Gun Wook memainkan layar yang ada didepan kulkasnya, lalu
mencari-cari resep untuk membuat makanan dan memilih menu sandwich buah.
Setelah itu melihat bahan-bahan dari resep dan mulai memotong bagian pinggir
roti, dari layarnya pun berbicara agar memotong dan merapihkan bagian pinggir
roti.
Setelah itu memotong Pisang, tomat dan mulai menyurun
dengan menambahkan daging asap dan juga selada. Akhirnya ia menaruh sandwich
didalam kotak makanan dengan senyuman bahagia.
Dal Nim sedang minum ditaman dengan seekor anjing, Ryang
Ha datang menyapa anjing lalu dengan jahitnya menyentil leher Dal Nim, akhirnya
Dal Nim sempat tersedak. Dal Nim pun menyuruh si anjing untuk mengonggong pada
Ryang Ha, si anjing pun menurut mengonggonya. Ryang Ha tak percaya anjingnya
itu mirip seperti orang saja yang mengerti.
“Aku mau ke klub, jadi cepat katakan” ucap Ryang Ha
“Begini, sejak hari itu tak ada kemajuan sama sekali. Makanya aku membuat rencana. Jadi, kupikir kalau kau mau bantu sedikit saja maka kami bakalan berkencan.” Ucap Dal Nim penuh semangat
“Bus sudah lewat, dia tak tahu... Dia malah kege-eran sendiri.” Keluh Ryang Ha
“Saat itu, dia akan menyadarinya. "Oh! Di sampingku, ada
bluebird!"” kata Dal Nim membuat
tanganya seperti burung. Ryang Ha mengeluh di malam indah harus duduk ditaman mendengarkan hal yang tak masuk
akal,
“Hei, kau kira aku suka di sini? Kalau kau bukan temannya Daepyonim, mana sudi aku bertemu dengan mu?”
teriak Dal Nim kesal
“Kalau kau terus memperlakukanku
begini, maka kau bakalan kehilangan semua info
penting!” ucap Ryang Ha memperingati, dal Nim pikir penting atau
tidak mereka bisa lihat nanti.
“Kau tahu Aku siapa? Malaikat penjaganya Je
Soo Ho, satu-satunya
temannya! Dengan
lidah ini, dalam 30 menitaku bisa membuatmu duduk di samping Je Soo Ho, Kalau aku lari, dia akan duduk di
sebelahmu. Tepat di
sebelahmu.” Kata Ryang Ha menyakinkan
“Itulah
yang kumau. Apapun
yang kau inginkan, akan kulakukan. Katakan saja.” Ucap Dal Nim merengek
“Lepas kacamata, turunkan berat
badan dan behel
itu! Lepaskan semua. Lepaskan semuanya dulu. Setelah itu, mari kita pikirkan
lagi, oke?” ucap Ryang Ha, Dal Nim menganggu
mengerti
Bo Nui keluar ruangan, mendengar suara orang yang bersiul
dengan menyanyikan lagu kesukaan orang tuanya, sampai akhirnya di atap gedung
melihat sosok Soo Ho yang bersiul lalu bertanya apa yang sedang dilakukanya.
Soo Ho memperlihatkan tas sushi yang dibawanya.
Akhirnya Bo Nui pun memakainya, Soo Ho bertanya apakah
enak Bo Nui mengangguk, Soo Ho kembali bertanya apakah senang. Bo Nui juga mengangguk. Soo mengeluh disaat seperti itu
seharusnya datang padanya tapi
tak ada sepatah katapun, Bo Nui langsung menaruh
kotak sushinya, Soo Ho pun mengerti akan menunggu saja.
“Jangan bersiul malam-malam, Bisa sial nanti.” Kata Bo Nui
“Berani kau bilang 'sial' pada Je
Soo Ho? Aku
sengaja bersiul! Aku
sengaja bersiul 'Takdir Pilu'.” Kata Soo Ho dengan
nada kesal, Bo Nui menanyakan alasanya.
“Siulan sial, melodi menyedihkan. Kau mendengarnya dan
mengikutinya, dan orang
yang kau suka sedang
memegang makanan enak dan berdiri di sana! Benar,
kan?” kata Soo Ho tersenyum bahagia, Bo Nui hanya bisa diam.
“Apa Kau tahu, kenangan terakhir itu sangat penting. Saat orang menilai kejadian atau
pengalaman, selalu
tergantung pada kejadian yang paling mengena Sampai akhir! Semua kesedihan, yang
menyakitkan...akan kuubah jadi kenangan baik. Akan kubuat paling kau ingat,
sampai akhir! Mulai
sekarang, ingatlah dengan senyuman.” Tegas Soo
Ho penuh semangat
Bo Nui meminta Soo Ho untuk tak bersiul dimalam hari, lalu
mengingatkan Terakhir kali saat menulis nama Ayahnya dengan tinta merah lalu terluka, Meskipun kemungkinannya 1/100
atau 1/1000, tetap
tidak boleh. Soo Ho merasa kalau kemarin hanya
kebetulan saja, mengeluh Bo Nui yang menghubungkannya dengan
sebab-akibat. Bo Nui bertanya apakah Soo Ho pernah
menelp ayahnya, Soo Ho hanya terdiam memalingkan wajahnya lalu berdiri.
Keduanya berdiri di pinggir atap, Bo Nui yakin ayah Soo
Ho pasti
menyesalinya dan menyayanginya, tapi karena terlalu sayang jadi tak tahu harus bagaimana
mengatakannya.
“Kalau ternyata ayahmu bukanlah ayah kandungmu... Apa pernah kau pikirkan?” tanya Soo Ho
“Kau bisa cerita pada beliau. Betapa terlukanya hatiku, kenapa sakitnya... Kalau tidak mengatakan, mana beliau tahu.” Kata Bo Nui, Soo Ho mengelengkan kepala seperti tak
setuju.
“Beliau sepertiku, Keras kepala, hanya tahu diri
sendiri dan tak tahu caranya meminta maaf. Kalau kami bertengkar, maka kami lebih memilih tidak saling
bertemu. Seperti
halnya kutub magnet yang
saling tolak menolak. Menjaga
jarak seperti ini mungkin
yang terbaik.” Jelas Soo Ho
Bo Nui mengingatkan Ayah Soo Ho itu keluarganya, Soo Ho
malah menyayangkan kalau mereka itu keluarga. Bo Nui memanggilnya Presdir, Soo Ho mengeluh kalau
mereka berkencan nanti meminta agar berhenti memanggilnya Presdir lalu mengajak untuk turun dengan
memberikan kedipan matanya.
Gun Wook masuk ke
Lobby Zeze menyapa Tuan Won yang sedang berjaga, tapi Tuan Won yang terlihat
tertunduk tak meresponya. Akhirnya Gun Wook pun mengetuk meja, Tuan Won pun
akhirnya tersadar dari tidurnya menyapanya ingin bertemu dengan siapa.
“Aku dengar Shim Bo Nui masih di atas.” Kata Gun Wook
“Oh, iya! Masih di lantai atas lembur sampai malam... Aigoo, kau mau kasih bekal” kata Tuan Won melihat kotak bekal yang dibawa oleh
Gun Wook. Gun Wook pun hanya bisa tersenyum meminta agar merahasiakanya.
Soo Ho menopang dagunya sambil menatap Bo Nui yang sedang
berkerja, Bo Nui melirik lalu meminta agar Soo Ho bisa melihat layar komputer
agar melihat games yang sedang diperbaikinya, Soo Ho pun berdiri dengan sedikit
membungkuk mendekati Bo Nui, tepat disamping wajahnya melihat kelayar komputer.
Bo Nui gugup bertanya apa yang dilakukan presdirnya, Soo
Ho mengatakan Bo Nui yang menyuruhnya untuk melihat, jadi sekarang berusaha untuk melihatnya. Gun Wook dengan
senyuman bahagia ingin masuk ke dalam ruangan, matanya melotot melihat Gun Wook
dan Bo Nui terlihat sangat dekat dan wajah Bo Nui yang tersenyum. Akhirnya
memilih untuk meninggalkan ruangan.
Bo Nui akhirnya menyelesaikan tugasnya. Soo Ho tertepat
membungkuk ada disampingnya, terlihat kebinggungan melihat apa yang kerjakanya.
Keduanya tiba-tiba saling menatap, Soo Ho memejamkan mata dan seperti ingin
menyiumnya, Bo Nui malah semakin menjauh dan langsung mendorongnya. Soo Ho pun
langsung terduduk dikursi dan pergi menjauh dengan meringis kesakitan.
“Itu yang mau kulakukan, Dilarang kontak fisik.” Teriak Bo Nui
“Hei... kau bilang dilarang... Kita sudah ciuman 2 kali.” Ucap Soo Ho, Bo Nui pikir Soo Ho itu bermimpi karena
mereka baru satu kali.
“Kau bilang Mimpi, Dasar wanita selalu cari gara-gara Apa kau
tak ingat? Waktu
itu! Saat Kau mabuk! Dan Bertingkah semaumu, bahkan seenaknya saja langsung menciumku” teriak
Soo Ho kesal
Bo Nui pun mengingat saat mabuk dan Soo Ho mengantarnya,
lalu tanpa sadar langsung menciumnya karena berpikir kalau itu “macan” yang
dicarinya.
“Ah, orang bilang kau akan dengar
denting lonceng Apabil pertama
kali ciuman. Aku nggak dengar apa-apa tuh.” Keluh Soo
Ho, Bo Nui kaget mendengar Soo Ho mengaku Ciuman
pertama, Soo Ho terlihat panik langsung berdiri
“Jadi Amy bukan cinta pertamamu?”
kata Bo Nui bingung, Soo Ho membalikan badanya.
“Bukan! Bukan! Siapa yang bilang seperti itu? Semua ini baru pertama kalinya
bagiku! Pengakuan
pertamaku! Pegangan
tangan pertamaku! Ciuman pertamaku! Makanya...
kau harus tanggung jawab...”
ucap Soo Ho malu lalu buru-buru masuk ruangan.
Bo Nui hanya bisa melonggo binggung, Soo Ho menutup
jendela ruangan langsung berjongkok memukul wajahnya seperti berusaha
menyadarkan. Akhirnya ia keluar ruangan ingin mengatakan sesuatu, tapi Bo Nui
langsung berdiri dan pamit pulang. Soo Ho hanya bisa terlihat kesal karena
pengakuanya.
Di rumah, botol wine diatas meja tinggal setengah. Gun Wook duduk di atas tempat tidurnya sambil
menatap cincin lamaran yang tak jadi diberikan. Sementara Sul Hee duduk
sendirian mengingat kata-kata Soo Ho “Apa itu... cinta?” lalu menatap tanganya, terlihat binggung apakah itu
cinta, tapi kenapa malah terus membuatnya sakit.
Soo Ho menelp Bo Nui sambil menjepit foto di dinding
kamarnya, bertanya apakah sudah sampai rumah. Bo Nui mengatakan membenarkan.
Soo Ho mengatakan sangat merindukan, Bo Nui hanya terdiam, Soo Ho pun kembali
mengatakan sangat merindukan.
Bo Nui berpura-pura tak mendengar sambil berteriak kalau
sinyal ponselnya itu jelek, lalu mengucapkan selamat malam dan bertemu besok di
kantor. Soo Ho hanya bisa menahan rasa kesalnya karena Bo Nui masih saja berkutat
dengan jawaban
simpel itu, dengan menatap foto Bo Nui berharap agar Bo Nui
cepat sadar. Sementara Bo Nui sedang berdoa diatap.
“Tuhan, tolong aku.... Aku ingin percaya kata-katanya dan menggenggam tangannya. Tolong beri petunjuk, bagaimana mengontrol perasaanku.” Kata Bo Nui
Pagi hari
Bo Nui baru keluar rumah mendengar suara pintu Gun Wook
yang akan dibuka, dengan wajah panik memilih untuk menutup agar tak bertemu.
Setelah tak mendengar suara ia membuka pintu tapi ternyata Gun Wook sudah
menunggunya di depan pintu. Gun Wook menyuruh Bo Nui untuk keluar. Keduanya
akhirnya keluar dari apartment bersama.
“Tadi malam sungguh aku di kantor, Bukannya menghindarimu.” Jelas Bo Nui, Gun Wook memasangkan kacamata hitam.
“Kurasa reporter yang tempo hari
datang lagi. Aku sih masalah, tapi Nuna tidak, jadi Pakailah kacamatanya.” Kata Gun Wook,
Bo Nui melihat beberapa reporter bersembunyi dibalik
semak-semak, lalu mengucapkan terimakasih, lalu bertanya kemarin masak apa
karena mengatakan masak enak. Gun
Wook mengaku hanya beli toppoki dan dimakan sendiri. Bo Nui mengejek Gun Wook
itu Egois dan mengajak lain ali makan bersama. Gun Wook mengangguk setuju lalu
pamit untuk pergi. Beberapa saat
kemudian, Gun Wook sudah berlari ditepi sungai, seperti memiliki kebiasan
ketika hatinya sedang marah dilampiaska dengan berlari.
Seorang pria dengan mengunakan masker dan topi terlihat
mencurigakan di depan Zeze. Tuan Won mendekatinya, bertanya apa yang
dilakukanya karna sedari tadi hanya melirik kesana kemari. Pria itu tak
menjawab dan memilih berlari pergi.
Tuan Won pun kembali berjalan melihat seorang pria yang
berdiri menatap atas gedung, lalu masuk gedung. Akhirnya Tuan Won bertemu di
lobby gedung, meminta agar tak perlu berdebat. Tuan Je menegaskan Ayahnya
Je Soo Ho, yaitu Je Mul Po dan memperlihatkan ID Card agar menyakinkan.
“Tak perlu karena Sudah tertulis di agendaku, Kalau
antara jam 11-1 siang ada orang mabuk, itu
Ayahnya Presdir Je Soo Ho. Jangan boleh masuk! Ini masih pagi, dam juga tidak mabuk. Jadi Mana mungkin Anda ayahnya Je Soo
Ho? Kurasa kau kemari cuman mau minta sumbangan dengan modal ID Card Orang
terkenal sepertinya tak bisa semudah itu ditemui. Tolong pergilah.” Kata Tuan Won meremehkan
Bo Nui tiba-tiba datang menyapa Ayah Soo Ho, bertanya
apakah ingin bertemu Soo Ho. Tuan Won kaget mendengarnya, Tuan Je mengatakan Tak
perlu dan meminta agar Jangan beritahu Soo
Ho kalau ia datang dan langsung pergi.
Tuan Won bertanya apakah memang benar itu ayah Soo Ho. Bo
Nui membenarkan dengan tatapan sedih. Tuan Won bertanya Bo
Nui dari mana bisa tahu. Bo Nui beralasa kalau karena sebagai pegawai dari Zeze.
Tuan Won menatap curiga pasti ada sesuatu.
Soo Ho berlari saat melihat Bo Nui yang baru masuk ke
dalam lift, keduaya pun berada dalam lift terlihat hanya diam saja. Soo Ho
memulai pembicaran dengan menanyakan Skenario-nya, Bo Nui
langsung menjawab Kemarin malam sudah dibagikan
pada yang lain.
“Lalu bagiamana dengan Desain
tiap bagiannya?” tanya Soo Ho, dengan cepat
Bo Nui menjawabAkan selesai sore ini.
“ Dan Hubungan kita?” kata Soo Ho, Bo Nui menjawab malam ini.... lalu terdiam
karena terjebak pertanyaan Soo Ho yang bertubi-tubi.
Soo Ho tersenyum saat keluar dari lift, lalu masuk
ruangan duduk dikursinya memikirkan ucapan Bo Nui “Malam ini...”
Pesan masuk ke dalam ponselnya “Soo Ho! Ibu di rumahmu.” Dengan foto ibunya bersama action figurnya. Teringat
dimalam hari menempelkan foto Bo Nui di dinding kamarnya. Dengan kecepatan
tinggi sampai di cafe bertanya apakah Ryang Ha yang memberikan password rumah
pada ibunya.
Ryang Ha membenarkan, Soo Ho yang marah mengangkat besi
dibagian atas rak lalu berlari keluar dari gedung, Ryang Ha pikir Soo Ho sudah
mengantinya, menurutnya itu karena sibuk dengan Bo Nui sampai lupa dan sekarang
malah meyalahkanya. Setelah itu mencoba mengangkat besi diatas rak buku,
ternyata itu sangat berat tapi Soo Ho tadi bisa mengangkatnya.
Soo Ho berlari ke parkiran sepeda karena tak bawa kunci
berusaha untuk menariknya tapi tetap tak bisa terbuka. Akhirnya ia langsung
masuk ke dalam taksi saat seorang wanita turun.
Soo Ho sampai dirumah berlari menaiki tangga ingin masuk
kamarnya, ibunya sedang ada didapur heran melihat anaknya pulang karena hanya
ingin beres-beres rumah anaknya. Soo Ho mengeluh ibunya tak perlu melakukan
karena bisa memberesihkan sendiri, seperti bisa bernafas lega ibunya tak masuk
kamarnya.
“Di ruang TV semuanya sudah dibersihkan . Lemari esmu sudah Ibu penuhi. Aku mau minum teh, setelah itu baru bersih-bersih lantai atas” ucap Ibunya, Soo Ho pikir tak perlu
“Iya, Ibu yakin kau bisa
bersih-bersih sendiri. Aku pikir harus
sering-sering tiba-tiba datang ke
rumahmu karena Senang bisa melihat wajahmu.” Ungkap Nyonya Yang
Soo Ho meminta ibunya tak datang, Nyonya Yang meminta
anaknya untuk datang, dan bertanya apakah Soo terus tak
mau menemui Ayahnya, menceritakan beberapa
hari ini Ayah Soo Ho tak bisa tidur jadi memintanya aga diberi kesempatan. Soo Ho
tak mau membahasnya, meminta ibunya segera pulang karena akan menganti
passwordnya dan Ryang Ha tak akan mengetahuinya.
Bo Nui berlari pergi ke sebuah restoran, ternyata bertemu
dengan ibu Soo Ho. Nyonya Yang merasa Bo Nui itu pintar Tapitak
tahu banyak tentangnya. Bo Nui bertanya apa yang
harus Nyonya Yang ketahui karena sepertinya terlihat serius.
“Orang tuamu kerja apa? Apa mereka tinggal di Seoul?” tanya Nyonya Yang
“Mereka sudah meninggal, 10 tahun
lalu.” Jawab Bo Nui, Nyonya Yang bertanya apakah Bo Nui punya
saudara
Bo Nui menjawab punya seorang adik yang ada dirumah
sakit, Nyonya Yang terlihat agak kaget lalu bertanya Jadi yang
bayar tagihan rumah sakitnya Bo Nui sendirian. Bo Nui membenarkan. Nyonya Yang bertanya Bo Nui Lulusan
univesitas mana dan menebak pasti lulusan SKY karena bisa masuk ZeZe, Bo Nui mengatakan sudah berhenti kuliah ditengah jalan.
“ Apa Kau kencan dengan Soo Ho?” tanya Nyonya Yang, Bo Nui langsung menyangkalnya.
“Kurasa Soo Ho menyukaimu.” Kata Nyonya Yang, Bo Nui mengatakan sudah menolak Soo
Ho dan tak akan menerimanya.
“Bo Nui, memangnya kau siapa berani menolak anakku?” kata Nyonya Yang marah, Bo Nui binggung akhirnya Nyonya
Yang meminta agar Bo Nui ikut denganya.
Nyonya Yang pergi ke sebuah mall, lalu memilihkan sebuah
lipstik berwarna pink agar Bo Nui mencobanya. Lalu keduanya duduk bersama,
Nyonya Yang memberikan dua tas belanja pada Bo Nui, tapi Bo Nui menolak karena
kemarin sudah membelikan jaket. Nyonya Yang meminta Bo Nui megambilnya dan Dandan yang cantik lalu kencanlah dengan Soo Ho. Bo Nui pikir tak seperti itu.
“Kau bilang Tidak apaan? Soo Ho nempelkan fotomu di kamarnya. Bo Nui, kau sendiri bilang kalau anakku keren. Apa Kau tak melihatnya... sebagai seorang pria? Yah.... Baiklah. Aku tak akan
memaksamu... Tapi
terimalah ini. Kita
teman satu peramal, kau Anggaplah hadiah dari temanmu, oke?” kata Nyonya Yang, Bo Nui pun mengucapkan terimakasih.
“Jadi begini... Bo Nui... Bisa... kau menolongku?” kata Nyonya Yang
Ryang Ha sedang mengunakan kursi pijat dan mengetahui
temanya meneempel
semua fotonya di kamarnya, lalu tertawa mengejek
tak percaya seorang Je Soo Ho
melakukanya. Soo Ho pikir kenapa dirinya tak boleh melakukan itu. Ryang Ha
yakin Ibunya
pasti sudah lihat lalu mengejeknya sungguh
kasihan. Soo Ho pun sempat
inginm mengumpat lalu tiba-tiba langsung tersenyum sendiri
“Kau senyum? Dasar mesum! Hei, kau ditolak Bo Nui harusnya sekarang ini kau patah
hati. Sekarang
kau lagi terbawa perasaan?” ejek Ryang Ha
“Menungung kereta yang tak kunjung tiba sama saja berada di neraka. Tapi
menunggu kereta yang pasti dating adalah
keberkahan.” Kata Soo Ho seperti mengeluarkan pepatah,
Ryang Ha meminta izin untuk pergi ke toilet karena ingin muntah.
“Hei! Apa kau Lagi nulis novel ? Kau itu lulusan sains!” ucap Ryang Ha mengingatkan
“Tidak, aku merasakan sesuatu. Rasanya seperti magma vulkanik yang meletup-letup di dasar
hatiku.” Ucap Soo Ho pun semangat.
Ryang Ha akhirnya turun dari kursi pijat merasa yang
duduk didepanya itu bukan Soo Ho yang dikenalnya selama ini. Ponsel Soo Ho tiba-tiba berdering, keduanya
langsung menatap dengan mata melotot kaget. Ryang Ha menyuruh Soo Ho untuk
tetap tenang dan memelankan suaranya. Soo Ho mengangkat telpnya dan hanya
mengatakan “yah aku mengerti”
Melihat wajah Soo Ho yang datar, Ryang Ha yakin Ditolak
lagi mengumpat temanya yang terlalu terbawa perasaan. Soo Ho
memberitahu Bo Nui yang mengajaknya makan siang bersama. Keduanya langsung
menjerit bahagia.
Bo Nui baru saja selesai menelp Soo Ho, lalu didepan
tempat berdoa memohoan agar membuak semua
penghalang dan Uraikan
semua yang sudah menjadi simpul.
Nyonya Yang memberikan sepasang sepatu pada suaminya,
Tuan Je bertanya apa lagi sekarang. Nyonya Yang meminta suaminya agar pergi
denganya.
“Apapun yang terjadi, tutup
mulutmu. Kalau kau
buka mulut, cukup
katakan "benar, benar, benar". Itu saja.” Kata Nyonya Yang
“Omong kosong apa lagi ini?” keluh Tuan Je
“Kalau kau menolak, artinya kita
cerai.” Ucap Nyonya Yang mengancam
Foto Bo Nui masih tertempel di dinding kamar, Soo Ho
mulai memilih baju untuk berkencan dengan Bo Nui, mulai dengan kaos garis-garis
dengan kerah lalu merapihkan rambutnya. Tapi akhirnya merasa tak cocok menganti
dengan kemeja biru, dengan suara mengoda menyapa Bo Nui bertanya mau makan apa
dan menyarankan untuk makan ikan.
Soo Ho menganti dengan sweater abu-abu, tapi menurutnya
bahunya terlihat kekar padahal selama ini kurus. Ia memilih baju yang tak tahu
bagian depanya, sampai akhirnya memasukan kepala setengah, menurutnya harus
mengunakan pakaian yang biasa.
Ia menatap cermin merasa wajahnya itu terlihat
lebih hitam, akhirnya membuka bajunya harus mandi
kembali. Di lantai bertumpuk-tumpuk pakaian yang dicoba oleh Soo Ho.
Bo Nui sudah menunggu disuatu tempat, saat itulah Soo Ho
datang dengan baju yang biasa digunakanya, celana pendek dan baju sedikit
keberaran. Bo Nui pun menyapanya lebih dulu, Soo Ho mengatakan Akhirnya
paham teori relativitas!
“Mulai dari kemarin malam sampai
pagi ini, satu
menit rasanya seperti sejam! Tapi
satu jam perjalanan untuk bertemu dengamu seperti semenit! Bahkan sekarang,
saat menatapmu. Saat
ini waktu seolah terhenti.” Kata Soo Ho terlihat
mengebu-gebu, Bo Nui ingin berbicara, Soo Ho mengajak untuk bicara didalam
saja.
Tiba-tiba terdengar suara ibunya yang memanggil, Soo Ho
melonggo melihat ibu dan ayahnya datang. Bo Nui memberitahu kalau mereka akan
makan dengan keluarganya, dan langsung
pamit pergi. Nyonya Yang menahanya mengajak Bo Nui ikut makan karena sudah
saling mengenal. Bo Nui terdiam melihat Soo Ho yang terlihat tak senang.
Di dalam restoran
Suasana seperti terasa dingin, Nyonya Yang memulai
pembicaraan sudah berapa lama ya tak berkumpul seperti sekaran, menurutnya ini pertama kali setelah Soo Ho pergi
ke Amerika diusia 11 tahun. Soo Ho hanya diam saja, Nyonya Yang memberikan
kode, Bo Nui pun mulai berkomentar ternyata mereka sudah 20 tahun tak bertemu. Nyonya
yang menyenggol paha suaminya, Tuan Je mengatakan “benar” Soo Ho melirik sinis
dengan tangan terlipat didada.
“Berhubung bisa kumpul begini, maka kita harus luruskan
kesalahpahaman yang ada. Semua
kesalahpahaman dan kesalahan, oke?” ucap Nyonya Yang lalu menyenggol paha suaminya. Tuan Je
pun membenarkan.
“Ayahmu sudah tak menyentuh
minuman lagi sekarang, Sudah
berhenti total.” Kata Nyonya Yang, Tuan Je
menjawab hentikan. Nyonya Yang melotot kaget.
“Ada masalah apa dengan ku? Melipat tangan dan tatapanmu dingin begitu. Memangnya kau ini ayahku?” kata Tuan Je menantang, Soo Ho tak mau beradu mulut
memilih untuk menghentikan saja dan ingin pergi.
“Soo Ho! Kau Sudah 20 tahun!” ucap Nyonya Yang berharap anaknya tetap duduk
“Kalau mau pergi, Lebih baik pergi saja. Mau berapa lama orang tuamu harus merendah dan
mengiba di kakimu!” kata Tuan Je marah, Nyonya
Yang meminta agar suaminya menjaga sikap karena ada Bo Nui
“Kenapa Ayah lakukan itu?” kata Soo Ho, Tuan Je bertanya apa yang dilakukan dan
meminta agar yang jelas kalau memang bicara
“Kenapa... Ayah melempar anak umur 7 tahun ke laut?” ucap Soo Ho
“Anak nelayan harus bisa berenang dan Kau sama sekali tidak bisa.” Jawab Tuan Je
“Kenapa kau menyalahkanku? Apa Ayah tahu... sejak hari itu anak
lemah itu tak
berani dekat air? Apa Ayah tahu
kalau bau laut saja sudah
membuatku mual? Ayah
punya tambak ikan dengan air di mana-mana dan tanya kenapa aku tak mau
pulang?” ucap Soo Ho mengeluarkan semua yang ditahanya selama
ini
Tuan Je malah menantang apa yang ingin dilakukanya,
apakah harus berlutut, lalu mengejek karena pintar jadi sombong pada orang tuanya, menurutnya anaknya sejak kecil seperti itu, bahkan
berbicara seolah tahu semuanya. Soo Ho menegasan dulu waktu
masih kecil Laut dan gelapnya malam membuatnya takut.
“Aku masih kecil, takut pada orang
yang tak kukenal, menyentuhku,
menanyaiku dan melihatku dan Yang tak melihatku sebagai anak
kecil adalah
kalian berdua.” Tegas Soo Ho lalu keluar dari restoran,
Bo Nui pun ikut keluar dari restoran, Tuan Je mulai marah
“Jangan pernah buat pertemuan
seperti ini lagi.” Tegas Tuan Je pada istrinya
Bo Nui mengejar Soo Ho yang sudah berjalan ditaman, Soo
Ho langsung menghempaskan tanganya. Bo Nui meminta Maaf karena seharusnya tadi mengatakan, tapi
ibunya bilang kalau mengatakan mungkin Soo Ho tak akan datang. Soo Ho
membenarkan karena seharusnya Bo Nui mengatakan dari awal.
“Ini baru permulaan. Sakit yang Presdir rasakan, luka yang kau alami, dan penyebabnya mulai sekarang katakan pada
mereka.” Kata Bo Nui
“Sekarang menurutmu aku lebih marah pada siapa? Kau, Bo Nui. Hanya karena aku suka padamu, kau bisa bertindak seenaknya,
begitukah? Menurutmu apa kau punya hak untuk itu?” kata Soo Ho marah
“Aku kasihan pada mu, Hatimu begitu keras dan itu membuat hatiku terluka.” Ucap Bo Nui
“Lalu kau harus bohong?” teriak Soo Ho marah, Bo Nui
menegaskan kalau sebelumnya akan mengatakan padanya.
“Yah... Ayahmu memang kasar pada kau, itu benar. Tapi yang paling kasar
tindakannya adalah kau. Apa salahnya membuka tangan lebih
dulu? Apa
salahnya mengambil inisiatif dulu? Begitu seharusnya cinta! Kau bahkan tak tahu itu....” kata Bo Nui langsung disela oleh Soo Ho
“Aku lagi yang salah... Aku tak tahu kalau kau
menganggapku begitu... sejak
pagi tadi aku terlalu senang... Kupikir
kita mencoba memecahkan persoalan yang sama Tapi ternyata aku salah. Selama ini... sudah mengganggumu, aku minta
maaf.” Kata Soo Ho lalu pergi meninggalkanya.
Bo Nui pun hanya diam menatap Soo Ho yang pergi denga mata
berkaca-kaca Soo Ho sempat berhenti tapi setelah itu memilih tetap melangkah
pergi. Bo Nui pun menangis meliha kepergian Soo Ho.
[Ciuman Pertama]
Soo Ho langsung masuk ruangan setelah mengakui kalau Bo
Nui sebagai ciuman pertamanya dan langsung menutup tirainya. Bo Nui masih
melonggo tapi setelah itu membaringkan kepalanya tersenyum bahagia karena Ciuman pertamanya... dengan dirinya.
bersambung ke episode 12
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Yang nyamar kan itu anak buah yang jual game soo hoo dulu bukan...???
BalasHapusMakin makin nih drama makin seru, makin lucu, makin bikin penasaran.
BalasHapusTerimakasih mba de slalu happy klo udh baca tulisan mba de.
Semoga beautiful gongshim bisa di post secepat lucky romance :) gomawo min :)
BalasHapusMbak dyah buat sinopsis film glory days dong
BalasHapus