PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Charles
berlari terengah-engah memanggil Jung Gook menanyakan alasan menutupi wajahnya untuk berolahraga. Jung Gook mengaku
karena Debu halus dan tidak bisa
berkampanye jika terpaksa berada di dalam ruangan.
“Mi Young
juga akan membantu. Aku tidak akan mengacaukannya.”
Jelas Jung Kook.
“Kenapa
dia tiba-tiba menawarkan untuk membantu?
Apa dia mencoba menangkap kita semua? Apa dia menyamar atau semacamnya?” kata
Charles panik
“Hei. Dia
mencoba membantu suaminya. Apa maksudmu menyamar? Ini kekuatan cinta... Kekuatan
cinta.” Ucap Jung Kook yakin. Charles akhirnya jatuh kelelahan.
“Hei,
Nak... Usiamu baru 25. Bagaimana mungkin ini membuatmu kelelahan?” keluh Jung
Kook melihat temanya yang tergeletak di jalan.
Lalu Mi Young menelp Jung Kook.
Joo Myung
berjalan mondar mandir, lalu berbicara pada semua timnya mengaku sudah memikirkannya
kembali, tapi masih bingung, menurutnya itu sama sekali tidak masuk akal kalau Seorang
pria yang meninggal karena serangan jantung pernah terpilih sebagai walikota di
AS.
“Tapi ini
bahkan lebih tidak bisa dipahami. Aku sudah menyia-nyiakan hidupku... Omong-omong,
kita akan mengganti strategi kampanye kita.” Ucap Joo Myung, Semua hanya
menatap binggung.
“Kenapa
kalian semua menatapku? Kalian membuatku merasa tidak nyaman. Coba Lihat saja
ini... Ini akan menjadi strategi kita mulai sekarang.” Kata Joo Myung menunjuk
ke arah papan tulis.
“Tidak
ada apa-apa di sana. Kosong... Katakan sesuatu.” Kata Charles. Joo Myung
menyuruh mereka untuk Angkat tangan jika ingin bicara.
“Ada
banyak orang di sini, Seperti rapat perwakilan kelas saat SD.” Jelas Joo Myung.
Charles mengerti lalu mengangkat tangan. Joo Myung pun mempersilahkan bicara.
“Halo,
aku Kim Chul Soo... Papan itu benar-benar kosong. Kami tidak paham bagaimana
itu menjadi strategi. Tolong jelaskan.” Kata Charles. Seung Yi ikut mengangkat
tangan.
“Aku
Hwang Seung Yi, seorang pegawai. Aku mendukungnya.” Ucap Seung Yi
“Aku Yang
Mi Jin, seorang ibu rumah tangga...” kata Mi Jin dan langsung disela oleh Joo
Myung kalau Tidak perlu mendukung itu.
“Karena
kalian semua ingin tahu, aku akan menjelaskannya. Seperti kata Chul Soo, ini
kosong. Bersih... Jadi Itu dia... Strategi kampanye kita mulai sekarang
adalah.. tidak ada. Tidak memiliki strategi adalah strategi kita.” Kata Joo
Myung
“Beginikah
cara kerjamu?” bisik Mi Young. Jung Kook terlihat binggung mencoba menjaga
wibawanya.
“Tidak membuat
janji adalah janji kita. "Kita tidak akan dibebani oleh janji kita." "Kita
tidak akan membuat janji-janji kosong." "Kita akan menjadi angin sejuk
yang menyegarkan untuk orang-orang yang lelah karena kebohongan politisi."
Itu yang akan kita lakukan.” Kata Joo Myung yakin
“Menurutku
kita akan jatuh terkapar.” Komentar Wang Goo. Jung Kook langsung menatap sinis.
Wang Goo langsung meminta maaf.
“Hidup
ini berat dan Penuh tekanan. Selama dua pekan dalam setahun, selama musim
pemilu, mari kita membuat orang-orang tertawa. Hal-hal yang harus dilakukan
politisi. Membuat warga gembira. Mari kita lakukan itu.” Jelas Joo Myung.
Mi Young
akhirnya ikut kampanye dengan adik iparnya agar memilih nomor lima, Yang Jung
Gook. Seorang pedagang meminta Mi Young mencoba makanan yang dijualnya karena
rasanya enak. Mi Young melihat makan didepan matanya.
“Maaf,
tapi aku tidak bisa makan bagian paru-paru...” ucap Mi Young menolak. Mi Jin
langsung menyengolnya melirik pada lawan Jung Kook.
Saingan
Jung Kook terlihat makan yang diberikan pedagang sambil memuji rasanya
enak. Mi Jin langsung menyuruh Mi Young
makan karena nanti akan kehilangan suara. Mi Young akhirnya terpaksa makan dan
memuji rasanya enak.
Jung Kook
juga melakukan orasi, menyapa semua penduduk mengaku sebagai orang yang tidak
tahu apa pun tentang politik dan ingin memberitahu alasanya mencoba terjun ke
dalam politik.
“Apakah
menurut kalian aku terlalu muda untuk terjun ke dalam politik? Jika pendapat
kalian seperti itu, tidak ada alasan untuk memikirkannya. Pilihlah orang
lain... Pilihlah Kang Soo Il atau Han Sang Jin.” Ucap Jung Kook dengan penuh
semangat.
Mi Young
melihat makanan didepanya meminta maaf karena tidak bisa makan cacing sendok
dengan wajah jijik. Mi Jin memperlihatkan saingan Jung Kook yang bisa makan
gurita tanpa dipotong bahkan sangat lahap, Mi Young pun makan dengan lahap
walaupun yang ga disukai.
“Namun, jika
kalian mempertanyakan kenapa mereka yang memahami politik menggeluti politik
seperti itu...” ucap Jung Kook
Mi Young
terus melakuan apapun demi mendapatkan suara untuk suaminya, bahkan memakan
apapun sampai melihat lawanya yang makan seperti batang kayu, demi mendapatakan simpati.
“Aku
memilih orang dengan pengalaman dan usia, tapi mereka tidak melakukan apa pun! Seorang
pemuda yang tidak tahu apa-apa akan lebih baik. Jika begitu perasaan kalian...”
kata Jung Kook
“Warga
Pemberani... Kandidat nomor lima, Yang Jung Gook. Pilihlah aku, Yang Jung
Gook... Warga Pemberani akan dengan berani tidak membuat perubahan. Warga
Pemberani akan dengan berani melindungi kalian.” Ucap Jung Kook terus berorasi.
“Aku akan
melindungi kalian dari kebohongan dan rumor yang disebarkan, dan semua penipua yang
diberikan kepada kalian oleh para politisi.” Kata Jung Kook menyakinkan semua
pejalan kaki.
Charles
melakukan undian dengan memanggil pemilik nomor 27, Salah satu pelajar berdiri mengaku nomornya
yang di panggil. Charles memberitahu kalau Nomor 27 mendapatkan sebotol miras.
Si anak remaja bahagia karena itu wine berusia 30 tahun. Charles menyuruh
segera pergi saja.
“Kenapa
kau memberikan hadiah di sana? Itu pelanggaran UU Pemilu.” Keluh Joo Myung
diruangan kemenangan. Charles hanya bisa meminta maaf.
“Berhentilah
melakukan itu dan beri tahu aku... Jelaskan perlahan. Kenapa kamu melakukannya?
Apa aku melakukan kesalahan padamu?” kata Joo Myung kesal.
Jung Kook
memeluk Mi Young dari belakang terlihat sangat mesra dan saat itu juga Mi Young
memberikan pukulan pada selangkangan suaminya dan membantingnya. Jung Kook
kesakitan, Wang Goo pun panik melihat atasanya.
“Apa Kau
lihat itu? Begitu cara melakukannya... Baik. Kalian berdua, majulah.” Kata Mi
Young. Para anak remaja melihat Jung Kook ketakutan sambil menutupi
selangkanganya.
“ Aku
belum menikah... Aku terlalu takut.” Ucap Remaja ketakutan takut nasibnya sama
dengan Jung Kook.
Seung Yi
dan Mi Jin duduk di spanduk yang bertuliskan "Beri tahu Yang Jung Gook Harapan Kalian!"
Seorang anak pelajar datang bertany apakah
kandidat nomor lima Yang Jung Gook benar-benar mewujudkan semua
harapannya. Keduanya menganguk dengan sangat yakin.
Si anak
mengaku dirampok, saat itu juga Mi Jin dan Seung Yi saling menatap. Beberapa saat
kemudian, tiga orang remaja langsung berlutut dengan wajah babak belur. Mi Jin
dan Seung Yi berhasil mengambil uang dari tangan si remaja.
“Beri tahu
ibumu "Kandidat nomor lima.".. Nomor lima.” Ucap Mi Jin pada si anak
yang meminta tolong pada mereka. Saat itu juga Si anak tersenyum puas menerima
uang dan mengeluarkan rokok.
Joo Myung
mendengar cerita Mi Jin dan Seung Yi mengeluh ingin tahu alasan memukuli
anak-anak seperti itu dan hasilnya Orang tua mereka mengancam akan
melaporkan. Keduanya hanya bisa meminta
maaf. Joo Myung meminta aar jangan melakukan dan meminta memberitahunya
perlahan.
“Kenapa
kalian melakukannya? Beri tahu aku. Apa aku melakukan kesalahan pada kalian
berdua?” ucap Joo Myung kesal.
Jung Kook
dan Mi Young naik mobil untuk kampanye meminta gar memilih Kandidat nomor lima,
Yang Jung Gook. Saat itu mobil melewati jalan bergelombang, Mi Young hampir
terjatuh. Jung Kook langsung menarik dan memegangnya.
Mi Young
seperti merasakan sesuatu, Jung Kook pun seperti hatinya kembali berdebar.
Keduanya saling menatap dan tiba-tiba salah satu volenter berteriak kaget,
seperti melihat Jung Kook dan Mi Young yang berdekatan.
“Astaga...
Pak Park jatuh!” teriak Si wanita. Jung Kook pun baru sadar melihat Wang Goo
jatuh berguling di jalan lalu meminta mobil berhenti dan segera memanggil
ambulance.
Charles
kembali melakukan undian memanggil nomor 32 bertanya apakah Ada yang mendapatkan bingo, Si anak langsung
berterika bahagia Bingo. Charles pun memberikan hadiah dan juga selamat.
“Kenapa
kau bermain bingo untuk uang? Itu berjudi.” Keluh Joo Myung menahan kesal.
Charles hanya bisa tertunduk.
Di bawah
sepanduk "Beri tahu Yang Jung Gook Harapan Kalian!" Beberapa anak
remaja datang menyuruh Seung Yi dan Mi Jin ikut dengan mereka. Mi Jin dan Seung
Yi saling menatap.
“Kenapa
kalian memukuli kami untuk kali kedua? Mereka tidak bisa makan karena mereka
kehilangan semua gigi mereka. Aku melakukan kesalahan, kan? Menurutku begitu.
Beri tahu aku.. Apa kesalahanku terhadap kalian?” ucap Joo Myung kesal. Mi Jin
menujuk Seung Yi yang melakukan kesalahan.
“Kau yang
melakukannya.” Ucap Seung Yi menarik rambut Mi Jin, keduanya akhirnya saling
adu mulut dan menarik rambut. Joo Myung pun memberikan keduanya.
“Tolong
beri aku suara kalian yang berharga... Terima kasih.” Ucap Jung Kook lalu turun
dan mobil dan menari bersama Mi Young dan tim suksesnya.
"Sempurna,
sempurna Yang Jung Gook sempurna, Siapa satu orang di dunia ini, Yang akan
benar-benar bekerja keras, Memberikan dirinya untuk mengubah dunia, Dan
menciptakan negara yang baik untuk ditinggali?"
Jung Kook
dan Mi Young terlihat sangat lues menari, bahkan Joo Myung juga ikut menari
mendukukng kampanye Jung Kook. Tuan Choi melihat mereka akhirnya ikut menari
disamping Joo Myung dengan penuh semangat.
“Kita sudah separuh jalan dalam
kampanye resmi untuk pemilihan. Kita memasuki tahap penggelapan di mana rating
dirahasiakan. Karena pemilih tidak tahu apa pendapat publik, kami melihat
strategi setiap kandidat. Tahap penggelapan telah dimulai, di mana poling
dilarang.”
“Makin mendekati pemilu, poling
tidak akurat dan tidak adil mungkin akan menghalangi pemilu yang adil dan
pengaruh pemilih, dan karena itu, semua itu dilarang.”
Hoo Ja
menonton berita di ruangan, Sek Park datang karena sang kakak mencarinya. Hoo Ja merasa Bukan masalah besar tapi
setelah memikirkan, ini masalah besar. Sek Park bertanya Masalah besar
apa,berpikir kalau Jung Gook menimbulkan masalah lagi.
“Itu
bukan apa-apa jika dibandingkan ini. Mari kita membuat kekacauan. Kita seharusnya
memulai apa yang kukatakan sebelumnya.” Ucap Hoo Ja penuh rencana.
Suami
Myung Im melonggo kaget melihat yang datang, Hoo Ja dan Sek park datang ke
tempat Sang Jin. Sek Park memberitahu kalau
datang untuk bertemu Pak Han dan melihat sedang tak ada dikantor.
Akhirnya
Suami Myung Im menelp dengan wajah gugup melihat Hoo Ja dan Sek Park duduk
minum teh. Sang Jin kaget bertanya siapa yang datang. Suami Myung Im menyebut
Park Hoo Ja yaitu dirut Baekkyung Capital dan
bilang pernah bertemu dengan Sang Jin sekali sebelumnya.
“Wanita
yang datang bersamanya... Kurasa aku pernah melihatnya sebelumnya. Kau belum
kembali sampai malam, jadi, aku berulang kali memberi tahu mereka kau akan
kembali nanti, tapi mereka bersikeras bertemu denganmu hari ini. Apa yang akan
kau lakukan? Kamu ingin singgah?” ucap Suami Myung Im.
“Kenapa
dia harus singgah? Kita tidak punya waktu. Orang aneh selalu muncul selama
pemilu... Suruh mereka pergi...” kata Myung Im. Hoo Ja langsung menepuk pundak
Suami Myung Im.
“Dia meminta
teleponnya.” Ucap Suami Myung Im. Myung In menegaskan Jangan berikan padanya
dan menyuruh pergi saja.
“Lupakan
saja. Suruh dia bicara. Aku akan bicara dengannya... Permisi, Bu. Pergilah...
Pak Han sangat sibuk sekarang, jadi, dia tidak punya waktu...” ucap Myung Im
marah, Suaminya mengaku kalau masih ia yang ada ditelp.
“Dasar
bodoh... Kenapa kau lamban sekali? Sayang. Cintaku. Aku sangat mencintaimu
sampai aku ingin menggigitmu hingga mati. Jangan. Berikan teleponnya pada Park
Hoo Ja.” Kata Myung Im
“Ini aku,
Anggota Majelis Han. Maksudku, Pak Han... Apa kabar?” ucap Hoo Ja.
“ Kabarku
baik. Tentu. Ya... Tapi kenapa kau datang ke kantor kami?” kata Sang Jin.
“Aku
datang untuk berbicara denganmu tentang sesuau. Karena itu aku singgah. Mari
bertemu selama beberapa menit jika kau punya waktu luang.” Ucap Hoo Ja. Sang
Jin mengaku tidak punya...
“Luangkan
waktu jika tidak ada.” Kata Hoo Ja. Sang Jin menegaskan tidak datang untuk meminta seperti sebelumnya.
“Dengar,
Pak Han... Hari ini, aku datang untuk mengancammu.” Kata Hoo Ja. Myung Im yang
mendengarnya langsung berteriak marah.
“Hei, Ibu
Tua... Bisakah kau tidak ikut campur? Para pimpinan sedang bicara. Kau harus
tahu sopan santun... Omong-omong, aku telah mengatakan apa yang ingin
kusampaikan... Keputusan ada di tanganmu. Aku akan menemui Kang Soo Il jika kau
menunda.” Ucap Hoo Ja.
Sang Jin
ingin bicara tapi Hoo Ja sudah menutup telpnya,
Myung Im langsung mengomel kalau sudah menutup teleponnya yang
menurutnya sungguh aneh. Ia pikir ingin memuntir lehernya, merobek kepalanya.
Hoo Ja
duduk di ruangan, Sek Park bertanya apakah Sang Jin akan datang dan Bagaimana
jika Sang Jin yang mempermainkan mereka seperti sebelumnya. Sang Jin terlihat
kebingungan memikirkan permintaan Hoo Ja.
“Dia akan
datang. Dia pasti datang.” Ucap Hoo Ja yakin. Sek Park heran karena kakaknya
bisa berpikir begitu
“Kang Soo
Il menusuknya dari atas, dan Jung Gook melambaikan pedangnya dari bawah. Untuk
orang seperti Han Sang Jin, rating persetujuan bagaikan gangster” ucap Hoo Ja
yakin.
“Hei,
Myung Im.” Kata Sang Jin terlihat sudah memutuskan sesuatu.
“Jadi,
dia harus datang jika dia tidak ingin diserang.” Kata Hoo Ja yakin.
Flash Back
Hoo Ja
berbicara sambil bermain billiar menegaskan
hanya akan memberitahu apa yang direncanakankalau akan membuat Yang Jung
Gook memenangkan rating dan menggunakan itu untuk membuat kesepakatan dengan
Han Sang Jin.
“Aku akan
bernegosiasi bukan dengan uang, tapi dengan suara. Jika kita menghancurkan Jung
Gook dan menjadikannya Anggota Majelis, maka dia akan mendengarkan kita karena
kita mengirimnya ke Majelis. Politik seharusnya dilakukan oleh berandal
berpendidikan, bukan seorang penipu yang berani.” Ucap Hoo Ja dengan sangat
yakin sambil bermain billiard.
Sang Jin
akhirnya datang duduk bersama dengan Hoo Ja serta dua rekan kerjanya. Hoo Ja
mengaku tidak suka hal-hal yang kacau dan kotor jadi berencana langsung ke
intinya. Sang Jin pikir itu bagus karena Waktunya tidak banyak.
“Kang Soo
Il, 40. Han Sang Jin, 32. Yang Jung Gook, 10 Itu peringkat saat ini, kan?” ucap
Hoo Ja. Sang Jin membenarkan.
“Aku akan
memberimu 10 persen milik Jung Gook. Jadi Kau akan mengalahkan Kang Soo Il
dengan dua persen. 42 versus 40.” Ucap Hoo Ja.
“Aku
tidak mengerti apa maksudmu.” Komentar Sang Jin. Hoo Ja mengejek Sang Jin yang tidak
mengerti.
“Akulah
yang meminta Yang Jung Gook mengikuti pemilihan. Aku menciptakan dia untuk
mengacaukanmu. Seharusnya kau mendengarkan aku dahulu... Apa kau Ingat yang
kukatakan dahulu? Bantu mencabut UU
Regulasi Suku Bunga. Hanya itu yang perlu kamu lakukan.” Kata Hoo Ja
“Lalu aku
akan meminta Jung Gook berhenti dari pemilihan dan memberimu semua suaranya.
Lalu ka u bisa melambaikan bendera pada serikat pekerja, bertarung untuk
mengalahkan kemiskinan, apa pun keinginanmu. Selama UU Regulasi Suku Bunga dicabut.
Aku tidak menginginkan hal lain darimu.” Ucap Hoo Ja yakin
“Mendengar
sesuatu yang sangat mengejutkan membuatku sangat bingung.” Kata Sang Jin
terlihat gugup.
“Kenapa
kau bingung karena sesuatu seperti ini? Kau pasti pengecut.” Ejek Hoo Ja.
“Hei. Aku
sudah cukup mendengarnya.” Teriak Myung Im sambil berdiri. Hoo Ja menyuruh
Myung Im duduk.
“Aku
tidak berbicara denganmu, jadi, duduklah. Para pimpinan sedang bicara sekarang.”
Sindir Hoo Ja. Myung Im makin marah mendengarnya. Suaminya akhirnya menarik istrinya keluar dari
ruangan.
“Tentu,
itu mengejutkan, tapi aku mengerti apa maksudmu dan apa persisnya situasi ini.”
Ucap Sang Jin.
“Sesuai
harapan, kau tanggap. Itu bagus.” Komentar Hoo Ja. Sang Jin pun mengucapkan
terimakasih
“Tapi aku
punya satu pertanyaan. Apa yang terjadi jika Yang Jung Gook, adik iparku, tidak
menuruti perkataanmu?” kata Sang Jin .
“Jangan
mengkhawatirkan itu. Dia akan berhenti jika kuminta. Dia tidak mengikuti pemilu
karena dia menginginkannya.” Ucap Hoo Ja yakin
“Tapi kau
tidak pernah tahu. Dia mungkin mulai memiliki semangat untuk berpolitik, dan
karena ratingnya meningkat, dia mungkin memutuskan untuk terjun ke dalam
politik. Itu memungkinkan...” kata Sang Jin yang langsung menyela.
Hoo Ja
menegaskan kalau itu tidak akan terjadi dan Walaupun itu terjadi, Sang Jin itu
tidak bisa menolaknya. Sang Jin seperti
tak yakin, Hoo Ja menegaskan kalau tahu banyak rahasia Jung Gook. Sang Jin
ingin tahu rahasia apa itu.
“Ada
sesuatu... tapi Kau belum memihakku. Aku tidak bisa berbagi peluru. Jika kau
memutuskan untuk bekerja denganku, maka aku akan memberitahumu semua rahasia
kotornya... Tidak sebelumnya. Kau mungkin akan memakainya untuk merugikan kami.
Bagaimana menurutmu? Maukah kamu bergabung denganku?” kata Hoo Ja. Sang Jin
hanya bisa tertawa
“Jangan
tertawa. Aku tidak bergurau... Kau akan bergabung denganku, kan?” ucap Hoo Ja
“Maksudku...
Menurutku tidak.. Seperti yang kukatakan padamu sebelumnya...” kata Sang Jin.
Flash Back
“Begini,
usiaku sudah lebih dari 40 tahun, tapi aku masih lajang. Aku tidak punya tempat
tinggal, yang berarti aku tidak punya pinjaman, yang berarti aku tidak punya
utang. Begini...” kata Sang Jin saat pertama kali bertemu dengan Hoo Ja.
“Karena
itulah aku terjun ke dalam politik. Aku tidak punya banyak hal yang harus
kulindungi. Jika aku tidak memenangkan pemilu, biarkan saja. Aku masih muda.
Aku punya banyak waktu.” Jelas Sang Jin
“Begitu
rupanya. Kau muda dan punya banyak waktu. Jadi, kenapa seseorang seperti itu
mengubah posisinya dan mengatakan dia akan memberi mereka jalur kereta bawah
tanah? Kau pikir kau orang yang baik, kan?” kata Hoo Ja
“Aku akan
memberimu nasihat berdasarkan pengalamanku. Orang baik tidak menemuiku dua
kali. Berandal yang baik tidak bertemu rentenir sepertiku untuk kali kedua.
Kamu terlihat akan ternoda, berkompromi, dan semua itu begitu masuk ke dalam
Majelis.” Ucap Hoo Ja. Sang Jin hanya terdiam.
“Jika kau
akan berubah, lebih baik berubah sekarang. Kau harus menjadi dewasa selagi
masih muda. Kau tidak bisa bertumbuh setelah tua karena kau kekurangan energi.
Kau bisa Telepon aku Aku akan memberimu persis 24 jam, satu hari.” Ucap Hoo Ja
lalu berjalan pergi. Sang Jin seperti berpikir keras.
Hoo Ja
duduk di mobil memanggil adiknya,
bertanya apakah mau bertaruh. Gwi Nam bertanya untuk masalah apa. Hoo Ja ingin
tahu apakah Han Sang Jin meneleponya atau
tidak dan bertaruh 1.000 dolar. Gwi Nam
pikir kalau Sang Jin akan menelepon.
“Aku
bertaruh 1.000 dolar dia akan menelepon.” Ucap Gwi Nam yakin
“Kau
tidak bisa bertaruh untuk itu.. Itu yang akan kupertaruhkan. Kau harus bertaruh
dia tidak menelepon... Kau bodoh sekali.” keluh Hoo Ja.
“Baik.
Aku mengerti... Aku akan bertaruh dia tidak menelepon.” Ucap Gwi Na, Hoo Ja
senang karena akan menerima 1.000 dolar
“Aku
bertaruh 1.000 dolar dia akan menelepon. Makin sering aku melihatnya, makin aku
berpikir dia salah satu dari kita.” Ucap Hoo Ja yakin.
Mi Young
sedang makan dengan tim sukes yang membantu suaminya. Dan meminta agar mereka Makan
yang banyak. Mi Jin datang langsung menyuruh semua berdiri memberitahu kalau Negosiasi
gagal. Semua pun bergegas pergi. Mi
Young binggung melihatnya dan menahan adik iper sebelum keluar.
“Mi
Jin... Apa yang terjadi?” tanya Mi Young binggung. Mi Jin memberitahu kalau
mereka akan berhenti.
“Kami
tidak bisa melakukannya lagi.” Tegas Mi Jin. Mi Young ingin tahu alasanya dan
apa yang terjadi.
“Dia
tidak mau menaikkan bayaran kami. Bedebah itu... maksudku... Kakakku.” Keluh Mi
Jin.
“Aku juga
menanyakan itu, tapi itu diatur oleh UU. Dia tidak bisa membayarmu lebih
tinggi. Jika dia membayarmu lebih tinggi, maka itu pelanggaran UU Pemilu.”
Jelas Mi Young menenangkan.
“Siapa
yang memedulikan hukum? Yang terpenting adalah keluarga. Sejak kapan dia
mematuhi hukum? Dia menipu orang seumur hidupnya.” Ucap Mi Jin marah. Mi Young
melonggo binggung.
“Begini...
Aku hanya bergumam... Aku sudah gila. Intinya, aku berhenti. Begitu pula dengan
mereka... Kau harus bekerja keras.” Kata Mi Jin bergegas pergi. Mi Young
berusaha memanggilnya.
“Aku
menelepon seseorang yang akan bepergian denganmu mulai sekarang. Dia akan
segera datang.” Ucap Mi Jin sebelum pergi. Mi Young binggung bertanya siapa
itu.
Mi Young
terlihat canggung karena ternyata itu ayah mertuanya yang menyetir mobil, lalu
melihat punggung Tuan Yang sakit jadi lebih baik ia yang harus mengemudi...
Tuan Yang pikir tak masalah karena tidak
akan mati hanya karena Punggungnya.
“Kumohon,
Ayah... Biarkan aku mengemudi. Menepilah.” Kata Mi Young tak enak. Tuan Yang
pikir mereka hampir sampai.
“Seharusnya
kamu menawarkan diri sejak awal.” Keluh Tuan Yang sambil menahan sakit
“Begini...
Itu karena aku merasa tidak nyaman. Jadi Menepilah. Kumohon.” Ucap Mi Young
tapi Tuan Yang terus mengemudi.
Mi Young
naik keatas mobil menyapa semua orang mengaku sebagai istri kandidat nomor
lima, Yang Jung Gook. Ia pikir Beberapa dari mereka mungkin tahu kalau bekerja
di Divisi Kejahatan Intelektual di Kantor Polisi Seowon... Tuan Yang duduk
sambil memegang punggungnya yang sakit.
“Ayah
mertuaku juga hadir... Ayahnya Yang Jung Gook. Dia pria menakjubkan yang
membesarkan kandidat nomor lima, Yang Jung Gook. Dia ayah mertua yang hebat. Ayah,
jika Ayah tidak keberatan, bagaimana jika Ayah berdiri...” ucap Mi Young dan
Tuan Yang menolak karena sakit.
“Baik.
Dia tidak bisa berdiri, karena Punggungnya sakit Dan dia banyak mengemudi hari
ini. Seharusnya aku yang mengemudi, tapi dia bersikeras mengemudi sendiri.”
Ucap Mi Young dan seperti tak enak hati pada ayah mertuanya.
“Omong-omong,
aku seorang detektif di Divisi Kejahatan Intelektual...” ucap Mi Young melihat
seseorang yang mencurigakan.
“Bagaimana
pertemuanmu dengan Jung Gook?” tanya beberapa anak remaja. Mi Young mengingat
pertemuan pertama kali di club, Tuan Yang gugup akan mendengar jawaban Mi
Young.
“Begini,
kami bertemu tiga tahun lalu di perpustakaan. Kami bertemu di perpustakaan.”
Ucap Mi Young. Tuan Yang bernafas lega. Anak remaja pun senang mendengar mereka
bertemu Di perpustakaan.
“Aku
sedang belajar untuk promosi, dan dia belajar untuk mendapat lisensi... Ya, dia
belajar untuk mengikuti tes lisensi. Suamiku melihatku dan jatuh cinta pada
pandangan pertama. Dia mengajakku minum dengannya, jadi, kuterima.” Ucap Mi
Young terus bicara dan terus mengamati pria yang mencurigakan.
“Kami
bersama sepanjang malam... Kami berduaa sepanjang malam pada hari pertama
pertemuan kami. Begitulah awalnya kami berkencan, dan berpacaran selama
setahun, makan bersama, menonton film bersama, minum bersama, melakukan banyak
hal.” Cerita Mi Young. Tuan Yang panik mendengarnya.
“Jika
bagus, kami melakukannya lagi... Kami terus melakukannya sepanjang malam lagi
saat kami bangun...” kata Mi Young, Tuan Yang langsung berdiri menyadarkan anak
menantunya.
“Hei Kau!
Jaket hitam! Dasar Brengsek!” teriak Mi Young melihat pria yang mencopet dompet
seorang ibu. Tuan Yang kaget berpikir kalau yang dimaksud dirinya.
Bersambung ke part 20
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar