PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 16 Maret 2017

Sinopsis Radiant Office Episode 1 Part 1

PS : All images credit and content copyright :MBC
Eun Ho Won dengan helm mengemudikan mobil truk dengan penuh amarah berteriak “Aku akan menghancurkan kalian!” lalu melajukan mobil menerobos masuk ke lobby semua gedung. Beberapa pekerja kaget melihat mobil yang masuk ke dalam lobby.
“Akan kubunuh kalian semua! Mati kalian! Kenapa kalian melakukannya padaku?” teriak  Ho Won dengan mengunakan alat pemadam agar semua orang menjauh padanya. 


Ho Won berdiri di depan gedung memeluk dinding dengan berkata “Aku mencintaimu” beberapa kali lalu tertempel sebuah jimat. Ho Won masuk ke gedung terlihat tulisan di bagian depan [Anda adalah masa depan Dongki Food.]
Senyuman Ho Won benar-benar terlihat sampai didepan lift pemberitahuan [Dongki Food, Wawancara Tahap Akhir Penerimaan Pegawai Kontrak di Lantai 7] Akhirnya Ho Won pun duduk dengan calon pegawai lainya melakukan wawancara. 

Salah satu pria menanyakan pengalaman kerjanya, Ho Won ingin menjawab tapi sainganya lebih dulu bicara dengan menjelaskan penah berkerja di perusahaan e-commerce. Si pria pun bertanya apakah wanita itu bisa berbahasa Cina.  Wanita itu memberitahu sejak SMP dan SMA saya di Shanghai jadi fasih berbahasa Cina.
Ho Won hanya diam karena wanita itu termasuk saingan yang berat, pria disamping Ho Won pun pernah magang di Seoyul Food.
“Ini sudah 10 menit, tapi tidak  ada yang menanyaiku. Dia harusnya memanggil namaku. Biar aku bisa mendekat ke arahnya dan mekar seperti bunga.” Gumam Ho Won menghayal duduk didepan Manager Seo memberikan wajah bunganya
Saat itu juga namanya pun di panggil,  seorang petinggi melihat nilai Ho Won itu bagus. Ho Won mengaku  sudah belajar keras. Sementara Seo Woo Jin dengan sinis kalau hanya Nilai Ho Won saja yang bagus.
“Jika kau belajar rajin  empat tahun sebelumnya...,kau pasti lulus dari  sekolah yang lebih bagus. Jika kau juga bekerja keras di luar sekolah..., CV mu ini akan berubah.Kenapa kau hanya berfokus di nilai saja?” komentar Woo Jin
“Saya bekerja paruh waktu.” Ucap Ho Won, Woo Jin berkomentar kalau  “apa pekerjaan paruh waktu sepenting itu?”
“Ini sudah tiga tahun sejak kau lulus. Selama itu, apa saja yang kau lakukan?”tanya pria yang lain, Ho Won menjawab mencari pekerjaan.
“Berapa banyak pekerjaan yang  pernah kau lamar? Dan Berapa kali kau ditolak?” tanya si pria. Ho Won menjawab sudah ditolak 99 kali. Pria itu berkomentar kalau Ho Won itu jujur.
“Dia orang tolol  kalau ditolak 100 kali.” Komentar Won Jin sinis,
“Berdasarkan lamaranmu, kau pernah mencoba  berbagai macam pekerjaan paruh waktu. Apa kau pernah magang atau belajar di luar negeri?” tanya si pria. Ho Won menjawab  tidak pernah.

Ia teringat dengan tips yang di pelajari sebelum wawancara “ Hal penting pertama yang harus diingat... Percaya diri... Jika kau terlalu gugup..., maka wawancara-mu akan gagal. Bicara dengan percaya diri.”
“Selama melakukan pekerja paruh waktu, Saya belajar tentang  kompetisi dalam penjualan. Sebagai pekerja paruh waktu...” ucap Ho Won kembali mengingat tips kedua “Tegaskan pada pengalaman kerjamu. Orang seperti apa yang  dicari perusahaan? Perusahaan mencari pelamar dengan potensi dan kepemimpinan.”
“Saya mengembangkan  kemampuan kepemimpinanku.” Ucap Ho Won, Woo Jin dengan sinis bertanya apakah  pegawai kontrak butuh  kepemimpinan. Ho Won binggung menjawabnya.
“Pengalaman kerjamu tidak mengesankan. Jadi Kenapa kami harus mempekerjakanmu? Bagaimana kau akan membuktikannya? Bagaimana kami bisa tahu kalau kau dulu  pernah belajar tentang kompetisi penjualan?” ucap Woo Jin
“Dengan bekerja paruh waktu..., saya belajar tentang  kesabaran dan ketekunan.” Kata Ho Woo mengingat kena marah pelanggan karena tak memakain daging dalam gulungan kimbap
“Saya pandai menahan amarah. Sebanyak apapun pelanggan mengeluh...,maka saya siap memecahkan masalah  tanpa amarah. Saya, demi perusahaan ini..., bertekad untuk mengabdikan diri.” Ucap Ho Won
“Apa kau bersedia melakukan apa pun untuk perusahaan dan memecahkan  masalah keluhan pelanggan?” kata Woo Jin, Ho Won membenarkan.  Woo Jin pun meminta agar menunjukan pada mereka sekarang


Ho Wo berdiri dibawah papan bertuliskan slogan  [Bekerja demi pelanggan,  menyediakan layanan berkualitas tinggi] dalam hatinya bergumam kalau pasti bisa melakukanya. Pelamar lain masuk dan melakukan wawancara, Ha Won berada dalam ruangan sambil berdiri mendengarnya, seperti sudah banyak yang lebih berpengalaman. Ia pun berkhayal dengan wajah kesal ingin mengajak Won Jin bermain hanggar.
Salah satu pria meminta Woo Jin menyudahi saja agar jangan menekan Ho Won  tapi Woo Jin berkomentar kalau Ho Won sediri yang mengataakn akan membuktikannya jadi pasti akan pergi jika memang perlu dan juga punya pilihan  buat menyerah. Ho Won hanya bisa cemberut dan terus berdiri seperti orang yang sedang dihukum oleh guru.

Pria bernama Shim Min Sung melakukan wawancara yang dulunya  bekerja di  sebuah perusahaan software. Tiga pegawai berganti beberapa kali untuk mewawancara, Ho Won masih berdiri lalu pria lain memebritahu kutipan favoritnya adalah "Usaha selalu menang."
“Dengan sikap ini,  saya siap bekerja keras di Dongki Food.” Ucap si pria. Ho Won melihat papan nama diatas meja  [Manajer Senior Seo Woo Jin]
“Semua orang mengatakan mereka akan bekerja  keras dan pasti bisa bekerja dengan baik. Lantas, kenapa sebelumnya kau tidak bekerja keras? Semua orang selalu memperkenalkan diri dengan cerita hidup yang sama. Tidak ada yang orisinil. Bagaimana kau akan menarik minat  pelanggan terhadap produk kami? Ini Tidak mengasyikkan namanya kalau menonton film yang sama.” Komentar Woo Jin
“Bukankah kau harusnya  merasa perlu membuktikan... bahwa kau adalah  kandidat yang paling menarik? Kau tidak pergi ke sekolah yang bagus atau  dapat pengalaman kerja dalam sehari. Kau harus membangun karirmu. Jika tidak, buatlah aku terkesan dengan hal yang lain.” Ucap Woo Jin


“Kalau Anda tidak mau, jangan pekerjakan saya. Anda tidak berhak menilai kehidupan kami. Lalu apa wanita itu orisinil?” ucap si pria marah, Ho Won mengelengkan kepala kalau ini bukan idenya.
“Selama wawancara..., saya harus menjual diri  kepada perusahaan. Tapi ketika saya berjalan keluar dari sini..., maka saya akan menjadi konsumen  produk Anda. Jangan lupa itu.” Tegas si pria dengan nada penuh amarah
“Ketika konsumen membeli produk di mal..., mereka memeriksa komposisi,  harga, tanggal produksi dan tanggal kedaluwarsa, 'kan? Kami berusaha memilih seseorang yang  mungkin menjadi mitra kami selama 30 tahun. Apa kau pikir penilaian ini tidak adil?” kata Woo Jin
Si pria pun tak bisa berkata-kata lagi, Woo Jin pun menyuruh pria itu keluar saja. Si pria keluar ruangan dengan kesal sambil menendang bangku. Akhirnya wawancara pun selesai, Ho Won masih berdiri menghadap dinding.

Dua rekan kerja Woo Jin mengeluh Anak muda sekarang tak sopan. Karean tidak bisa menahan hal yang tidak mereka sukai padahal jaman mereka dulu tak seperti itu. Salah satunya menasehati Woo Jin agar tidak perlu terlalu kasar pada pelamar kerja
“Terima kasih, Eun Ho Won. Ini Pasti sulit, kan? Kami bisa melihat kesabaran, toleransi dan ketekunanmu. Kau pelamar yang jarang kami temui belakangan ini.” Puji salah satu manager. Ho Won pun mengucapkan Terima kasih.
“Walaupun kami menugaskanmu untuk berurusan dengan konsumen yang galak..., maka kau pasti bisa menanganinya.” Komentar pria lainya, Ho Won kembali mengucapkan terimakasih dan berjanji  akan berusaha yang terbaik. Woo Jin keluar ruangan menyindir Ho Won yang mengucapkan terimakasih seperti tak ada gunanya. Ho Won menatap sinis papan nama “Manajer Senior Seo Woo Jin”


Ho Won kembali berkerja di restoran daging melayani semua pelanggan yang cukup ramai. Ia pun tersenyum saat membersihkan meja mengingat pesan pria yang sebelumnya “Kau pasti bisa menanganinya.” Ponsel Ho Won berbunyi ada telp dari Eun Ho Jae. Adiknya pun bertanya apakah ia bisa bicara sebentar.
Terdengar teriakan pelangganyang meminta ganti panggangan-nya. Ho Won pun bergegas melayaninya seperti menahan adiknya yang ingin berbicara. 

Ho Won mengunakan earphone sambil membuang sampah memberitahu adiknya kalau merasa wawancaranya berjalan lancar dan yakin pasti lolos, karena yang mewawancarainya tadi memujinya kalau dirinya itu bisa melakukanya.
“Ibu pasti senang mendengarnya.”komentar adiknya.
“Bagaimana pekerjaanmu di kapal? Ibu mana? Apa Ibu lagi di tempat kerja?” tanya Ho Won.
“Ya. Dia pergi bekerja tadi.” Ucap Ho Jae gugup padahal sedang berada dilorong rumah sakit
“Noona, wawancaramu pasti berjalan lancar, dan kau sepertinya sedang senang... kau tidak  pernah lupa makan, 'kan?” kata Ho Jae khawatir
“Aigoo. Kau tidak perlu khawatirkan itu. Itulah untungnya bekerja di restoran. Aku makan teratur.  Jika hasil wawancara keluar,  nanti kukabari kau.” Kata Ho Won
“Tapi..., pembayaran pinjaman bulan ini...” ucap Ho Jae, Ho Won mengatakan kalau ia yang akan mengurusnya sampai bulan ini.
“Jika aku diterima dan dapat gaji bulan depan, semuanya akan baik-baik saja. Bersabarlah sebentar lagi.” Ucap Ho Won, Setelah menutup telp Ho Jae dipanggil sebagai  Wali dari Lim Kkot Bun.

Seorang pria meminta Woo Jin agar bisa menerima orang itu karena  masih bisa menerima satu orang lagi. Dengan memberikan CV yaitu Anak ketua, yang dulu  jadi penunggang kuda dipekerjakan sebagai direktur utama.
“Apa Sekarang, kau ingin mempekerjakan teman anaknya, seorang mantan pelaut?”ucap Woo Jin menyindir
“Jangan terlalu keras kepala. Kau harus Dengar. Kakek orang ini seorang menteri.” Kata Si pria
“Cara kerja perusahaan ini memang konyol. Apa kau pikir normal,  mempekerjakan orang-orang ini di Tim Pemasaran Luar Negeri?” sindir Woo Jin
“Aku juga tidak mau seperti ini, Kalau saja tak masalah menempatkan dia di tim manapun, aku juga tidak akan meminta bantuanmu.” Ucap Si pria juga merasa posisinya tak bisa melakukan apapun.
Woo Jin tetap tak peduli mau kakeknya dan tetep tidak bisa menerima orang yang ada di timnya, menyuruh membentuk  saja tim kapal atau tim bisnis kapal pesiar, dan mempekerjakanya karena itulah tugasnya tim HRD. Si pria mengejar Woo Jin dengan wajah kesal.

Ho Won pun pulang dengan menaiki tangga rumah di tempat paling atas dengan merasakan kalau hari ini hari yang melelahkan. Terlihat ada foto keluarga bersama ayah ibu dan adiknya.  Saat itu sebuah pesan masuk menyuruhnya agar segera keluar. Ho Won bertanya ada apa. Temanya menyuruh agar Keluar saja sekarang.
Akhirnya Ho Won keluar bertemu dengan seorang wanita yang sedang mengunakan masker dan mengulurkan tangannya. Ho Won mengerti karena sudah menukar uangnya ketika ingin memberikanya menahanya, sambil  menerima telp dari bibinya.
“Emm.. Bolehlkah aku bayar sewanya minggu depan? Aku Barus aku dapat kabar, ibuku dirawat di rumah sakit. Aku ada pekerjaan paruh waktu akhir  pekan ini, dan bayarannya cukup besar. Aku dapat gajinya  minggu depan. Boleh, yah?” ucap Ho Won
Si wanita menatap sinis, Ho Won pun ingin membantu dengan mencuci pakaianya. Tanpa segan si wanita langsung memberikan cucian kotor agar Ho Won mencuci dengan tangan. 

Ho Won pun menjemur pakaian setelah mencuci dengan tangan dan memerasnya sendiri. Saat itu ponselnya berdering, seperti bibinya meminta agar menelp, Ho Won pikir nanti saja karena tahu Ibunya juga pasti tidak senang menerima telepon darinya.
“Ibu pasti baik padaku lagi kalau aku sudah dapat kerja. Jangan khawatir.” Kata Ho Won dan segera menyudahi telp dari bibinya dengan berpura-pura sedang makan ramen sekarang.
“Ada begitu banyak rumah..., tapi tidak ada satu tempat pun yang bisa membuatku berbaring dengan nyaman tanpa mengkhawatirkan uang sewa.” Gumam Ho Won sedih menatap banyak rumah dari atap yang berjejer didepanya.
“Ah..Tidak... Kita Tunggu saja... Aku pasti bisa dapat tempat tinggal lagi.” Kata Ho Won menyakinkan dirinya. 


Woo Jin keluar parkiran membawa baranganya sambil mengeluh kalau para pegawai itu berpikir kalau koneksi bisa  membuat mereka berhasil  bahkan berpikir koneksi lebih penting  daripada kemampuan. Lalu ia menerima telp dan berbiara kalau ini sudah tiga bulan 

Saat Ho Won pun menjadi wanita yang ada didepan Mall menyapa semua yang masuk dengan senyuman, suara pria terdengar berteriak memanggil Eun Ho Won di Gerbang Selatan agar tetap tersenyum. Ho Won harus tersenyum walaupun kakinya terasa pegal harus berdiri dengan heels.
Seorang pria dan wanita berjalan menyeberangi jalan, Ho Won melamun melihat keduanya seperti menginginkan seorang kekasih. Suara teriakan pria pn terdengar memarahi Ho Won. Akhirnya Ho Won kena marah oleh bosnya.
Ia berusaha menahan diri dengan menyakinkan pasti bisa menanganinya. Pria itu terus mengoceh, Ho Won terus bergumam agar dirinya bisa bersabar.
“Kau selalu saja dimarahi. Apa kau tidak bosan dimarahi?” ucap bayangan dirinya seperti mengoda. Si pria terus memarahi Ho Won kalau kerjanya tak benar.
Bayangan dirinya menyakinkan lirik sambil menari “Aku tidak punya apapun Yang kupunya hanyalah jiwa muda. 'Kan kubentangkan tanganku Merangkul dunia Dan terus berlari Jiwa mudaku adalah kekuatanku”

Pria yang tadi merangkul sang wanita bernama Do Ki Taek dan wanita bernama Ha Ji Na. Mereka berhenti berjalan, Ji Na bicara serius berpikir akan menyudahi hubungan mereka sja. Ki Taek kaget karena Ji Na mendadak bicara seperti itu.
“Kita putus saja.. Aku ingin putus denganmu dan Cukup sampai disini.” Ucap Ji Na
“Apa Kau marah padaku? Aku pasti ada salah lagi terhadapmu. Maaf, Ji Na.  Aku minta maaf” ucap Ki Taek
“Aku tidak bercanda. Aku muak melihatmu membelikan hadiah buatku dengan membayar cicilan 12 bulan. Mie lobak buat musim panas,  udon atau kimbap buat musim dingin. Aku muak dengan semuanya, Kau masih bekerja paruh waktu  untuk memenuhi kebutuhan. Kau itu tak punya masa depan. Apa masa depanku juga harus hancur karenamu?” ucap Ji Na
“Kukira kau suka mie lobak. Aku berusaha keras. Jika kau bersabar sedikit lagi...” kata Ki Taek
“Aku tidak bisa sabar lagi. Sekarang Berapa umurmu? Kukira kau akan cepat lulus ujian PNS. Bagaimana kalau kau tidak pernah lulus?” ucap Ji Na
Ki Taek mengerti kalau takkan ikut ujian PNS dan mau cari kerja yang lain saja.  Ji Na rasa Ki Taek berpikir kalau itu hal yang mudah karena tak  ada perusahaan yang  menunggu dengan tangan terbuka. Ki Taek hanya diam saja. Ji Na tahu Ki Taek pasti berpikir kalau dirinya itu jahat.
“Aku pikir setidaknya harus membuatmu sadar karena kita sudah lama menjalin hubungan. Aku doakan yang terbaik buat kau, Oppa.” Kata Ji Na, Ki Taek mengejar Ji Na agar bisa berbicara.
“Udaranya dingin... Nanti kau bisa kena flu...” kata Ki Taek memberikan syalnya, tapi Ji Na menolak melepaskanya dan mengembalikanya begitu saja. 


Ho Won masuk ke sebuah restoran bertemu dengan dua teman yang sudah lama tak ditemuinya. Temanya mengeluh Ho Won yang datang terlalu lama, Ho Won meminta maaf karena ada pekerjaan. Dua temanya pikir kalau Ho Won harusnya sudah datang lebih cepat karena yang lain sudah pergi. Ho Won melihat masih ada daging sisa jadi bisa memakanya.
“Dia mentraktir kita karena dsudah dapat kerja jadi Pesan lagi saja.”kata temanya menunjuk ke wanita ke pakaian pink
“Selamat. Aku iri denganmu.” Ungkap Ho Won, Si wanita berbaju pink pun mengucapkan terima kasih dan mengetahui Ho Won  yang tidak lolos  tahap pra-screening menurutnya Ho Won seharusnya ikut grup belajar kmerekasaja.
“Kau beruntung karena kau sudah dapat gelar pascasarjana. Belakangan ini, perusahaan saja tak mau membaca CV jika kau terlambat satu tahun lulus  dari universitas.” Kata Ho Won
Temanya pikir Ho Won harusnya cari pekerjaan di mana saja. Teman lainya tahu kalau Ho Won itu punya  standar yang tinggi dan hanya melamar ke  perusahaan yang sudah terkenal. Ho Won berjanji nanti akan memberitahu kabar baik jadi tunggu saja.
“Balas dendam saja ke Dongki Food itu. Kami pikir kau tidak  diterima di Dongki Food.Bukannya kau sudah melamar pekerjaan  100 kali?” ucap temanya berbaju biru
“Mereka sudah mengumumkannya.” Kata teman berbaju pink, Ho Won melotot kaget dan bertanya siapa yang mengatakan itu. Teman berbaju biru memberitahu kalau teman mereka adalah salah satunya diterima Dongki Food. 


Ho Won sambil menangis mengemudikan motornya, lalu menghentikan motornya merasa semua Tidak mungkin dan yakin kalau aku bakal diterima. Pesan masuk ke dalam ponsel, Ho Won membacanya [Kami mohon maaf untuk memberitahu Anda bahwa Anda tidak diterima]  Ia tak percaya Setelah aku dipermalukan seperti kemarin dan Setelah semua perjuangannya, hasilnya tetap nihil.
“Aku akan menghancurkan kalian dan Akan kubunuh kalian semua.” Ucap Ho Won penuh amarah mengingat Woo Jin yang sebelumnya seperti meremehkan dirinya.
Ho Won sudah siap dengan membawa sebuah mobil truk dan siap masuk ke dalam gedung Dongki Food, mobil pun melaju masuk ke dalam lobby. Saat itu Ho Woon terjatuh dari motornya, ternyata semua hanya khayalan.
***
Ho Won pergi ke bagian receptionist memberitahu datang untuk mengirimkan ayam pada ketua tim Seo Woo Jin. Petugas pun menelp lebih dulu, akhirnya Ho Won berdiri didepan pintu lift dan siap mengantar auam
Pria yang berkerja di HRD membahas  Woo Jin yang  akhirnya berhenti dan ingin tahu berpaa lama bertahan di perusahaan lainya karena pasti tak bisa kerja dimana-mana lagi karena itu pekerjaan terakhirnya. Ho Won kaget dan berjalan lemas karena mengetahui Woo Jin yang berhenti.
“Aku sampai tak bisa berkata-kata. Lalu kenapa dia menolak lamaranku? Padahal dia juga akan berhenti. Aku juga sebenarnya tak ingin diperlakukan seperti yang kemarin itu.” Ucap Ho Won sambil menangis keluar gedung.


Ki Taek masuk kamar kostnya terlihat tulisan semangat   [Aku akan lulus ujian.] lalu menelp Ji Ah bertanya bagaimana bisa cinta berubah dan apakah Ji Na bisa hidup tanpanya. Ji Na merasa Ki Taek itu pasti mabuk sekarang.
“Ji Na, bisakah kau percaya padaku  dan berikan aku satu kesempatan lagi? Jangan benci aku. Apa  kau bisa mencintai tanpa modal apapun?” ucapKi Taek
“Latar belakang pendidikan  dan keluargamu pun biasa-biasa saja. Kau pun tidak punya pekerjaan. Mana bisa aku mempercayaimu?” ucap Ji Na
“Kau harus percaya padaku  jika kau mencintaiku!” kata Ki Taek

Ji Na seperti tak ingik Ki Taek bicara lagi, lalu meminta agar Ki Taek mengangap saja dirinya tak mencintainya lalu memutuskan telpnya. Seorang pria datang, seperti Ji Na sudah melakukan kencan buta dengan pria mapan.
“Aku juga ingin bisa membalas  hadiah yang kau berikan padaku sekaligus. Aku ingin mengajakmu ke  restoran mewah dan bar mahal. Maafkan aku..  Ji Na, aku juga tidak bisa tidur nyenyak... Tapi aku sungguh ingin tidur hari ini.” Ucap Ki Taek frustasi minum banyak obat tidur dengan Soju.
Bersambung ke part 2

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

1 komentar: