PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 09 Mei 2019

Sinopsis My Fellow Citizens Episode 23

PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

“Aku mungkin tidak bisa  melakukannya karena kalah, tapi aku tidak akan  mundur karena menyerah. Aku akan menepati janji yang kubuat kepada kalian.” Ucap Jung Kook penuh dengan semangat.

“Kandidat nomor lima, kandidat independen Yang Jung Gook. Dukunglah Yang Jung Gook.” Kata Tuan Kang memberikan dukungan untuk Jung Kook
“Hanya satu orang! Selama ada satu orang saja yang mendukungku, aku tidak akan berhenti. Aku akan berjuang sampai akhir!” tegas Jung Kook
Sang Jin dkk terlihat kaget akhirnya menyuruh Suami Myung Im untuk menyiapkan mobil


“Para warga tercinta... Halo, warga Injung-dong! Pemilu akan berlangsung dalam dua hari! Hanya tersisa dua hari lagi! Suamiku, Yang Jung Gook, tidak akan menyerah! Dia tidak akan melepaskan kalian sampai akhir!” kata Mi Young berbicara diatas mobil.
Suami Myung Im melihat mobil Mi Young yang sedang berkampanye, Sang Jin menyuruh agar menghentikan mobil Mi Young. Suami Myung Im bingung. Sang Jin dengan penuh amarah memperingatkan  Jangan membuat mengulangi perkataannya.
“Halangi mobil itu. “ teriak Sang Jin, Mi Young terus berkampanye diatas mobil dan tiba-tiba mobil berhenti mendadak. Wang Go langsung jatuh dari mobil dan semua panik. Sang Jin turun mobil dengan penuh amarah teringat yang dikatakan Hoo Ja.
“Seharusnya kau memberi tahu Mi Young bahwa Jung Gook adalah penipu. Dia selalu membicarakan "Mi Young-ku" seperti ini, "Mi Young-ku" seperti itu. Dia pikir dia memiliki setiap Mi Young di luar sana.” 

“Mi Young! Kita perlu bicara.” Ucap Sang Jin menatap Mi Young kaget melihat Sang Jin yang datang. Ia teringat kembali yang dikatakan Hoo Ja.
"Suamimu adalah seorang penipu, dan kau sudah dibohongi selama ini." Kata Hoo Ja
“Tidak, menurutku itu tidak benar. Biarkan mereka memecahkannya sendiri. Mungkin akan menjadi penderitaan terbesar yang pernah dia alami. Itu Akan lebih menyakitkan jika mengetahuinya dari orang lain. Jika kebenaran tidak membuat kedua orang bahagia, lebih baik menguburkannya.Mi Young-ku sudah memiliki banyak luka.” Tegas Sang Jin
“Apa Itu mobil Kakak?” ucap Mi Young kaget. Sang Jin membenarkan lalu meminta maaf.
“Ajudan kakak tidak mahir mengemudi. Maaf. Apa kau terluka?” kata Sang Jin mengurungkan niatnya.
“Tidak, aku baik-baik saja. Bagaimana dengan Kakak? Apa Kakak baik-baik saja?” kata Mi Young. Sang Jin mengaku baik-baik saja.
“Intinya, maafkan kakak. Bekerja keraslah dalam kampanye ini. Bantu Jung Gook... Ya, bantu dia. Kakak akan pergi sekarang. Bekerja keraslah.” Kata Sang Jin, Mi Young menganguk mengerti.
“Sampai jumpa. Aku akan menelepon Kakak.”kata Mi Young. Sang Jin pun pamit pergi dan turun dari mobil
“Apa Kau baik-baik saja? Apa semua orang baik-baik saja? Kau pasti terkejut. Ayo Naiklah.” Kata Mi Young melihat anggotanya yang masih di jalan. Sang Jin menatap Mi Young seperti merasa tak tega. 



Sang Jin masuk ke dalam mobil lalu menelp seseorang mengajak untuk bicar dan ingin tahu keberadaanya. Beberapa saat kemudian Sang Jin sampai ke ruangan Hoo Ja dan melihat Joo Myung sudah ada diruangan. Joo Myung bertemu dengan Hoo Ja hanya bisa berkata kalau ia berasumsi akan seperti itu.
“Ini hasil kerjamu, kan? Kenapa kau membantu Jung Gook?” “ ucap Sang Jin sebelum Joo Myung keluar
“Bukankah ini pertemuan pertama kita?” balas Joo Myung sinis
“Kita sempat beberapa kali bertemu selintas, tapi ini kali pertama kita berbincang.” Kata Sang Jin
“Kenapa kau menanyakan sesuatu seperti itu kepada orang yang baru saja kau temui?” ejek Joo Myung lalu pamit pergi pada Sang Jin dan berharap semoga beruntung.



Sang Jin duduk menatap dingin Hoo Ja, Hoo Ja langsung berkata  "Beginikah caramu berbisnis? Aku sangat kecewa. Jika kau terus seperti ini, aku tidak bisa memercayaimu." Lalu berkomentar kalau itu pasti yang ingin dikatakan Sang Jin.
“Pemilu akan berlangsung dalam dua hari. Buat dia mengundurkan diri sebelum itu. Maka tidak akan ada masalah dengan hubungan kita.” Ucap Sang Jin.
“Tidak akan ada masalah? Aku bersyukur. Tapi kenapa kau memutuskan itu? Aku bisa membuat masalah dari pihakku. Pria tua yang baru pergi itu mengatakan hal ini kepadaku. "Situasi saat ini..." kata Hoo Ja 

Flash Back
“Situasi saat ini tidak sepenuhnya negatif untukmu. Pikirkanlah. Dari sudut pandangmu, kau hanya perlu menyingkirkan Kang Soo Il. Setelah dia mengundurkan diri, kau mendapatkan keinginanmu tanpa mengotori tanganmu. Tanganmu bersih.” Ucap Joo Myung
Hoo Ja pikir Joo Myung itu benar, Joo Myung pikir menurutnya  entah Jung Gook akan terpilih atau tidak Entah Han Sang Jin akan terpilih atau tidak, Hoo Ja tetap mendapatkan apa yang diinginkan karena mereka berdua adalah kandidatnya.
“Jadi, sebaiknya kau tidak ikut campur sekarang. Han Sang Jin, yang mengubah perkataannya untuk mendapat suara Atau Jung Gook yang mengubah pendiriannya untuk masyarakat?” ucap Joo Myung
“Dia memintaku duduk saja dan melihat siapa yang terpilih. Saat mendengar hal itu, aku tiba-tiba merasa sangat damai. Jadi, Pak Han, jika kau benar-benar ingin terpilih, kau harus menyingkirkan Jung Gook sendiri kali ini. Aku tidak akan ikut campur.” Kata Hoo Ja
“Aku mengantarmu ke pintu kamar mandi. Kau harus mengerjakan tugasmu sendiri.” Kata Hoo Ja memberikan perumpaan.
"Tidak ada hal lain yang bisa kulakukan untukmu. Jadi, kamu harus memecahkan masalahmu sendiri." Begitukah?” ucap Sang Jin.
“Tidak... "Aku melakukan semua yang bisa kulakukan untukmu." "Bukankah seharusnya kamu menurunkan celana dalammu sendiri?" Itu yang benar.” Jelas Hoo Ja
“Itu terdengar sama saja bagiku. Baik. Apa pun pilihan yang kubuat, aku tidak akan pernah melihatmu lagi” Komentar Sang Jin sinis lalu melangkah pergi 



Sang Jin akan pergi terdengar suara Hoo Ja saat berbicara denganya.
“ Jika aku memberimu 15 persen milik Jung Gook, nilainya akan 43 versus 39. Kau akan mengalahkan Kang Soo Il sebanyak empat persen. Tapi itu masih belum cukup pasti. Itu hanya survei. Jadi, itu bisa dengan mudah berfluktuasi sebanyak empat persen.”
“ Itu akan tergantung kepadaku.” Kata Sang Jin
“Tidak. Itu akan tergantung kepada kita... Kita akan menjalaninya bersama. Aku tidak akan memaksamu mengerjakan semuanya. Aku bukan gangster atau semacamnya. Mari kita taklukkan Kang Soo Il dengan satu pukulan kuat.” Kata Hoo Ja, Akhirnya Sang Jin membalikan badan kembali.
“Sekarang terdengar berbeda, bukan? Aku tidak sesederhana itu. Aku cukup rumit. Jadi, dengarkan, Tuan Sok Baik. Jangan membuatku jengkel lagi. Paham?” ucap Hoo Ja. 

Jung Kook akan masuk ke dalam ruangan dan  banyak wartawan yang meminta pernyataan.  Di ruangan hanya ada Seung Yi dan juga Chalres. Jung Kook bertanya kenapa hanya mereka ada diruangan dan kemana yang lain.
“Saat mereka mendengar kau tidak mengundurkan diri, mereka berlari keluar dengan bersemangat. Mereka bilang akan bekerja keras dan membuatmu terpilih bagaimanapun caranya.” Ucap Seung Yi
“Bagus. Aku suka energi itu... Bagus. Baik! Bagus... Bagaimana dengan kalian? Kenapa kalian tidak pergi?” kata Jung Kook tersenyum lebar.
“Dengar, jadi... Karena kamu tidak mengundurkan diri dan Kang Soo Il mendukungmu... Kami juga sangat gembira awalnya, tapi...” ucap Charles. Jung Kook ingin tahu kelanjutanya.
“Jika kau menjadi Anggota Majelis, itu tidak baik untuk kami.” Kata Charles. Jung Kook hanya bisa tertawa.
“Jangan tertawa. Kami sangat serius. Terus terang, apakah kau akan membawa kami ke Majelis bersamamu? Mereka semua lulusan sekolah paling bergengsi dan terbaik. Kau tidak akan membawa kami dan membuat kami bekerja untukmu.” Jelas Charles.
“Jadi, kalian terlihat cemberut karena takut akan kehilangan pekerjaan jika aku menang? Begitukah? Kalian menakjubkan.” Kata Jung Kook kembali tertawa.
“Aku bilang jangan tertawa. Itu menghina. Kami tidak bergurau. Kami sangat kesal.” Tegas Seung Yi
Jung Kook menganguk mengerti,  berjanji tidak akan tertawa lalu berkomentar kalau mereka  mengenal orang-orang yang belajar di sekolah bergengsi, lalu mengangkat telp lebih dulu terdengar suara seorang wanita yang menelpnya.
Jung Kook bertemu dengan mantan pacarnya di dalam mobil dengan sinis menanyakan alasan ingin bertemu dengannya dan  mengaku  hanya datang karena satu alasan Untuk mengajukan pertanyaan yang ingin ditanyakan selama tiga tahun.
“Aku datang untuk menanyakan satu pertanyaan itu. Katakan apa yang ingin kau sampaikan kepadaku dahulu. Aku akan bertanya setelah itu.” Ucap Jung Kook.
“Maaf.” Kata Hee Jin. Jung Kook pikir sudah seharusnya mengatakan itu dan ingin tahu apakah hanya itu saja.
“Aku... Aku juga tidak ingin bertemu dengan istrimu. Tapi wanita itu memaksaku. Aku tidak punya pilihan, sungguh. Maafkan aku.” Akui Hee Jin. Jung Kook ingin tahu selanjutnya.
“Apa Ada hal lain?” tanya Jung Kook. Hee Jin mengaku tak ada. Jung Kook pikir saatnya bertanya sekarang.
“Kenapa dahulu kau kabur? Jawab aku. Kau bahkan berjanji akan menikah denganku. Kau bahkan mengambil cincinnya.” Ucap Jung Kook marah. Hee Jin hanya bisa meminta maaf.
“Kau bahkan memintaku untuk membahagiakanmu selamanya. Kenapa kau menusukku dari belakang...” ucap Jung Kook kesal
“Karena... Karena aku merasa kau akan meninggalkanku lebih dahulu. Aku merasa jika aku tidak pergi lebih dahulu, maka kau akan mencampakkan aku lebih dahulu dan meninggalkanku. Kita ini penipu.” Ungkap Hee Jin.
“Baik... Aku mengerti maksudmu. Aku tidak punya pertanyaan untukmu lagi, atau alasan untuk bertemu denganmu lagi. Tapi itu terasa berbeda. Selamat tinggal.” Kata Jung Kook
“Jung Gook... Maaf, Jung Gook!” kata Hee Jin melihat Jung Kook turun dari mobil. 
Seung Yi akhirnya masuk mobil sambil memakai sarung tangan. Hee Jin kaget melihat Seung Yi datang dan Charles duduk dibangku belakang.  Charles berkomentar Hee Ji  menjadi lebih cantik sambil menyindir kalau pasti makan dengan lahap dengan uang mereka.
“Dengar... Suasana hatiku buruk hari ini, paham? Jadi, tutup mulutmu dan terima pukulannya. Jika salah pukul, maka kau akan kehilangan gigimu.” Tegas Seung Yi, Hee Jin panik.
“Chul Soo.... Pengatur waktu? Berapa lama?” tanya Seung Yi, Charles menjawab Satu juta kali tiga persen kali tiga tahun.
“Berapa menit itu?” tanya Seung Yi . Charles menjawab 90 menit. Hee Jin panik meminta Seung Yi untuk tenang.
“Dengar... Kau terus bicara. Aku bilang kau akan kehilangan gigimu.” Kata Hee Jin dan langsung melakukan balas dendam. 

Hoo Ja menatap ayahnya yang masih terbaring, terdengar  berita di TV.
“Pada hari terakhir sebelum Pemilu ini, para kandidat melakukan upaya terakhir mereka. Hari ini adalah hari terakhir kampanye resmi. Sekitar 60 persen warga diperkirakan akan memilih besok.”
“Dia mungkin tidak akan bertahan melewati besok. Dokter meminta kita untuk mempersiapkan diri. Haruskah aku menelepon saudari-saudari lainnya?” ucap Gwi Nam masuk ruangan.
“Gwi Nam... Kau tahu, kali pertama Ayah pingsan, aku memohon agar dia segera bangun, dan meski aku membencinya, dia tetap ayahku, dan mendoakan agar dia tetap hidup dan tidak meninggal.” Cerita Hoo Ja
“Tapi setelah sebulan berlalu, kemudian setahun, aku pikir akan lebih baik jika Ayah meninggal alih-alih bertahan hidup dan menyulitkan hidupku. Aku ingin dia meninggal setelah beberapa waktu.” Ucap Hoo Ja
“Kau telah melewati banyak kesulitan.” Komentar Gwi Nam. Hoo Ja pikir  tidak berbuat banyak tapi para perawat melakukan segalanya.
“Omong-omong, setelah mereka mengatakan dia akan meninggal, bahwa dia akan wafat dan dikuburkan, hanya ini yang bisa kupikirkan. Aku tidak bisa melihat wajahnya lagi. Aku melihat wajahnya setiap hari selama lebih dari 30 tahun, tapi selama sisa hidupku, aku tidak akan melihat wajah ini lagi.” Ucap Hoo Ja
“Aku harus melihatnya sesering mungkin. Dia terasa seperti orang asing seumur hidupku, tapi kini dia terasa seperti ayahku. Kau juga harus melihatnya sesering mungkin. Telepon aku jika terjadi sesuatu.” Ucap Hoo Ja lalu menyuruh seseoran kalau harus pergi juga. 



Saat itu Tuan Ma sedang membersihkan meja seperti tak percaya lalu memastikan kalau apakah ia bisa pergi. Gwi Nam menyuuh pergi saja dengan mengancam Jangan sampai melihatnya lagi. Karena Jika mereka menangkapnya untuk  menipu orang-orang, akibatnya akan mati.
“Baik. Aku paham. Aku akan mengingat itu... Aku akan berpamitan dengan Pimpinan lebih dahulu” ucap Tuan Ma
“Pimpinan. Aku akan pergi sekarang... Semoga Anda panjang umur. “ kata Tuan Ma membungkuk. Gwi Nam terlihat marah mendengarnya.
“Maksudmu... Bukan itu.. Baiklah, Pimpinan... Semoga kematian Anda lancar. “ ucap Tuan Ma. Gwi Nam makin marah mendengarnya.
“Lupakan saja. Enyahlah... Melihat wajahmu membuatku mual.” Ucap Gwi Nam. Tuan Ma mengeluh dan melihat wajah Gwi Nam memilih untuk segera pergi. 


Suami Myung Im keluar dari gedung sambil masuk mobil dan wajahnya terlihat tegang. Myung Im terlihat kaget memastikan apakah yakin dengan hal itu. Suaminya mengaku yakin dan hanya memeriksa daftar lulusan agar yakin, dan  hasilnya Yang Jung Gook tidak tertera di sana.
“Dia tidak kuliah di Universitas Nasional Seoul. Dia berbohong tentang pendidikannya!” kata Suami Myung Im 

Sang Jin akhirnya masuk ruangan dengan wajah tegang, Suami Myung Im pikir mereka tidak pernah memeriksa kredensialnya karena Jung Kook  orang yang tidak berpengaruh sebelumnya. Tapi mereka bisa mengucap syukur berhasil mengetahuinya sekarang.
“Sekarang pukul 16.00, jadi, mari kita hubungi para reporter. Mari adakan konferensi pers dan ekspos dia karena berbohong tentang pendidikannya. Maka kita pasti akan menang.” Ucap Suami Myung Im yakin
“Ya... Dia tidak akan menjawab lagi.’ Kata Myung Im penuh semangat. Sang Jin hanya diam saja.
“Hei, Sang Jin. Apa kamu ragu? Kita tidak punya waktu untuk itu lagi. Kita harus memberi tahu masyarakat secepatnya. Dengan begitu, saat mereka memilih besok...” kata Myung Im. Sang Jin tetap diam
“Hei, haruskah kau berpikir tentang siapa yang kau dukung saat menonton Olimpiade?” kata Myung Im mencoba menyadarkan.
“Kalian berdua tentu tahu ini bukan sekadar tentang kandidat lain. Hidup adikku dipertaruhkan. Jika aku mengumumkan ini...” kata Sang Jin.
Sementara Jung Kook dan Mi Young sedang berkampanye meminta agar memilih nomor lima, dari kejauhan Hoo Ja mentapanya dari dalam mobil., Mi Young pun membiarakn Jung Kook pergi menemui Hoo Ja.
“Jika aku mengatakan Jung Gook berbohong tentang pendidikannya, dan bahwa dia telah membohongi keluarga kami, bahwa Warga Pemberani tidak ada, bahwa orang-orang seharusnya tidak dibohongi. Jika aku mengatakan hal itu, Mi Young akan terluka. Adikku akan terluka dan sedih karena aku.” Jelas Sang Jin
“Apa kau menyukai dia?” sindir Myung Im, Suaminya menenangkan Myung Im agar menahan bicaranya. 





Jung Kook pergi menemui Hoo Ja di dalam mobil bertanya ada apa. Hoo Ja memberitahu kalau Han Sang Jin tahu seperti apa sosok lama Jung Kook.
“Lupakan itu. Baiklah... Jika kamu tidak melakukannya, biar aku saja. Telepon para reporter.” Ucap Myung Im siap pergi keluar ruangan.
“Myung Im!” teriak Sang Jin marah. Myung Im malah meminta Sang Jin agar Jangan menyebut namanya dan Telepon reporter sekarang. Sang Jin meminta Myung Im agar menghentikanya. 



“Aku memberi tahu dia. Aku memang menciptakan kekacauan ini, tapi kau memecahkannya. Kau mengatakan kau ingin menjadi Anggota Majelis.” Kata Hoo Ja
Sementara Myung Im menyuruh suaminya agar menelp Reporter seperti tak peduli. Sang Jin terlihat benar-benar marah. Suaminya binggung dengan yang harus dilakukan sekarang.
“Aku sudah mengatakan apa yang harus kusampaikan. Jadi, aku akan pergi.” kata Hoo Ja lalu pergi dengan mobilnya.
Jung Kook terdiam dan Mi Young mendekatinya, menanyakan alasan Hoo Ja datang. Jung Kook memastikan tak ada sesuatu yang serius. 

Myung Im akhirnya memutuskan akan melakukan sendiri mengambil ponselnya. Sang Ji langsun melempar ponsel Myung Im, keduanya terlihat kaget. Suaminya menahan istrinya agar bisa tetap tenang.
“Berapa lama kami harus bekerja sebagai tangan dan kakimu? Apa kau berpikir aku berbeda darimu? Apa kau berpikir aku wanita jahat? Aku juga punya perasaan, dan aku juga merasa bersalah. Aku juga tidak ingin menyakiti orang-orang.” Kata Myung Im sambil menangis.
“Tapi karena kau... Hanya untuk mengirimmu ke Majelis, kami... Sekarang kau juga perlu melakukan hal-hal buruk. Selama ini kami melakukan semuanya untukmu. Telepon aku jika kau memutuskan untuk mengadakan konferensi pers Atau jangan pernah meneleponku lagi.” Ucap Myung Im keluar ruangan. Suami Myung Im terlihat binggung lalu mengejarnya, Sang Jin pun hanya bisa diam saja. 


Detektif Koo memberikan laporan pada Nyonya Kim, memberitahu Setelah bebas selama setahun, Tuan Yang dipenjara selama tiga tahun karena penipuan real estat pada 2008 dan tinggal di Innam-dong sejak saat itu lalu menuliskan alamatnya di sana.
“Aku mengerti. Terima kasih... Silakan pergi.” kata Nyonya Kim. Detektif Koo hanya diam saja.
“Apa? Ada yang ingin kau katakan?” tanya Nyonya Kim. Detektif Koo mengaku  Selagi menyelidiki Yang Shi Chul.
“Aku bertemu tetangganya dan orang-orang yang mengenalnya, dan aku kebetulan mendengar tentang putranya. Mereka bilang dia melakukan berbagai jenis penipuan termasuk skema Ponzi sejak dia remaja. Mereka bilang dia melakukan hal yang sama bahkan setelah dewasa.” Jelas Detektif Koo
“Nama putranya adalah Yang Jung Gook. Karena itukah Anda memintaku melakukan ini, Bu?” kata Detektif Koo
“Hyun Chul... Jika itu seperti dugaanmu, letnanmu menikahi seorang penipu. Dan pimpinan letnanmu punya seorang menantu yang merupakan penipu. Apakah menurutmu itu masuk akal?” ucap Nyonya Kim
“Tidak, Bu... Menurutku itu tidak masuk akal.” Ucap Detektif Ko. Nyonya Kim pikir itu benar.
“Itu sama sekali tidak masuk akal, dan seharusnya begitu. Jadi, jangan berpikir seperti itu, paham?”tegas Nyonya Kim. Detektif Ko mengerti lalu pamit pergi. 



Jung Kook pergi menemui Sang Jin di restoran tempat biasa bertemu dengan Mi Young. Sang Jin ingin menuangkan soju tapi Jung Kook menolak karena harus menyetir. Akhirnya Sang Jin minum sendiri. Jung Kook pun membahas kalau Hoo Ja sudah memberitahunya.
“Silakan katakan apa yang ingin kau katakan. Aku sudah siap.” Kata Jung Kook
Bersambung ke episode 24

Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar