PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 29 Mei 2019

Sinopsis My Fellow Citizens Episode 33

PS : All images credit and content copyright : KBS

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 
Berita akhirnya tayang di TV setelah penyataan dari Joo Myung, Jung Kook menonton dalam ruangan dengan wajah gelisah.
“Pada sebuah konferensi pers tidak resmi, mantan Anggota Majelis Kim Joo Myung mengungkap korupsi di masa lalu yang dilakukan dirinya dan Anggota Majelis Kim Nam Hwa. Tepat setelah membuat pernyataannya, mantan Anggota Majelis Kim menyerahkan diri.”
“Anggota Majelis Kim Nam Hwa menyangkali klaim yang dibuat oleh mantan Anggota Majelis Kim Joo Myung. Partai Nasionalis meyakini kesalahan Anggota Majelis Kim Nam Hwa tidak bisa diampuni. Dan mereka akan mendiskusikan pemberhentiannya dari partai.” 

Jung Kook menelp seorang Anggota Majelis, saat itu Tuan Baek masuk ruangan mereka pun duduk bersama. Tuan Baek memberitahu kalau  Para anggota majelis tertinggi telah mengadakan rapat dan Anggota Majelis Kim Nam Hwa akan dikeluarkan dari partai.
“Begitukah? Itu kabar baik. Lalu Bagaimana keadaan di Partai Nasionalis?” tanya Jung Kook
“Mereka bilang merasa kasihan terhadapnya, tapi aku ragu mereka sungguh-sungguh. Dia kehilangan kepercayaan banyak orang, bahkan secara internal. Sejujurnya, dia bertindak terlalu gegabah... Itu berhasil.” Kata Tuan Baek.
“Lalu, bagaimana dengan Undang-Undang Regulasi Suku Bunga?” tanya Jung Kook gugup.
“Kita setuju meninggalkannya untuk keputusan individual. Aku yakin itu akan berjalan dengan baik tanpa masalah. Anggota Majelis Kim Nam Hwa juga telah pergi. Kita akan mengadakan rapat umum begitu kita menyejutui anggaran tambahan. Pasti akan ditolak. Aku yakin 100 persen.” Kata TUan Baek
“Kita hanya perlu menyetujuinya lebih dahulu. Chu Kyung An... Di mana Anggota Majelis Chu Kyung An? Kamu bilang Anggota Majelis Chu menunda kita. Di mana Anggota Majelis Chu Kyung An? Bawa dia kepadaku! Bawa Anggota Majelis Chu!” kata Jung Kook yang membuat Tuan Baek binggung. 

“Itu bukan nama seorang pria. Setelah anggaran telah ditetapkan, kita mungkin harus meminta anggaran tambahan karena alasan baru yang telah muncul. Anggaran tambahan atau perubahan...” ucap Sang Jin dan melirik melihat Jung Kook seperti binggung.
“ Itu ketika Anggota Majelis meminta izin pemerintah untuk menggunakan lebih banyak uang. Maksudku, pemerintah meminta Majelis.” Jelas Sang Jin
“Itukah artinya? Aku mengerti sekarang. Bagaimana itu bisa membantu menegosiasikan ini?” kata Jung Kook
“Partai oposisi harus menemukan kesamaan. Mereka belum bisa menemukannya, dan karena itulah rapatnya ditunda. Itu berarti kamu dan aku harus mencoba membuat partai oposisi setuju.” Jelas Jung Kook yakin. Sang Jin berpikir kalau itu harus dirinya sendiri. 
“Tidak, mari kita lakukan bersama. Kita akan bekerja sama. Jangan mengecewakan aku. Dengan begitu, rapat umum akan berlangsung, dan kita bisa menghentikan pencabutan  Undang-undang Regulasi Suku Bunga. Siapa yang tahu kapan mereka akan berubah pikiran? Kita harus bergerak selagi punya dukungan.” Jelas Jung Kook
“Aku tidak yakin apa itu memungkinkan untuk dinegosiasikan. Kedua partai tegas.” Ucap Sang Jin
“Karena itulah aku membutuhkan bantuanmu. Pinjamkan otakmu kepadaku.” Kata Jung Kook yakin. Sang Jin tertawa mendengarnya. 


Sang Jin akhirnya membaca banyak berkas, Jung Kook membawakan minuman. Sang Jin memberitahu  Ini adalah tiga kata kunci yang harus diingat yaitu Debu halus, kesejahteraan publik, dan tindakan preventif ekonomi.
“Debu halus dan kesejahteraan hidup.” Ucap Jung Kook. Sang Jin memperbaiki kalau yang dimaksud kesejahteraan publik.
“Kamu tahu aku bergurau, kan? Kesejahteraan publik. Dengan tindakan preventif ekonomi, kau membicarakan Korea Utara, bukan?” kata Jung Kook.
“Tidak. Bukan.. Itu mengenai ekonomi. Itu untuk bersiap menghadapi resesi. Itu mengenai kekurangan pekerjaan dan pengangguran. Begitulah caramu mengingatnya.
“Pengangguran itu penting. Itu harus dipecahkan. Itu tentu penting. Kenapa Partai Nasionalis menentangnya? Bukankah menyelesaikan masalah-masalah ini malah bagus?” ucap Jung Kook.
“Pemerintah meminta tujuh miliar dolar. Mereka tidak bisa memahami alasan pemerintah membutuhkan uang sebanyak itu. Mereka tidak yakin masalah-masalah ini akan dipecahkan, dan itu hanya akan membuang-buang uang pembayar pajak. Mereka pikir partai berkuasa hanya berusaha mendapatkan lebih banyak suara untuk pemilu berikutnya.” Jelas Sang Jin
“ Jadi, satu pihak meminta lebih karena akan dikurangi. Dan pihak lain ingin lebih banyak pengurangan karena mereka tahu estimasi anggarannya tinggi.” Kata Jung Kook. Sang Jin membenarkan.
“Setelah mendengarkanmu, ini terdengar seperti tugas yang sempurna untukku. Aku tahu seperti apa orang-orang ini dari pengalamanku. Mereka tidak akan bernegosiasi. Mereka harus diancam. Aku akan pergi menemui para perwakilannya.” Kata Jung Kook
“Aku tidak tahu apakah mereka akan menemuimu.” Ucap Sang Jin
“Karena itu aku akan mengancam mereka. Tidak ada yang bisa mengalahkan aku dalam kelihaian berbicara. Aku penipu...” kata Jung Kook bangga. 

Tiba-tiba Mi Young terbangun dengan setengah sadar melihat suaminya. Jung Kook langsung mengubah kalimatnya kalau  tertipu yaitu Tertipu muslihat cinta Mi Young. Istrinya langsung memberikan tanda cinta untuk Jung Kook.  Sang Jin hanya bisa menahan senyum.
“Apakah kau mengalami mimpi buruk?”tanya Jung Kok. Mi Young langsung memeluk Jung Kook memuji Bicaranya manis.
“Aku tahu. Itu pasti karena... Kau sangat manis.” Ucap kata Mi Young, Jung Kok mengaku tertipu. Sang Jin hanya bisa menahan tawa saja. 


Salah satu anggota parlemen menerima pesan  "Kami akan melakukan keinginanmu, Mari bertemu di Hotel Washington Kamar 702 pukul 20.00" lalu tersenyum bahagia. Akhirnya Ia masuk kamar hotel mengaku senang karena sudah berubah pikiran.
“Apa maksudmu? Kau menyetujui anggaran tambahan kami. Bukankah karena itu kau memanggilku ke sini?” kata si pria kacamata
“Tidak, kau yang bilang menyetujui keinginan kami. Bukankah karena itu kau memanggilku ke sini?” balas si pria. Keduanya hanya bisa melonggo binggung.
“Halo, Tuan-tuan yang baik.” Sapa Jung Kook masuk ruangan dengan Wang Goo. Keduanya kaget melihat Jung Kook yang datang.
“Apa kau orang di balik lelucon ini?” tanya si pria sinis, Jung Kook tersenyum berkomentar kalau keduanya  alumni SMA dan universitas yang sama, tapi mereka berdua selalu bertengkar.
“Aku menyiapkan ini agar kalian bisa berbaikan. Kita juga bisa membicarakan tentang anggaran tambahan itu.” Kata Jung Kook. Si pria binggung

Salah satu pria marah, akan keluar dan Wang Goo mencoba menghalanginya, tapi tak berhasil. Si pria pun akhirnya mencoba membuka pintu tapi tak bisa terbuka, didepan pintu Sang Jin menahanya. Salah satu bibi OB lewat menatap binggung.
“Pak, bisa berikan ponsel Anda kepadaku? Jika tidak menyerahkannya, Anda akan menghadapi kesialan. Sejak aku dilahirkan, aku belum pernah...” ucap Wang Goo. Si pria terlihat bingung.
“Dia belum pernah dipukul. Itu ajudanku. Jadi, duduklah jika kau tidak mau dipukuli.” Kata Jung Koo
“Astaga... Bagaimana rencanamu untuk membereskan ini nanti?” tanya pria lain. Jung Kook menyuruh Wang Goo mengambi ponsel pria yang satunya. Akhirnya si pria mengambil ponsel dengan tatapan sinis.
“Kalian pasti tahu kenapa aku membawa kalian berdua ke sini. Sampai kalian mencapai kesepakatan tentang anggaran tambahan, kalian tidak boleh pergi. Jika kalian mencoba memaksakan diri untuk keluar. Jika kalian tidak bisa mencapai kesepakatan dalam 24 jam!” kata Jung Kook. Wang Goo memperlihatkan gaya berkelahi.
“Jika kalian berubah pikiran setelah pergi. Aku bisa melihat dari wajah kalian bahwa kalian memahaminya. Mari mulai mendiskusikan apa yang harus kita lakukan secara terbuka untuk mengadakan rapat umum. Serta, jika kita tidak bekerja, itu bukan pemogokan, itu sabotase.” Tegas Jung Kook 


Akhirnya keduanya duduk bersama,  Pria  mengeluh kalau ini  konyol kalau merkea menolak menyelesaikan bukan untuk menahannya, Si pria Kacamata juga kesal ingin tahu alasanya karena Setiap kali Presiden ingin melakukan sesuatu, Ia mengatakan kepadanya, "Tidak, jangan lakukan itu."
“Apa itu bukan menahan kami?” ucap Si pria kacamata. Si pria pikir partai lawanya juga melakukan hal yang sama.
“Kami melakukan apa yang selalu kalian lakukan. Jika kau melakukannya, itu hal romantis, tapi jika aku melakukannya, itu perselingkuhan. Kau berengsek! Aku harus...” kata Si pria marah ingin memukul, saat itu keduanya mulai adu mulut dengan saling mengumpat.
“Hentikan, kalian berdua!” teriak Jung Kook menenangkan. Keduanya akhirnya kembali duduk.
“Aku membencimu sejak kuliah. Kau tahu, kau satu-satunya yang tidak dimasukkan ke ruang obrolan grup kami.” Kata Si pria. Pria kacamata mengeluh mendengarnya.
“Aku juga ada di ruang obrolan itu.” Tegas pria kacamata.  Pria lain mengatakan kalau mereka membuka ruang obrolan baru tanpa p
“Aku bilang berhenti.” Ucap Jung Kook, tapi keduanya tak peduli. Si pria kacamata ingin tahu kapan itu terjadi dan marah karena tidak memberitahu.
“Untuk apa memberitahumu jika kami mau mengucilkanmu? Bayangkan betapa menyebalkannya dirimu sehingga semua orang dari kelas kita...” kata Pria menunjuk si pria kacamata.
“Pak Park!” panggil Jung Kook. Wang Goo datang dengan botol wine lalu memukul botol dan membuat tanganya berdarah, Keduanya terlihat ketakutan.
“Apa kalian akan terus bersikap seperti ini? Kalau begitu, biarkan aku menyelesaikannya untuk kalian. Mengenai anggaran untuk usaha kecil, mari kita lakukan sesuai keinginan Partai Minjin. Kita harus menyelamatkan usaha kecil.” Ucap Jung Kook
“Tidak. Mengenai anggaran untuk pengembangan inovasi dan perusahaan baru, biarkan Partai Nasionalis melakukan keinginan mereka. Aku melihat ada banyak proyek baru yang meminta lebih dari yang dibutuhkan.” Jelas Jung Kook
“Lihat berandal itu bertingkah. Kenapa aku harus mendengarkan Partai Nasionalis? Tidak!” ucap Si pria kacamata. Jung Kook mengeluh karena tidak ada yang mau mendengarkannya.
“Kalian di Minjin berpikir kalian menguasai dunia, bukan? Itu tidak akan bertahan lama, dasar lalat buah. Setelah tiga tahun...” ucap si pria
“Apa kau gila? Berani-beraninya kau menyebut kami lalat buah! Lupakan saja... Aku tidak bisa berbicara denganmu.” Kata si pria Kacamata kesal dan ingin keluar ruangan.
Jung Kook menyuruh untuk duduk kembali, Si pria kacamata tak peduli mencoba keluar tapi pintu tak bisa dibuka. Sang Jin pun masih tetap menahan pintu dari luar.
“Aku bilang duduk, Perwakilan Lalat Buah!” teriak Jung Kook. Sang Jin menahan agar pintu tak terbuka dan si bibi OB menatap binggung. 



“Kalian sulit dipercaya. Aku memberi kalian kesempatan untuk berbicara berdua tanpa orang lain, jadi, kalian harus berbicara, bukan bertengkar. Kenapa kalian bersikeras untuk saling membunuh?” keluh Jung Kook
“Gara-gara kalian terus memperebutkan kekuatan, kita tidak bisa mengadakan rapat umum. Tahukah kalian UU apa yang kalian tegakkan? UU untuk memperbaiki penanganan terhadap petugas damkar. UU untuk menyediakan perumahan bagi generasi muda.” Kata Jung Kook
“UU untuk melindungi pekerja. UU untuk mencegah keberpihakan dalam pekerjaan. UU untuk menghukum kekerasan dalam rumah tangga. Dan UU untuk menopang keluarga dengan orang tua tunggal. Undang-undang ini tidak bisa disetujui gara-gara kalian.” Tegas Jung Kook
“Apakah kalian baru bisa fokus jika orang-orang mati?  Apakah petugas damkar harus mati dahulu agar kalian memikirkan perbaikan penanganan terhadap mereka? Apa generasi muda tanpa rumah harus mati dahulu agar kalian menyetujui UU untuk menyediakan perumahan?” ucap Jung Kook yang membuat keduanya hanya diam saja.
“Tugas kita bukanlah memperbaiki setelah masalah timbul. Tugas kita adalah mencegah masalah-masalah ini sebelum mereka timbul. Jadi, berhentilah bertengkar... Kumohon.”tegas Jung Kook.
“Apa kau sudah selesai? Bukankah tenggorokanmu sakit? Kenapa kau berpidato?” sindir keduanya seperti tak peduli.
“Sudah kuduga ini tidak akan berhasil. Aku yakin banyak orang sudah mengatakan apa yang kukatakan. Karena itu aku menyiapkan hadiah untuk kalian berdua.” Ucap Jung Kook kembali memanggil Wang Goo.
“Mari kita mulai!.. Kalian berpesta dengan DJ Wang Go.” Ucap Wang Goo sudah membawa mesin DJ, Jung Kook pun mulai menari.
Lagu yang dibuat Wang Goo adalah suara Jung Kook yang direkam sebelumnya “UU untuk mencegah keberpihakan dalam pekerjaan. UU untuk menghukum kekerasan dalam rumah tangga. Dan UU untuk menopang keluarga dengan orang tua tunggal. Undang-undang ini tidak bisa disetujui gara-gara kalian. Apakah kalian baru bisa fokus jika orang-orang mati?”
Dan Wang Goo sengaja memainkan alat di kata “Brengsek.” Pria kacamata tersenyum bahagia karena temanya yang disindir, tapi saat itu juga wang Goo kembali memaninkan lyric yang lainya “Tugas kita bukanlah memperbaiki setelah masalah timbul.”
“Tugas kita adalah mencegah masalah-masalah ini sebelum mereka timbul. Apa kau sudah gila? Lupakan saja. Aku tidak bisa berbicara denganmu. Jadi, berhentilah bertengkar. Kumohon... Itu konyol... Lawan aku. Ayo!.. Dasar bedebah.”
 Keduanya terlihat kesal dengan tingkah Jung Kook bertanya apa yang dilakukan ini.
“Sekarang pukul 12.30, jadi, kalian punya waktu sampai pukul 15.00. Kalian harus mencapai kesepakatan atau aku akan mengirim itu ke semua koran dan stasiun TV. Itu sudah jelas dimanipulasi. Orang-orang akan segera tahu. Teknologi sangat canggih sekarang.” Jelas Jung Kook
“Akankah mereka membuktikan itu palsu lebih dahulu Atau akankah kalian mundur sebagai perwakilan partai lebih dahulu? Ada banyak orang yang mengejar kedudukan kalian bahkan di dalam partai kalian sendiri. Dilihat dari situasinya,  anggap saja alumni universitas mencapai kesepakatan dan mari adakan rapat umum.” Kata Jung Kook
“Itu akan terlihat bagus dan Itu yang diinginkan orang-orang. Bukan begitu?” kata Jung Kook dan kembali memanggil Wang Goo.
Akhirnya dengan spanduk, Jung Kook dan dua anggota parlemen memang spanduk dan Wang Goo yang mengambil foto.  Jung Kook pikir Ini hal positif jadi mereka bisa bekerja sama dengan baik memegang spanduk  "Kesepakatan Mengenai Anggaran Tambahan"
Berita pun ditayangkan “Majelis Nasional, yang mengadakan rehat karena masalah anggaran tambahan, mengadakan sesi darurat hari ini. Para ketua partai bertemu baru-baru ini dan mencapai kesepakatan mengenai anggaran tambahan, dan meminta sesi darurat.”
“RUU untuk mencabut UU Regulasi Suku Bunga, yang telah disetujui Komite Legislasi dan Yudisial diperkirakan tidak disetujui sebagai hasil dari kesepakatan yang dicapai oleh para perwakilan partai.”
Jung Kook siap masuk ruangan dengan wajah yakin



Hoo Ja keluar dari penjara masih dengan gaya angkuhnya, lalu bertanya pada Gwi Nam  Kapan rapat umumnya dimulai. Min Hee ikut menjemput adiknya dari penjara.
Dalam ruang sidang sedang  "Sesi Darurat" ketua majelis  meminta semua anggota duduk sambil memberitahu Karena mereka telah mencapai kuorum, maka akan memulai rapat umum ini lalu memukul palu diatas meja. Jung Kook duduk disamping Tuan Baek.
“Kita akan mendengarkan pengumuman lebih dahulu.” Kata Ketua majelis. Jung Kook terlihat tegang. 

“Aku akan sampaikan pengumumannya. Komite Pemilihan mengumumkan bahwa sebagai hasil dari pemilu sela untuk Anggota Majelis yang diadakan pada 24 April, Anggota Majelis Ahn Nam Gyu, Anggota Majelis Jung Min Joon, Anggota Majelis Choi Nam Seok, Anggota Majelis Baek Sang Ki, Anggota Majelis Kim Jin Soo, Anggota Majelis Lee Myung Seung, Anggota Majelis Kang Tae Kyung, Anggota Majelis Ko Jae Chul, dan Anggota Majelis Yang Jung Gook telah terpilih.” Ucap moderator.
Gwi Nam seperti menerima laporan memberitahu kalau 195 anggota hadir dalam rapat. Hoo Ja mengartikan Jika mereka memilih sekarang,  maka itu tidak akan disetujui, Gwi Nam membenarkan.
“Apakah si berandal Kim Nam Hwa juga hadir?” tanya Hoo Ja. 

Ketua Majelis  memberitahu akan mendengar dari Anggota Majelis yang baru-baru ini terpilih dalam pemilu sela tanggal 24 April jadi meminta mereka maju ke podium. Di layar terlihat acara  "Perkenalan Anggota Majelis Baru" dan ketua meminta Anggota lainnya, harap berdiri dari kursi.
“Aku bersumpah akan mematuhi hukum dan akan bekerja melindungi kebebasan masyarakat, untuk mempromosikan kesejahteraan publik dan mencapai reunifikasi. Aku akan mengutamakan kepentingan negara lebih dahulu.” Ucap Jung Kook dan anggot lainya. 

Tuan Kim kaget melihat Hoo Ja yang menelp dan bertanya kapan keluar. Hoo Ja menyuruh Tuan Kim agar  Bawa semua anggota majelis dan keluarlah dari sana. Tuan Kim memberitahu kalau Dalam kondisi ini, RUU akan ditolak.
“Aku bilang, bawa semua orang keluar untuk membatalkan rapat.” Tegas Hoo Ja tak peduli
“Kau pasti tidak tahu apa yang terjadi, tapi aku bukan bagian dari partai lagi. Jadi, aku ragu mereka akan mendengarkan aku.” Kata Tuan Kim
“Kau harus Coba sajalah, paham? Jika kau punya mulut, kau bisa bicara.” Tegas Hoo Ja.
Tuan Kim mencoba bicara dengan pria disampingnya, tapi seperti tak peduli.  Lalu memberitahu kalau itu tidak akan berhasil dan berpikir kalau akan keluar sendiri. Tapi Hoo Ja sudah menutup telpnya, Tuan Kim mengeluh Hoo Ja tidak tahu cara mengatakan sampai jumpa.
“Siapa yang punya daftar anggota majelis yang menerima suap dari kita?” tanya Hoo Ja kesal. 

Jung Kook baru saja selesai membaca sumpah, Ketua mejalis meminta agar para anggota parlemen yang baru untuk menyapa semua orang dan akan melakukannya sesuai urutan usia. Di mulai dari Anggota Majelis Ko Jae Chul.
Hoo Ja sibuk menelp anggot Majelis lainya, lalu mengeluh karena suaranya terdengar jauh sekali. Si majelis mengaku sedang pergi ke luar negeri. Hoo Ja mengeluh anggota majelis itu jarang sekali menghadiri Majelis sambil mengumpat marah karena bermain-main dengan uangku. 

Ruang sidang Ketua majelis meminta agar Anggota Majelis Yang Jung Gook memberikan sambutanya. Jung Kook naik ke podium  menyapa Para warga yang terhormat dan anggota majelis senior yang terhormat.
“Aku berdiri di sini hari ini karena aku diperintahkan dengan tegas oleh warga Seowon. Dengan rasa tanggung jawab yang kuat, aku pasti akan mewujudkan keinginan para warga. Terima kasih.” Ucap Jung Kook, Wajah Tuan Kim terlihat menahan kesal.
“Aku mengucapkan selamat kepada para anggota majelis yang baru diangkat... Silakan kembali ke kursi kalian.” Kata Ketua majelis, Semua anggota kembali duduk dengan ucapan selamat.
“Apa yang akan kau lakukan? Park Hoo Ja sudah keluar.” Kata Tuan Kim mendekati Jung Kook.
“Cemaskan dirimu sendiri, Anggota Majelis Independen Kim Nam Hwa.” Balas Jung Kook menyindir. Tuan Kim tak bisa berkata-kata. 


Hoo Ja menelp anggota majelis lain bertanya apakah menghadiri rapat umum. Jung Kook menatap dari kejauhan terlihat gugup, Hoo Ja menyuruh agar cepatlah keluar. Si pria binggung berpikir tak tahu caranya, Hoo Ja pikir anggota majelis punya kaki.
“Berdiri!” teriak Hoo Ja, seperti robot anggota majelis langsung berdiri. Ketua Majelis memanggil Cho Hyung Tae menyuruh agar duduk.
“Berdiri dan merangkaklah keluar. Apa Terlalu sulitkah melakukan itu setelah mengambil uangku? Jadi Berjalan sajalah... Berjalan sebanyak aku membayarmu... Keluar dan pulang sekarang, Brengsek!”teriak Jung Kook. Si pria tak bisa menolaknya.
“Anggota Majelis, tetap di kursi kalian... Rapat akan dimulai. Kalian hendak ke mana?” ucap Ketua Majelis semua terlihat binggung. Jung Kook pun sangat gugup.
“Kita masih punya 40 ekstra. Jangan khawatir.” Bisik Tuan Baek. Jung Kook memastikan Tidak akan terjadi apa pun.
“Itu akan ditolak tanpa masalah. Kita akan memastikan RUU seperti itu tidak muncul lagi. Kita akan melihat akhirnya hari ini.”kata Tuan Baek Yakin 


Gwi Nam memberitahu mereka sudah memaksa semua orang yang memungkinkan untuk keluar. Hoo Ja bertanya  Berapa lagi yang harus mereka peroleh. Di papan terlihat jumlah anggota majelis "Terdaftar, 300. Hadir, 191" Jung Kook sangat gugup.
“Tiga puluh enam... Jika kita melakukannya, kita bisa menghentikan rapat.” Kata Gwi Nam.
“Tiga puluh enam? Aku hanya harus memaksa 36 orang untuk keluar.” Kata Hoo Ja
“Kita hanya perlu mempertahankan 36. Kita bisa melakukan ini. Kita bisa mempertahankan mereka di sini.” Kata Jung Kook menyakinkan diri pasti bisa melakukanya.
“Bagaimana jika aku membantumu?” tanya Min Hee. Hoo Ja seperti tak percaya. Min Hee memastikan apakah Hoo Ja mau melakukanya.
“Lakukanlah jika kau bisa... Aku punya kakak yang hebat.” Ucap Hoo Ja sedikit memuji.
***
Bersambung ke episode 34

Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar