PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
“Aku
mungkin tidak bisa melakukannya karena
kalah, tapi aku tidak akan mundur karena
menyerah. Aku akan menepati janji yang kubuat kepada kalian.” Ucap Jung Kook
penuh dengan semangat.
“Kandidat
nomor lima, kandidat independen Yang Jung Gook. Dukunglah Yang Jung Gook.” Kata
Tuan Kang memberikan dukungan untuk Jung Kook
“Hanya
satu orang! Selama ada satu orang saja yang mendukungku, aku tidak akan
berhenti. Aku akan berjuang sampai akhir!” tegas Jung Kook
Sang Jin
dkk terlihat kaget akhirnya menyuruh Suami Myung Im untuk menyiapkan mobil
“Para
warga tercinta... Halo, warga Injung-dong! Pemilu akan berlangsung dalam dua
hari! Hanya tersisa dua hari lagi! Suamiku, Yang Jung Gook, tidak akan
menyerah! Dia tidak akan melepaskan kalian sampai akhir!” kata Mi Young
berbicara diatas mobil.
Suami
Myung Im melihat mobil Mi Young yang sedang berkampanye, Sang Jin menyuruh agar
menghentikan mobil Mi Young. Suami Myung Im bingung. Sang Jin dengan penuh
amarah memperingatkan Jangan membuat
mengulangi perkataannya.
“Halangi
mobil itu. “ teriak Sang Jin, Mi Young terus berkampanye diatas mobil dan
tiba-tiba mobil berhenti mendadak. Wang Go langsung jatuh dari mobil dan semua
panik. Sang Jin turun mobil dengan penuh amarah teringat yang dikatakan Hoo Ja.
“Seharusnya
kau memberi tahu Mi Young bahwa Jung Gook adalah penipu. Dia selalu
membicarakan "Mi Young-ku" seperti ini, "Mi Young-ku" seperti
itu. Dia pikir dia memiliki setiap Mi Young di luar sana.”
“Mi
Young! Kita perlu bicara.” Ucap Sang Jin menatap Mi Young kaget melihat Sang
Jin yang datang. Ia teringat kembali yang dikatakan Hoo Ja.
"Suamimu
adalah seorang penipu, dan kau sudah dibohongi selama ini." Kata Hoo Ja
“Tidak,
menurutku itu tidak benar. Biarkan mereka memecahkannya sendiri. Mungkin akan
menjadi penderitaan terbesar yang pernah dia alami. Itu Akan lebih menyakitkan jika
mengetahuinya dari orang lain. Jika kebenaran tidak membuat kedua orang
bahagia, lebih baik menguburkannya.Mi Young-ku sudah memiliki banyak luka.”
Tegas Sang Jin
“Apa Itu
mobil Kakak?” ucap Mi Young kaget. Sang Jin membenarkan lalu meminta maaf.
“Ajudan
kakak tidak mahir mengemudi. Maaf. Apa kau terluka?” kata Sang Jin mengurungkan
niatnya.
“Tidak,
aku baik-baik saja. Bagaimana dengan Kakak? Apa Kakak baik-baik saja?” kata Mi Young.
Sang Jin mengaku baik-baik saja.
“Intinya,
maafkan kakak. Bekerja keraslah dalam kampanye ini. Bantu Jung Gook... Ya,
bantu dia. Kakak akan pergi sekarang. Bekerja keraslah.” Kata Sang Jin, Mi
Young menganguk mengerti.
“Sampai
jumpa. Aku akan menelepon Kakak.”kata Mi Young. Sang Jin pun pamit pergi dan
turun dari mobil
“Apa Kau
baik-baik saja? Apa semua orang baik-baik saja? Kau pasti terkejut. Ayo Naiklah.”
Kata Mi Young melihat anggotanya yang masih di jalan. Sang Jin menatap Mi Young
seperti merasa tak tega.
Sang Jin
masuk ke dalam mobil lalu menelp seseorang mengajak untuk bicar dan ingin tahu
keberadaanya. Beberapa saat kemudian Sang Jin sampai ke ruangan Hoo Ja dan
melihat Joo Myung sudah ada diruangan. Joo Myung bertemu dengan Hoo Ja hanya
bisa berkata kalau ia berasumsi akan seperti itu.
“Ini
hasil kerjamu, kan? Kenapa kau membantu Jung Gook?” “ ucap Sang Jin sebelum Joo
Myung keluar
“Bukankah
ini pertemuan pertama kita?” balas Joo Myung sinis
“Kita
sempat beberapa kali bertemu selintas, tapi ini kali pertama kita berbincang.”
Kata Sang Jin
“Kenapa
kau menanyakan sesuatu seperti itu kepada orang yang baru saja kau temui?” ejek
Joo Myung lalu pamit pergi pada Sang Jin dan berharap semoga beruntung.
Sang Jin
duduk menatap dingin Hoo Ja, Hoo Ja langsung berkata "Beginikah caramu berbisnis? Aku sangat
kecewa. Jika kau terus seperti ini, aku tidak bisa memercayaimu." Lalu
berkomentar kalau itu pasti yang ingin dikatakan Sang Jin.
“Pemilu akan
berlangsung dalam dua hari. Buat dia mengundurkan diri sebelum itu. Maka tidak
akan ada masalah dengan hubungan kita.” Ucap Sang Jin.
“Tidak
akan ada masalah? Aku bersyukur. Tapi kenapa kau memutuskan itu? Aku bisa
membuat masalah dari pihakku. Pria tua yang baru pergi itu mengatakan hal ini
kepadaku. "Situasi saat ini..." kata Hoo Ja
Flash Back
“Situasi
saat ini tidak sepenuhnya negatif untukmu. Pikirkanlah. Dari sudut pandangmu,
kau hanya perlu menyingkirkan Kang Soo Il. Setelah dia mengundurkan diri, kau
mendapatkan keinginanmu tanpa mengotori tanganmu. Tanganmu bersih.” Ucap Joo
Myung
Hoo Ja
pikir Joo Myung itu benar, Joo Myung pikir menurutnya entah Jung Gook akan terpilih atau tidak Entah
Han Sang Jin akan terpilih atau tidak, Hoo Ja tetap mendapatkan apa yang
diinginkan karena mereka berdua adalah kandidatnya.
“Jadi,
sebaiknya kau tidak ikut campur sekarang. Han Sang Jin, yang mengubah
perkataannya untuk mendapat suara Atau Jung Gook yang mengubah pendiriannya
untuk masyarakat?” ucap Joo Myung
“Dia
memintaku duduk saja dan melihat siapa yang terpilih. Saat mendengar hal itu, aku
tiba-tiba merasa sangat damai. Jadi, Pak Han, jika kau benar-benar ingin
terpilih, kau harus menyingkirkan Jung Gook sendiri kali ini. Aku tidak akan
ikut campur.” Kata Hoo Ja
“Aku mengantarmu
ke pintu kamar mandi. Kau harus mengerjakan tugasmu sendiri.” Kata Hoo Ja
memberikan perumpaan.
"Tidak
ada hal lain yang bisa kulakukan untukmu. Jadi, kamu harus memecahkan masalahmu
sendiri." Begitukah?” ucap Sang Jin.
“Tidak...
"Aku melakukan semua yang bisa kulakukan untukmu." "Bukankah
seharusnya kamu menurunkan celana dalammu sendiri?" Itu yang benar.” Jelas
Hoo Ja
“Itu
terdengar sama saja bagiku. Baik. Apa pun pilihan yang kubuat, aku tidak akan
pernah melihatmu lagi” Komentar Sang Jin sinis lalu melangkah pergi
Sang Jin
akan pergi terdengar suara Hoo Ja saat berbicara denganya.
“ Jika
aku memberimu 15 persen milik Jung Gook, nilainya akan 43 versus 39. Kau akan
mengalahkan Kang Soo Il sebanyak empat persen. Tapi itu masih belum cukup
pasti. Itu hanya survei. Jadi, itu bisa dengan mudah berfluktuasi sebanyak
empat persen.”
“ Itu
akan tergantung kepadaku.” Kata Sang Jin
“Tidak.
Itu akan tergantung kepada kita... Kita akan menjalaninya bersama. Aku tidak
akan memaksamu mengerjakan semuanya. Aku bukan gangster atau semacamnya. Mari
kita taklukkan Kang Soo Il dengan satu pukulan kuat.” Kata Hoo Ja, Akhirnya
Sang Jin membalikan badan kembali.
“Sekarang
terdengar berbeda, bukan? Aku tidak sesederhana itu. Aku cukup rumit. Jadi,
dengarkan, Tuan Sok Baik. Jangan membuatku jengkel lagi. Paham?” ucap Hoo Ja.
Jung Kook
akan masuk ke dalam ruangan dan banyak
wartawan yang meminta pernyataan. Di
ruangan hanya ada Seung Yi dan juga Chalres. Jung Kook bertanya kenapa hanya
mereka ada diruangan dan kemana yang lain.
“Saat
mereka mendengar kau tidak mengundurkan diri, mereka berlari keluar dengan
bersemangat. Mereka bilang akan bekerja keras dan membuatmu terpilih
bagaimanapun caranya.” Ucap Seung Yi
“Bagus.
Aku suka energi itu... Bagus. Baik! Bagus... Bagaimana dengan kalian? Kenapa
kalian tidak pergi?” kata Jung Kook tersenyum lebar.
“Dengar,
jadi... Karena kamu tidak mengundurkan diri dan Kang Soo Il mendukungmu... Kami
juga sangat gembira awalnya, tapi...” ucap Charles. Jung Kook ingin tahu
kelanjutanya.
“Jika kau
menjadi Anggota Majelis, itu tidak baik untuk kami.” Kata Charles. Jung Kook
hanya bisa tertawa.
“Jangan
tertawa. Kami sangat serius. Terus terang, apakah kau akan membawa kami ke
Majelis bersamamu? Mereka semua lulusan sekolah paling bergengsi dan terbaik.
Kau tidak akan membawa kami dan membuat kami bekerja untukmu.” Jelas Charles.
“Jadi,
kalian terlihat cemberut karena takut akan kehilangan pekerjaan jika aku
menang? Begitukah? Kalian menakjubkan.” Kata Jung Kook kembali tertawa.
“Aku
bilang jangan tertawa. Itu menghina. Kami tidak bergurau. Kami sangat kesal.”
Tegas Seung Yi
Jung Kook
menganguk mengerti, berjanji tidak akan
tertawa lalu berkomentar kalau mereka
mengenal orang-orang yang belajar di sekolah bergengsi, lalu mengangkat
telp lebih dulu terdengar suara seorang wanita yang menelpnya.
Jung Kook
bertemu dengan mantan pacarnya di dalam mobil dengan sinis menanyakan alasan
ingin bertemu dengannya dan mengaku hanya datang karena satu alasan Untuk
mengajukan pertanyaan yang ingin ditanyakan selama tiga tahun.
“Aku
datang untuk menanyakan satu pertanyaan itu. Katakan apa yang ingin kau
sampaikan kepadaku dahulu. Aku akan bertanya setelah itu.” Ucap Jung Kook.
“Maaf.”
Kata Hee Jin. Jung Kook pikir sudah seharusnya mengatakan itu dan ingin tahu
apakah hanya itu saja.
“Aku... Aku
juga tidak ingin bertemu dengan istrimu. Tapi wanita itu memaksaku. Aku tidak
punya pilihan, sungguh. Maafkan aku.” Akui Hee Jin. Jung Kook ingin tahu
selanjutnya.
“Apa Ada
hal lain?” tanya Jung Kook. Hee Jin mengaku tak ada. Jung Kook pikir saatnya bertanya
sekarang.
“Kenapa
dahulu kau kabur? Jawab aku. Kau bahkan berjanji akan menikah denganku. Kau
bahkan mengambil cincinnya.” Ucap Jung Kook marah. Hee Jin hanya bisa meminta
maaf.
“Kau
bahkan memintaku untuk membahagiakanmu selamanya. Kenapa kau menusukku dari
belakang...” ucap Jung Kook kesal
“Karena...
Karena aku merasa kau akan meninggalkanku lebih dahulu. Aku merasa jika aku
tidak pergi lebih dahulu, maka kau akan mencampakkan aku lebih dahulu dan
meninggalkanku. Kita ini penipu.” Ungkap Hee Jin.
“Baik...
Aku mengerti maksudmu. Aku tidak punya pertanyaan untukmu lagi, atau alasan
untuk bertemu denganmu lagi. Tapi itu terasa berbeda. Selamat tinggal.” Kata
Jung Kook
“Jung
Gook... Maaf, Jung Gook!” kata Hee Jin melihat Jung Kook turun dari mobil.
Seung Yi
akhirnya masuk mobil sambil memakai sarung tangan. Hee Jin kaget melihat Seung
Yi datang dan Charles duduk dibangku belakang.
Charles berkomentar Hee Ji menjadi
lebih cantik sambil menyindir kalau pasti makan dengan lahap dengan uang mereka.
“Dengar...
Suasana hatiku buruk hari ini, paham? Jadi, tutup mulutmu dan terima
pukulannya. Jika salah pukul, maka kau akan kehilangan gigimu.” Tegas Seung Yi,
Hee Jin panik.
“Chul
Soo.... Pengatur waktu? Berapa lama?” tanya Seung Yi, Charles menjawab Satu
juta kali tiga persen kali tiga tahun.
“Berapa
menit itu?” tanya Seung Yi . Charles menjawab 90 menit. Hee Jin panik meminta
Seung Yi untuk tenang.
“Dengar...
Kau terus bicara. Aku bilang kau akan kehilangan gigimu.” Kata Hee Jin dan
langsung melakukan balas dendam.
Hoo Ja
menatap ayahnya yang masih terbaring, terdengar
berita di TV.
“Pada hari
terakhir sebelum Pemilu ini, para kandidat melakukan upaya terakhir mereka. Hari
ini adalah hari terakhir kampanye resmi. Sekitar 60 persen warga diperkirakan
akan memilih besok.”
“Dia
mungkin tidak akan bertahan melewati besok. Dokter meminta kita untuk
mempersiapkan diri. Haruskah aku menelepon saudari-saudari lainnya?” ucap Gwi
Nam masuk ruangan.
“Gwi
Nam... Kau tahu, kali pertama Ayah pingsan, aku memohon agar dia segera bangun,
dan meski aku membencinya, dia tetap ayahku, dan mendoakan agar dia tetap hidup
dan tidak meninggal.” Cerita Hoo Ja
“Tapi
setelah sebulan berlalu, kemudian setahun, aku pikir akan lebih baik jika Ayah
meninggal alih-alih bertahan hidup dan menyulitkan hidupku. Aku ingin dia
meninggal setelah beberapa waktu.” Ucap Hoo Ja
“Kau
telah melewati banyak kesulitan.” Komentar Gwi Nam. Hoo Ja pikir tidak berbuat banyak tapi para perawat
melakukan segalanya.
“Omong-omong,
setelah mereka mengatakan dia akan meninggal, bahwa dia akan wafat dan
dikuburkan, hanya ini yang bisa kupikirkan. Aku tidak bisa melihat wajahnya
lagi. Aku melihat wajahnya setiap hari selama lebih dari 30 tahun, tapi selama
sisa hidupku, aku tidak akan melihat wajah ini lagi.” Ucap Hoo Ja
“Aku harus
melihatnya sesering mungkin. Dia terasa seperti orang asing seumur hidupku, tapi
kini dia terasa seperti ayahku. Kau juga harus melihatnya sesering mungkin. Telepon
aku jika terjadi sesuatu.” Ucap Hoo Ja lalu menyuruh seseoran kalau harus pergi
juga.
Saat itu
Tuan Ma sedang membersihkan meja seperti tak percaya lalu memastikan kalau
apakah ia bisa pergi. Gwi Nam menyuuh pergi saja dengan mengancam Jangan sampai
melihatnya lagi. Karena Jika mereka menangkapnya untuk menipu orang-orang, akibatnya akan mati.
“Baik.
Aku paham. Aku akan mengingat itu... Aku akan berpamitan dengan Pimpinan lebih
dahulu” ucap Tuan Ma
“Pimpinan.
Aku akan pergi sekarang... Semoga Anda panjang umur. “ kata Tuan Ma membungkuk.
Gwi Nam terlihat marah mendengarnya.
“Maksudmu...
Bukan itu.. Baiklah, Pimpinan... Semoga kematian Anda lancar. “ ucap Tuan Ma.
Gwi Nam makin marah mendengarnya.
“Lupakan
saja. Enyahlah... Melihat wajahmu membuatku mual.” Ucap Gwi Nam. Tuan Ma
mengeluh dan melihat wajah Gwi Nam memilih untuk segera pergi.
Suami
Myung Im keluar dari gedung sambil masuk mobil dan wajahnya terlihat tegang.
Myung Im terlihat kaget memastikan apakah yakin dengan hal itu. Suaminya
mengaku yakin dan hanya memeriksa daftar lulusan agar yakin, dan hasilnya Yang Jung Gook tidak tertera di sana.
“Dia
tidak kuliah di Universitas Nasional Seoul. Dia berbohong tentang
pendidikannya!” kata Suami Myung Im
Sang Jin
akhirnya masuk ruangan dengan wajah tegang, Suami Myung Im pikir mereka tidak
pernah memeriksa kredensialnya karena Jung Kook orang yang tidak berpengaruh sebelumnya. Tapi
mereka bisa mengucap syukur berhasil mengetahuinya sekarang.
“Sekarang
pukul 16.00, jadi, mari kita hubungi para reporter. Mari adakan konferensi pers
dan ekspos dia karena berbohong tentang pendidikannya. Maka kita pasti akan
menang.” Ucap Suami Myung Im yakin
“Ya... Dia
tidak akan menjawab lagi.’ Kata Myung Im penuh semangat. Sang Jin hanya diam
saja.
“Hei,
Sang Jin. Apa kamu ragu? Kita tidak punya waktu untuk itu lagi. Kita harus memberi
tahu masyarakat secepatnya. Dengan begitu, saat mereka memilih besok...” kata
Myung Im. Sang Jin tetap diam
“Hei,
haruskah kau berpikir tentang siapa yang kau dukung saat menonton Olimpiade?”
kata Myung Im mencoba menyadarkan.
“Kalian
berdua tentu tahu ini bukan sekadar tentang kandidat lain. Hidup adikku
dipertaruhkan. Jika aku mengumumkan ini...” kata Sang Jin.
Sementara
Jung Kook dan Mi Young sedang berkampanye meminta agar memilih nomor lima, dari
kejauhan Hoo Ja mentapanya dari dalam mobil., Mi Young pun membiarakn Jung Kook
pergi menemui Hoo Ja.
“Jika aku
mengatakan Jung Gook berbohong tentang pendidikannya, dan bahwa dia telah
membohongi keluarga kami, bahwa Warga Pemberani tidak ada, bahwa orang-orang
seharusnya tidak dibohongi. Jika aku mengatakan hal itu, Mi Young akan terluka.
Adikku akan terluka dan sedih karena aku.” Jelas Sang Jin
“Apa kau
menyukai dia?” sindir Myung Im, Suaminya menenangkan Myung Im agar menahan
bicaranya.
Jung Kook
pergi menemui Hoo Ja di dalam mobil bertanya ada apa. Hoo Ja memberitahu kalau
Han Sang Jin tahu seperti apa sosok lama Jung Kook.
“Lupakan
itu. Baiklah... Jika kamu tidak melakukannya, biar aku saja. Telepon para
reporter.” Ucap Myung Im siap pergi keluar ruangan.
“Myung
Im!” teriak Sang Jin marah. Myung Im malah meminta Sang Jin agar Jangan
menyebut namanya dan Telepon reporter sekarang. Sang Jin meminta Myung Im agar
menghentikanya.
“Aku
memberi tahu dia. Aku memang menciptakan kekacauan ini, tapi kau memecahkannya.
Kau mengatakan kau ingin menjadi Anggota Majelis.” Kata Hoo Ja
Sementara
Myung Im menyuruh suaminya agar menelp Reporter seperti tak peduli. Sang Jin
terlihat benar-benar marah. Suaminya binggung dengan yang harus dilakukan
sekarang.
“Aku
sudah mengatakan apa yang harus kusampaikan. Jadi, aku akan pergi.” kata Hoo Ja
lalu pergi dengan mobilnya.
Jung Kook
terdiam dan Mi Young mendekatinya, menanyakan alasan Hoo Ja datang. Jung Kook
memastikan tak ada sesuatu yang serius.
Myung Im
akhirnya memutuskan akan melakukan sendiri mengambil ponselnya. Sang Ji langsun
melempar ponsel Myung Im, keduanya terlihat kaget. Suaminya menahan istrinya
agar bisa tetap tenang.
“Berapa
lama kami harus bekerja sebagai tangan dan kakimu? Apa kau berpikir aku berbeda
darimu? Apa kau berpikir aku wanita jahat? Aku juga punya perasaan, dan aku
juga merasa bersalah. Aku juga tidak ingin menyakiti orang-orang.” Kata Myung
Im sambil menangis.
“Tapi
karena kau... Hanya untuk mengirimmu ke Majelis, kami... Sekarang kau juga
perlu melakukan hal-hal buruk. Selama ini kami melakukan semuanya untukmu.
Telepon aku jika kau memutuskan untuk mengadakan konferensi pers Atau jangan
pernah meneleponku lagi.” Ucap Myung Im keluar ruangan. Suami Myung Im terlihat
binggung lalu mengejarnya, Sang Jin pun hanya bisa diam saja.
Detektif
Koo memberikan laporan pada Nyonya Kim, memberitahu Setelah bebas selama
setahun, Tuan Yang dipenjara selama tiga tahun karena penipuan real estat pada
2008 dan tinggal di Innam-dong sejak saat itu lalu menuliskan alamatnya di
sana.
“Aku
mengerti. Terima kasih... Silakan pergi.” kata Nyonya Kim. Detektif Koo hanya
diam saja.
“Apa? Ada
yang ingin kau katakan?” tanya Nyonya Kim. Detektif Koo mengaku Selagi menyelidiki Yang Shi Chul.
“Aku
bertemu tetangganya dan orang-orang yang mengenalnya, dan aku kebetulan
mendengar tentang putranya. Mereka bilang dia melakukan berbagai jenis penipuan
termasuk skema Ponzi sejak dia remaja. Mereka bilang dia melakukan hal yang
sama bahkan setelah dewasa.” Jelas Detektif Koo
“Nama
putranya adalah Yang Jung Gook. Karena itukah Anda memintaku melakukan ini,
Bu?” kata Detektif Koo
“Hyun
Chul... Jika itu seperti dugaanmu, letnanmu menikahi seorang penipu. Dan
pimpinan letnanmu punya seorang menantu yang merupakan penipu. Apakah menurutmu
itu masuk akal?” ucap Nyonya Kim
“Tidak,
Bu... Menurutku itu tidak masuk akal.” Ucap Detektif Ko. Nyonya Kim pikir itu
benar.
“Itu sama
sekali tidak masuk akal, dan seharusnya begitu. Jadi, jangan berpikir seperti
itu, paham?”tegas Nyonya Kim. Detektif Ko mengerti lalu pamit pergi.
Jung Kook
pergi menemui Sang Jin di restoran tempat biasa bertemu dengan Mi Young. Sang
Jin ingin menuangkan soju tapi Jung Kook menolak karena harus menyetir.
Akhirnya Sang Jin minum sendiri. Jung Kook pun membahas kalau Hoo Ja sudah
memberitahunya.
“Silakan
katakan apa yang ingin kau katakan. Aku sudah siap.” Kata Jung Kook
Bersambung
ke episode 24
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar