punya pilihan lagi.
“Aku sangat ingin tahu kenapa kau berpakaian seperti wanita bangsawan di Hanyang, tapi aku tidak ingin memaksamu untuk memberitahuku alasannya. Namun...” ucap Je Yoon langsung disela oleh Hong Shim.
“Akan kulakukan... Apa yang kau butuhkan?” tanya Hong Shim tak ingin identitasnya terbuka.
“Itu harus dirahasiakan, jadi tolong mendekatlah.” Kata Je Yoon. Hong Shim pun mendekat untuk mendengarnya. 

Won Deuk pulang ke rumah dengan gayanya berkata “Apa hanya aku yang merasa tidak nyaman?” saat melihat Je Yoon dan Hong Shim berbisik didepanya. Hong Shim kaget melihat suaminya pulang. Won Deuk menyindri gubernur tidak melakukan tugasnya dan melecehkan wanita yang sudah menikah.
“Apa? Wanita yang sudah menikah? Maksudmu, dia...” kata Je Yoon kaget dan binggung.
“Ya, dia suamiku.” Akui Hong Shim, dan Je Yoon tak pecaya kalau Won Deuk adalah suami Hong Shim wanita yang disukainya.
“Pria dan wanita harus jaga-jarak, kenapa kau menyondong kearahnya?” kata Won Deuk marah
“Dia ada di sini sebagai klien Agen Solusi.” Kata Hong Shim merangkul lengan suaminya.
“Aku mendengarmu dengan keras dan jelas, sampai jumpa.” Kata Hong Shi pada Je Yoon lalu mengajak Won Deuk masuk rumah.
“Kenapa dia dipaksa menikah dengannya?” keluh Je Yoon merasa tak terima melihat Hong Shim dan Won Deuk sudah menikah. 

Won Deuk mengaku mendengar  Gubernur baru itu sudah menggod Hong Shim saat sedang tidak ada dirumah. Hong Shim pikir itu tidak masuk akal lalu menyuruh Won Deuk melepaskan rumputnya karena pasti berat. Won Deuk pun menurukan rumputnya.
“Kau pasti kelelahan karena panas. Kulitmu terbakar. Matahari bukan alasan untuk wajah merahku.” Kata Won Deuk
“Itu karena aku marah.” Ucap Won Deuk. Hong Shim mengoda Won Deuk itu cemburu.
“Cobalah berada di posisiku. Bagaimana perasaanmu jika wajahku dekat dengan wanita lain?” kata Won Deuk
“Aku tidak keberatan. Itu bukan masalah.” Kata Hong Shim seperti mengoda. Won Deuk tak percaya mendengarnya.
“Berbaring.” Kata Hong Shim. Won Deuk panik kenapa Hong Shim yang memintanya berbaring. 


Akhirnya Won Deuk berbaring diatas pangkuan istrinya, Hong Shim memberikan masker timun memberitahu kalau  Matahari membakar kulit Won Deuk dan Tanpa perawatan maka akan menyengat. Won Deuk tiba-tiba menatap Hong Shim yang membuat gugup.
“Aku akan menghargainya jika kau menutup matamu.” Ucap Hong Shim gugup tiba-tiba Won Deuk menatapnya.
“Tapi, aku ingin melihatmu, karena aku tidak dapat melakukannya selama empat hari.” Goda Won Deuk.
Hong Shim mencoba menutup mata Won Deuk, tapi Won Deuk tetap tak mau menutup matanya. Hong Shim terus mencoba, Won Deuk tetap membukanya matanya sambil tersenyum karena mengodanya. Akhirnya setelah beberapa kali Won Deuk menutup matanya.
“Ini Segar, kan? Kau Diamlah sebentar.” Kata Hong Shim setelah memberikan semua wajah Won Deuk dengan masker timur.
“Kau punya alis tebal.” Ucap Hong Shim menatap Won Deuk sambil mengelus dibagian alisnya, lalu terkejut saat Won Deuk membuka matanya.
“Aku tidak pernah mengizinkanmu menyentuhku. Namun, kau mungkin satu-satunya wanita yang bisa menyentuhku tanpa izin.” Ucap Won Deuk memegang tangan Hong Shim agar bisa memegang wajahnya. 


Pelayan di rumah Tuan Kim sedang menyapu halaman, lalu membahas tentang rumor yang beredar. tentang Putra Mahkota yang masih hidup. Salah satunya tak yakin kalau Lee Yeol benar-benar masih hidup di suatu tempat.
“Dasar Kau bodoh. Bagaimana mungkin ketika dia sudah dimakamkan? Asap tidak berasal dari cerobong asap tanpa alasan.” Komentar Pelayan lainnya.
“Sejujurnya aku percaya itu...” ucap salah satu pengawal lain lalu panik melihat Tuan Kim sudah ada di belakang mereka.
“Aku sudah melakukan dosa berat! Mohon maafkan aku!” kata Dua pelayan berlutut di depan Tuan Kim memohon ampun.
“Siapa ini? Siapa yang menyebarkan rumor itu?” tanya Tuan Kim penasaran dengan wajah penuh amarah. 


Won Deuk sedang membelah kayu di halaman, tanganya seperti terampil. Kkeut Nyeo tak percaya melihat Won Deuk memotong kayu bakar, bertanya-tanya apa tidak bisa dilakukan Won Deuk menurutnya suami temanya itu sangat kuat.
“Ada perlu apa kalian kemari?” tanya Won Deuk melihat Kkeut Nyeo dan Goo Dul datang
“Rasanya seperti melihat lukisan.” Ucap Kkeut Nyeo terkesima melihatWon Deuk.
“Kenapa kau memotong kayu ketika sangat panas di luar?” kata Goo Dul kesal karena istrinya terkesima dengan Won Deuk.
“Pekerjaan itu bernilai dua Yang, itulah sebabnya.” Kata Won Deuk.
“Sekarang aku tahu perasaan Hong Shim. Dia membuatmu ingin bergantung padanya.” Ungkap Kkeut Nyeo. 
“Di mana Hong Shim? Kami ingin menanyakan sesuatu.” Ucap Goo Dul. Won Deuk mengatakan kalau Hong Shim keluar dan ingin tahu apa yang ingin ditanyakan.
“Kau sudah tahu kemarin. Dengan ketinggian air yang begitu tinggi, ikan gurame mudah ditangkap. Kami ingin membuat sup, tapi aku tidak bisa membersihkan ikan. Semantara Goo Dul aneh saat melihat ikan.” Keluh Kkeut Nyeo.
“Tidak mudah mengiris perutnya dan mengeluarkan isi perutnya. Kau juga tidak bisa melakukannya.” Ejek Goo Dul
“Aku, seorang wanita!” ucap Kkeut Nyeo. Goo Dul pikir tak ada hubungannya dengan gender.
“Haruskah laki-laki pandai mengusir ikan dan wanita dibiarkan merasa jijik?
“Tidak benar berpikir seperti itu! Dan Juga, izinkan aku mengatakan ini. Hong Shim adalah wanita, tapi dia bisa menangkap ikan. Kenapa kau tidak bisa?” ucap Goo Dul marah
“Jangan minta Hong Shim melakukannya lagi. Setiap tugas yang sulit akan dilakukan olehku sekarang.” Ucap Won Deuk yakin
“Apa Maksudmu, kau tahu cara membersihkan jeroan ikan mas?” ucap Goo Dul.
“Itu hanya ikan. Seberapa sulitkah itu?” ucap Won Deuk yakin
Sebuah talenan dan pisau ditaruh diatas meja, lalu Kkeut Nyeo dan Goo Dul menaruh tempat berisi ikan. Won Deuk melihat isinya, terlihat seekor ikan yang masih hidup dengan mulut bergerak.
“Aku harus menunggu Hong Shim.” Ucap Won Deuk panik, duduk mundur karena ketakutan dan bertanya-tanya kemana istrinya itu.
Bersambung ke part 2


 Udah baca tulisan sinopsis aku 'kan.. hihihi... 
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe akhir tahun ini 

Cek My Wattpad... Ada Wanita lain 

Cek My You Tube Channel "Review Drama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


5 komentar:

  1. Lnjut in kakk..d tggu episod 11 nyaaa....

    BalasHapus
  2. Dyah deedee yg hamilin putri mahkota tu pangeran seowon sepertinya.

    BalasHapus
  3. Senang banget lihat perkembangan hong shim dan won deuk..😘💕💕💕# tapi menurutku yg hamilin adalah mo yeon..( tebakan aja sih..✌)

    BalasHapus