PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Ryan tak
bisa tidur, teringat kembali yang dikatakan Eun Gi “Apa saja yang kau ketahui
tentang Duk Mi? Duk Mi memberitahuku segalanya. Dia tidak menyembunyikan apa
pun dariku. Aku ragu dia akan bersikap sama denganmu.”
Akhirnya
Ryan melihat fans page "Shi An Adalah Hidupku" lalu berpikir kalau
dengan Duk Mi bahkan mengomentari unggahan satu sama lain dan melihat foto Sin
An sedang minum. Lalu komentar dari fans Shi An. “Aku tidak percaya mimpiku
adalah menjadi botol air itu... Tuhan, aku berdosa sekarang. Shi An, maafkan
aku.
“Botol
air minum? Berdosa melakukan apa? Maaf
soal apa?” ucap Ryan binggung dan teringat sata Duk Mi yang masih mobil dengan
wajah tersenyum bahagia.
“Pasti
ada dua matahari di dunia ini.” Tulis Ryan berkomentar di fans page.
Duk Mi
terlihat tak bisa tidur menatap saat pertema kali bertemu dengan Ryan dengan
caption "Sebuah foto Shi An diambil di bandara" Ia mengingat yang
dikatakan Eun Gi.
“Kau
harus bertemu seorang pria yang bisa membuatmu mengungkap fakta bahwa kau
seorang penggemar. Jangan bertemu seseorang yang membuatmu ingin menyembunyikan
itu.”
“Semua
itu karena hari itu. Jika aku tidak bertemu dia hari itu, maka aku tidak akan
merasa sangat bersalah membohonginya.” Ucap Duk Mi sedi dan mencoba untuk
tidur.
Ryan
mengirimkan komentar pada foto dirinya yang ada di depan Shi An. "Aku
senang bertemu denganmu di sini" seperti yang dimaksud adalah untuk Duk
Mi.
Duk Mi
dan Ryan berdiri disebuah rumah terlihat gugup. Ryan memastikan kalau sudah
siap untuk masuk. Duk Mi menganguk. Akhirnya merkea menekan bel rumah. Da In
terlihat cemberut melihat keduaanya datang, Ryan menyapa lebih dulu lalu Duk Mi
menyapa dengan sopan.
“Apa Kalian datang ke sini untuk membahas
pekerjaan? Duduklah.” Ucap Da In seperti tak suka melihat keduanya datang
bersama.
“Apa Kau
tahu grup idola White Ocean?” tanya Ryan yang duduk sofa. Da In mengangguk.
“Salah
satu anggota grup itu adalah Cha Shi An.” Ucap Ryan dan Duk Mi mendengarnya
dengan duduk di kursi.
“Dia
bertanya padaku apa aku bisa menjadi pengarah visual albumnya. Tapi aku menolaknya.
Kenapa kau bertanya?” ucap Da In tak begitu tertarik.
“Aku
ingin kamu mempertimbangkannya kembali. Akan lebih baik jika kau
melakukannya.”saran Ryan membujuk.
“Kenapa
kau memintaku melakukan itu?” tanya Da In menatap Ryan.
“Cha Shi
An akan berpartisipasi di pameran spesial galeri kami. Dan dia ingin
menggunakan tema yang sama untuk pameran itu dan album single-nya. Tapi
pengarah visualnya...” kata Duk Mi dan disela oleh Ryan.
“Tiba-tiba
menghilang. Cha Shi An sangat ingin bekerja sama denganmu.” Ucap Ryan.
“Dan Apa Galeri
Cheum membutuhkan Cha Shi An untuk ikut pameran ini?” kata Da In. Ryan
membenarkan.
“Itu
berarti kau benar-benar membutuhkan bantuanku.” Ucap Da In mengarahkan pada
tatapan pada Ryan sambil mengoda. Ryan membenarkan.
“Lalu
kenapa kau tidak memintaku dengan lebih putus asa?” goda Da In. Ryan merengek
kalausangat membutuhkan bantuannya.
Da In
meminta maaf kalau tidak bisa melakukannya, Ryan berteriak marah. Da In mengaku
tidak siap menerima apa pun dan tidak bisa bekerja sampai ruang kerjanya siap.
Duk Mi pikir jika ada jenis ruang kerja
tertentu yang diingikan Da In. Tiba-tiba Ryan mengambil buku ditangan Da In.
“Hei, apa
yang kamu lakukan? Kembalikan... Hei, kubilang kembalikan. Aku tidak mau memperlihatkanmu ini. Ada apa
denganmu? Apa aku harus pandai menggambar?” kata Da In kesal mengejar Ryan.
“Gambarnya
buruk, tapi susunannya lebih buruk. Benarkah kau akan meletakkan meja kerjamu
di sini?” ejek Ryan.
“Aku suka
pemandangannya. “ kata Da In. Ryan makin mengejak Apakah akan bekerja di sini atau minum. Da In mengaku
Keduanya.
“Aku
memilih tempat ini karena aku suka pemandangan taman dari sini. .” Kata Da In
Ryan
pikir Ruang kerja di New York agak menyesakkan. Da In pikir bukan agar tapi
memang Itu sangat menyesakkan dan lebih
buruk karenaRyan datang setiap hari. Duk
Mi merasa tak enak hati karena ada diantara keduanya.
“Kau
tidak berhak mengatakan itu karena kau tidak pernah bekerja sesuai tenggatmu.”
Ucap Ryan
“Aku
masih belum memperbaiki kebiasaan itu.” Kata Da In. Ryan pikir itu bukan Da In.
“Aku
berpikir untuk menggunakan sejumlah tanaman. Aku akan meletakkan tanaman besar
di dalam.” Ucap Da In.
“Apa kau
akan membunuh semua pohon lagi? Kau sudah punya banyak pohon di luar. Jangan
serakah.” Keluh Ryan
“Aku
mengatakan ingin membawanya ke dalam.” Tegas Da In. Duk Mi hanya bisa terdiam
dengan wajah cemberut.
Duk Mi
membuat kopi di pantry, Da In datang meminta satu gelas. Duk Mi bertanya apakah
Da In punya teh. Dan In mencari di laci lalu memberikan pada Duk Mi. Duk Mi
membuat teh untuk Ryan. Da In berpikir kalau
menyebalkan karena Ryan yang tidak minum kopi. Duk Mi mengaku sedikit.
“Duk Mi,
pernahkah kau melihat Ryan melukis?” tanya Da In, Duk Mi pikir tak pernah.
“Sungguh?
Aku penasaran benarkah dia berhenti melukis setelah dia pensiun. Dahulu aku
senang melihatnya melukis. Ada sesuatu yang sangat seksi dengan pria yang
hanyut dalam trans.” Kata Da In. Duk Mi menatap heran mendengarnya.
“Apa dia
memberitahumu kenapa dia pensiun?” tanya Da In, Duk Mi mengaku Ryan tak memmberitahu dan ia tidak pernah
menanyainya.
“Ahh... Begitu
rupanya. Lagi pula, dia tidak akan memberi tahu sembarang orang... Aku akan
membawakan ini padanya.” Ucap Dan In membawakan teh untuk Ryan juga. Duk Mi pun
tak bisa menolak dan hanya diam sambil meminum sendiri.
Duk Mi
dan Ryan pergi ke toko kayu dan Da In memilih kayu. Ryan mengeluh karena Da In
yang bilang akan belanja perabotan. Da In pikir sudah bilang butuh kayu.
“Nona
Choi, kau akan membuatnya sendiri?” kata Duk Mi, Dda In membenarkan.
“Biasanya
ini dipakai untuk meja makan atau meja kerja. Bagaimana menurutmu?” tanya Da In
menunjuk sebuah kayu. Ryan pikir Itu tampak bagus.
Akhirnya
semua kayu dibawa ke dalam studio, Duk Mi mencoba mengukur sementara Ryan
mengobrol dengan seorang pria membahas untuk dibuat meja kerjas, ukuran terbaik
adalah 1,2 m kali 1 m dan Mempertimbangkan ruang yang dimiliki, menurutnya 1,66
m adalah yang paling efisien.
Ryan
akhirnya berkerja sendiri memotong kayu, Duk Mi menatap dari kejauhan terlihat
gugup akan memotongnya. Da In melihat dari kejauhan terlihat bahagia. Si paman
melihat Ryan memang pria lumayan hebat dan bertanya apakah itu pacar Da In.
Da In
mengaku bukan, saat itu Duk Mi mendekati Ryan untuk membantu. Si paman
berkomentar kalau Duk Mi pasti pacarnya menurutnya mereka berdua bekerja sama
dengan baik. Dan In langsung cemberut melihat keduanya berkerja sangat dekat.
“Hei...
Kau bisa terluka dan akan kehilangan peganganmu.” Kata Ryan. Duk Mi mengaku
bisa melakukan ini tapi alatnya malah melenceng, akhirnya Ryan membantunya.
Eun Gi
mandi di kamar mandi teringat dengan ucapan dengan Ryan bertanya “Apa kau
tertarik pada Duk Mi?” Ryan membenarkan mengaku Menurutnya Nona Sung sangat
manis. Ia mengingat kembali saat Duk Mi bertanya “Apa pendapatmu tentang aku?”
“Lalu
bagaimana perasaanmu jika seorang wanita sepertiku mengatakan padamu bahwa dia
menyukaimu?” Eun Gi mencoba
menghilangkan rasa frustasi dengan membasahi rambut dan badanya.
Duk Mi
melihat paman yang memotong kayu lalu mengangkat telp Eun Gi, Eun Gi bertanya jam berapa akan selesai
bekerja. Duk Mi mengaku tidak bisa mendengar ucapanya lalu keluar dari ruangan.
Eun Gi mengeluh karena berisik sekali.
“Di mana
kau?” tanya Eun Gi, Duk Mi memberitahu ada
di studio kerja tukang kayu.
“Kami
membuat perabotan untuk studio seni seorang seniman.” Ucap Duk Mi
“Apa itu
termasuk tugas seorang kurator?” keluh Eun Gi. Duk Mi memberitahu kalau Ryan
ada bersamanya jadi ini bagian dari tugasnya.
“Apa Si
Singa juga ada di sana?” teriak Eun Gi kaget dan juga marah.
“Ya, kami
mungkin harus bekerja semalaman untuk menyelesaikan semua.” Ucap Duk Mi, Eun Gi
marah mendengar mereka akan menginap
“Kau di
mana? Akan kuselesaikan dalam sekejap untukmu. Aku akan menuju ke sana.” Ucap
Eun Gi. Duk Mi terlihat senang hati mendengarnya.
Duk Mi
dan Ryan memasang kaki meja dengan memastikan kalau satu sama sisinya, saat
akan masan mur Duk Mi mencoba mengibas poni dengan meniupnya. Ryan menncoba
membantu merapihkan poni, saat itu Eun Gi datang berteriak marah memanggil Duk
Mi.
“Eun Gi,
kau benar-benar datang.” Kata Duk Mi tak percaya. Eun Gi menyuruh Duk Mi
minggir dan berhadapan dengan Ryan.
“Kau
harus Perlahan atau kayunya akan patah.” Sindir Ryan. Eun Gi menyuruh Ryan agar
mulai memasang murnya.
Eun Gi
dengan kekuatan lenganya mulai memalu seperti tak mau kalah dengan Ryan. Duk Mi
memberikan minum agar tak kelelahan dan bertanya apakah butuh bantuan. Eun Gi
mengaku tak ada dan menyuruh Duk Mi untuk istirahat saja.
“Apa dia
temannya Nona Sung? Aku merasa bersalah tentang semua ini.” bisik Da In pada
Ryan.
“Tampaknya
dia ingin mengolah kayu.” Komentar Ryan seolah tak peduli. Eun Gi malah makin
giat membantu Duk Mi.
Di restoran
China, Da In pikir kalau tak cukup hanya
makan di restoran padahal mungkin Duk Mi
sangat lelah, Duk Mi pikir tak maslah dan hanya meminta agar mempertimbangkanlah
untuk bekerja dengan Cha Shi An. Eun Gi datang bersama dengan Ryan langsung
menyerobot duduk disamping Duk Mi.
“Astaga,
aku lapar sekali.” ucap Eun Gi, Da In menyuruh mereka pesan makan apa pun yang lezat karena ia yang traktir
hari ini.
“Seharusnya
aku yang mentraktir, Nona Choi... Jadi Nona Sung, Apa kau sudah memutuskan?”
tanya Ryan.
“Kami
akan pesan jjajangmyeon, jjamppong, dan nasi goreng. Kami selalu berbagi.” Ucap
Eun Gi dengan bangga.
“Begitukah?
Ketiga hidangan itu?” kata Ryan tak percaya. Eun Gi membenarkan kalau Duk Mi makan
banyak. Duk Mi terlihat kesal mendengarnya.
Saat
makan, Duk Mi terlihat belepotan makan jajangmyun. Eun Gi membersihkan wajah Duk Mi dengan
tissue. Ryan mencoba tak peduli terus makan nasi goreng tapi tatapan terlihat
sinis. Da In pun menatap Eun gi dan Duk Mi seperti tak enak hati.
“Permisi....
Terima kasih sudah membantu.” Ucap Da In melihat Eun Gi di luar restoran. Eun
Gi menganguk mengerti.
“Tapi
cara bermainmu kotor.” Komentar Da In. Eun Gi mengeluh dianggap "Kotor"
“Aku
pernah disebut menggemaskan, rupawan, dan tampan sebelumnya, tapi tidak pernah
kotor. Terutama dari orang asing” ucap Eun Gi menaha amarah.
“Untuk
orang asing, kau tampak sangat baik pada Nona Sung Duk Mi hari ini.” Kata Da In
“Kurasa
kau tidak tahu... Duk Mi dan aku akrab, bahkan Sangat akrab.” Tegas Eun Gi
“Sekalipun
kalian dekat, kalian hanya teman. Kau bukan pacarnya. Kau tampak menyedihkan di
depan pacarnya hari ini.” Komentar Da In
“Kau
pasti tidak terlalu akrab dengan Direktur Gold. Karena kau tidak tahu apa-apa. Mereka
berdua tidak benar-benar berkencan... Itu hanya pura-pura.” Ucap Eun Gi. Da In
kaget mendengarnya.
Duk Mi
baru saja selesai dari kamar mandi mendekati Ryan yang ada dikasir. Ryan
menatap sinis, Duk Mi berpikir kalau ada sesuatu diwajahnya. Ryan bertanya Apa menikmati makanannya karena
Duk Mi makan dengan lahap bahkanTiga mangkuk dengan nada menyindir. Duk Mi
membela diri kalau itu Eun Gi. Ryan tak peduli bergegas pergi.
“Kau
harus mengurus temanmu, Direktur Gold... Ayo pergi.” ucap Eun Gi sinis melihat
Ryan keluar dengan Duk Mi
“Nona
Choi, kuharap kau mempertimbangkan permintaan kami. Sampai jumpa besok,
Direktur Gold.” Kata Duk Mi lalu pergi dengan Eun Gi
“Aku akan
mengirim proposalnya lewat posel. Aku akan menunggu jawaban yang positif. Ini
juga kesempatan yang baik untukmu. Selamat malam.” Ucap Ryan beranjak pergi
dengan wajah kecewa.
“Kudengar
itu palsu.”kata Da In. Ryan kaget mendengar Da In membahas hal itu.
“Kudengar
kamu tidak benar-benar mengencani Nona Sung. Itu palsu.” Ucap Da In. Ryan
terdiam mendengarnya.
Duk Mi
naik mobil bersama dengan Eun Gi, Eun Gi berkomentar kalau Da In itu menggoda
si Singa. Duk Mi seolah tak peduli dan yakin, Ryan pikirr kalau sudah jelas dia
menyukainya. Duk Mi heran kalau Eun Gi bisa melihat jelas kalau Da In menyukai
Ryan. Eun Gi menganguk membenarkan.
“Hei, kau
harus berhenti berpura-pura berkencan. Tidak ada yang lebih menyedihkan daripada
terimpit di antara orang...” kata Eun Gi dan langsung disela oleh Duk Mi
“Kurasa
Nona Choi belum memberi tahu bagaimana perasaannya. Jika dia melakukannya dan
ditolak, dia mungkin akan kehilangan teman”ucap Duk Mi sedih. Eun Gi hanya bisa
diam saja.
Sun Joo
melihat fans page Joo Hyun mengeluh karena tidak mendapatkan anggota baru lalu
berpikir kalau akan memintanya untuk tampil lagi. Saa itu Seung Min datang menemui
istrinya dicafe, Sun Joo kaget melihat suaminya datang dan buru-buru menutup
laptopnya.
“Seung
Min, apa yang membawamu ke sini sekarang? Aku punya ada kisah yang harus kau
liput” ucap Sun Joo menutupi rasa paniknya.
“Ya,
kebetulan di dekat sini. Boleh aku minta secangkir kopi?” kata Seung Min. Sun
Joo menawarkan Americano
“Tidak.
Alih-alih kopi, bagaimana dengan parfait?” kata Seung Min. Sun Joo binggung
dengan permintaan suaminya.
“Bukankah
itu sudah lama? Aku teringat betapa aku menikmatinya saat kuliah. Itu lezat... Bisakah
kamu membuatkan sesuatu yang mirip untukku, Sayang?” kata Seung Min.
Sun Joo
menyetujuinya, Seung Mi pun memuji istrinya sangat baik. Seung Min diam-diam
membuka laptop istrinya bahkan bisa mengetik passwordnya, Sun Joo bertanya apakah suaminya mau es krim
stroberi. Seung Mi mengaku ingin stroberi dan cokelat lalu buru-buru mengcopy
foto Shi An dalam flash disknya setelah itu bergegas menutup laptop.
Nyonya
Nam mengucapkan Terima kasih sudah meluangkan waktu walaupun jadwal Ryan yang
padat. Ryan pikir kalau ia yang harus berterima kasih pada karena
mewawancarainya. Duk Mi mengaku sudah mengosongkan jadwal Direktur Gold untuk
hari ini jadi, jangan mencemaskan waktunya dan wawancarai sesukai hati Nyonya
Nam.
“Apa
tidak masalah?” tanya Nyonya Nam memastikan. Ryan menganguk menyetujuinya. Duk Mi pun pamit keluar ruangan.
Kyung Ah
menelp seseorang lalu mengeluh karena tidak menjawab. Duk Mi masuk ruangan
bertanya siapa yang dimaksud. Kyung Ah menjawab Choi Da In, padalah harus
mengirim proposal, tapi Da In tidak menjawab teleponnya.
“Kau cetak saja. Aku akan mengantarkan itu
padanya.” Kata Dan In akan membantu.
Sementara Da In sedang sibuk mengangkat meja di
studionya, Duk Mi datang kaget Da In yang mengangkat sendiri lalu membantunya.
Da In kaget karena Duk Mi datang dan tidak menelepon. Duk Mi mengaku terus
menelepo tapi tidak menjawab.
“Aku
meninggalkan ponselku di kamar tidur.” Kata Da In seperti mencari alasan.
“Kenapa
kau bekerja sendirian? Seharusnya kau meneleopnku.” Kata Duk Mi
“Aku
harus menjernihkan pikiranku.” Ucap Da In, Duk Mi pikir harus tetap bisa
membantunya.
Akhirnya
mereka bergotong royong mengangkat meja dan kursi di tempat yang enak dinyaman,
Duk Mi terlihat sangat lihai membersihkan ruangan dengan vaccum cleaner
sementara Da In mengelap meja agar tetap
bersih.
Nyonya
Nam mengaku punya satu pertanyaan terakhir untuk Ryan, Karena sangat terkenal
dengan seleranya, jadi adakah seniman tertentu di Korea yang ingin diajak
bekerja sama. Ryan terdiam teringat kembali dengan lukisan milik ibunya.
“Direktur
Gold...” panggil Nyonya Nam karena Ryan hanya diam saja.
“Itu informasi
rahasia Galeri Cheum. Aku sudah melihat banyak karya seni kelas dunia di Korea.
Namun, seni tidak bisa ada hanya karena sebuah karya seni itu sendiri. Itu
adalah saat publik melihat dan merasakannya agar nilainya diakui.” Jelas Ryan.
“Sebagai
direktur Galeri Cheum, aku ingin mengubah persepsi bahwa seni itu membosankan
dan sulit. Melalui sebuah pameran yang bisa memikat publik dengan mudah. Pameran
Koleksi Selebritas akan menjadi batu loncatan itu.” Ucap Ryan.
“Aku akan
menantikan pameranmu.” Kata Nyonya Nam menyudahi wawancaranya dan memasukan
alat perekam ke dalam tasnya. Ryan pun mengucapkan Terima kasih.
“Tapi Aku
hanya menanyakan ini karena keingintahuan pribadiku. Setelah masa kerjamu di
sini usai, apa kamu akan kembali ke New York?” tanya Nyonya Nam. Ryan mengaku
tak tahu.
“Pernahkah
kau berpikir untuk menikah di Korea dan tinggal di sini?” tanya Nyonya Nam,
Ryan terlihat binggung dengan pertanyaan Nyonya Nam.
“Maksudku,
jika kau berpacaran dengan seorang wanita Korea, kau mungkin ingin mulai
tinggal di Korea.” Jelas Nyonya Nam
“Aku akan
memikirkannya.” Kata Ryan. Nyonya Nam mengartikan kalau Ryan berpacaran
sekarang. Ryan hanya bisa tersenyum seperti memikirkan tentang Duk Mi.
Nyonya
Nam keluar dari ruangan menellp Ibu Duk Mi berkomentar kaalu harus
mempersiapkan hanbok. Ibu Duk Mi seperti sangat gembira.
Duk Mi
dan Da In minum kopi bersama. Da In mengucapkan terimakasih karena kalau bukan
bantuan Duk Mi makan akan menghadapi masalah besar. Duk Mi pikir Da In pasti
tahu kalau punya niat lain dengan datang ke studionya.
“Ini
proposal untuk pameran dan album Cha Shi An.” Ucap Duk Mi memberikan berkas
yang dibawanya.
“Kau
tidak perlu memberiku itu. Aku sudah memutuskan untuk melakukannya.” Ucap Da
In. Duk Mi tak percaya mendengarnya lalu mengucapkan Terima kasih.
“Tidak
perlu berterima kasih padaku. Aku juga punya niat lain. Aku ingin mendampingi
Ryan dan bekerja dengannya... Aku menyukai Ryan” kata Da In blak-blakan. Duk Mi
terdiam.
“Itu
tidak masalah, kan? Karena kalian menjalin hubungan palsu.” Ucap Da In, Duk Mi
kaget bertanya Bagaimana Da In bisa tahu.
“Kudengar
dia berpura-pura memacarimu untuk membantumu. Apakah kau tahu bahwa Ryan ingin
berhenti berpura-pura menjalin hubungan?” kata Da In, Duk Min makin terdiam.
Duk Mi
pulang dengan wajah sedih, Da In menatapnya seperti memiliki rencana tertentu.
Flash Back
Da In
mengaku mendengar Ryan yang tidak
benar-benar berkencan dengan Nona Sung dan semuanya palsu. Ryan terdiam, Da In
pikir Seseorang mungkin berpikir Ryan
sungguh cemburu sambil mengeluh temanya sangat
hanyut dalam peran palsunya.
“Kapan
aku pernah cemburu?” kata Ryan mencoba untuk mengelak lalu tiba-tiba mengaku
kalau memang cemburu.
“Apa
maksudmu?” ucap Da In tak mengerti, Ryan mengaku memang cemburu.
“Aku
harus menghentikan hubungan palsu ini.” Kata Ryan seperti sudah yakin dengan perasaanya.
Da In
mengingat semua ucapan Ryan berpikir alau ia mengambil langkah yang sangat
kotor.
Ryan
penuh semangat ada di toko bunga berkeliling melihat bunga "Kupu-kupu,
Gerbera” “Delphinium, Stoke" "Mawar" seperti sudah sangat yakin
untuk menyatakan perasaanya untuk Duk mi yang awalnya hanya pura-pura tapi jadi
perasaan suka yang sebenarnya.
Duk Mi
ada digaleri menatap ke arah lukisan dan teringat kembali yang dikatakan Eun Gi
“Kau tahu, Ryan tidak ingin melanjutkan hubungan palsu itu lagi.” Wajah Duk Mi
terlihat sangat kecewa dan menahan rasa tangis.
Saat itu
pesan Ryan masuk ke ponsenya “Nona Sung, ada yang ingin aku katakan. Bisakah kau
datang ke area parkir?” Duk Mi berjalan
ke parkiran melihat Ryan sudah menunggu sambil bergumam “Aku menyukaimu... Aku
mulai menyukaimu... Aku menyukaimu.”
Ryan
tersenyum bahagia melihat Duk Mi yang datang, Duk Mi mengaku kalau suka saat
Ryan memanggil namanya, cara Ryan tersenyum saat melihatnya. Keduanya akhirnya
berhadapan. Ryan mengaku Ada sesuatu yang ingin dikatakan kepada Duk Mi hari
ini.
“Mungkin
terdengar mengejutkan, tapi begini...” kata Ryan dan disela oleh Duk Mi.
“Tapi
sebuah pengakuan cinta lebih mengenai orang lain daripada dirimu sendiri.” Gumam
Duk Mi menahan sedih. Ryan pun menyuruh Duk Mi untuk mengatakanlah lebih
dahulu.
“Terima
kasih banyak sudah membantuku sampai sekarang. Tapi menurutku sudah waktunya untuk
mengakhiri hubungan palsu kita sekarang.” Kata Duk Mi. Ryan kaget mendengarnya.
“Aku
sangat berterima kasih atas bantuanmu.” Kata Duk Mi bergegas pergi. Ryan
menahannya, tapi Duk Mi melepaskan tangan Ryan .
“Perasaanku
padamu akan kusimpan sendiri.”gumam Duk Mi menahan rasa sedih. Ryan terlihat
shock mendengar ucapan Duk Mi, sementara didalam mobil sudah ada buket bunga
dengan bertuliskan note "Perasaanku padamu tulus"
Bersambung
ke episode 9
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Sinopsis Abyss dong kak
BalasHapus