PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Jung Kook
kaget mendengarnya, memastikan kalau yang dimaksud adala Jangan mengikuti pemilu untuk masuk Majelis.
Hoo Ja membenarkan agar Jung Kook berhenti. Jung Kook ingin tahu alasan Hoo Ja
mengatakan hal itu.
“Aku
tidak pernah berencana mempertahankanmu dalam pemilu. Umumkan dukunganmu untuk
Han Sang Jin, dan mundurlah. Seorang penipu tidak bisa menjadi Anggota
Majelis.” Kata Hoo Ja
“Itu yang
kukatakan sebelumnya di pemandian umum! Kau tidak mendengarkanku saat itu, lalu
kenapa... Kau bilang aku bisa mentraktir sarapan siang alih-alih makan siang, dan
membagikan syal alih-alih handuk.” Kata Jung Kook marah
“Kenapa
kau sangat kesal? Padahal Kau berusaha keras mundur dari pemilu.” Sindir Hoo
Ja.
“Bahkan
Mi Young membantuku sekarang, dan kau menyuruhku berhenti.” Ucap Jung Kook
merasa berhak marah.
“Itu
karena Han Sang Jin setuju untuk melakukan tugas yang hendak kuberikan
kepadamu. Jadi, kau bisa berhenti sekarang. Kembalilah ke tempat asalmu.”jelas
Hoo Ja
“Apa Sang
Jin setuju melakukannya? Mencabut UU Regulasi Suku Bunga?” tanya Jung Kook tak
percaya. Hoo Ja membenarkan.
“Dia
bersikap seolah-olah polos dan tidak berdosa. Apa Sekarang dia bekerja sama
dengan seorang rentenir? Apa pun alasannya, aku menolak untuk berhenti sekarang.
Aku punya terlalu banyak orang yang menolongku.” Tegas Jung Kook
“ Tidak.
Itu terlalu memalukan. Aku tidak bisa. Serta, sejujurnya, aku lebih bisa
diandalkan daripada Sang Jin... Percayalah kepadaku... Dia mengubah waktu
semaunya karena dia dibutakan oleh keinginannya untuk menang. Bagaimana kau
bisa memercayainya...” keluh Jung Kook
“Aku
memercayai seorang penipu. Siapa yang tidak bisa kupercaya? Ratingmu tidak akan
naik lagi. Apa pun yang kau lakukan, kau tidak bisa mengalahkan seseorang yang
didukung partai. Kau harus membuat Konferensi persnya besok siang. Mundurlah.”
Ucap Hoo Ja.
Jung Kook
tak percaya Hoo Ja meminta Besok siang sambil mengeluh bisa melakukan itu tanpa berkonsultasi
dengannya dan mengejek Hoo Ja itu gangster. Hoo Ja pikir kalau dirinya
gangster, maka tidak akan berbicara dengan Jung Kook tapi menikmati makanan dan anggur yang mahal.
“Kau
menipu ayahku sebanyak enam juta dolar. Kau bekerja untukku tepat sebulan
kurang empat hari. Anggap saja itu sebagai pekerjaan dengan bayaran tertinggi.
222.222 dolar per hari. Dengan ini, kita seri. Itu juga merupakan hal terbaik
untukmu.” Kata Hoo Ja menyakinakn.
“Siapa
yang akan memilih seorang penipu sepertimu?” sindr Hoo Ja. Jung Kook meminta
Hoo Ja berhentilah mengatakan itu.
“Kau yang
membuat seorang penipu mengikuti pemilu. Siapa kau sehingga menyuruhku ikut
lalu berhenti? Aku bilang aku bisa melakukannya! Percayalah!” tegas Jung Kook
menolak berhenti
“Ada
sesuatu yang kupelajari setelah menghabiskan banyak waktu bersamamu. Yaitu kamu
tidak pernah mendengarkan sepatah kata pun. Aku memberimu makanan yang mahal,
tapi itu tetap tidak berubah. Jadi Berdirilah... Mari kita mencari udara
segar.” Kata Hoo Ja merasa udara di restoran sangat panas sekali.
Mi Young
masih terus berkampanye meminta agar memilih Nomor Lima, Yang Jung Gook pada
semua orang yang lewat. Beberapa orang
melihat Mi Young memuji kalau cantik sekali. saat itu mantan Pacar Jung Kook
datang.
“Kau
istrinya Yang Jung Gook, kan? Sulit kupercaya aku bertemu langsung denganmu... Senang
bertemu denganmu.”kata si wanita.
“Halo. Aku
juga senang bertemu denganmu. Warga Pemberani akan dengan berani melindungimu. Nomor
Lima, Yang Jung Gook.”kata Mi Young ramah dan tak mengenal mantan pacar Jung
Kook.
“Ya, aku
pasti akan memilih dia. Aku penggemarnya dan Aku juga menyukaimu. Sulit
kupercaya aku bertemu denganmu di sini. Ini Kebetulan sekali.” kata Mantan
pacar Jung Kook.
Jung Kook
melihat dari dalam mobil kaget melihat mantan pacar bertemu dengan istrinya
lalu ingin turun. Hoo Ja menahan agar Jung Kook kembali duduk dengan memastikan
Tidak akan terjadi apa pu karena sudah menyuruhnya untuk bertemu saja hari ini.
“Entah
mereka bertemu lagi, dan apa yang akan mereka bicarakan, semua itu tergantung
kepadamu. Apa Kau sudah tahu posisimu sekarang? Selama aku tahu masa lalumu,
maka kau tidak punya pilihan selain menuruti perkataanku.” Tegas Hoo Ja.
“Jadi,
berhentilah menjadi keledai yang keras kepala dan membuatku kehilangan
kesabaranku. Bekerjalah sesuai steik yang kamu terima. Konferensi pers pada
tengah hari untuk mengumumkan pengunduran dirimu. Kau bisa melakukannya, kan?”
ucap Hoo Ja.
Jung Kook
menjawab tidak, Hoo Ja menyakinkan kalau Jung Kook harus melakukannya. Jung
Kook hanya bisa diam saja.
Hoo Ja
menelp Sang Jin memberitahu Jung Gook
setuju untuk mundur besok Jadi, tugas Sang Jin sekarang adalah menerima lencana
Anggota Majelisnya. Sang Jin ingin tahu
Apa yang dikatakan Jung Gook. Hoo Ja memberitahu kalau Jung Kook ingin
bertarung sampai akhir.
“Dia
memberiku omong kosong, tapi dia tidak punya pilihan selain menuruti
perintahku. Aku harus memanfaatkan Mi Young lagi.” Ucap Hoo Ja
“Apa maksudmu
kau harus memanfaatkan Mi Young?” ucap Sang Jin terlihat panik.
“Apa
menurutmu? "Jika kau tidak patuh, aku akan memberi tahu Mi Young bahwa kau
penipu." Itu dia. Bedebah menyebalkan itu tidak pernah mendengarkan kecuali
aku bertindak sejauh itu. Kau tahu, kau harus memberi tahu Mi Young bahwa Jung
Gook adalah penipu.” Cerita Hoo Ja
“Dia
selalu membicarakan "Mi Young-ku" seperti ini, "Mi
Young-ku" seperti itu. Dia pikir dia memiliki setiap Mi Young di luar
sana. Begitu selesai dengan urusan ini, aku harus mencari seorang kekasih. Dia
sangat menyebalkan. Selagi kita membahas ini, haruskah kita pergi, dan memberi
tahu Mi Young? "Suamimu adalah seorang penipu, dan kau dibohongi selama
ini."” Kata Hoo Ja.
“Tidak,
menurutku itu tidak benar... Biarkan mereka memecahkannya sendiri.” Kata Sang
Jin tak ingin adiknya kecewa.
“Mungkin
akan menjadi penderitaan terbesar yang pernah dia alami. Akan lebih menyakitkan
jika mengetahuinya lewat orang lain. Jika kebenarannya tidak akan membuat kedua
orang bahagia, lebih baik menguburkannya. Mi Young-ku sudah memiliki banyak
luka.” Jelas Sang Jin
“Bagimu
dia "Mi Young-ku" juga? Mi Young sangat beruntung. Semua orang yang
memanggilku "Hoo Ja-ku" sudah meninggal atau pergi sekarang...
Baiklah... Kau bisa berbuat semaumu. Tapi Ingat satu hal saja. Begitu kau
mendapatkan suara Jung Gook, ratingmu akan menjadi 48 persen.”ucap Hoo Ja
“Kau tahu
aku memiliki bagian yang besar dalam 48 persen itu, bukan? Anggota Majelis Han
Sang Jin adalah ciptaan Park Hoo Ja. Jangan melupakan itu, paham?” tegas Hoo
Ja. Sang Jin pun menganguk mengerti.
Jung Kook
termenung didalam kamar, Mi Young datang mengaku lelah dan lansung bersandar di
bahu suaminya. Jung Kook pikir pasti seperti itu. Karena Mi Young sudah bekerja
keras. Mi Youg pikir kalau Jung Kook juga harus tidur lebih cepat karean harus
berkampanye sepanjang hari besok.
“Tidurlah
lebih dahulu. Aku akan... Aku juga akan segera tidur.” Kata Jung Kook terlihat
masih memikirkan nasibnya.
“Mi
Young... Bagaimana jika aku mundur dari pemilu?” tanya Jung Kook. Mi Young
ingin tahu alasan Jung Kook ingin berhenti
“Tidak,
begini... Tidak juga... Pemilu sebentar lagi. Jadi, semua pemikiran ini
menyerbu... Serta, akan sulit untuk menang dengan ratingku saat ini.” Kata Jung
Kook
“Aku
tidak keberatan dengan itu. Menang atau tidak, kau suamiku, dan pria yang
kucintai. Bagaimanapun aku baik-baik saja... Tapi, Sayang. Saat aku memikirkan
semua orang yang kita temui... Saat aku memikirkan mereka, menurutku tidak
tepat untuk berhenti sekarang.” Ungkap Mi Young
“Tidak
bisa melakukannya karena kau kalah berbeda dari mundur. Tidak apa-apa tidak
bisa melakukannya, tapi jangan mundur. Kita harus memperlihatkan rasa hormat
kita pada para warga yang percaya kepada kita dan mendukung kita.” Kata Mi
Young.
Jung Kook
kembali ke kantor sendirian, Joo Myung berbicara di telp kalau tidak menyuruh
dia berhenti tapi hendak berhenti apa pun yang dikatakan dan mengajak untuk
bicara dirumah sambil berkata kalau akan mengemasi barang-barangku dan segera
pulang lalu menghela nafas sambil menutup telpnya.
“Apa yang
kau lakukan?” ucap Joo Myung melihat Jung Kook duduk sendirian dalam kegelapan.
Akhirnya
mereka minum bersama, Joo Myung heran Jung Kook yang tidak tidur. Jung Kook
pikir Joo Myung pasti sudah dengar, Joo Myung mengaku sudah tahu menurutnya
Menimbang situasinya, mereka lebih baik lihat secara optimis.
“Kau
tidak ingin mengikuti pemilu sejak awal. Jadi
Jangan menipu orang-orang lagi. Kau akan ketahuan oleh istrimu suatu
hari nanti.” ucap Joo Myung. Jung Kook terlihat tak percaya mendengarnya.
“Apa kau
kecewa karena harus berhenti?” tanya Joo Myung melihawta wajah Jung Kook
kecewa.
“Sejujurnya,
aku tidak mau mengikuti pemilu untuk masuk Majelis lebih dari apa pun. Tapi
melakukan sesuatu yang kubenci malah membuat orang-orang senang. Bahkan Mi
Young juga. Kalau boleh jujur, melihat situasinya... Seperti yang kau tahu, aku
penipu.” Cerita Jung Kook
“Sebelum
memulai ini, orang-orang tersenyum saat aku berbohong. Aku menyerahkan akta untuk
tanah yang tidak berharga, dan mengatakan itu tambang emas yang akan
dikembangkan kembali. Mereka tersenyum saat aku mengatakan kebohongan itu.”
Cerita Jung Kook. Joo Myung mendengarnya.
“Aku bisa
berbohong bahwa sebuah bangunan senilai 500.000 dolar bernilai 2 juta. Lalu aku
akan menjualnya senilai 1 juta hanya kepada mereka sambil berkata bahwa mereka
beruntung. Hanya saat aku berbohong seperti itu, orang-orang tersenyum
untukku.” Ungkap Jung Kook
“Tapi kau
tahu, keadaannya berbeda saat aku berkampanye. Aku memberi tahu orang-orang
perasaanku yang sebenarnya. Aku memberi tahu mereka apa yang kupikirkan dan
kurasakan.” Cerita Jung Kook
Jung Kook
mengingat saat bertemu dengan seseorang di jalan dan berbicar tentang keluhan.
Ia melihat orang-orang tersenyum kepadanya dan menurutnya semuanya sudah usai
sekarang. Ia pikir Seperti kata Pimpinan Park, sudah waktunya untuk kembali ke tempat asalnya.
“Maaf... Aku
ingin mempercayaimu dan berjuang sampai akhir, tapi seperti inilah situasinya
sekarang.” Ucap Jung Kook
“Lantas?
Apa kesimpulannya? Apa Kau ingin berhenti berbohong dan jujur jika kau
memenangkan pemilu?” kata Joo Myung.
“Tidak...
Orang yang berguna Aku ingin menjadi orang yang berguna sekarang.” Ucap Jung
Kook
“Kenapa
aku harus datang untuk mengambil barang-barangku. Aku ingin bersikap tangguh.” Keluh
Joo Myung, Jung Kook terlihat bingung.
“Apa Kau
ingin menjadi orang yang berguna? Itu yang kukatakan kali pertama saat menjadi
Anggota Majelis. Tapi berandal yang mengatakan itu dahulu melakukan hal-hal
yang tidak berguna di sini sekarang, bekerja dengan seorang rentenir yang kejam.
Itu tidak benar....” Kata Joo Myung . Jung Kook terlihat bingung.
Berita di
TV “Yang Jung
Gook, kandidat untuk Seowon, akan segera memulai konferensi persnya. Dengan
makin mendekatnya pemilu sela, apa yang akan dikatakan Yang Jung Gook? Saat ini
semua mata tertuju kepadanya.”
Mi Jin
memanggil ayahnya agar nonton bersama. Tuan Kang dengan tim suksesnya menonton
bersama begitu juga Tim Jung Kook. Sang Jin dan timnya terlihat tegang
menunggu, di rumah Mi Young pun hanya bisa terdiam.
“Banyak
orang menduga bahwa Yang Jung Gook, kandidat independen, memutuskan untuk
mundur dari pertarungan antara Kang Soo Il dan Han Sang Jin. Perbedaan dalam
rating untuk Kang Soo Il, yang memimpin poling, dan Han Sang Jin, yang berada
di posisi kedua, hanya delapan persen. Jika Yang Jung Gook memang mengundurkan
diri, kedua kandidat sangat membutuhkan 10 persennya.”
Jung Kook
berjalan dengan Joo Myung siap masuk konferensi, wartawan menyerbu langsung
bertanya “Apa yang akan kau katakan hari ini?” Joo Myung mengeluh wartawan yang
rajin sekali menyari berita padahal tidak serajin ini sebelumnya. Jung Kook
menjauh karena akan menerima telp.
“Kau akan
tahu dalam lima menit... Kau tidak akan mendapatkan apa pun dengan tahu lebih
dahulu.” Ucap Joo Myung mencoba menahan wartawan.
“Hai. Aku
menonton TV sekarang. Benarkah kau akan mengumumkan pengunduran dirimu? Itukah
keputusanmu?” kata Mi Young penasaran.
Myung Im
di ruangan memastikan kalau Jung Kook tidak akan tiba-tiba melanggar janjinya,
Sang Jin pikir itu tak boleh, akhirnya
Jung Kook masuk ruangan Konferensi Pers, Semua wartawan sudah menunggu.
“Halo... Aku
yang Jung Gook, kandidat Majelis Nasional untuk Seowon. Sebelum mulai, aku
ingin mengatakan apa yang ingin kulihat dalam pemilu ini. Mungkin akan lama, jadi,
silakan membuat diri kalian senyaman mungkin.” Ucap Jung Kook.
“Kenapa
kau mengulur-ulur waktu?” keluh Hoo Ja menonton siaran Jung Kook. Tuan Choi
yang sedang bermain berpikir sedang bicara dengan dirinya lalu menjerit bahagia
karena berhasil memukulnya.
“Apa yang
ingin kulihat dalam pemilu ini adalah ini. Para kandidat tidak saling
mengkritik, tapi memperjuangkan kebijakan untuk masyarakat.” Kata Jung Kook
“Apa yang
dia bicarakan? Itu sudah hampir usai.” Komentar Myung Im heran. Sang Jin
memikirkan sesuatu.
“Aku
berharap itu akan menjadi waktu yang harmonis, di mana para kandidat akan
saling memperhatikan, menghormati, dan menyelamati. Dahulu ayahku sering
berkata jika kau membagikan cahaya dari lilinmu, akan ada dua lilin yang
menyala.” Kata Jung Kook
“Jika kau
menggunakan cahaya itu untuk mencari lilin lain akan ada tiga lilin yang
menyala, lalu empat, dan kegelapan pun akan sirna.” Jelas Jung Kook
Tuan Yang
menonton seperti tak yakin kalau pernah mengatakan hal itu. Mi Jin pikir pernah
mendengarnya dari suatu tempat sebelumnya. Jung Kook mengulang kata-kata yang
dianggap dari ayahnya “Saat kau lelah dan letih Bersandarlah kepadaku.”
“Aku akan
selalu Mendampingimu Agar kau tidak merasa. Seakan-akan kau kesepian.” Ucap Jung
Kook, Seung Yi dan Charles seperti tahu
kalau itu adalah lirik lagu.
“Aku akan
memegang tanganmu.” Ucap Jung Kook. Ketiganya langsung bisa menebak kalau itu
lirik lagu GOD.
“Bukankah
itu sebuah lirik lagu?” kata Myung Im, tapi suaminya yakin Itu bukan lagu dan sangat mengharukan dan
membuatnya menangis.
“Aku
sungguh berharap setiap kandidat akan menjadi lilin. Kuharap mereka akan
menerangi kegelapan yang telah mengakar di dalam dunia politik. Kuharap mereka
akan selalu membela para pemilih. Jadi, mereka tidak akan merasa seolah-olah
mereka sendirian. Kuharap mereka akan memegang tangan masyarakat.” Ucap Jung
Kook. Mi Young menunggu dengan wajah tegang.
Jung Kook
melihat kalimat "Aku mengundurkan diri dari pemilu" dan menatap Joo
Myung dengan tatapan penuh harapan. Joo Myung menatap ponselnya lalu
mengelengkan kepala. Akhirnya Jung Kook memberitahu ingin memainkan peran kecil dalam menghadirkan
harmoni di Seowon yang dicintai... dan melihat Joo Myung menerima pesan.
“Apa
maksudmu? Kang Soo Il mengundurkan diri? Dia baru saja mengumumkannya?” kata
Myung Im kaget lalu menyuruh mereka ganti
salurannya.
“Halo, masyarakat
dan warga Seowon tercinta. Aku hadir di sini untuk mengumumkan bahwa aku
mengundurkan diri sebagai kandidat untuk Majelis Nasional.” Kata Tuan Kang
Semua melotot
mendengarnya, Myung Im pun tak pecaya menepuk pundak Sang Jin seperti tanda
kemenangan.
“Saat aku
melihat ke belakang, setiap langkah terasa sulit. Aku harus menghadapi berbagai
situasi sulit selama kampanyeku. Kehangatan yang kurasakan dari orang-orang
yang memegang tanganku masih menghangatkan hatiku bahkan sekarang.” Kata Tuan
Kang
“Kuharap
kepuatusanku masih dapat membantu menghadirkan kebahagiaan untuk masyarakat
Seowon.” Jelas Tuan Kang.
“Hei.
Apakah kita harus memilih? Mari dapatkan sertifikat untuk kemenanganmu.” Ucap Suami
Myung Im
“Selamat...
Kita sempat menghadapi masalah, tapi akhirnya kita berhasil. Kau menang.” Kata Myung
Im pada Sang Jin.
“Walaupun
aku mengundurkan diri dari pemilu, aku akan terus mengharapkan warga Seowon akan
bahagia. Itu tidak akan berubah. Warga Seowon yang tercinta. Sekarang, aku
berharap kalian akan merespons ketulusanku.” Kata Tuan Kang
“Aku,
Kang Soo Il, meminta agar kalian memberikan semua dukungan yang kalian berikan
kepadaku untuk kandidat independen Yang Jung Gook. Mari kita bersatu untuk
memastikan Yang Jung Gook memenangkan pemilu agar kita bisa meraih apa yang
gagal kita raih.” Ucap Tuan Kang. Sang Jin melonggo tak percaya mendengarnya.
Flash Back
Joo Myung
menegaskan kalau ini tidak benar menurutnya tak ada alasan harus mematuhi
perkataan Hoo Ja, menurutnya Jika Hoo Ja menambatkan benderanya di sini, maka ia akan
berlari ke sini dan Jika dia menambatkan benderanya di sana, maka akan berlari ke sana.
“Kenapa
aku harus diseret ke mana-mana seperti badut? Kenapa kita harus melakukan itu,
Jung Gook? Para berandal Partai Nasionalis itu sama buruknya. Mereka
menganggapku apa? Merekalah yang mengusirku.” Kata Joo Myung marah
“Hei.
Lakukan saja.” Kata Joo Myung, Jung Kook bertanya melakukan apa dan yakin kalau
maksudnya itu harus mundur.
“Kenapa
kau harus mundur? Kau harus setidaknya melakukan satu hal yang berguna dahulu
jika itu yang kau putuskan. Mari kita dapatkan lencana itu. Mari kita berjuang
sampai akhir.” Kata Joo Myung menyakinkan.
“Aku
menghargai pemikiranmu, tapi aku tidak akan bisa memenangkan pemilu. Apa yang
kukatakan sebelumnya? Politisi memikirkan pemilu berikutnya, dan politisi hebat
memikirkan generasi berikutnya. Apa kau pikir ada politisi yang lebih baik
dariku di Korea?” ucap Joo Myung.
“Tidak
ada. Kau penipu, dan aku politisi. Hanya ada satu hal yang bisa kita lakukan
bersama. Mari bertaruh.” Ucap Joo Myung.
Tuan Kang
berteriak marah pada Joo Myung yang datang ke kantornya. Menurutnya itu hanya
Omong kosong. Joo Myun mengeluh karena Tuan Kang yang berteriak mengejutkannya
den mengeluh Tuan Kang mengatakan semua hal yang dikatakan hanya omong kosong.
“Aku
bersungguh-sungguh. Han Sang Jin adalah dalang kasus mengemudi dalam kondisi
mabukmu itu. Seharusnya kau memperlakukan anak buahmu dengan lebih baik. Kau
layak mendapatkannya.” Jelas Joo Myung
“Hei, Joo
Myung! Apa kau datang untuk mengejekku?” ucap Tuan Kang marah. Joo Myung
membenarkan.
“Untuk
membuatmu gila dan melakukan sesuatu yang sinting.”kata JooMyung
“Semua
warga tercinta, aku, Kang Soo Il, memohon kepada kalian sekali lagi. Warga
pemberani yang dengan berani melindungi kalian! Kandidat nomor lima, Yang Jung
Gook! Pilihlah Yang Jung Gook!” ucap Tuan Kang berbicar dengan sangat yakin
Flash Back
Tuan
Kang ingin tahu alasan harus melakukan
itu dan menegaskan kalau dirinya belum mati bahkan Lebih dari 15 persen warga
menginginkan dirinya jadi Joo Myung hanya Omong kosong dan meminta agar Berhentilah menjadi amatir.
“Zaman
telah berubah. Kau tahu kondisinya tidak seperti dahulu lagi. Ada video yang
beredar saat kau ditahan dan melawan polisi. Bahkan istriku melihatnya. Dia
bilang itu membuatnya senang sepanjang hari” cerita Joo Myung. Tuan Kang ingin
marah tapi Joo Myung menyuruh duduk saja.
“Jangan
bersikap seperti itu. Mari kita berhenti di sini. Kudengar partaimu mencampakkanmu
setelah apa yang terjadi. Kudengar mereka tidak mau mendukungmu. Lagi pula kau
tidak akan menang. Melihat situasinya, bukankah kau harus melemparnya dengan
lumpur sebelum kau pergi?” kata Joo Myung
“Kau
tidak mau pria berengsek yang menjebakmu menjadi Anggota Majelis. Hei. Terus
terang, itu karena kau kalah melawanku sehingga kau bisa bertahan dalam
permainan ini. Jika kau kalah dari pendatang baru seperti Han Sang Jin, karier
politikmu akan langsung hancur!” jelas Joo Myung.
“Alih-alih
membiarkan tikus kotor itu terpilih, mari kita dukung orang bodoh yang gila. Mari
kita kirim orang bodoh yang gila ini ke Majelis dan membuatnya disingkirkan. Lalu
giatlah bekerja untuk pemilu berikutnya. Kau harus mengalahkan aku setidaknya
sekali. Kau sudah tiga kali kalah. Itu memalukan.” Tegas Joo Myung. Tuan Kang
berpikir keras.
Joo Myung
menerima pesan dari ponselnya "Mari
kita lakukan perkataanmu" wajahnya terlihat bahagia. Jung Kook melihat
kode Joo Myung kalau mereka berhasil membuat Tuan Kang berpihak padanya dan
langsung melompat dari atas podium.
“Aku
berencana akan bertahan dengan kalian sampai akhir. Kalian pikir aku akan
menyerah, kan? Kalian semua berpikir aku akan menyerah, kan? Kalian datang ke
sini untuk mendengar itu, kan? Untuk apa aku berhenti? Hari Pemilu akan segera
tiba. Aku harus setidaknya melihat berapa suara yang kuperoleh.” Ucap Jung Kook
Di
ruangan Jung Kook terlihat menjerit bahagia Tuan Yang terlihat bahagia
mendengarnya langsung menjerit bahagia dan membalikan meja. Mi Jin yang ikut
bahagai mengeluh ayahnya melakukan hal itu yang membuang makanan. Tuan Yang
mengaku tak peduli karena hatinya sangat senang.
“Untuk apa
aku berhenti? Apa Untuk Han Sang Jin? Aku
tidak bisa melakukan itu. “ kata Jung Kook.
Hoo Ja tak percaya menjatuhkan sticknya.
“Kakak..
Ini masalah besar.” Ucap Gwi Nam masuk ruangan, Hoo Ja pkir tak dan sudah menontonnya.
Gwi Nam menegaskan bukan itu lalu menganti chanel.
Tuan Kang
meminta agar memilih Yang Jung Gook, Bukan nomor satu, bukan nomor dua, bukan
nomor tiga, bukan nomor empat, melainkan lima. Kandidat nomor lima. Mi Young
tak percaya Kebodohan apa itu?
“Apa kau
menonton TV? Jika Jung Gook mendapatkan 19 persen milik Kang Soo Il, maka dia
akan mendapat 34, dan Han Sang Jin 33. Sekarang pihak siapa yang akan kau
dukung, Pimpinan Park? Bukankah orang yang unggul satu poin lebih baik?” kata
Joo Myung mengejek di telp.
“Mari
kita bertemu dan bicara.” Ucap Hoo Ja terlihat sangat shock.
Mi Young
sudah siap dengan baju kampanye "Nomor 5, Yang Jung Gook" senyuman
sumringah.
Flash Back
Mi Young
mengaku menonton TV sekarang lalu memastikan apakah Jung Kook akan mengumumkan
pengunduran dirinya dan itu sudah keputusanya. Jung Kook mengaku tidak kalau
tidak akan mundur.
“Kau
bilang tidak bisa melakukannya karena kalah berbeda dari tidak melakukannya
karena mundur. Tidak bisa melakukannya tidak masalah, tapi aku tidak akan
mundur. Aku harus menunjukkan rasa hormatku” ucap Jung Kook
Mi Young
menelp kalau akan pergi sekarang dan mereka akan mulai kampanyenya.
“Aku
mungkin tidak bisa melakukannya karena kalah, tapi aku tidak akan mundur karena
menyerah. Aku akan menepati janji yang kubuat kepada kalian. Kandidat nomor
lima, kandidat independen Yang Jung Gook. Hanya satu orang! Selama hanya ada
satu orang saja yang mendukungku, aku tidak akan berhenti. Aku akan berjuang
sampai akhir Inilah yang kuinginkan dengan tulus, para warga tercinta.” Tegas Jung
Kook dengan sangat yakin .
Bersambung
ke episode 23
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar