PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Berita
akhirnya tayang di TV setelah penyataan dari Joo Myung, Jung Kook menonton
dalam ruangan dengan wajah gelisah.
“Pada
sebuah konferensi pers tidak resmi, mantan Anggota Majelis Kim Joo Myung
mengungkap korupsi di masa lalu yang dilakukan dirinya dan Anggota Majelis Kim
Nam Hwa. Tepat setelah membuat pernyataannya, mantan Anggota Majelis Kim menyerahkan
diri.”
“Anggota
Majelis Kim Nam Hwa menyangkali klaim yang dibuat oleh mantan Anggota Majelis
Kim Joo Myung. Partai Nasionalis meyakini kesalahan Anggota Majelis Kim Nam Hwa
tidak bisa diampuni. Dan mereka akan mendiskusikan pemberhentiannya dari
partai.”
Jung Kook
menelp seorang Anggota Majelis, saat itu Tuan Baek masuk ruangan mereka pun
duduk bersama. Tuan Baek memberitahu kalau
Para anggota majelis tertinggi telah mengadakan rapat dan Anggota
Majelis Kim Nam Hwa akan dikeluarkan dari partai.
“Begitukah?
Itu kabar baik. Lalu Bagaimana keadaan di Partai Nasionalis?” tanya Jung Kook
“Mereka
bilang merasa kasihan terhadapnya, tapi aku ragu mereka sungguh-sungguh. Dia
kehilangan kepercayaan banyak orang, bahkan secara internal. Sejujurnya, dia
bertindak terlalu gegabah... Itu berhasil.” Kata Tuan Baek.
“Lalu,
bagaimana dengan Undang-Undang Regulasi Suku Bunga?” tanya Jung Kook gugup.
“Kita
setuju meninggalkannya untuk keputusan individual. Aku yakin itu akan berjalan
dengan baik tanpa masalah. Anggota Majelis Kim Nam Hwa juga telah pergi. Kita
akan mengadakan rapat umum begitu kita menyejutui anggaran tambahan. Pasti akan
ditolak. Aku yakin 100 persen.” Kata TUan Baek
“Kita
hanya perlu menyetujuinya lebih dahulu. Chu Kyung An... Di mana Anggota Majelis
Chu Kyung An? Kamu bilang Anggota Majelis Chu menunda kita. Di mana Anggota
Majelis Chu Kyung An? Bawa dia kepadaku! Bawa Anggota Majelis Chu!” kata Jung
Kook yang membuat Tuan Baek binggung.
“Itu
bukan nama seorang pria. Setelah anggaran telah ditetapkan, kita mungkin harus
meminta anggaran tambahan karena alasan baru yang telah muncul. Anggaran
tambahan atau perubahan...” ucap Sang Jin dan melirik melihat Jung Kook seperti
binggung.
“ Itu
ketika Anggota Majelis meminta izin pemerintah untuk menggunakan lebih banyak
uang. Maksudku, pemerintah meminta Majelis.” Jelas Sang Jin
“Itukah artinya?
Aku mengerti sekarang. Bagaimana itu bisa membantu menegosiasikan ini?” kata
Jung Kook
“Partai
oposisi harus menemukan kesamaan. Mereka belum bisa menemukannya, dan karena
itulah rapatnya ditunda. Itu berarti kamu dan aku harus mencoba membuat partai
oposisi setuju.” Jelas Jung Kook yakin. Sang Jin berpikir kalau itu harus
dirinya sendiri.
“Tidak,
mari kita lakukan bersama. Kita akan bekerja sama. Jangan mengecewakan aku. Dengan
begitu, rapat umum akan berlangsung, dan kita bisa menghentikan pencabutan Undang-undang Regulasi Suku Bunga. Siapa yang
tahu kapan mereka akan berubah pikiran? Kita harus bergerak selagi punya
dukungan.” Jelas Jung Kook
“Aku
tidak yakin apa itu memungkinkan untuk dinegosiasikan. Kedua partai tegas.”
Ucap Sang Jin
“Karena
itulah aku membutuhkan bantuanmu. Pinjamkan otakmu kepadaku.” Kata Jung Kook
yakin. Sang Jin tertawa mendengarnya.
Sang Jin
akhirnya membaca banyak berkas, Jung Kook membawakan minuman. Sang Jin
memberitahu Ini adalah tiga kata kunci
yang harus diingat yaitu Debu halus, kesejahteraan publik, dan tindakan preventif
ekonomi.
“Debu
halus dan kesejahteraan hidup.” Ucap Jung Kook. Sang Jin memperbaiki kalau yang
dimaksud kesejahteraan publik.
“Kamu
tahu aku bergurau, kan? Kesejahteraan publik. Dengan tindakan preventif
ekonomi, kau membicarakan Korea Utara, bukan?” kata Jung Kook.
“Tidak.
Bukan.. Itu mengenai ekonomi. Itu untuk bersiap menghadapi resesi. Itu mengenai
kekurangan pekerjaan dan pengangguran. Begitulah caramu mengingatnya.
“Pengangguran
itu penting. Itu harus dipecahkan. Itu tentu penting. Kenapa Partai Nasionalis
menentangnya? Bukankah menyelesaikan masalah-masalah ini malah bagus?” ucap
Jung Kook.
“Pemerintah
meminta tujuh miliar dolar. Mereka tidak bisa memahami alasan pemerintah
membutuhkan uang sebanyak itu. Mereka tidak yakin masalah-masalah ini akan
dipecahkan, dan itu hanya akan membuang-buang uang pembayar pajak. Mereka pikir
partai berkuasa hanya berusaha mendapatkan lebih banyak suara untuk pemilu
berikutnya.” Jelas Sang Jin
“ Jadi,
satu pihak meminta lebih karena akan dikurangi. Dan pihak lain ingin lebih
banyak pengurangan karena mereka tahu estimasi anggarannya tinggi.” Kata Jung
Kook. Sang Jin membenarkan.
“Setelah
mendengarkanmu, ini terdengar seperti tugas yang sempurna untukku. Aku tahu
seperti apa orang-orang ini dari pengalamanku. Mereka tidak akan bernegosiasi.
Mereka harus diancam. Aku akan pergi menemui para perwakilannya.” Kata Jung
Kook
“Aku
tidak tahu apakah mereka akan menemuimu.” Ucap Sang Jin
“Karena
itu aku akan mengancam mereka. Tidak ada yang bisa mengalahkan aku dalam
kelihaian berbicara. Aku penipu...” kata Jung Kook bangga.
Tiba-tiba
Mi Young terbangun dengan setengah sadar melihat suaminya. Jung Kook langsung
mengubah kalimatnya kalau tertipu yaitu Tertipu
muslihat cinta Mi Young. Istrinya langsung memberikan tanda cinta untuk Jung
Kook. Sang Jin hanya bisa menahan
senyum.
“Apakah
kau mengalami mimpi buruk?”tanya Jung Kok. Mi Young langsung memeluk Jung Kook
memuji Bicaranya manis.
“Aku
tahu. Itu pasti karena... Kau sangat manis.” Ucap kata Mi Young, Jung Kok
mengaku tertipu. Sang Jin hanya bisa menahan tawa saja.
Salah
satu anggota parlemen menerima pesan "Kami
akan melakukan keinginanmu, Mari bertemu di Hotel Washington Kamar 702 pukul
20.00" lalu tersenyum bahagia. Akhirnya Ia masuk kamar hotel mengaku
senang karena sudah berubah pikiran.
“Apa
maksudmu? Kau menyetujui anggaran tambahan kami. Bukankah karena itu kau
memanggilku ke sini?” kata si pria kacamata
“Tidak,
kau yang bilang menyetujui keinginan kami. Bukankah karena itu kau memanggilku
ke sini?” balas si pria. Keduanya hanya bisa melonggo binggung.
“Halo,
Tuan-tuan yang baik.” Sapa Jung Kook masuk ruangan dengan Wang Goo. Keduanya
kaget melihat Jung Kook yang datang.
“Apa kau
orang di balik lelucon ini?” tanya si pria sinis, Jung Kook tersenyum
berkomentar kalau keduanya alumni SMA
dan universitas yang sama, tapi mereka berdua selalu bertengkar.
“Aku
menyiapkan ini agar kalian bisa berbaikan. Kita juga bisa membicarakan tentang
anggaran tambahan itu.” Kata Jung Kook. Si pria binggung
Salah
satu pria marah, akan keluar dan Wang Goo mencoba menghalanginya, tapi tak
berhasil. Si pria pun akhirnya mencoba membuka pintu tapi tak bisa terbuka,
didepan pintu Sang Jin menahanya. Salah satu bibi OB lewat menatap binggung.
“Pak, bisa
berikan ponsel Anda kepadaku? Jika tidak menyerahkannya, Anda akan menghadapi
kesialan. Sejak aku dilahirkan, aku belum pernah...” ucap Wang Goo. Si pria
terlihat bingung.
“Dia belum
pernah dipukul. Itu ajudanku. Jadi, duduklah jika kau tidak mau dipukuli.” Kata
Jung Koo
“Astaga...
Bagaimana rencanamu untuk membereskan ini nanti?” tanya pria lain. Jung Kook
menyuruh Wang Goo mengambi ponsel pria yang satunya. Akhirnya si pria mengambil
ponsel dengan tatapan sinis.
“Kalian
pasti tahu kenapa aku membawa kalian berdua ke sini. Sampai kalian mencapai
kesepakatan tentang anggaran tambahan, kalian tidak boleh pergi. Jika kalian
mencoba memaksakan diri untuk keluar. Jika kalian tidak bisa mencapai
kesepakatan dalam 24 jam!” kata Jung Kook. Wang Goo memperlihatkan gaya berkelahi.
“Jika
kalian berubah pikiran setelah pergi. Aku bisa melihat dari wajah kalian bahwa
kalian memahaminya. Mari mulai mendiskusikan apa yang harus kita lakukan secara
terbuka untuk mengadakan rapat umum. Serta, jika kita tidak bekerja, itu bukan
pemogokan, itu sabotase.” Tegas Jung Kook
Akhirnya
keduanya duduk bersama, Pria mengeluh kalau ini konyol kalau merkea menolak menyelesaikan
bukan untuk menahannya, Si pria Kacamata juga kesal ingin tahu alasanya karena Setiap
kali Presiden ingin melakukan sesuatu, Ia mengatakan kepadanya, "Tidak,
jangan lakukan itu."
“Apa itu
bukan menahan kami?” ucap Si pria kacamata. Si pria pikir partai lawanya juga melakukan
hal yang sama.
“Kami
melakukan apa yang selalu kalian lakukan. Jika kau melakukannya, itu hal romantis,
tapi jika aku melakukannya, itu perselingkuhan. Kau berengsek! Aku harus...”
kata Si pria marah ingin memukul, saat itu keduanya mulai adu mulut dengan
saling mengumpat.
“Hentikan,
kalian berdua!” teriak Jung Kook menenangkan. Keduanya akhirnya kembali duduk.
“Aku
membencimu sejak kuliah. Kau tahu, kau satu-satunya yang tidak dimasukkan ke
ruang obrolan grup kami.” Kata Si pria. Pria kacamata mengeluh mendengarnya.
“Aku juga
ada di ruang obrolan itu.” Tegas pria kacamata.
Pria lain mengatakan kalau mereka membuka ruang obrolan baru tanpa p
“Aku
bilang berhenti.” Ucap Jung Kook, tapi keduanya tak peduli. Si pria kacamata
ingin tahu kapan itu terjadi dan marah karena tidak memberitahu.
“Untuk
apa memberitahumu jika kami mau mengucilkanmu? Bayangkan betapa menyebalkannya
dirimu sehingga semua orang dari kelas kita...” kata Pria menunjuk si pria
kacamata.
“Pak
Park!” panggil Jung Kook. Wang Goo datang dengan botol wine lalu memukul botol
dan membuat tanganya berdarah, Keduanya terlihat ketakutan.
“Apa
kalian akan terus bersikap seperti ini? Kalau begitu, biarkan aku
menyelesaikannya untuk kalian. Mengenai anggaran untuk usaha kecil, mari kita
lakukan sesuai keinginan Partai Minjin. Kita harus menyelamatkan usaha kecil.”
Ucap Jung Kook
“Tidak. Mengenai
anggaran untuk pengembangan inovasi dan perusahaan baru, biarkan Partai Nasionalis
melakukan keinginan mereka. Aku melihat ada banyak proyek baru yang meminta
lebih dari yang dibutuhkan.” Jelas Jung Kook
“Lihat
berandal itu bertingkah. Kenapa aku harus mendengarkan Partai Nasionalis? Tidak!”
ucap Si pria kacamata. Jung Kook mengeluh karena tidak ada yang mau
mendengarkannya.
“Kalian
di Minjin berpikir kalian menguasai dunia, bukan? Itu tidak akan bertahan lama,
dasar lalat buah. Setelah tiga tahun...” ucap si pria
“Apa kau
gila? Berani-beraninya kau menyebut kami lalat buah! Lupakan saja... Aku tidak
bisa berbicara denganmu.” Kata si pria Kacamata kesal dan ingin keluar ruangan.
Jung Kook
menyuruh untuk duduk kembali, Si pria kacamata tak peduli mencoba keluar tapi
pintu tak bisa dibuka. Sang Jin pun masih tetap menahan pintu dari luar.
“Aku
bilang duduk, Perwakilan Lalat Buah!” teriak Jung Kook. Sang Jin menahan agar
pintu tak terbuka dan si bibi OB menatap binggung.
“Kalian
sulit dipercaya. Aku memberi kalian kesempatan untuk berbicara berdua tanpa
orang lain, jadi, kalian harus berbicara, bukan bertengkar. Kenapa kalian bersikeras
untuk saling membunuh?” keluh Jung Kook
“Gara-gara
kalian terus memperebutkan kekuatan, kita tidak bisa mengadakan rapat umum. Tahukah
kalian UU apa yang kalian tegakkan? UU untuk memperbaiki penanganan terhadap
petugas damkar. UU untuk menyediakan perumahan bagi generasi muda.” Kata Jung
Kook
“UU untuk
melindungi pekerja. UU untuk mencegah keberpihakan dalam pekerjaan. UU untuk
menghukum kekerasan dalam rumah tangga. Dan UU untuk menopang keluarga dengan
orang tua tunggal. Undang-undang ini tidak bisa disetujui gara-gara kalian.”
Tegas Jung Kook
“Apakah kalian
baru bisa fokus jika orang-orang mati? Apakah
petugas damkar harus mati dahulu agar kalian memikirkan perbaikan penanganan
terhadap mereka? Apa generasi muda tanpa rumah harus mati dahulu agar kalian
menyetujui UU untuk menyediakan perumahan?” ucap Jung Kook yang membuat
keduanya hanya diam saja.
“Tugas
kita bukanlah memperbaiki setelah masalah timbul. Tugas kita adalah mencegah
masalah-masalah ini sebelum mereka timbul. Jadi, berhentilah bertengkar... Kumohon.”tegas
Jung Kook.
“Apa kau
sudah selesai? Bukankah tenggorokanmu sakit? Kenapa kau berpidato?” sindir
keduanya seperti tak peduli.
“Sudah kuduga
ini tidak akan berhasil. Aku yakin banyak orang sudah mengatakan apa yang
kukatakan. Karena itu aku menyiapkan hadiah untuk kalian berdua.” Ucap Jung
Kook kembali memanggil Wang Goo.
“Mari
kita mulai!.. Kalian berpesta dengan DJ Wang Go.” Ucap Wang Goo sudah membawa
mesin DJ, Jung Kook pun mulai menari.
Lagu yang
dibuat Wang Goo adalah suara Jung Kook yang direkam sebelumnya “UU untuk
mencegah keberpihakan dalam pekerjaan. UU untuk menghukum kekerasan dalam rumah
tangga. Dan UU untuk menopang keluarga dengan orang tua tunggal. Undang-undang
ini tidak bisa disetujui gara-gara kalian. Apakah kalian baru bisa fokus jika
orang-orang mati?”
Dan Wang
Goo sengaja memainkan alat di kata “Brengsek.” Pria kacamata tersenyum bahagia
karena temanya yang disindir, tapi saat itu juga wang Goo kembali memaninkan
lyric yang lainya “Tugas kita bukanlah memperbaiki setelah masalah timbul.”
“Tugas
kita adalah mencegah masalah-masalah ini sebelum mereka timbul. Apa kau sudah
gila? Lupakan saja. Aku tidak bisa berbicara denganmu. Jadi, berhentilah
bertengkar. Kumohon... Itu konyol... Lawan aku. Ayo!.. Dasar bedebah.”
Keduanya
terlihat kesal dengan tingkah Jung Kook bertanya apa yang dilakukan ini.
“Sekarang
pukul 12.30, jadi, kalian punya waktu sampai pukul 15.00. Kalian harus mencapai
kesepakatan atau aku akan mengirim itu ke semua koran dan stasiun TV. Itu sudah
jelas dimanipulasi. Orang-orang akan segera tahu. Teknologi sangat canggih
sekarang.” Jelas Jung Kook
“Akankah
mereka membuktikan itu palsu lebih dahulu Atau akankah kalian mundur sebagai perwakilan
partai lebih dahulu? Ada banyak orang yang mengejar kedudukan kalian bahkan di
dalam partai kalian sendiri. Dilihat dari situasinya, anggap saja alumni universitas mencapai kesepakatan
dan mari adakan rapat umum.” Kata Jung Kook
“Itu akan
terlihat bagus dan Itu yang diinginkan orang-orang. Bukan begitu?” kata Jung
Kook dan kembali memanggil Wang Goo.
Akhirnya
dengan spanduk, Jung Kook dan dua anggota parlemen memang spanduk dan Wang Goo
yang mengambil foto. Jung Kook pikir Ini
hal positif jadi mereka bisa bekerja sama dengan baik memegang spanduk "Kesepakatan Mengenai Anggaran
Tambahan"
Berita
pun ditayangkan “Majelis Nasional, yang mengadakan rehat karena masalah
anggaran tambahan, mengadakan sesi darurat hari ini. Para ketua partai bertemu
baru-baru ini dan mencapai kesepakatan mengenai anggaran tambahan, dan meminta
sesi darurat.”
“RUU
untuk mencabut UU Regulasi Suku Bunga, yang telah disetujui Komite Legislasi
dan Yudisial diperkirakan tidak disetujui sebagai hasil dari kesepakatan yang
dicapai oleh para perwakilan partai.”
Jung Kook
siap masuk ruangan dengan wajah yakin
Hoo Ja
keluar dari penjara masih dengan gaya angkuhnya, lalu bertanya pada Gwi
Nam Kapan rapat umumnya dimulai. Min Hee
ikut menjemput adiknya dari penjara.
Dalam
ruang sidang sedang "Sesi
Darurat" ketua majelis meminta
semua anggota duduk sambil memberitahu Karena mereka telah mencapai kuorum,
maka akan memulai rapat umum ini lalu memukul palu diatas meja. Jung Kook duduk
disamping Tuan Baek.
“Kita
akan mendengarkan pengumuman lebih dahulu.” Kata Ketua majelis. Jung Kook
terlihat tegang.
“Aku akan
sampaikan pengumumannya. Komite Pemilihan mengumumkan bahwa sebagai hasil dari
pemilu sela untuk Anggota Majelis yang diadakan pada 24 April, Anggota Majelis
Ahn Nam Gyu, Anggota Majelis Jung Min Joon, Anggota Majelis Choi Nam Seok,
Anggota Majelis Baek Sang Ki, Anggota Majelis Kim Jin Soo, Anggota Majelis Lee
Myung Seung, Anggota Majelis Kang Tae Kyung, Anggota Majelis Ko Jae Chul, dan
Anggota Majelis Yang Jung Gook telah terpilih.” Ucap moderator.
Gwi Nam
seperti menerima laporan memberitahu kalau 195 anggota hadir dalam rapat. Hoo
Ja mengartikan Jika mereka memilih sekarang,
maka itu tidak akan disetujui, Gwi Nam membenarkan.
“Apakah
si berandal Kim Nam Hwa juga hadir?” tanya Hoo Ja.
Ketua
Majelis memberitahu akan mendengar dari
Anggota Majelis yang baru-baru ini terpilih dalam pemilu sela tanggal 24 April
jadi meminta mereka maju ke podium. Di layar terlihat acara "Perkenalan Anggota Majelis Baru"
dan ketua meminta Anggota lainnya, harap berdiri dari kursi.
“Aku
bersumpah akan mematuhi hukum dan akan bekerja melindungi kebebasan masyarakat,
untuk mempromosikan kesejahteraan publik dan mencapai reunifikasi. Aku akan
mengutamakan kepentingan negara lebih dahulu.” Ucap Jung Kook dan anggot
lainya.
Tuan Kim
kaget melihat Hoo Ja yang menelp dan bertanya kapan keluar. Hoo Ja menyuruh
Tuan Kim agar Bawa semua anggota majelis
dan keluarlah dari sana. Tuan Kim memberitahu kalau Dalam kondisi ini, RUU akan
ditolak.
“Aku
bilang, bawa semua orang keluar untuk membatalkan rapat.” Tegas Hoo Ja tak
peduli
“Kau pasti
tidak tahu apa yang terjadi, tapi aku bukan bagian dari partai lagi. Jadi, aku
ragu mereka akan mendengarkan aku.” Kata Tuan Kim
“Kau
harus Coba sajalah, paham? Jika kau punya mulut, kau bisa bicara.” Tegas Hoo
Ja.
Tuan Kim
mencoba bicara dengan pria disampingnya, tapi seperti tak peduli. Lalu memberitahu kalau itu tidak akan berhasil
dan berpikir kalau akan keluar sendiri. Tapi Hoo Ja sudah menutup telpnya, Tuan
Kim mengeluh Hoo Ja tidak tahu cara mengatakan sampai jumpa.
“Siapa yang
punya daftar anggota majelis yang menerima suap dari kita?” tanya Hoo Ja kesal.
Jung Kook
baru saja selesai membaca sumpah, Ketua mejalis meminta agar para anggota
parlemen yang baru untuk menyapa semua orang dan akan melakukannya sesuai
urutan usia. Di mulai dari Anggota Majelis Ko Jae Chul.
Hoo Ja
sibuk menelp anggot Majelis lainya, lalu mengeluh karena suaranya terdengar
jauh sekali. Si majelis mengaku sedang pergi ke luar negeri. Hoo Ja mengeluh
anggota majelis itu jarang sekali menghadiri Majelis sambil mengumpat marah
karena bermain-main dengan uangku.
Ruang
sidang Ketua majelis meminta agar Anggota Majelis Yang Jung Gook memberikan
sambutanya. Jung Kook naik ke podium
menyapa Para warga yang terhormat dan anggota majelis senior yang
terhormat.
“Aku
berdiri di sini hari ini karena aku diperintahkan dengan tegas oleh warga
Seowon. Dengan rasa tanggung jawab yang kuat, aku pasti akan mewujudkan
keinginan para warga. Terima kasih.” Ucap Jung Kook, Wajah Tuan Kim terlihat
menahan kesal.
“Aku
mengucapkan selamat kepada para anggota majelis yang baru diangkat... Silakan
kembali ke kursi kalian.” Kata Ketua majelis, Semua anggota kembali duduk
dengan ucapan selamat.
“Apa yang
akan kau lakukan? Park Hoo Ja sudah keluar.” Kata Tuan Kim mendekati Jung Kook.
“Cemaskan
dirimu sendiri, Anggota Majelis Independen Kim Nam Hwa.” Balas Jung Kook menyindir.
Tuan Kim tak bisa berkata-kata.
Hoo Ja
menelp anggota majelis lain bertanya apakah menghadiri rapat umum. Jung Kook
menatap dari kejauhan terlihat gugup, Hoo Ja menyuruh agar cepatlah keluar. Si
pria binggung berpikir tak tahu caranya, Hoo Ja pikir anggota majelis punya
kaki.
“Berdiri!”
teriak Hoo Ja, seperti robot anggota majelis langsung berdiri. Ketua Majelis
memanggil Cho Hyung Tae menyuruh agar duduk.
“Berdiri
dan merangkaklah keluar. Apa Terlalu sulitkah melakukan itu setelah mengambil uangku?
Jadi Berjalan sajalah... Berjalan sebanyak aku membayarmu... Keluar dan pulang
sekarang, Brengsek!”teriak Jung Kook. Si pria tak bisa menolaknya.
“Anggota Majelis,
tetap di kursi kalian... Rapat akan dimulai. Kalian hendak ke mana?” ucap Ketua
Majelis semua terlihat binggung. Jung Kook pun sangat gugup.
“Kita
masih punya 40 ekstra. Jangan khawatir.” Bisik Tuan Baek. Jung Kook memastikan Tidak
akan terjadi apa pun.
“Itu akan
ditolak tanpa masalah. Kita akan memastikan RUU seperti itu tidak muncul lagi. Kita
akan melihat akhirnya hari ini.”kata Tuan Baek Yakin
Gwi Nam
memberitahu mereka sudah memaksa semua orang yang memungkinkan untuk keluar.
Hoo Ja bertanya Berapa lagi yang harus
mereka peroleh. Di papan terlihat jumlah anggota majelis "Terdaftar, 300.
Hadir, 191" Jung Kook sangat gugup.
“Tiga
puluh enam... Jika kita melakukannya, kita bisa menghentikan rapat.” Kata Gwi
Nam.
“Tiga
puluh enam? Aku hanya harus memaksa 36 orang untuk keluar.” Kata Hoo Ja
“Kita
hanya perlu mempertahankan 36. Kita bisa melakukan ini. Kita bisa
mempertahankan mereka di sini.” Kata Jung Kook menyakinkan diri pasti bisa
melakukanya.
“Bagaimana
jika aku membantumu?” tanya Min Hee. Hoo Ja seperti tak percaya. Min Hee
memastikan apakah Hoo Ja mau melakukanya.
“Lakukanlah
jika kau bisa... Aku punya kakak yang hebat.” Ucap Hoo Ja sedikit memuji.
***
Bersambung ke episode 34
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar