PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Sabtu, 08 Oktober 2016

Sinopsis K2 Episode 5 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN
Je Ha kaget melihat ada cahaya lampu diatap rumah lalu berusaha menelp Mi Ran tapi si pegawal sedang tidur nyenyak dikamarnya. Ia hanya bisa mengumpat karena tak bisa meminta bantuan akhirnya mencoba untuk melompat ke bagian atas bagian rumah.
Wajahnya melonggo melihat sosok Anna duduk sendirian sambil makan mie tanpa dimasak dan seekor kucing yang makan bersamanya, Je Ha tak percaya ternyata hanya seekor kucing saja yang membuatnya panik. Si kucing terlihat lahap makan dengan yang diberikan Anna. 

Si kucing merengek meminta makan karena makanan sudah habis, Anna berbicara kalau tak boleh makan mie itu karena terlalu keras. Si kucing terus mengeong, akhirnya Anna melembutkan mie dalam mulutnya lalu memberikan pada si kucing.
Je Ha melihat Anna seperti merasakan seperti dirinya yang menyanyangi kucing, akhirnya ia bersadar di atap untuk memastikan Anna baik-baik saja. Anna tiba-tiba menangis, teringat kembali saat masih kecil memberikan botol obat dan membuatnya berpikir kalau ia yang membunuh ibunya. Je Ha binggung melihat Anna yang tiba-tiba menangis. 

Anna akhirnya kembali menuruni tangga atap, lalu melihat CCTV yang ada dalam kamarnya lalu menarik alat penghangat tidur yang sengaja ditaruh pada tempat tidurnya. Setelah itu berjalan masuk dan berbaring di tempat tidurnya.
Je Ha mengikuti dengan lubang yang cukup kecil, lalu melihat Anna yang sudah berbaring dikamarnya. Ia tersenyum melihat Anna yang mengunakan penghangat tidur agar terlihat seperti ada orang yang berbaring. Saat akan kembali melihat foto Tuan foto Se Joong dengan Anna dan istrinya saat masih kecil. Je Ha seperti bisa tahu kalau itu adalah ibu Kandung Anna. Sementara Anna yang tertidur terlihat sedih

Mi Ran akhirnya baru bangun dan mengecek ponselnya ada miss call dari K2, wajahnya langsung panik tak percaya kalau Je Ha menelpnya dimalam hari tapi malah ketiduran, wajahnya sangat kesal karena harus menghilangkan sempatanya.
Bibi Pelayan binggung melihat Mi Ran keluar dari kamar langsung berlari mencari sesuatu di dapur, Mi Ran akhirnya menemukan dua buah kotak makan lalu meminta Bibi Pelayan agar mengisikan banyak makanan. Sementara di ruangan CCTV sudah ada penganti si K1. 

Mi Ran datang dengan pakaian wanita dengan rok mininya, membawa makanan. K1 menyapa Mi Ran sebagai J4 dengan senyumanya. Mi Ran melirik kesana kemari tak ada Je Ha dalam ruangan, akhirnya makanan yang dibawa oleh K1.
K1 makan dengan lahap lalu melihat ke bagian kaki Mi Ran yang mengunakan rok mini lalu menatap wajahnya, Mi Ran merasakan kalau K1 untuk melihat ke arah yang berbahaya lalu melipat kakinya. K1 pikir Mi Ran juga harus makan juga, Mi Ran hanya bisa menahan rasa kecewa karena tak bertemu dengan Je Ha menyuruh K1 makan saja semuanya.
Tapi, dimana K2,.. maksudku, orang yang berjaga saat shift malam?” ucap Mi Ran mencoba mencari tahu
Oh, sepertinya dia ada urusan mendesak. Dia sudah absen pulang dan pergi.” kata K1, Mi Ran mengangguk mengerti.

Aku yakin dia pasti lelah kalau dia berjaga sepanjang malam.” Ucap Mi Ran, K1 pikir memang seperti itu.
K1 lalu merasa kalau cuaca diluar itu masih panas, Mi Ran binggung K1 menceritakan kalau semalam ta memperhatikan CCTV dan sepertinya Mi Ran kepanasan. Mi Ran kaget dan mengingat sebelumnya itu penah sengaja membuka kancing bajunya agar bisa terlihat CCTV oleh Je Ha untuk mengodanya.
Atau apa kau memang memiliki suhu tubuh yang tinggi? Kau pasti tahu, musim panas sudah berakhir sekarang. Tapi kenapa masih panas?” ucap K1 heran
“Hei... Kau seharusnya mengawasi ruangan Nona Muda! Kenapa kau mengawasiku?!!” teriak Mi Ran kesal lalu keluar ruangan menyuruh agar K1 mencuci juga bekas tempat makananya. 


Disebuah restoran yang sengaja disewa dengan beberapa pengawal yang ketat, Gwan Soo seperti baru saja bermain sepak bola dengan beberapa orang, salah seorang mengoa Gwan Soo makan apa saja selama ini  tampaknya sangat bersemangat. Gwan Soo malu-malu meminta agar tak mengodanya
Apa maksudmu pak? Kau bahkan mencetak dua gol hari ini!” ucap si petinggi memujinya.
“Hei Kalau aku tidak bisa mencetak gol yang sengaja kalian berikan padaku maka aku tidak akan pernah punya anak.” Kata Gwan Soo
Kalau begini, kau akan menjadi seorang ayah di usia tuamu, Pak!” ejek teman yang lainnya.
Bagaimana kalau merayakan pesta ulang tahun anak anda di Blue House? Itu akan menjadi peristiwa bersejarah!” saran Salah seorang yang lainya.
Gwan Soo merasa kalau orang itu ingin dihajar olehnya, semuanya tertawa seperti saling bersenda gurau sambil makan bersama. Salah seorang menyuruh mereka untuk harus cepat makan, dan kemudian pergi ke pemandian umum jangan terus mengoda Gwan Soo terus. Gwan Soo melihat mereka semua terlihat lelah dan mengatakan akan memberikan vitamin D semuanya. 

Setelah selesai semua menerima vitamin D dari Sek Gwan Soo dengan berbaris didepan mobil. Salah satu orang menerimanya merasakan kalau terlalu ringan dan bertanya apakah hanya ini saja, Sek mengatakan kalau akan memberikan lagi nanti.
Pria lainya pun menerima kotak vitamin, saat membukanya terlihat tumpukan uang 50ribu won lalu membuat agar meminta satu lagi. Sek menolaknya karena tak ingin dipecat oleh Gwan Soo. Si pria tetap meminta agar memberikanya karena nanti memberitahu langsung Gwan Soo.
Ya, berikan dia satu lagi. Parlemen Kim memiliki distrik besar, jadi dia akan memanfaatkannya dengan baik.” Ucap Gwan Soo keluar dari restoran
Sekertaris pun memberitkan satu kotak tambahan, Parlemen Kim bahagia langsung memberikan tanda cinta pada Gwan Soo lalu berjalan pergi. Gwan Soo mengumpat anak buahnya itu memang serakah.

Sekertarisnya melapor baru saja menerima kabar bahwa Ibu Choi Sun Ja telah meninggal. Gwan Soo mengingat-ingat nama Choi Sun Ja lalu bertanya apakah yang dimaksud adalah bibinya Choi Yoo Jin. Sek membernarkan.
Kalau begitu, suaminya... Yang bertanggung jawab atas kelompok keuangan internasional.” Ucap Gwan Soo, Sek membenarkan.
“Jadi Haruskah kita kesana?” tanya Gwan Soo, Sek pikir  tidak perlu kesana karena Orang-orang itu tidak begitu kaya.
Aku tidak ingin melewatkan kesempatanku menonton semua ini.” ucap Gwan Soo mengajak mereka semua pergi,
Sek Binggung karena tidak menerima undangan jadi untuk apa datang ke sana. Gwan Soo seperti tak peduli masuk ke dalam mobilnya dan meninggalkan restoran. Di gedung sebelah terlihat Je Ha yang sengaja mengikuti Gwan Soo ingin tahu apa saja yang dikerjakanya. 
Sek Kim mendadani Yoo Jin dengan pakaian hitamnya, salah seorang membawa gaun hitam, Sek Kim bertanya mana gaun yang disukainya. Yoo Jin pikir semuanya sama saja karena semua pakaian itu terlihat seperti pakaian pemakaman. Sek Kim menyuruh pelayan membawakan pakain yang lain dan kembali mendandani Yoo Jin.
Apa orang-orang yang tidak memiliki anak semua berakhir seperti itu?” kata Yoo Jin, Sek Kim diam merasa seperti Yoo Jin memikirkan dirinya sendiri.
Aku membicarakan bibiku. Dia menikah dengan bergelimang harta... tapi akhirnya mati kesepian.” Ucap Yoo Jin
Tetap saja, anda merawatnya sampai akhir.” Kata Sek Kim menenangkanya.

Aku hanya pura-pura agar bisa mendapatkan saham JB Grup miliknya.” Ucap Yoo Jin
Itu tidak benar. Aku mohon Tolong jangan berbicara seperti itu. Anda berdua peduli satu sama lain dengan tulus.
Kita hanya kasihan satu sama lain, itu saja. Tapi dia bahkan tidak memiliki keponakan seperti aku. Dia akan terlihat lebih seperti hantu hari ini karena bahkan tidak bisa memakai make-up. Dia akan memiliki dandanan pucat... untuk digunakannya melawanku.” Kata Yoo Jin, Sek Kim pun tak bisa berkata-kata lagi. 

Je Ha datang menemui kepala Joo yang berjalan di lobby, bertanya mau pergi kemana karena ada yang ingin dibicarakan, Kepala Joo menyuruh Je Ha mengikutinya saja dan bicara di perjalanan, Je Ha binggung kembali bertanya memangnya mereka mau kemana.
Apa kau mendapatkan sesuatu yang bagus?” tanya Kepala Joo seperti tahu kemana Je Ha pergi.
Tidak, aku hanya melihat dia memberikan sejumlah uang. Itu saja.” Kata Je Ha
Jangan buang terlalu banyak energi dan tunggu saja. Kau perlu mengulur waktumu kalau ingin balas dendam.” Kata kepala Joo lalu memberikan sebuah kain untuk pelayat. Je Ha binggung kenapa memberikan itu padanya.
Kau harus perlihatkan sopan santunmu ketika berada ke acara pemakaman.” Kata Kepala Joo, Je Ha kaget mereka akan datang ke pemakaman. 

Keduanya sampai di depa kuil, tapi semua penjaga hanya berjejer didepan Kuil. Kepala Joo dan Je Ha turun dari mobil, Kepala Joo bertanya pada Kepala Soo kenapa masih ada didepan kuil, Kepala Soo mengatakan kalau Staf mereka tidak mengizinkan masuk. Kepala Joo kaget.
Mereka mengatakan bahwa itu adalah permintaan dari keluarga mendiang. Semua orang asing tidak boleh masuk. Hanya mereka dengan undangan yang diperbolehkan masuk Dan hanya satu sopir dan satu asisten yang diperbolehkan.” Jelas Kepala Soo, Kepala Joo terlihat  binggung tak bisa mengawal masuk sampai ke dalam kuil.
Sebuah mobil lewat didepan semua pengawal, dan terlihat memberian undangan pada biksu yang berjaga didepan pintu. Gwan Soo menyapa Biksu dengan menanyakan keadaanya. Je Ha melihatnya seperti tak percaya kalau mereka harus masuk dengan undangan. 

Yoo Jin berangkat dengan suaminya, Se Joo merasa istrinya itu pasti senang. Yoo Jin bertanya apa maksudnya itu karena bibinya meninggal hari ini. Se Jooo mengatakan Karena Yoo Jin mendapatkan saham JB Group lebih banyak dan merasa yakin kalau saham bibinya akan diberikan kepada Yoo Jin saja
Siapa tahu kalau pamanku dan anaknya akan memberikannya padaku begitu mudahnya?” kata Yoo Jin
Oh...tapi anak itu tidak ada hubungan darah dengan bibimu.” Kata Se Joon
Anak laki-laki cenderung sedikit menyedihkan.”sindir Yoo Jin, Se Joon pun hanya bisa diam saja. 

Je Ha berjaga-jaga, sementara Kepala Soo memeriksa bagian dalam kuil dengan drone, lalu melihat dengan kacamata keadaan didalam. Setelah itu memberitahu Kepala Joo kalau itu seperti yang mereka  prediksikan yaitu keluar dari Bibi Choi menyiapkanperimeter keamanan yang ketat. Kepala Joo pun mulai memikirkan lalu mendapatk laporan tamu VIP sudah datang. 

Yoo Jin akhirnya sampai ke depan kuil, Kepala Joo masuk lebih dulu memberitahu keduanya kalau mungkin harus pergi karena tak staff mereka  membiarkan orang-orang Yoo Jin masuk dan memiliki penjaga keamanan dari kelompok keuangan internasional di dalam. Se Joon heran
Apa kalian semua sedang syuting film gangster atau apa ini semua?” ucap Se Joon menyindirnya.
“Apa Mereka berpikir bahwa ini adalah bentuk perang psikologis yang efektif? Dasar Memalukan.” Kata Yoo Jin tetap ingin masuk.
Nyonya.... Anda harus mempertimbangkan apa yang mungkin bisa terjadi padamu. Jika serangan terjadi di sana, mungkin sulit bagiku untuk melindungimu.” Kata kepala Joo khawatir
Mereka tidak akan mencoba membunuhku, dan juga ada suamiku disampingku.”ucap Yoo Jin menatap suaminya.
Akhirnya Kepala Joo memerintakan Kepala Soo dan juga Je Ha yang mendampingi Yoo Jin serta suaminya masuk ke dalam kuil. Yoo Jin sempat melirik pada Je Ha yang mengawalnya. 

Se Joon memberikan penghormatan beberapa kali,bersama dengan Yoo Jin, lalu menyapa pamanya mendoakan agar bibi Choi beristirahat dalam damai. Anaknya merasa kalau semua ini terjadi karena tidak merawatnya lalu menyapa Yoo Jin dan mengajak agar mereka bisa pergi bersama sekarang.
Mereka pun keluar dari kuil bersama, Je Ha melihat dari kejauhan seperti memikirkan sesuatu lalu mendekati Yoo Jin kalau ada telp dari rumah. Yoo Jin kaget melirik suaminya, berpikir mungkin Anna lalu menyuruh suaminya agar pergi lebih dulu.
Je Ha langsung memasukan sesuatu pada tas Yoo Jin memberitahu Jika merasa seperti ada sesuatu yang tidak beres disana, tekan satu kali. Maka mereka bisa memantau situasinya. Yoo Jin terlihat kaget. Je Ha pun meminta agar Yoo Jin menekan dua kali kalau berada dalam bahaya. Yoo Jin bertanya apakah ia akan dalam bahaya, Je Ha pikir mungkin bisa saja seperti itu.

Yoo Jin akhirnya masuk ke bagian bawah tanah terlihat di papan nama [Ruang Suci Amitabha- Pertemuan Keluarga dari Berduka]  Yoo Jin masuk ruangan dan pintu pun langsung dikunci, semua keluar Choi sudah berkumpul.
Sung Won juga menyapa kakaknya dengan wajah bahagia, Ayahnya memperingataka anakanya menunjukkan rasa hormatnya, Sung Won mengerti. Se Joon sudah duduk berjejer dengan keluarga paman Yoo Jin lalu menyuruh istrinya agar duduk disampingnya.
Kepala Soo bertanya pada Je Ha Apa yang diberikan pada Nyonya Choi, Je Ha mengataka kalau itu Hanya pena. Kepala Soo tak percaya meminta Je Ha agar tak berbohong. Je Ha menyakinkan kalau itu hanya pena lalu memanggil MJ-7081
Itu bagus untuk menulis dan juga tidak perlu khawatir dengan gangguan. Satu-satunya kelemahannya itu tidak bisa bekerja dalam jarak yang terlalu jauh. Aku sangat berharap bahwa  tidak akan harus menggunakan ini terlalu sering.” Ucap Je Ha mencari radar untuk penanya. 


Di dalam ruangan terlihat tegang,  Pengacara memberitahu kalau Biasanya, surat warisan dibacakan setelah proses pemakaman selesai. Namun, karena keluarga mendiang mengatakan...sangat sulit bagi untuk meluangkan waktu bersama-sama dan karena fakta bahwa kondisi mendiang telah terpenuhi.
Saya sekarang akan membacakan surat warisan tersebut pada anda sekalian. Namun, saya tidak memiliki kunci untuk tas ini. Saya yakin seseorang di sini memiliki kunci yang dipercayakan kepada mereka oleh mendiang. Tolong berikan kunci tersebut..” Kata Pengacara memperlihat kopernya, semua hanya diam saja.
Apa kau memilikinya, sayang?” ucap Se Joon pada istrinya, Yoo Jin akhirnya terpaksa mengeluarkan dari tasnya. Yoo Jin pun memegang pena yang diberikan oleh Je Ha padanya.
Ini adalah surat warisannya...Saya akan membacanya sekarang. Aku, Choi Sun Ja akan menyumbangkan seluruh kekayaannyaku ke Yayasan Beasiswa Pyeongchang.” Ucap Pengacara, semua yang mendengarnya seperti sudah menduga sebelumnya.

Kepala Soo memangil Je Ha bertanya Kenapa tidak menghormati atasannya, Je aHa menjawa  Karena ia tidak menghormatinya. Kepala Soo menegaskan  Menghormati atasannya dalam sebuah organisasi adalah bagian yang paling mendasar. Je Ha mengaku kalau  tidak memiliki etiket dasar. Kepala Soo pun setuju dengan jawaban itu. 
 Tapi yang ingin kuketahui adalah kenapa kau bersikap seperti itu?” kata Kepala Soo penasaran
Sudah kubilang aku orang yang kasar. Jadi jika kau bertanya padaku mengapa aku kasar... Aku memberitahu itu hanya karena aku kasar.” Ucap Je Ha, Kepala Soo membenarkan, Je Ha bertanya apaka sudah puas, Kepala Soo pun mengangguk.
Je Ha meminta agar jangan bicara padanya, Kepala Soo tak percaya Je Ha  akan terus berbicara informal

Didalam ruangan terlihat ada ketegangan, Pengacara pun selesai membaca surat wasiat,  Pria tua seperti Ayah mertua Sung Won berkomentar pada Anak Soo Ja kalau ibunya itu sangat menyukai Yoo Jin akhirnya meminta agar pengacara menunggu diluar.  Pengacara mengatakan akan kembali ke kantor sekarang. Ayah mertua Sung Won berteriak kalau meminta agar menungu diluar.
Sebenarnya, kita disini bukan untuk mendengarkan hasil ini. Ayah mertua Sung Won, saat itu Yoo Jin menekan tombol pulpenya, kepala Soo dan Je Ha kaget karena bisa mendengarkan suara dari dalam ruangan.
Kita langsung saja.  Apa yang akan kau lakukan?” kata Ayah mertua Sung Won
Aku akan menghormati keinginan mendiang dan menggunakan uang tersebut untuk yayasan.” Ucap Yoo Jin, Sung Won menyela pada kakaknya, Ibu Sung Won pun menyuruh anaknya agar duduk diam.
Yoo Jin.... Kau tidak bisa...menyimpan semua itu sendirian untuk sekarang.” Kata Ibu Sung Won
Jika Paman mengambil tindakan hukum...aku kira bisa memberikan bagian kecil.” ucap Yoo Jin sangati
Tidak, aku sedang membicarakan kau memiliki keduanya, presiden dan JB Group.” Ucap Ibu Sung Won
“Jadi Biarkan aku jujur, Yoo Jin. Semua orang tahu bahwa kau pemilik tunggal dari Yayasan itu. Dan kita juga tahu bahwa kau menggunakan JSS untuk memantau JB Group.” Kata Ayah mertua Sung Won
Itu bukan "memantau." Aku berpikir bahwa kata "inspeksi" lebih cocok.” Kata Yoo Jin
Sung Won membela kalau kakaknya itu hanya mengawasinya, karena khawatir akan menodai nama ayahnya. Ayah mertua Sung Won ingin tahu berapa banyak jumlahnya yaitu Saham JB Grup yang dimiliki Yayasa ditambah saham yang diterima mendiang bibinya hari ini.

“Kau lebih baik Jual semua itu padaku. Aku tidak tertarik dengan JB Group, jadi jangan salah paham dengan niatku. Aku berencana untuk memberikannya kepada menantuku sebagai hadiah.” Kata Ayah mertua Sung Won
Oh, Ayah mertua. Kau tidak perlu melakukan itu.” kata Sung Won menolaknya.
Aku akan membayar dua kali lipat. Aku yakin bahwa uang itu akan lebih dari cukup untuk memenangkan presiden.” Kata Ayah mertua Sung Won
Yoo Jin hanya diam saja, Ayah mertua Sung Won memberikan tawaran terakhirnya yaitu akan memberikan tiga kali lipat. Se Joon berkomentar Sepertinya itu bukan ide buruk karena Uang sebanyak itu akan membantu urusan mereka selain itu akan menjadi jauh lebih mudah baginya untuk mendapatkan kursi kepresidenan.
Sung Won setuju pada kakak iparnya, Yoo Jin bertanya-tanya Bagaimana bisa menjual saham milik Yayasan ketika itu bukan miliknya. Ayah mertua Sung Won pikir tak ada yang sulit membuat keputusan ini, tapi menurutnya hanya Yoo Jin hanya tidak ingin, jadi ia akan membantunya.
Akan ada pertemuan darurat para direksi di Yayasan segera. Tujuannya akan memilih CEO yang baru.”kata Ayah mertua Sung Won
Yoo Jin melotota kaget lalu berdiri dari tempat duduknya, saat itu pulpenya melayang dan jatuh pada meja adiknya. Sung Won memegangnya dan langsung menekan bagian atas pulpen. Yoo Jin panik karena dengan begitu tak bisa lagi meminta pertolongan. 
bersambung ke part 2

 FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

6 komentar:

  1. satu minggu rasanya sanagt lelah untuk menunggu update drama ini. akhirnya muncul juga sinopsis nya, semakin penasaran sama kelanjutan ceritanya. untuk yang nulis,..
    fighting onnie.

    BalasHapus
  2. Penasaran bngt sm kelanjutan ceritanya..

    BalasHapus
  3. Penasaran bngt sm kelanjutan ceritanya..

    BalasHapus
  4. Sayang..part nya yoona or anna sedikit banget...btw.. tetap suka koq sama ceritanya...

    BalasHapus
  5. Sayang..part nya yoona or anna sedikit banget...btw.. tetap suka koq sama ceritanya...

    BalasHapus