PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Sun Joo
sedang menemani Joo Hyuk membuat lagu, lalu berpikir nada sebelumnya lebih
baik. Joo Hyuk mulai kembali memainkan gitarnya, Sun Joo
pikir yang tadi terdengar lebih baik dan memiliki efek yang lebih kuat. Joo
Hyuk menatap Sun Joo dengan tatapan serius.
“Direktur..
Jangan terlalu memikirkannya.”kata Joo Hyuk. Sun Joo pikir harus memikirkannya.
“Tidak,
bukan soal lagu ini... Soal PD-nim. Kau selalu memaafkanku setiap kali aku
memecahkan cangkir. Padahal kita tidak punya hubungan. Tapi PD-nim adalah
keluargamu. Bukankah lebih mudah memaafkannya?” kata Joo Hyuk.
“Joo Hyuk...
Jangan kaget, dengarkan aku. Sangat mudah memaafkan seseorang jika tidak
memiliki harapan sama sekali. Artinya aku tidak punya harapan sama sekali... kau
akan pandai bekerja di kafeku. Tapi untuk Seung Min, aku sangat mencintainya.”
Jelas Sun Joo
“Tapi,
akhirnya dia mengkhianatiku Jadi, sulit memaafkannya. Jika seorang pria membuat
wanita menyesal sudah mencintainya, dia layak mati.” Kata Sun Joo marah
“Apa kau
ingin dia menghilang tanpa meninggalkan jejak Apa kau ingin menyingkirkan semua
kenangan yang kau miliki tentang dia seolah-olah dia tidak pernah ada?” tanya
Joo Hyuk. Sun Joo terdiam seperti tak ingin suaminya hilang.
“Pemeran
utama wanita, Lee Seon Joo, tiba-tiba menyadari perasaannya. Dan dia memutuskan
untuk memaafkan pemeran utama pria bodoh, Kang Seung Min.” Ucap Joo Hyuk
tiba-tiba bernyanyi seperti mendongeng.
Sun Joo
mengeluh mendengarnya, Joo Hyuk pikir Seharusnya
ada lagu seperti ini. Sun Joo bisa tertawa mendengarnya dan meminta Joo Hyuk Jangan
bertingkah. Tapi Joo Hyuk terus mengodanya meminta Sun Joo Tersenyum. Diluar cafe, diam-diam Seung Min
ikut mendengarnya dengan senyuman.
Ryan
duduk diam sendirian, ingatan kembali saat masih kecil menahan tangan ibunya.
Tapi ibunya malah mendorongnya dan mengaku kalau bukan ibunya. Ia mengingat kembali saat Shi An
memperkenalak kalau ibunya dan ternyata itu adalah ibu kandungnya juga.
Saat Ibu
Shi An datang ke ruangan memanggil Shi An, Saat itu Ryan terlihat sangat shock.
Duk Mi melihat dari jauh akhirnya duduk didepanya, sambil bertanya apakah
mengganggunya dan bisa beri tahu jika
ingin sendirian karena ia ta masalah. Ryan menatap DukMi
“Direktur...
Kau tahu, bukan?” ucap Duk Mi, Ryan kaget karena Duk Mi bisa mengetahuinya. Duk
Mi mengaku tahu secara kebetulan.
“Rasanya
sedikit aneh. Aku berusaha keras untuk menemukannya selama tiga tahun terakhir,
tapi aku tidak bisa menemukan petunjuk. Tapi dia tiba-tiba muncul entah dari
mana. Itu tidak terasa nyata. Rasanya seperti bohong. Aku tidak bisa untuk
menyadarkan kepalaku di sekitarnya.” Kata Ryan.
“Jika kau
tidak ingin membicarakannya sekarang,Tidak perlu... Katakan padaku jika kau
perlu waktu untuk berpikir sendiri. Apa kau mau melakukan itu? Sekarang jam 10
malam... Jadi, aku akan memberimu 12 jam sampai besok pagi.” Kata Duk Mi
“Ini akan
sulit, tapi aku akan mencoba yang terbaik untuk memberimu ruang. Sampai jumpa
besok pagi.” Kata Duk Mi akhirnya membiarkan Ryan sendirian.
Ryan
mengemudikan mobilnya, teringat saat memberitahu Dokternya.
“Aku
melihat seseorang menggambar lukisan itu sebelum aku menjadi Ryan. Saat itulah
aku Heo Yoon Jae.”
Ryan saat
masih kecil melihat ibunya yang sedang melukis, dan ia sedang bermain balon
sabun. Ia yakin kalau pelukis Lee Sol
mungkin seseorang yang di kenalnya. Ryan mengingat kembali yang
dikatakan Shi An sebelumnya.
“Aku
ingin mengembalikannya kepada ibuku. Namanya, Lee Sol.” Ucap Shi An lalu ibu
Shi An memanggil anaknya saat masuk ruangan.
“Dia
mungkin ibuku.” Akui Ryan sebelumnya pada Ryan tentang Lee Sol
“Bahkan
jika kau bilang kau baik-baik saja, hatimu tidak. Karena itu tidak bisa
baik-baik saja.” Kata Duk Mi yang membiarkan Ryan bersandar dibahunya.
Duk Mi
melihat cafe Sun Joo yang sudah tutup. Eun Gi datang melihat kalau Duk Mi datang
untuk minum dan berpikir Sun Joo tidak pernah ada ketika dibutuh. Duk Mi pikir
Hal yang sama berlaku untuknya, karena tidak ada ketika membutuhkan teman.
“Bisakah
kutarik perkataanku? Bagaimana kalau kita bicarakan masa lalu?” ucap Eun Gi.
Akhirnya mereka pergi ke minimarket
“Apa yang
kau inginkan untuk hari ulang tahunmu?” tanya Eun Gi. Dk Mi pikir mereka beli
hadiah untuk orang tua mereka mulai tahun ini.
“Aku
terlahir terlalu cantik berkat mereka.” Kata Duk Mi, Eun Gi setuju dengan
usulan Duk Mi
“Eun
Gi... Pernahkah kau penasaran soal ayahmu?” tanya Duk mi, Eun Gi mengaku tidak,
Tapi Duk mi tahu kalau Eun Gi itu Pembohong karena itu tak mungkin
“Bahkan
jika bohong, maka aku akan terus berbohong sampai aku mati. Aku tidak ingin
tahu sama sekali.” kata Eun Gi. Duk Mi ingin tahu alasanya.
“Aku
hidup baik-baik saja tanpa dia. Jika aku mulai penasaran, sepertinya aku
merindukannya.” Ucap Eun Gi
“Bukankah
wajar untuk merindukannyadan ingin tahu soal dia?” komentar Duk Mi
“Ya, itu
wajar. Tapi kenapa dia tidak ingin tahu tentang aku? Kenapa dia tidak
merindukanku?” kata Eun Gi
“Maafkan
aku... Dan aku tidak bisa memprediksi bagaimana perasaanku. “ kata Duk Mi sedih
“Aku akan
kesal jika aku tahu bahwa dia hidup sulit. Tapi aku juga akan kesal kalau tahu
dia hidup dengan baik. Aku mencoba memikirkan yang mana yang mungkin lebih
baik, tapi aku hanya menghapusnya dari kepalaku karena sangat rumit.” Akui Eun
Gi
“Kenapa
kau tidak pernah bilang ini padaku? Aku merasa bersalah.” Komentar Duk Mi.
Eun Gi
pikir untuk apa, karena Orang Tua Duk Mi
dan Juga Duk Mi memperlakukan dirinya
dengan sangat baik dan memberi segala yang dibutuhkan Jadi, rasanya seperti
tindakan pengkhianatan untuk berbicara soal ayah kandungnya.
“Eun Gi,
brengsek... Apa kau benar-benar berpikir ibu dan ayahku tidak akan bisa
mengerti kau?” keluh Duk Mi
“Itu
sebabnya. Itu sebabnya aku hanya brengsek untukmu bukannya pria. “ kata Eun Gi dan
melihat Duk Mi pergi bertanya apakah mereka tidak lagi bernostalgia.
“Ya...
Maka, aku akan pergi sekarang.” Ucap Duk Mi lalu melangkah pergi sambil
mengumpat marah.
“Kau
adalah teman yang menghabiskan seluruh hidupku Senang bertemu denganmu lagi..” Kata
Duk Mi kesal
Ryan
kembali ke rumah melihat Shi An menunggu didepan rumahnya, lalu teringat
kembali saat pertama kali bertemu. Shi
An bertanya apakah mengenal Lee Sol. Ryan mengaku memiliki lukisan itu secara
kebetulan.
Flash Back
Shi An
meminta agar merahasiakan ini kalau lukanya ibu bohongan bahkan mabuk
dirumahnya. Shi An juga sengaja memesan ayam goreng dengan kartu kreditnya.
“Ini
adalah hubungan yang sangat istimewa. Tidak, ini takdir.” Ucap Shi An yakin
saat di studio Da In.
Ryan
seperti tak bisa menerima kalau adiknya adalah Shi An, lalu berjalan masuk. Shi
An memanggil Ryan dengan penuh semangat, tapi Ryan acuh merasa kalau Sudah
larut jadi meminta bicara lain kali. Shi An pikir Ada sesuatu yang lupa dikatakan sebelumnya.
Ryan tak peduli segera masuk rumah, Shi An pun terlihat binggung.
Duk Mi
merasa tak enak hati seperti ingin menelp Ryan tapi menahanya karena pacarnya
itu ingin sendirian. Tiba-tiba Ibunya menelp
bertanya apakah ada di rumah dan Sendirian. Duk Mi membenarkan, Ibu Duk
Mi mengeluh kalau Wanita dewasa harusnya tidak sendirian di rumah pada malam
hari.
“Kau
harus bersama Direktur.... Lupakan. Bukan
tugas Ibu untuk beri tahu kau apa yang harus dilakukan. Pokoknya, Eun Gi bilang
dia sibuk pada hari ulang tahunmu tahun ini.” Kata Ibu Duk Mi, Duk Mi bingung
kalau Eun Gi mengatakan itu.
“Jadi, kau
harus menghabiskannya dengan Direktur tahun ini dan beri aku istirahat.” Udap Ibu
Duk Mi
“Ibu
harus istirahat karena Ibu sudah memasak makanan ulang tahunku selama 33 tahun.
Aku akan mentraktir Ibu ke prasmanan hotel tahun ini.” Kata Duk Mi
“Sebenarnya,
aku ingin tahu kapan ultah Direktur” ucap Ibu Duk Mi, Duk Mi mengeluh kenapa
ibunya harus menanyakan hal itu.
“Ibu
mungkin tidak harus memasak buat kau, tapi Ibu harus memasak buat dia. Dan
bisakah kau juga menanyakan tanggal ultahnya juga?” kata Ibu Duk Mi. Duk Mi pikir
akan menutup telepon sekarang.
“Aku akan
melihat apa mereka cukup berjodoh.” Kata Ibu Duk Mi merasa khawatir.
“Tidak
perlu. Sudah jelas mereka ditakdirkan, sama seperti kau dan aku.” Kata Tuan
Sung. Ibu Duk Mi meminta agar Jangan anggap itu sebagai lelucon.
“Direktur
mungkin tidak tahu kapan tepatnya dia dilahirkan.” Kata Sindy, Ibu Duk Mi
binggung kenapa seperti itu.
“Dia
diadopsi. Aku dengar dia diadopsi ke AS waktu kecil.” Cerita Sindy. Ibu Duk Mi
kaget mendengarnya.
“Syukurlah
dia tumbuh jadi pria hebat.... Syukurlah. Aku yakin dia dibesarkan oleh orang
tua yang luar biasa Ada banyak orang baik di dunia ini.” Kata ibu Duk Mi. Sindy
seperti menyesal karena terlalu blak-blakan.
Da In
sedang sibuk berkerja di cafe, Eun Gi
menelp mengaku sebagai Direktur Nam. Da In yang tak tahu bertanya Galeri yang
mana. Eun Gi mengaku Direktur Nam dari Choikang Judo. Da In teringat Tuan
Pecundang
“Wah.... Lihat
siapa yang berbicara. Aku bukan pecundang yang muntah sesudah mabuk.” ejek Eun
Gi
“Ada
perlu apa kau menghubungiku?” tanya Da In. Eun Gi bertanya sedang apa. Da In
mengaku sedang bekerja.
“Apa Kau
bekerja sesudah melupakan dari Ryan?” ejek Eun Gi. Da In mengaku mungkin sudah melupakannya, tapi mereka masih
memiliki hubungan.
“Persahabatan
di antara kami mungkin sungguh berlangsung lebih lama. Jangan larut dalam
kesedihan terlalu lama. Katanya lebih baik melajang.” Ucap Da In
“Kau
terdengar terhibur karena suatu alasan.” Komentar Eun Gi Da In. mengaku
Daripada terhibur,tapi tidak kesepian.
“Ini
seperti memiliki seorang kawan. Hubungi aku kapan saja kau ingin minum. Aku
senang membalas budi.” Ucap Da In
“Aku
sangat suka minum, tapi aku tidak mau. Aku tidak ingin mengganggu pekerjaanmu. Aku
harus berpikir dengan pikiran jernih.” Ucap Eun Gi. Da In pun memberikan
semangat. Eun Gi seperti tak yakin kalau itu mengangap teman.
Ryan mengangkat
telp dari Duk Mi, Dan Duk Mi seperti sedang mengetuk pintu kamarnya. Ryan
mengeluh kalau sedikit terlambat untuk panggilan bangun. Duk Mi memina agar
membuka pintu. Ryan binggung mendengarnya.
Duk Mi
sudah ada didepan rumah dan langsung memeluk erat Ryan mengaku 12 jam terlalu lama, jadi menyerah. Ryan mengucap syukur karena hampir menyerah duluan jadi harus mengulur
waktu sedikit lebih lama. Duk Mi pikir kalau memang cukup bertahan.
“Apa kau
sudah sarapan? Bahkan jika sudah, katakan saja belum.” Duk Mi, Ryan mengangguk.
Duk Mi
makan dengan lahap, Ryan menatapnya. Duk Mi mengaku Menunggu dan penasaran
butuh banyak tenaga. Ryan mengoda kalau Duk Mi
menyerah karena lapar dan bukan karena merindukannya. Duk Mi yang kesal
mengaku kenyang jadi tak mau makan lagi.
“Tidak, Ayo
kau makan lagi” ucap Ryan lalu merasa kalau belum pernah mengatakan kalau Duk
Mi terlihat cantik saat makan
“Apa kau
tidak akan bertanya tentang aku dan dia?” tanya Ryan heran.
“Kau beri
tahu aku sebelumnya, kalau jangan membuat keputusan soal Eun Gi dengan tergesa.
Jadi Kau jangan membuat keputusan tergesa juga. Jangan lupa bahwa kau memiliki
seseorang di sisimu. Mengerti, kan?” ucap Duk Mi.
Ryan
menganguk mengerti lalu menatap Duk Mi dan ingin menciumnya, Duk Mi menahanya
karena baru saja minum Espresso karena nanti akan pingsan. Ryan menyuruh Duk Mi
agar membilas mulutnya. Duk Mi menolak sambil tersenyum.
Sindy
memberikan berkas pada Duk Mi yaitu perkiraan
mengenai merchandise pameran, dengan Mempertimbangkan permintaan serta biaya
produksi dan harga jual, target pelanggan sebagian besar adalah wanita di
pertengahan 20-an hingga akhir 40-an.
“Kesimpulannya,
harga yang wajar akan sekitar 25.000 won.” Kata Sindy, Kyung Ah dan Yoo Sub
menatap tak percaya mendengar pejelasan Sindy.
“Aku
putri dari kepala TK Trading. Ekonomi adalah mata pelajaran wajib yang aku
pelajari.” Kata Sindy bangga
“Kerja
bagus. Hyo Jin, bisakah kau melakukan hal yang sama untuk daftar karya seni dan
post-card juga?” kata Duk Mi. Sindy menganguk mengerti.
Duk Mi
mengangkat telpnya, Shi An memberitahu kalau ia yang menelp. Duk Mi tak bisa
menutupi rasa bahagia, lalu mencoba menahan emosinya. Shi An meminta bantuan
Duk Mi dan meminta waktu untuk bicara. Duk Mi bertanya apakah hanya mereka
berdua.
Akhirnya
Duk Mi pergi ke parkiran dan Shi An sudah menunggunya. Shi A mengaku tahu Duk
Mi pasi sibuk, jadi minta maaf harus memintanya bertemu. Duk Mi mengaku tak
masalah karena tidak akan pernah melewatkan pertemuan dengannya mencoba tak
terlihat mengebu-gebu.
“Sebenarnya
soal Direktur Ryan” ucap Shi An, Duk Mi terlihat gugup mendengarnya.
“Sepertinya
dia kesal dengan pameran. Aku tidak mencoba membodohi siapa pun, tapi itu
kebenaran yang aku bohongi.” Ucap Shi An.
“Aku
yakin tidak. Dia tidak akan marah pada hal seperti itu.” Kata Duk Mi, Shi An
seperti tak percaya mendengarnya. Duk Mi menyakinkan.
“Aku
ingin berpartisipasi dalam pameran ini untuk Ibuku. Tangan dia kecelakaan
secara tidak sengaja sebelum dia melahirkanku dan itu mengakhiri karirnya sebagai
seorang seniman.” Cerita Shi An
“Kecelakaan?”
kata Duk Mi teringat saat membantu Ibu Shi Ah yang lemas terlihat ada luka
dibagian tanganya.
“Satu-satunya
karya seni yang dilukisnya sebagai Lee Sol adalah gelembung. Kakekku
menyingkirkan mereka semua sehingga dia bisa melupakannya. Itu benar-benar
membuatnya marah. Lukisan-lukisannya adalah satu-satunya kenangan yang tersisa,
jadi, itu menghancurkan hatinya.” Cerita Shi An sedih
“Dia
selalu menjadi penggemarku, jadi, aku ingin menjadi penggemar Ibuku kali ini.
Aku akan menghargai jika kau membantuku memenuhi mimpinya.” Ucap Shi An.
Duk Mi
berjanji akan melakukanya, Shi An pun mengucap syukur. Dan menaruh
kepercayaanku padanya. Duk Mi mengangguk. Shi An pun masuk mobil dengan wajah
tersenyum.
Da In
memberikan konsepnya dan meminta komentar Ryan dari telp. Ryan mengaku
Konsepnya sepertinya bagus menurutnya Ini lebih intuitif seperti yang
disebutkan sebelumnya, Ia pikir Sepertinya Da In keluar dari keterpurukannya saat itu.
“Seorang
jenius seperti aku tidak pernah mengalami keterpurukan. Kau tahu aku seorang
seniman media top, Choi Da In, kan?” kata Da In bangga. Ryan setuju dengan hal
itu lau menutup telp.
Ryan
melihat lukisan gelembung kembali ingatan datang saat bermain gelembung di atap
rumah dan memanggil ibunya. Lalu ibunya masuk kembali ke dalam rumah. Ia
melihat [DAFTAR KARYA SENI YANG
DIPAMERKAN] lalu menerima sebuah telp dan terlihat gugup.
Duk Mi
melihat sebuah lukisan Lee Sol lalu bertanya-tanya “Kenapa dia menggambar sembilan
lukisan soal gelembung?” Ia mencoba mengingat saat pergi dengan Ryan mulai dari
naik Viking, Taman Hiburan, Gelembung, Anak-anak.
“Dia
selalu menghargai hal yang disukai Yoon Jae di dalam hatinya.” Gumam Duk Mi
Ryan
duduk sendirian di ruangan, Duk Mi bertanya apakah ada masalah dengan wajah
cemberut. Ryan memberitahu kalau Ibu Duk Mi tadi menelp aklau mengingatkan bahwa
ini adalah hari ulang tahun Duk Mi. Duk Mi mengeluh dengan sikap ibunya.
“Dia
bilang kepadaku bahwa kau berencana makan malam dengan pacarmu hari itu. Tapi,
aku tidak mendengar apa-apa. Apa kau punya pacar lain?”ucap Ryan kesal
“Aku hanya
tidak bilang apa-apa karena aku tidak ingin mengganggumu. Aku punya rencana
sendiri juga.”ucap Duk Mi
“Bagaimana
mungkin kau tidak menyebutkan apa pun soal hari ulang tahunmu seperti itu? Kau bahkan
meninggalkanku sendirian selama 10 jam kemarin.” Keluh Ryan
“Kau bilang
kau ingin sendirian kemarin. Aku bahkan pergi satu jam lebih awal hari ini
untuk menyapa.” Balas Duk Mi
“Namun,
bagaimana mungkin kau tidak menelepon atau mengirim pesan teks sepanjang hari?”
kata Ryan kesal
“Baik.
Kedepannya, Aku tidak akan pernah meninggalkanmu sendirian, tidak peduli
sekeras apa pun itu. Aku bahkan akan mengikutimu ke kamar mandi kedepannya... Jangan
menyesalinya.” Kata Duk Mi, Ryan pun menerimanya. Dengan senyuman
“Oh,
ibumu bertanya padaku soal tanggal dan waktu kelahiranku.” Kata Duk Mi. Ryan
bertanya Untuk apa?
“Yah,
sepertinya dia membutuhkan informasi itu untuk sesuatu.” Ucap Duk Mi
“Kenapa
dia butuh waktu kelahiranku?” kata Ryan. Duk Mi mengaku Ibunya adalah penggemar
fortunetelling.
“Itu
mungkin untuk kompatibilitas pernikahan kita... Maksudku, hanya karena keingintahuannya
akan filsafat Timur.” Kata Duk Mi panik tak ingin Ryan merasa terganggu.
“Aku tahu
apa kompatibilitas pernikahan juga.” Kata Ryan. Duk Mi merasa tak enak hati
karena Ibunya cenderung terburu-buru.
“Tapi Harus
bagaimana ini? Aku tidak tahu waktu kelahiranku.” Uap Ryan.
Duk Mi
terlihat ikut sedih lalu bertanya kapan ulang tahunnya. Ryan mengaku September
dan itu Harinya diadopsi. Duk Mi bertanya apakah Ryan tidak penasaran soal hari
ulang tahunmu yang sebenarnya dan Haruskah mencari tahu kapan ulang tahun yang
sebenarnya.
Duk Mi
teringat yang dikatakan Ibu Shi An “Itu nama yang gagal aku lindungi. Ini
lukisan yang gagal aku lindungi.”
“Aku
tidak memintamu untuk memaafkannya. Sesudah bertemu dengannya, mungkin lebih
sulit untuk dipahami, dan bahkan mungkin membuatmu lebih marah. Tapi Tetap saja,
kau harus bertemu dengannya secara pribadi... Bahkan jika kau tidak mau, aku
selalu berada di sisimu. Aku bisa membantumu membalas dendam juga.” Kata Duk Mi
memberikan dua kepalan tanganya.
“Apa Itu
saja? Tampaknya sedikit terlalu lemah.” Ejek Ryan, Duk Mi kembali mengangkat
dua tanganya.
“Aku akan
memberitahumu sesudah bertemu dengannya. Tadi malam, aku berpikir soal kenapa
aku menangis saat pertama kali melihat lukisan itu.” Kata Ryan memegang tangan
Duk Mi yang mengepal.
Flash Back
Ryan
menatap lukisan ibunya dan terasa air matanya mengalir, lalu saat akan pergi seperti
ingatanya kembali datang saat sedang bermain bola sabun dengan ibunya.
“Itu
adalah kebahagiaan dan kerinduan. Itulah emosi yang kurasakan saat melihat
lukisan itu. Aku tahu itu hanya emosi sesaat. Kenyataan bahwa aku adalah anak
terlantar tetap tidak berubah. Tetap saja, aku ingin maju sekarang. Aku bahkan
memiliki seseorang yang akan memegang tanganku dan berjalan bersamaku. Meskipun
tidak mudah.” Kata Ryan
“Aku
yakin semuanya akan baik-baik saja.” Ucap Duk Mi menyakikan Ryan.
Ryan
terlihat gugup lalu menekan bel rumah, Ibu Shi An keluar kaget melihat Ryan
datang lalu berpikir datang untuk bertemu Shi An dan memberitahu kalau belum
pulang. Ryan menagku perlu menunjukkan sesuatu. Ibu Shi An terlihat binggung.
Di rumah
Duk Mi mencoba mengetik tentang lukisan Lee Sol “Meski rapuh, gelembung melambangkan
mekarnya harapan. Gelembung melambangkan mainan anak-anak. Dan seseorang
menatap gelembung itu dengan hangat.”
Ryan
mengajak Ibu Shi An melihat lukisan Lee Sol diruangan. Ibu Shi An mengaku kalau
Shi An sudah memberitahu kalau menyukai juga lukisan Lee Sol dan itu sebabnya
menyarankan untuk melakukan pameran.
“Ada yang
ingin aku.. Mungkinkah, Apa kau ingat... nama "Yoon Jae"? Aku Yoon
Jae... Heo Yoon Jae.” Akui Ryan. Ibu Shi An tak bisa berkata-kata hanya ada ari
mata tergenang di matanya.
Duk Mi
menuliskan caption baru dibawah lukisan Lee Sol “Dan seseorang menatap
gelembung itu dengan hangat. Lukisan ini menunjukkan kasih seorang ibu.”
Bersambung
ke episode 14
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar