PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Mi Young
berbaring memeluk Jung Kook mengaku sangat
bahagia sekali dan berharap mereka bisa
selamanya seperti ini. Jung Kook berjanji kalau Tidak akan ada kejadian
buruk lagi lalu mengecup kening istrinya.
“Jung
Gook adalah penipu... Kim Mi Young dan seluruh keluargamu ditipu oleh Jung
Gook.” Ucap Hoo Ja. Sang Jin menatap tak percaya mendengarnya.
“Kau
tidak percaya kepadaku, kan? “ kata Hoo Ja. Sang Jin seperti masih tak percaya
yang dimaksud adalah suami adiknya adalah seorang penipu.
“Siapa
yang akan dengan mudah mempercayai itu? Kau tidak punya bukti yang solid.” Kata
Sang Jin.
“Bukti?
Kau pasti suka bukti... Baiklah... Aku akan memperlihatkan sesuatu yang lebih
baik daripada bukti.” Kata Hoo Ja
Ia lalu
menelp seseorang menyuruh agar membawanya masuk, lalu sambil mengeluh kalau keadaan seperti
ini membosankan sekali. Hoo ja lalu memberitahu kalau Tuan Choi adalah Manajer
utama penagihan mereka, dengan nama panjang Choi Pil Joo.
“Keahilannya
adalah mencari orang yang mengambil uang kami dan mencoba bersembunyi. Kali
ini, Emm .. Apa dia pergi ke Panama?!! Suatu tempat seperti itu. Dia menggunakan
kartu kredit perusahaan dan terbang dengan kelas bisnis. Dasar Brengsek.” Ucap
Hoo Ja sambil melihat kukunya.
“Bagaimanapun,
dia menemukannya. Jadi, aku tidak banyak mengeluh. Saat dia tiba di sini, tepuk
punggungnya karena dia sudah bekerja dengan baik. Itu tidak membuatmu dipungut
biaya.” Kata Hoo Ja lalu mendengar pintu ruangan diketuk.
Hoo Ja
memberitahu kalau Tuan Choi akhirnya datang yaitu Seorang saksi lebih baik
daripada bukti, Saksi hidup yang bisa bicara. Sang Jin terlihat tegang menunggu
yang datang, terlihat mantan pacar Jung Kook yang datang bersama dengan Tuan
Choi.
“Sekarang,
apa kau menyukai jawabanku, kandidat tersayangku?” ucap Hoo Ja menyindir.
“Hanya
itu yang bisa kuberi tahu kepadamu.” Ucap Mantan Jung Kook memberikan
pernyataan pada Sang Jin.
“Silakan
pergi jika sudah selesai... Pak Choi... Carikan kamar hotel untuknya Dan awasi
dia.” Perintah Hoo Ja.
“Baik,
Bu... Hei Kau... Lekas jalan. Jangan berlama-lama... Dasar penipu.” Ucap Tuan
Choi mengajak mantan Jung Kook pergi.
“Menurutku
itu sudah cukup untuk saling percaya sekarang. Bagaimana jika kita membicarakan
bisnis sekarang? Jika aku memberimu 15 persen milik Jung Gook, nilainya adalah
43 versus 39. Kau akan mengalahkan Kang Soo Il dengan empat persen.” Kata Hoo
Ja yakin.
“Namun,
itu masih belum cukup pasti.Itu hanya survei. Jadi, itu bisa dengan mudah berfluktuasi
sebanyak 4 persen. Itu tergantung kepadaku.” Komentar Sang Jin.
“Tidak...
Itu akan tergantung kepada kita. Kita akan menjalaninya bersama. Aku tidak akan
memaksamu mengerjakan semuanya. Aku bukan gangster atau semacamnya. Mari kita
taklukkan Kang Soo Il dengan satu pukulan kuat.” Kata Hoo Ja.
Tuan Kang
yang mabuk dibawa masuk ke dalam mobil, sopir penganti membawanya menatap dari
kaca spion dengan tatapan sinis. Tuan Kang seperti tak sadarkan diri dibangku
belakang.
“Dia
mendapat rating persetujuan sebanyak 39 persen. Kang Soo Il, kandidat yang
memimpin menurut poling, mengemudi dalam kondisi mabuk lagi seperti yang dia lakukan
pada tahun 2002 dan 2007..” Ucap Hoo Ja seperti menyusun rencana.
“Keyakinan
terdalam di negara ini adalah bahwa orang tidak bisa berubah, kebiasaan sulit
diubah, dan hal-hal seperti itu. Astaga, Kang Soo Il. Kau masih belum menghapus
kebiasaan minummu yang buruk itu.” Kata Hoo Ja.
Tuan Kang
yang tertidur karena mabuk mengeluh karena bunyi klakson yang Berisik sekali
dan meminta agar jalan dengan tenang. Tapi bunyi klakson tetap berbunyi
akhirnya Tuan Kang tersadar kalau sudah duduk di kursi depan tak ada sopir
disampinganya.
“Siapa
yang mengklakson? Apa yang terjadi?” ucap Tuan Kang binggung keluar dari mobil
“Hei...
Pinggirkan mobilmu, Bodoh! Apa yang kau lakukan, Berandal? Apa kau mabuk? Cepat jalan!” teriak pengemudi lewat di mobil
Tuan Kang.
Tuan Kang
kebingungan ingin mengemudi lalu melihat ada polisi yang datang dan tak bisa
mengnhindar. Ia mencoba menjelaskan tapi polisi bisa tahu kalau Tuan Kang
minum-minum. Tuan Kang melihat supirnya ada diseberang jalan dan langsung
mengumpat marah, lalu dibawa pergi oleh polisi.
Sang Jin
terlihat tegang menunggu di ruanganya, lalu melihat Berita di TV.
“Kandidat
Partai Minjin untuk Majelis Nasional, Kang Soo Il, ditahan karena mengemudi
dalam kondisi mabuk. Menurut keterangan polisi, Kang Soo Il mengemudi setelah
minum-minum dan tertangkap di titik pemeriksaan di dekat Taman Seowon pada
pukul 22.55 semalam. Level alkohol darah Kang pada saat itu adalah 0,089
persen, yang cukup tinggi untuk kehilangan SIM-nya.”
Sang Jin
akhirnya menelp meminta untuk adakan
konferensi pers. Dan akhiri pemilu berengsek ini.
Sang Jin
berdiri didepan podium dengan spanduk "Kang Soo Il Harus Mengundurkan Diri
Sebagai Kandidat" Han Sang Jin dengan yakin mengaku sebagai kandidat untuk
Partai Nasionalis dan mendengar kasus mengemudi dalam kondisi mabuk Kang Soo Il
pagi ini, lalu membuatnya sangat gelisah.
“Insiden
ini sangat merusak reputasi warga Seowon. Jadi, aku tidak akan diam saja.” Kata
Sang Jin.
Di
ruangan Sang Jin terlihat sangat sibuk,
Myung Im menerima telp konfirmasih kaget mengetahui kalau Kang Soo Il
jatuh sampai 20 persen, lalu senyuman terlihat bahagia.
“Aku
ingin mengatakan ini kepada Pak Kang Soo Il sekarang. Jika Anda tahu malu, mundurlah
sebagai kandidat secepatnya dan minta maaflah kepada warga Seowon.” Kata Sang
Jin.
Suami
Myung Im menerima telp juga ingin tahu tepatnya berapa banyak dan mengetahui
kalau itu sekitar lima persen lagi. Myung Im yang mendengar ikut tersenyum
bahagia. Suami Myung Im memastikan kalau itu artinya 33 versus 19 dan mereka memimpin.
“Aku
mendesak Anda sekali lagi, Pak Kang Soo Il... Kumohon mundurlah. Hanya
pengunduran diri Anda yang bisa memperbaiki situasi ini dan menyelamatkan sisa
kehormatan warga Seowon. Begitulah perasaanku, Sekian.” Ucap Sang Jin dengan
sangat yakin.
Di ruangan
Hoo Ja sedang bermain billiard sambil menonton berita Sang Jin yang mengumumkan
"Kang Soo Il Harus Mengundurkan Diri Sebagai Kandidat" Joo Myung
seperti tak percaya kalau Hoo Ja yang menyiapkan itu, lalu seperti tak yakin
kalau mereka bisa mendapatkan suara Kang Soo Il.
“Menurutku
kita hanya akan membantu Han Sang Jin.” Komentar Joo Myung. Hoo Ja malah
berkomentar Joo Myung yang berhasil memukul bola yang benar.
“Kau berutang
30 dolar kepadaku.” Ucap Hoo Ja. Joo Myung ingin tahu alasannya karena sudah memukul
tiga bantalan sebelum memukul bolanya.
“Itu
peraturannya. Kau tidak boleh memukulnya bahkan setelah mengenai tiga bantalan.
30 dolar.” Kata Hoo Ja
“Sungguh.
Orang kaya lebih buruk.” Keluh Joo Myung melihat sikap Hoo Ja.
“Aku
memainkan permainan membosankan ini karenamu. Jadi, berhentilah mengeluh. Aku
akan menjatuhkan Jung Gook sekarang, Ini sekadar informasi.” Ucap Hoo Ja. Joo
Myung kaget mendengarnya.
“Aku akan
meminta Jung Gook mengundurkan diri. Sebelum dia mengundurkan diri, dia akan
mengatakan bahwa dia mendukung Han Sang Jin. Jika kau bisa membuatnya
mengatakan hal itu, maka tugasmu sudah selesai. Kau bisa pulang dan bermain
dengan bayimu, bahkan menganti popoknya juga.” Kata Hoo Ja menyindir.
“Apa
Maksudmu kau akan memberikan suara Jung Gook untuk Han Sang Jin? Tiba-tiba?
Kenapa?” ucap Joo Myung kagte.
“Itu
tidak tiba-tiba. Tapi Itu rencananya sejak awal. Kau mengatakannya sendiri,
bahwa mustahil membuat seorang penipu menjadi Anggota Majelis.” Ucap Hoo Ja
sambil menyuruh Joo Myung minggir karena ingin memukul bola
“Menurutku
ini tidak benar.” Kata Joo Myung marah. Hoo Ja tahu kalau Joo Myung kesal
mendengar rencananya.
“Karena
aku tidak memberitahumu lebih awal... Tidak, maksudnya aku tidak membicarakan
diriku.” Tegas Hoo Ja
“Menurutku
tidak benar melakukan itu kepada Jung Gook. Itu terlalu kejam.” Kata Joo Myung
yang masih memiliki hati nurani.
“Kenapa
kejam? Aku memaksanya mengikuti pemilu di luar kehendaknya. Karena keadaannya
sudah tidak seperti itu lagi.” Jelas Hoo Ja.
Joo Myung
pikir sebelumnya memang di luar kehendaknya, tapi Jung Kook sudah berusaha maksimal sekarang. Hoo Ja merasa
Entah Jung Kook mengerahkan segalanya atau
kehilangan semuanya bukan urusannya dan bukan juga urusan Joo Myung.
“Partai
Nasionalis menyatakan akan mengirim seseorang kepadamu.” Ucap Hoo Ja. Joo Myung
heran dan ingin tahu alasanya.
“Aku
mendengar itu sambil berlalu, jadi, aku juga tidak tahu. Aku yakin kau akan tahu
begitu kau bertemu orang itu. Semua orang kembali ke titik awalnya. Aku, Jung Gook, dan kau.” Ucap Hoo Ja sambil
berkomentar kalau hampir memukul bolanya
dan menyuruh Joo Myung sekarang giliranya.
Sementara
Jung Kook dan Mi Young makan bersama, Jung Kook kaget dengan saran Mi Young
melakukan Layanan pengaduan perdata berjalan, yaitu mengunjungi setiap orang.
Mi Young membenarkan, lalu Jung Kook bertanya apakah itu penting.
“Kita
sudah melakukan "Beri tahu Harapanku kepada Yang Jung Gook." Dan Anggota
Majelis Kim berkata tepat sebelum pemilu, aku harus memperlihatkan wajahku
sesering mungkin. Aku harus mengembangkan kekuatan super. Aku harus
berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain.” Ucap Jung Kook
“Sayang,
ini pendapatku. Tidak penting jika orang-orang mengenal kita. Yang penting
adalah kita mengenali orang-orang. Beberapa orang kurang berani untuk datang
dan bicara. Kita tidak bisa menelantarkan orang-orang itu. Mereka warga,
seperti orang lainnya.” Jelas Mi Young
Jung Kook
dan Mi Young sudah ada di dalam mobil dengn baju kampanye, lalu keduanya akan
siap-siap turun. Mi Young bertanya apakah Jung Kook sudah siap. Jung Kook
menganguk dengan melakukan "Layanan
pengaduan perdata berjalan" keduanya berjalan bergandengan keluar dari
mobil.
Seorang
wanita mengeluh Airnya kotor di seluruh
kompleks mereka selama berhari-hari. Akhirnya Jung Kook pergi ke tempat
penyedia ari sambil memberikan keluhan kalau
Air mereka sudah berhari-hari kotor jadi ingin tahu kapan mereka akan
memperbaikinya.
“Kapan
Anda akan mulai membangun pipa-pipanya?” tanya Jung Kook. Pegawai hanya bisa
meminta maaf karena anggaran kota tidak cukup.
“Tidak
cukup lagi? Kenapa anggarannya selalu kurang?” keluh Jung Kook tak percaya.
Mi Young
pun menerikan keluhan kalau beberapa pekerja melakukan konstruksi di samping tempat tinggal
warga jadi menimbulkan banyak debu dan
merkea tidak bisa membuka jendela rumah. Mi Young dengan toa memberitahu para
pekerja konstruksi.
“Permisi.
Hei, kau! Semprotkan air selagi bekerja. Kau membuat debu beterbangan ke
mana-mana! Semprotkan air sekarang. Aku polisi. Aku akan menahan kalian.”
Teriak Mi Young pada pekerja dari bawah.
“Aku
berharap ada tempat penyeberangan di depan.” Keluh warga.
Jung Kook
kembali ke balai kota memberitahu Ini
zona rentan kecelakaandan mereka yang mmengeluh tentang anggaran lagi menurut
hanya tempat penyeberangan dan ingin tahu Kapan anggarannya akan cukup.
“Lupakan.
Aku akan mengecatnya sendiri.” Kata Jung Kook akhirnya turun kejalan membuat
zebra cross sendiri.
Di
ruangan, Wang Goo sedang berbicara dengans seorang yang mengaku kuliah di Harvard dan seorang alumni. Ia pun
tak percaya menurutnya pria itu pasti mengenal
Profesor George Powell, Si pria mengaku kalau Prof itu masih kuat.
“Apa yang
kalian lakukan? Bukankah kalian harus berkampanye?” ucap Joo Myung marah
melihat tiga orang pegawainya hanya duduk diam.
“Halo,
Pak... Aku datang untuk menemuimu. Haruskah kita makan siang?” kata si pria
seperti utusan dari Partai Nasionalis. Joo Myung hanya bisa terdiam tak bisa
banyak bicara.
Di
restoran
Joo Myung
mengeluh karena makan siang dengan daging perut. Si Pria pikir kalau Joo Myung harus
makan siang daging perut agar terlihat keren bahkantampak lebih keren jika
memakannya dengan soju menurutnya Ini hak istimewa seorang pekerja paruh waktu.
“Kau
terlalu menyukai hak istimewa. Kenapa kau datang ke sini?” ucap Joo Myung sinis
“Apa
pendapatmu? Aku dikirim oleh partai untuk memberimu kabar baik. Karena itu aku
datang ke sini.” Kata si pria
“Kabar
baik apa yang dimiliki partai untukku?” keluh Joo Myung menahan amarah.
“ Hanya
karena kau memberontak, Apa itu sudah
menjadi "partaimu"?” komentar si pria.
“Aku tidak
memberontak. Aku dikeluarkan!” tegas Joo Myung marah
“Bagaimanapun,
Partai Nasionalis adalah rumahmu. Apa aku salah?” kata Si pria. Joo Myung makin
kesal karena dianggap rumah.
“Bagaimanapun
juga, bukankah sudah waktunya untukmu pulang? Dengan membangun pusat kota dan
sebagainya.” Kata Si Pria. Joo Myung binggung.
“Jika kau
membuat keputusan untuk kebaikan yang lebih besar, aku akan menempatkanmu di
takhta. Bagaimana menurutmu? Kau sudah mengenalku. Kau tahu aku punya kendali
di dalam partai. Anggota Majelis mana yang menang tiga periode belakangan ini?”
jelas Si pria menyakinkan Joo Myung.
“Aku
sudah cukup lama ingin mengatakan ini kepadamu. Kau hanya pembual. Kau
membanggakan dirimu sendiri setiap kali bicara. Bahkan sekarang. Kau mengatakan
akan memutuskan untuk kebaikan yang lebih besar, lalu mendadak membanggakan
dirimu sendiri.” Komenta Joo Myung
“Begitulah
cara kerjanya sekarang. Kau harus menjual dirimu. Dengar. Kamu tidak tahu lagi
bagaimana cara kerjanya. Ikuti alurnya. Intinya, biarkan aku melanjutkan.”
Jelas Si pria.
“Langsung
ke intinya saja... Apa yang harus kulakukan untukmu?” kata Joo Myung tak ingin
bertele-tele.
“Singkirkan
Yang Jung Gook Dan berpihaklah kepada Han Sang Jin. Rating Sang Jin naik
sedikit karena Kang Soo Il membuat masalah, tapi Sang Jin membuang-buang
waktunya. Walaupun Soo Il kehilangan 20 persen dalam rating, Sang Jin hanya
mendapatkan lima persen. Jadi Sudah jelas keadaannya mungkin akan berubah kapan
saja.” Jelas Si pria.
“ Jadi,
maksudmu kau ingin Sang Jin mendapatkan suara Jung Gook untuk segera
menyelesaikan pemilu ini, kan?” kata Joo Myung
“Benar.
Kau cepat sekali.” ucap Si pria memuji Joo Myung itu pintar dalam jurusan
management. Joo Myung mengeluh kalau ia adalah jurusan Ekonomi. Si pria mengaku
tak peduli dengan hal itu.
“Tapi kenapa aku harus melakukan itu? Kenapa
aku harus membantu partaimu?” ucap Joo Myung tak percaya.
“Partai
kita harus bertahan agar kau bisa bertahan.” Kata si pria. Joo Myung mengeluh
mendengarnya.
“Kau tahu
apa yang diputuskan oleh komite? Jika kau memberikan suara Jung Gook dan
membantu Sang Jin, kau akan diterima kembali ke dalam partai. Dan tahun depan, Sang
Jin akan berganti ke perwakilan berimbang. Dan kau akan ikut pemilu lagi untuk
distrik ini, Seowon. Bagaimana menurutmu? Kedengarannya bagus, kan?” ucap si
pria menyakinkan.
“ Kau
memahamiku, bukan? Ini ideku. Aku mengeluarkan barang-barang yang akan kudaur
ulang, dan aku merasakan desakan untuk memberimu hadiah.” Jelas si pria terus
menyakinkan.
“Bisakah
aku mempercayaimu? “kata Joo Myung kurang yakin. Si pria menyakinkan kalau
pasti bisa.
“Kau
tidak mempermainkan aku?” kata Joo Myung, Si Pria menyakikan tak mungkin
seperti itu.
“Segera
lakukan dan singkirkan Yang Jung Gook.” Tegas si Pria.
Jung Kook
membahas kalau mereka mengunakan rekcan di Injung-dong, jadi, bersiaplah. Wang
Goo mengaku sudah pernah melakukannya.
Joo Myung teringat yang dikatakan Teman partainya.
“Serang
Jung Gook dan dukung Sang Jin. Maka kau akan membantu dunia. Kehidupan
politikmu akan diperbarui.” Tegas Si Pria
“Anggota
Majelis, ada apa? Apa kau sakit?” tanya Jong Kook melihat Joo Myung hanya diam
saja.
“Tidak...
Hanya Makan siangku membuat perutku sakit.” Ucap Joo Myung mencari alasan.
“Kau
pasti mengalami masalah pencernaan. Apa kau butuh obat?” tanya Jung Kook
khawatir. Joo Myung menolak.
“Omong-omong,
santai saja... Kenapa kau bekerja... “ ucap Jung Kook lalu terpotong karena Hoo
Ja menelpnya.
“Hai,
Pimpinan Park... Sekarang? Tentu. Sampai jumpa di sana.” Kata Jung Koo pada Hoo
Ja di telp lalu menutup telpnya. Joo Myung menatapnya.
“Pimpinan
Park ingin makan malam bersama.” Kata Jung Kook. Joo Myung pikir ada yang
hendak dia katakan.
“Kurasa begitu.
Aku akan segera kembali. Kita harus berkampanye lagi saat aku kembali. Pulang
dan istirahatlah jika kau merasa kurang sehat. Kau terlihat buruk. Kampanye
memang penting, tapi begitu pula dengan kesehatanmu.” Ucap Jung Kook melangkah
pergi.
“Jung
Gook... Kerjamu... Kerjamu bagus sampai sekarang.” Ucap Joo Myung menatap sedih
Jung Kook.
“Kenapa
kau sudah mengatakan itu? Tugas kita masih banyak. Sampai nanti.” ucap Jung Kook
Joo Hyun
sedang berbicara dengan temanya sambil mengejek kalau tak ada yang salah dengan
makan malam karena bisa mentraktir makan siang. Detektif Na datang menatap
sinis Joo Hyun yang sudah mengkhianti timnya,
“Kau
sengaja memukulku, bukan?” kata Joo Hyun, Detektif Na membenarkan dengan nampan
makanany ditanganya. Joo Hyun berdiri akan memukul tapi saat itu Detektif Lee
datang dengan sengaja menumpahkan sup
diatas kepala Joo Hyun.
“Maaf.
Kenapa kau tiba-tiba berdiri, Berandal? Wah... Apa yang kulakukan? “ ucap
Detektif Lee berpura-pura tak sengaja.
“Apa Kau
akan terus bersikap seperti ini?” ucap Joo Hyun menahan amarah. Detektif Lee
pikir pasti karena harus terus bekerja.
“Pikirkan
apa yang kau lakukan kepada letnan kita... Ini enak. Makanlah.” Kata Detektif
Lee dan saat itu Joo Hyun memukul sampai terjatuh.
“Hyun
Chul, aku dipukul.” Teriak Detektif Lee. Detektif Koo melihatnya akhirnya membalasnya.
Detektif
Na pun akhirnya ikut memukul dengan teman Joo Hyun dan perkelahian antara
Detektif Koo dan Lee melawan Joo Hyun. Nyonya Kim datang ke kantin berteriak
marah agae menghentikanya.
Ketiganya
akhirnya dibawa masuk ruangan, Nyonya Kim bertanya apakah Tadi itu balas
dendam. Detektif Lee menjawab kalau itu kesetiaan. Nyonya Kim mengeluh mendengarnya.
“Detektif
Jang berengsek itu... Orang berengsek itu yang membuat letnan kami diskors. Kami
merasa harus melakukan sesuatu.” Ucap Detektif Lee
“Kalian
sangat setia, tapi kalian tidak punya keberanian. Apa Karena itukah kamu
melakukan trik tersebut? Untuk membuat dia melancarkan pukulan lebih dahulu?”
ucap Nyonya Kim memarahi
“Letnan
Kim melarang kalian menimbulkan masalah... Maafkan kami.” Kata Detektif Lee
akhirnya tertunduk.
Saat itu
seorang masuk ruangan, Nyonya Lee
bertanya siapa pria itu. Detektif Na memberitahu kalau Myung Shik adalah
petugas tim mereka. Detektif Lee pikir
mereka satu tim jadi harus diomeli bersama dan sengaja memanggil Myung Shik.
“Satu
tim? Tapi kau menerima uangnya sendiri.” Kata Detektif Ko menyindir. Detektif
Lee mengeluh mendengarnya.
“Cukup.
Kalian Diam...Semuanya kecuali Hyun Chul, keluar.” Ucap Nyonya Kim. Detektif
Lee binggung tapi akhirnya membiarkan Detektif Lee sendirian.
“Jika mengatakan sesuatu yang bodoh, kau akan
mati.” Ucap Detektif Lee. Detektif Na berani membalas.
“Kubilang
keluar! Sekarang! Aku bahkan tidak ingin melihat kalian!” kata Nyonya Kim.
Semua pun bergegas keluar dari ruangan.
Nyonya
Kim memastikan apakah bisa mempercayainya, Detektif Koo terdiam. Nyonya Kim
heran karena detektif Koo yang tidak menjawab dan kembali menanyakan pertanyaan
yang sama. Detektif Ko pikir tidak ada gunanya baginya untuk mengatakan kalau
bisa memercayainya.
“Jika
Anda benar mempercayaiku, maka Anda akan percaya Tapi jika Anda tidak yakin
bisa memercayaiku, maka berikanlah kepada orang lain.Itu hal yang benar.
Sekian.” Ucap Detektif Ko
“Ada
seorang berandal yang ditahan karena melakukan penipuan pada tahun 2001 dan
mendekam dua tahun di penjara. Aku ingin kau menyelidiki kehidupannya.” Kata
Nyonya Kim. Detektif Koo mengerti.
“Cari tahu
di mana tempat tinggalnya, apa pekerjaannya, dan semuanya.” Kata Nyonya Kim
“Siapa
nama penipu itu?” tanya Detektif Koo, Nyonya Kim menjawab namanya Yang Shi Chul.
Jung Kook
masuk ke sebuah restoran heran Hoo Ja yang
ingin bertemu di Tempat yang ini terlihat sangat mahal dan berpikir
kalau itu artinya tempat ini kosong. Hoo Ja mengaku Tempat ini kosong karena ia menyewanya.
“Kau
pernah melihatnya di drama.” Kata Hoo Ja. Jung Kook tak percaya mendengarnya.
“Apa Kau
menyewa seluruh restoran ini? Kenapa?” tanya Jung Kook. Hoo Ja pikir mereka
bisa bicarakan itu perlahan sambil makan malam.
“Kami
pesan dua porsi menu biasanya.” Ucap Hoo Ja pada pelayan agar membawa makanan.
“Kau
pasti sering datang ke sini. Karena kau meminta "menu biasanya". “
komentar Jung Kook
“Tidak.
Ini kali keduaku dalam lima tahun.” Ucap Hoo Ja. Jung Kook tak percaya
mendengarnya.
“Lalu
kenapa kau meminta menu biasanya?” tanya Jung Kook penasaran sambil makan
steaknya.
“Kau
harus meminta menu biasanya di tempat-tempat seperti ini agar mereka tidak
melecehkanmu. Coba Lihat. Seluruh menunya ditulis dalam bahasa Inggris walaupun
kita berada di Korea. Apa? Mereka bahkan menulis minumannya dalam bahasa
Inggris. Para bedebah itu tidak ingin kita memahaminya.” Kata Hoo Ja lalu
memanggil pelayan.
“Aku juga
pesan minuman biasanya. Lalu Bagaimana kampanyemu?” tanya Hoo Ja. Jung Kook
mengaku Menyenangkan.
“Aku
harus melakukannya, jadi, lebih baik kunikmati.” Akui Jung Kook terlihat sudah
mulai nyaman.
“Kudengar
kamu dan Mi Young bekerja sama.” Kata Hoo Ja. Jung Kook membenarkan.
“Ya. Dia
bilang itu menyenangkan setelah dia menyelaminya. Dia juga suka bertemu dengan
orang-orang.” Kata Jung Kook. Hoo Ja pikir itu Bagus.
“Tapi
bagian terbaiknya adalah... Ini agak memalukan, tapi...” kata Jung Kook
mengingat yang dikatakan Hoo Ja.
Flash Back
“Menghabiskan
waktu bersamaku, Pergi ke banyak tempat bersamamu. Aku tahu itu hanya di
sekitar lingkungan ini... Menghabiskan sepanjang hari denganmu, bisa saling
bertemu, tertawa bersama, makan bersama, dan hal-hal seperti itu. Fakta bahwa
aku bisa menghabiskan setiap hari bersamamu membuatku sangat bahagia. Itu juga
mengingatkanku pada saat kita berkencan.” Ucap Hoo Ja.
“Itu yang
dia katakan... Aku juga merasakan hal yang sama. Karena itu kami memutuskan untuk
melupakan masa lalu sampai pemilu berakhir. Kami memutuskan untuk tertawa dan
bersenang-senang sampai pemilu berakhir. Dan melupakan kesulitan untuk saat
ini.” Ucap Jung Kook penuh semangat.
“Jika aku
menjadi diriku sendiri, aku akan mengatakan apa yang ingin kukatakan, mandi,
dan tidur sekarang. Tapi aku tidak bisa melakukan itu hari ini. Entah kenapa
terasa sulit dan tidak nyaman untuk membicarakan ini.” Kata Hoo Ja.
“Kenapa?
Apa yang ingin kau katakan kepadaku?” kata Jung Kook. Hoo Ja pikir sikap tapi
bukan seperti Jung Kook.
“Bersikap
perhatian dan semacamnya tidak sepertiku, kan?” kata Hoo Ja. Jung Kook tak
mengerti maksudnya.
“Apa
kau... Apa kau baru saja mengatakan "perhatian"?” ucap Jung kook tak
bisa menahan tawanya. Hoo Ja tahu kalau pasti terdengar lucu.
“Bagiku
juga lucu setelah kupikirkan. Kau membuatku tertawa terbahak-bahak. Seseorang
tidak seharusnya berusaha berubah.” Kata Hoo Ja. Jung Kook tertawa sampai
menangis dan meminta tisu.
“Aku akan
menjadi diriku sendiri. Dengarkan... Jung Gook. Mundurlah dari pemilu
sekarang.” Kata Hoo Ja. Jung Gook melotot kaget mendengarnya.
Bersambung ke Episode 22
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar