PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 01 Mei 2019

Sinopsis My Fellow Citizens Episode 19

PS : All images credit and content copyright : KBS

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Charles berlari terengah-engah memanggil Jung Gook menanyakan alasan menutupi  wajahnya untuk berolahraga. Jung Gook mengaku karena  Debu halus dan tidak bisa berkampanye jika terpaksa berada di dalam ruangan.
“Mi Young juga akan membantu.  Aku tidak akan mengacaukannya.” Jelas Jung Kook.
“Kenapa dia tiba-tiba  menawarkan untuk membantu? Apa dia mencoba menangkap kita semua? Apa dia menyamar atau semacamnya?” kata Charles panik
“Hei. Dia mencoba membantu suaminya. Apa maksudmu menyamar? Ini kekuatan cinta... Kekuatan cinta.” Ucap Jung Kook yakin. Charles akhirnya jatuh kelelahan.
“Hei, Nak... Usiamu baru 25. Bagaimana mungkin ini membuatmu kelelahan?” keluh Jung Kook melihat temanya yang tergeletak di jalan.  Lalu Mi Young menelp Jung Kook. 


Joo Myung berjalan mondar mandir, lalu berbicara pada semua timnya mengaku sudah memikirkannya kembali, tapi masih bingung, menurutnya itu sama sekali tidak masuk akal kalau Seorang pria yang meninggal karena serangan jantung pernah terpilih sebagai walikota di AS.
“Tapi ini bahkan lebih tidak bisa dipahami. Aku sudah menyia-nyiakan hidupku... Omong-omong, kita akan mengganti strategi kampanye kita.” Ucap Joo Myung, Semua hanya menatap binggung.
“Kenapa kalian semua menatapku? Kalian membuatku merasa tidak nyaman. Coba Lihat saja ini... Ini akan menjadi strategi kita mulai sekarang.” Kata Joo Myung menunjuk ke arah papan tulis.
“Tidak ada apa-apa di sana. Kosong... Katakan sesuatu.” Kata Charles. Joo Myung menyuruh mereka untuk Angkat tangan jika ingin bicara.
“Ada banyak orang di sini, Seperti rapat perwakilan kelas saat SD.” Jelas Joo Myung. Charles mengerti lalu mengangkat tangan. Joo Myung pun mempersilahkan bicara.
“Halo, aku Kim Chul Soo... Papan itu benar-benar kosong. Kami tidak paham bagaimana itu menjadi strategi. Tolong jelaskan.” Kata Charles. Seung Yi ikut mengangkat tangan.
“Aku Hwang Seung Yi, seorang pegawai. Aku mendukungnya.” Ucap Seung Yi
“Aku Yang Mi Jin, seorang ibu rumah tangga...” kata Mi Jin dan langsung disela oleh Joo Myung kalau Tidak perlu mendukung itu.
“Karena kalian semua ingin tahu, aku akan menjelaskannya. Seperti kata Chul Soo, ini kosong. Bersih... Jadi Itu dia... Strategi kampanye kita mulai sekarang adalah.. tidak ada. Tidak memiliki strategi adalah strategi kita.” Kata Joo Myung
“Beginikah cara kerjamu?” bisik Mi Young. Jung Kook terlihat binggung mencoba menjaga wibawanya.
“Tidak membuat janji adalah janji kita. "Kita tidak akan dibebani oleh janji kita." "Kita tidak akan membuat janji-janji kosong." "Kita akan menjadi angin sejuk yang menyegarkan untuk orang-orang yang lelah karena kebohongan politisi." Itu yang akan kita lakukan.” Kata Joo Myung yakin
“Menurutku kita akan jatuh terkapar.” Komentar Wang Goo. Jung Kook langsung menatap sinis. Wang Goo langsung meminta maaf.
“Hidup ini berat dan Penuh tekanan. Selama dua pekan dalam setahun, selama musim pemilu, mari kita membuat orang-orang tertawa. Hal-hal yang harus dilakukan politisi. Membuat warga gembira. Mari kita lakukan itu.” Jelas Joo Myung. 

Mi Young akhirnya ikut kampanye dengan adik iparnya agar memilih nomor lima, Yang Jung Gook. Seorang pedagang meminta Mi Young mencoba makanan yang dijualnya karena rasanya enak. Mi Young melihat makan didepan matanya.
“Maaf, tapi aku tidak bisa makan bagian paru-paru...” ucap Mi Young menolak. Mi Jin langsung menyengolnya melirik pada lawan Jung Kook.
Saingan Jung Kook terlihat makan yang diberikan pedagang sambil memuji rasanya enak.  Mi Jin langsung menyuruh Mi Young makan karena nanti akan kehilangan suara. Mi Young akhirnya terpaksa makan dan memuji rasanya enak. 

Jung Kook juga melakukan orasi, menyapa semua penduduk mengaku sebagai orang yang tidak tahu apa pun tentang politik dan ingin memberitahu alasanya mencoba terjun ke dalam politik.
“Apakah menurut kalian aku terlalu muda untuk terjun ke dalam politik? Jika pendapat kalian seperti itu, tidak ada alasan untuk memikirkannya. Pilihlah orang lain... Pilihlah Kang Soo Il atau Han Sang Jin.” Ucap Jung Kook dengan penuh semangat. 


Mi Young melihat makanan didepanya meminta maaf karena tidak bisa makan cacing sendok dengan wajah jijik. Mi Jin memperlihatkan saingan Jung Kook yang bisa makan gurita tanpa dipotong bahkan sangat lahap, Mi Young pun makan dengan lahap walaupun yang ga disukai.
“Namun, jika kalian mempertanyakan kenapa mereka yang memahami politik menggeluti politik seperti itu...” ucap Jung Kook 
Mi Young terus melakuan apapun demi mendapatkan suara untuk suaminya, bahkan memakan apapun sampai melihat lawanya yang makan seperti batang  kayu, demi mendapatakan simpati.
“Aku memilih orang dengan pengalaman dan usia, tapi mereka tidak melakukan apa pun! Seorang pemuda yang tidak tahu apa-apa akan lebih baik. Jika begitu perasaan kalian...” kata Jung Kook
“Warga Pemberani... Kandidat nomor lima, Yang Jung Gook. Pilihlah aku, Yang Jung Gook... Warga Pemberani akan dengan berani tidak membuat perubahan. Warga Pemberani akan dengan berani melindungi kalian.” Ucap Jung Kook terus berorasi.
“Aku akan melindungi kalian dari kebohongan dan rumor yang disebarkan, dan semua penipua yang diberikan kepada kalian oleh para politisi.” Kata Jung Kook menyakinkan semua pejalan kaki. 



Charles melakukan undian dengan memanggil pemilik nomor 27,  Salah satu pelajar berdiri mengaku nomornya yang di panggil. Charles memberitahu kalau Nomor 27 mendapatkan sebotol miras. Si anak remaja bahagia karena itu wine berusia 30 tahun. Charles menyuruh segera pergi saja.
“Kenapa kau memberikan hadiah di sana? Itu pelanggaran UU Pemilu.” Keluh Joo Myung diruangan kemenangan. Charles hanya bisa meminta maaf.
“Berhentilah melakukan itu dan beri tahu aku... Jelaskan perlahan. Kenapa kamu melakukannya? Apa aku melakukan kesalahan padamu?” kata Joo Myung kesal. 

Jung Kook memeluk Mi Young dari belakang terlihat sangat mesra dan saat itu juga Mi Young memberikan pukulan pada selangkangan suaminya dan membantingnya. Jung Kook kesakitan, Wang Goo pun panik melihat atasanya.
“Apa Kau lihat itu? Begitu cara melakukannya... Baik. Kalian berdua, majulah.” Kata Mi Young. Para anak remaja melihat Jung Kook ketakutan sambil menutupi selangkanganya.
“ Aku belum menikah... Aku terlalu takut.” Ucap Remaja ketakutan takut nasibnya sama dengan Jung Kook. 

Seung Yi dan Mi Jin duduk di spanduk yang bertuliskan  "Beri tahu Yang Jung Gook Harapan Kalian!" Seorang anak pelajar datang bertany apakah  kandidat nomor lima Yang Jung Gook benar-benar mewujudkan semua harapannya. Keduanya menganguk dengan sangat yakin.
Si anak mengaku dirampok, saat itu juga Mi Jin dan Seung Yi saling menatap. Beberapa saat kemudian, tiga orang remaja langsung berlutut dengan wajah babak belur. Mi Jin dan Seung Yi berhasil mengambil uang dari tangan si remaja.
“Beri tahu ibumu "Kandidat nomor lima.".. Nomor lima.” Ucap Mi Jin pada si anak yang meminta tolong pada mereka. Saat itu juga Si anak tersenyum puas menerima uang dan mengeluarkan rokok. 

Joo Myung mendengar cerita Mi Jin dan Seung Yi mengeluh ingin tahu alasan memukuli anak-anak seperti itu dan hasilnya Orang tua mereka mengancam akan melaporkan.  Keduanya hanya bisa meminta maaf. Joo Myung meminta aar jangan melakukan dan meminta memberitahunya perlahan.
“Kenapa kalian melakukannya? Beri tahu aku. Apa aku melakukan kesalahan pada kalian berdua?” ucap Joo Myung kesal.
Jung Kook dan Mi Young naik mobil untuk kampanye meminta gar memilih Kandidat nomor lima, Yang Jung Gook. Saat itu mobil melewati jalan bergelombang, Mi Young hampir terjatuh. Jung Kook langsung menarik dan memegangnya. 

Mi Young seperti merasakan sesuatu, Jung Kook pun seperti hatinya kembali berdebar. Keduanya saling menatap dan tiba-tiba salah satu volenter berteriak kaget, seperti melihat Jung Kook dan Mi Young yang berdekatan.
“Astaga... Pak Park jatuh!” teriak Si wanita. Jung Kook pun baru sadar melihat Wang Goo jatuh berguling di jalan lalu meminta mobil berhenti dan segera memanggil ambulance. 

Charles kembali melakukan undian memanggil nomor 32 bertanya apakah  Ada yang mendapatkan bingo, Si anak langsung berterika bahagia Bingo. Charles pun memberikan hadiah dan juga selamat.
“Kenapa kau bermain bingo untuk uang? Itu berjudi.” Keluh Joo Myung menahan kesal. Charles hanya bisa tertunduk.
Di bawah sepanduk "Beri tahu Yang Jung Gook Harapan Kalian!" Beberapa anak remaja datang menyuruh Seung Yi dan Mi Jin ikut dengan mereka. Mi Jin dan Seung Yi saling menatap.
“Kenapa kalian memukuli kami untuk kali kedua? Mereka tidak bisa makan karena mereka kehilangan semua gigi mereka. Aku melakukan kesalahan, kan? Menurutku begitu. Beri tahu aku.. Apa kesalahanku terhadap kalian?” ucap Joo Myung kesal. Mi Jin menujuk Seung Yi yang melakukan kesalahan.
“Kau yang melakukannya.” Ucap Seung Yi menarik rambut Mi Jin, keduanya akhirnya saling adu mulut dan menarik rambut. Joo Myung pun memberikan keduanya.


“Tolong beri aku suara kalian yang berharga... Terima kasih.” Ucap Jung Kook lalu turun dan mobil dan menari bersama Mi Young dan tim suksesnya.
"Sempurna, sempurna Yang Jung Gook sempurna, Siapa satu orang di dunia ini, Yang akan benar-benar bekerja keras, Memberikan dirinya untuk mengubah dunia, Dan menciptakan negara yang baik untuk ditinggali?"
Jung Kook dan Mi Young terlihat sangat lues menari, bahkan Joo Myung juga ikut menari mendukukng kampanye Jung Kook. Tuan Choi melihat mereka akhirnya ikut menari disamping Joo Myung dengan penuh semangat. 


“Kita sudah separuh jalan dalam kampanye resmi untuk pemilihan. Kita memasuki tahap penggelapan di mana rating dirahasiakan. Karena pemilih tidak tahu apa pendapat publik, kami melihat strategi setiap kandidat. Tahap penggelapan telah dimulai, di mana poling dilarang.”
“Makin mendekati pemilu, poling tidak akurat dan tidak adil mungkin akan menghalangi pemilu yang adil dan pengaruh pemilih, dan karena itu, semua itu dilarang.”
Hoo Ja menonton berita di ruangan, Sek Park datang karena sang kakak mencarinya.  Hoo Ja merasa Bukan masalah besar tapi setelah memikirkan, ini masalah besar. Sek Park bertanya Masalah besar apa,berpikir kalau Jung Gook menimbulkan masalah lagi.
“Itu bukan apa-apa jika dibandingkan ini. Mari kita membuat kekacauan. Kita seharusnya memulai apa yang kukatakan sebelumnya.” Ucap Hoo Ja penuh rencana. 


Suami Myung Im melonggo kaget melihat yang datang, Hoo Ja dan Sek park datang ke tempat Sang Jin. Sek Park memberitahu kalau  datang untuk bertemu Pak Han dan melihat sedang tak ada dikantor. 
Akhirnya Suami Myung Im menelp dengan wajah gugup melihat Hoo Ja dan Sek Park duduk minum teh. Sang Jin kaget bertanya siapa yang datang. Suami Myung Im menyebut Park Hoo Ja yaitu dirut Baekkyung Capital dan  bilang pernah bertemu dengan Sang Jin sekali sebelumnya.
“Wanita yang datang bersamanya... Kurasa aku pernah melihatnya sebelumnya. Kau belum kembali sampai malam, jadi, aku berulang kali memberi tahu mereka kau akan kembali nanti, tapi mereka bersikeras bertemu denganmu hari ini. Apa yang akan kau lakukan? Kamu ingin singgah?” ucap Suami Myung Im.
“Kenapa dia harus singgah? Kita tidak punya waktu. Orang aneh selalu muncul selama pemilu... Suruh mereka pergi...” kata Myung Im. Hoo Ja langsung menepuk pundak Suami Myung Im.

“Dia meminta teleponnya.” Ucap Suami Myung Im. Myung In menegaskan Jangan berikan padanya dan menyuruh pergi saja.
“Lupakan saja. Suruh dia bicara. Aku akan bicara dengannya... Permisi, Bu. Pergilah... Pak Han sangat sibuk sekarang, jadi, dia tidak punya waktu...” ucap Myung Im marah, Suaminya mengaku kalau masih ia yang ada ditelp.
“Dasar bodoh... Kenapa kau lamban sekali? Sayang. Cintaku. Aku sangat mencintaimu sampai aku ingin menggigitmu hingga mati. Jangan. Berikan teleponnya pada Park Hoo Ja.” Kata Myung Im
“Ini aku, Anggota Majelis Han. Maksudku, Pak Han... Apa kabar?” ucap Hoo Ja.
“ Kabarku baik. Tentu. Ya... Tapi kenapa kau datang ke kantor kami?” kata Sang Jin.
“Aku datang untuk berbicara denganmu tentang sesuau. Karena itu aku singgah. Mari bertemu selama beberapa menit jika kau punya waktu luang.” Ucap Hoo Ja. Sang Jin mengaku tidak punya...
“Luangkan waktu jika tidak ada.” Kata Hoo Ja. Sang Jin menegaskan  tidak datang untuk meminta seperti sebelumnya.
“Dengar, Pak Han... Hari ini, aku datang untuk mengancammu.” Kata Hoo Ja. Myung Im yang mendengarnya langsung berteriak marah.
“Hei, Ibu Tua... Bisakah kau tidak ikut campur? Para pimpinan sedang bicara. Kau harus tahu sopan santun... Omong-omong, aku telah mengatakan apa yang ingin kusampaikan... Keputusan ada di tanganmu. Aku akan menemui Kang Soo Il jika kau menunda.” Ucap Hoo Ja.
Sang Jin ingin bicara tapi Hoo Ja sudah menutup telpnya,  Myung Im langsung mengomel kalau sudah menutup teleponnya yang menurutnya sungguh aneh. Ia pikir ingin memuntir lehernya, merobek kepalanya.




Hoo Ja duduk di ruangan, Sek Park bertanya apakah Sang Jin akan datang dan Bagaimana jika Sang Jin yang mempermainkan mereka seperti sebelumnya. Sang Jin terlihat kebingungan memikirkan permintaan Hoo Ja.
“Dia akan datang. Dia pasti datang.” Ucap Hoo Ja yakin. Sek Park heran karena kakaknya bisa berpikir begitu
“Kang Soo Il menusuknya dari atas, dan Jung Gook melambaikan pedangnya dari bawah. Untuk orang seperti Han Sang Jin, rating persetujuan bagaikan gangster” ucap Hoo Ja yakin.
“Hei, Myung Im.” Kata Sang Jin terlihat sudah memutuskan sesuatu.
“Jadi, dia harus datang jika dia tidak ingin diserang.” Kata Hoo Ja yakin.
Flash Back
Hoo Ja berbicara sambil bermain billiar menegaskan  hanya akan memberitahu apa yang direncanakankalau akan membuat Yang Jung Gook memenangkan rating dan menggunakan itu untuk membuat kesepakatan dengan Han Sang Jin.
“Aku akan bernegosiasi bukan dengan uang, tapi dengan suara. Jika kita menghancurkan Jung Gook dan menjadikannya Anggota Majelis, maka dia akan mendengarkan kita karena kita mengirimnya ke Majelis. Politik seharusnya dilakukan oleh berandal berpendidikan, bukan seorang penipu yang berani.” Ucap Hoo Ja dengan sangat yakin sambil bermain billiard. 



Sang Jin akhirnya datang duduk bersama dengan Hoo Ja serta dua rekan kerjanya. Hoo Ja mengaku tidak suka hal-hal yang kacau dan kotor jadi berencana langsung ke intinya. Sang Jin pikir itu bagus karena Waktunya tidak banyak.
“Kang Soo Il, 40. Han Sang Jin, 32. Yang Jung Gook, 10 Itu peringkat saat ini, kan?” ucap Hoo Ja. Sang Jin membenarkan.
“Aku akan memberimu 10 persen milik Jung Gook. Jadi Kau akan mengalahkan Kang Soo Il dengan dua persen. 42 versus 40.” Ucap Hoo Ja.
“Aku tidak mengerti apa maksudmu.” Komentar Sang Jin. Hoo Ja mengejek Sang Jin yang tidak mengerti.
“Akulah yang meminta Yang Jung Gook mengikuti pemilihan. Aku menciptakan dia untuk mengacaukanmu. Seharusnya kau mendengarkan aku dahulu... Apa kau Ingat yang kukatakan dahulu?  Bantu mencabut UU Regulasi Suku Bunga. Hanya itu yang perlu kamu lakukan.” Kata Hoo Ja
“Lalu aku akan meminta Jung Gook berhenti dari pemilihan dan memberimu semua suaranya. Lalu ka u bisa melambaikan bendera pada serikat pekerja, bertarung untuk mengalahkan kemiskinan, apa pun keinginanmu. Selama UU Regulasi Suku Bunga dicabut. Aku tidak menginginkan hal lain darimu.” Ucap Hoo Ja yakin

“Mendengar sesuatu yang sangat mengejutkan membuatku sangat bingung.” Kata Sang Jin terlihat gugup.
“Kenapa kau bingung karena sesuatu seperti ini? Kau pasti pengecut.” Ejek Hoo Ja.
“Hei. Aku sudah cukup mendengarnya.” Teriak Myung Im sambil berdiri. Hoo Ja menyuruh Myung Im duduk.
“Aku tidak berbicara denganmu, jadi, duduklah. Para pimpinan sedang bicara sekarang.” Sindir Hoo Ja. Myung Im makin marah mendengarnya.  Suaminya akhirnya menarik istrinya keluar dari ruangan. 

“Tentu, itu mengejutkan, tapi aku mengerti apa maksudmu dan apa persisnya situasi ini.” Ucap Sang Jin.
“Sesuai harapan, kau tanggap. Itu bagus.” Komentar Hoo Ja. Sang Jin pun mengucapkan terimakasih
“Tapi aku punya satu pertanyaan. Apa yang terjadi jika Yang Jung Gook, adik iparku, tidak menuruti perkataanmu?” kata Sang Jin .
“Jangan mengkhawatirkan itu. Dia akan berhenti jika kuminta. Dia tidak mengikuti pemilu karena dia menginginkannya.” Ucap Hoo Ja yakin
“Tapi kau tidak pernah tahu. Dia mungkin mulai memiliki semangat untuk berpolitik, dan karena ratingnya meningkat, dia mungkin memutuskan untuk terjun ke dalam politik. Itu memungkinkan...” kata Sang Jin yang langsung menyela.
Hoo Ja menegaskan kalau itu tidak akan terjadi dan Walaupun itu terjadi, Sang Jin itu tidak bisa menolaknya.  Sang Jin seperti tak yakin, Hoo Ja menegaskan kalau tahu banyak rahasia Jung Gook. Sang Jin ingin tahu rahasia apa itu.
“Ada sesuatu... tapi Kau belum memihakku. Aku tidak bisa berbagi peluru. Jika kau memutuskan untuk bekerja denganku, maka aku akan memberitahumu semua rahasia kotornya... Tidak sebelumnya. Kau mungkin akan memakainya untuk merugikan kami. Bagaimana menurutmu? Maukah kamu bergabung denganku?” kata Hoo Ja. Sang Jin hanya bisa tertawa
“Jangan tertawa. Aku tidak bergurau... Kau akan bergabung denganku, kan?” ucap Hoo Ja
“Maksudku... Menurutku tidak.. Seperti yang kukatakan padamu sebelumnya...” kata Sang Jin. 


Flash Back
“Begini, usiaku sudah lebih dari 40 tahun, tapi aku masih lajang. Aku tidak punya tempat tinggal, yang berarti aku tidak punya pinjaman, yang berarti aku tidak punya utang. Begini...” kata Sang Jin saat pertama kali bertemu dengan Hoo Ja.
“Karena itulah aku terjun ke dalam politik. Aku tidak punya banyak hal yang harus kulindungi. Jika aku tidak memenangkan pemilu, biarkan saja. Aku masih muda. Aku punya banyak waktu.” Jelas Sang Jin 
“Begitu rupanya. Kau muda dan punya banyak waktu. Jadi, kenapa seseorang seperti itu mengubah posisinya dan mengatakan dia akan memberi mereka jalur kereta bawah tanah? Kau pikir kau orang yang baik, kan?” kata Hoo Ja 
“Aku akan memberimu nasihat berdasarkan pengalamanku. Orang baik tidak menemuiku dua kali. Berandal yang baik tidak bertemu rentenir sepertiku untuk kali kedua. Kamu terlihat akan ternoda, berkompromi, dan semua itu begitu masuk ke dalam Majelis.” Ucap Hoo Ja. Sang Jin hanya terdiam.
“Jika kau akan berubah, lebih baik berubah sekarang. Kau harus menjadi dewasa selagi masih muda. Kau tidak bisa bertumbuh setelah tua karena kau kekurangan energi. Kau bisa Telepon aku Aku akan memberimu persis 24 jam, satu hari.” Ucap Hoo Ja lalu berjalan pergi. Sang Jin seperti berpikir keras. 


Hoo Ja duduk  di mobil memanggil adiknya, bertanya apakah mau bertaruh. Gwi Nam bertanya untuk masalah apa. Hoo Ja ingin tahu apakah  Han Sang Jin meneleponya atau tidak dan bertaruh  1.000 dolar. Gwi Nam pikir kalau Sang Jin akan menelepon.
“Aku bertaruh 1.000 dolar dia akan menelepon.” Ucap Gwi Nam yakin
“Kau tidak bisa bertaruh untuk itu.. Itu yang akan kupertaruhkan. Kau harus bertaruh dia tidak menelepon... Kau bodoh sekali.” keluh Hoo Ja.
“Baik. Aku mengerti... Aku akan bertaruh dia tidak menelepon.” Ucap Gwi Na, Hoo Ja senang karena akan menerima 1.000 dolar
“Aku bertaruh 1.000 dolar dia akan menelepon. Makin sering aku melihatnya, makin aku berpikir dia salah satu dari kita.” Ucap Hoo Ja yakin. 


Mi Young sedang makan dengan tim sukes yang membantu suaminya. Dan meminta agar mereka Makan yang banyak. Mi Jin datang langsung menyuruh semua berdiri memberitahu kalau Negosiasi gagal. Semua pun bergegas pergi.  Mi Young binggung melihatnya dan menahan adik iper sebelum keluar.
“Mi Jin... Apa yang terjadi?” tanya Mi Young binggung. Mi Jin memberitahu kalau mereka akan berhenti.
“Kami tidak bisa melakukannya lagi.” Tegas Mi Jin. Mi Young ingin tahu alasanya dan apa yang terjadi.
“Dia tidak mau menaikkan bayaran kami. Bedebah itu... maksudku... Kakakku.” Keluh Mi Jin.
“Aku juga menanyakan itu, tapi itu diatur oleh UU. Dia tidak bisa membayarmu lebih tinggi. Jika dia membayarmu lebih tinggi, maka itu pelanggaran UU Pemilu.” Jelas Mi Young menenangkan.
“Siapa yang memedulikan hukum? Yang terpenting adalah keluarga. Sejak kapan dia mematuhi hukum? Dia menipu orang seumur hidupnya.” Ucap Mi Jin marah. Mi Young melonggo binggung.
“Begini... Aku hanya bergumam... Aku sudah gila. Intinya, aku berhenti. Begitu pula dengan mereka... Kau harus bekerja keras.” Kata Mi Jin bergegas pergi. Mi Young berusaha memanggilnya.
“Aku menelepon seseorang yang akan bepergian denganmu mulai sekarang. Dia akan segera datang.” Ucap Mi Jin sebelum pergi. Mi Young binggung bertanya siapa itu. 



Mi Young terlihat canggung karena ternyata itu ayah mertuanya yang menyetir mobil, lalu melihat punggung Tuan Yang sakit jadi lebih baik ia yang harus mengemudi... Tuan Yang pikir tak masalah karena  tidak akan mati hanya karena Punggungnya.
“Kumohon, Ayah... Biarkan aku mengemudi. Menepilah.” Kata Mi Young tak enak. Tuan Yang pikir mereka hampir sampai.
“Seharusnya kamu menawarkan diri sejak awal.” Keluh Tuan Yang sambil menahan sakit
“Begini... Itu karena aku merasa tidak nyaman. Jadi Menepilah. Kumohon.” Ucap Mi Young tapi Tuan Yang terus mengemudi. 

Mi Young naik keatas mobil menyapa semua orang mengaku sebagai istri kandidat nomor lima, Yang Jung Gook. Ia pikir Beberapa dari mereka mungkin tahu kalau bekerja di Divisi Kejahatan Intelektual di Kantor Polisi Seowon... Tuan Yang duduk sambil memegang punggungnya yang sakit.
“Ayah mertuaku juga hadir... Ayahnya Yang Jung Gook. Dia pria menakjubkan yang membesarkan kandidat nomor lima, Yang Jung Gook. Dia ayah mertua yang hebat. Ayah, jika Ayah tidak keberatan, bagaimana jika Ayah berdiri...” ucap Mi Young dan Tuan Yang menolak karena sakit.
“Baik. Dia tidak bisa berdiri, karena Punggungnya sakit Dan dia banyak mengemudi hari ini. Seharusnya aku yang mengemudi, tapi dia bersikeras mengemudi sendiri.” Ucap Mi Young dan seperti tak enak hati pada ayah mertuanya.
“Omong-omong, aku seorang detektif di Divisi Kejahatan Intelektual...” ucap Mi Young melihat seseorang yang mencurigakan.
“Bagaimana pertemuanmu dengan Jung Gook?” tanya beberapa anak remaja. Mi Young mengingat pertemuan pertama kali di club, Tuan Yang gugup akan mendengar jawaban Mi Young.
“Begini, kami bertemu tiga tahun lalu di perpustakaan. Kami bertemu di perpustakaan.” Ucap Mi Young. Tuan Yang bernafas lega. Anak remaja pun senang mendengar mereka bertemu Di perpustakaan.
“Aku sedang belajar untuk promosi, dan dia belajar untuk mendapat lisensi... Ya, dia belajar untuk mengikuti tes lisensi. Suamiku melihatku dan jatuh cinta pada pandangan pertama. Dia mengajakku minum dengannya, jadi, kuterima.” Ucap Mi Young terus bicara dan terus mengamati pria yang mencurigakan.
“Kami bersama sepanjang malam... Kami berduaa sepanjang malam pada hari pertama pertemuan kami. Begitulah awalnya kami berkencan, dan berpacaran selama setahun, makan bersama, menonton film bersama, minum bersama, melakukan banyak hal.” Cerita Mi Young. Tuan Yang panik mendengarnya.
“Jika bagus, kami melakukannya lagi... Kami terus melakukannya sepanjang malam lagi saat kami bangun...” kata Mi Young, Tuan Yang langsung berdiri menyadarkan anak menantunya.
“Hei Kau! Jaket hitam! Dasar Brengsek!” teriak Mi Young melihat pria yang mencopet dompet seorang ibu. Tuan Yang kaget berpikir kalau yang dimaksud dirinya.
Bersambung ke part 20


Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 
INSTAGRAM dyahdeedee09  FANPAGE Korean drama addicted

Tidak ada komentar:

Posting Komentar