Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Jung Kook
dan Joo Myung keluar dari tempat debat, beberapa wartawan sudah menunggu dan
langsung mengajukan pertanyaan “Apakah komentar penipu
itu pernyataan politik? Kenapa Anda mengganti strategi kampanye? Tolong
beri tahu kami!”
“Pernyataan
tentang penipu bukan tentang dirinya, tapi semua kandidat dalam debat. Mereka
membuat janji palsu yang tidak bisa mereka tepati dan begitu terpilih, mereka
pura-pura tidak tahu.” Ucap Joo Myung lalu Jung Kook memilih masuk mobil.
“Dia mengatakan
politisi seperti it tidak berbeda dari penipu Jika kita pikirkan, kita semua
adalah penipu. Penipu yang menipu warga! Aku harap kalian mengerti arti di
baliknya. Kami akan menjelaskan detailnya nanti lewat pernyataan tertulis.”
Kata Joo Myung
Wartawan
terus meminta agar Jung Kook memberikan komentar dan pernyataannya. Jung Kook
tetap diam dalam mobil tak ingin membahasnya.
Jung Kook
duduk diam dalam ruangan, Joo Myung menatap dingin bertanya apakah sudah puas.
Jung Kook hanya diam. Joo Myung mencoba menahasn emosi berpikir akan
membahasnya, menurutnya lebih baik Jung Kook mencoba menghipnotis orang-orang
“Mari
kita memilih konsep yang gila...”ejek Joo Myung. Jong Kook pikir kalau Joo
Myung tidak berhak bicara karena Joo Myung juga salah.
“Terserah.
Berbuatlah sesukamu... Hidupmulah yang berakhir, bukan hidupku... Baik. Kerjamu
bagus, Pak Yang. Mulai besok, saat berkampanye, pastikan kau memakai topi dan
rompi antipeluru. Orang-orang mungkin akan menyerangmu dengan pisau, batu, dan
telur... Aku akan pergi.” kata Joo Myung lalu keluar dari ruangan.
Jung Kook
bertanya Berapa banyak sukarelawan yang
berhenti dari kampanye mereka. Seung Yi menjawab ada 20 lalu menerima pesan
kalau jumlahnya jadi 21, lalu Charles juga menerima pesan dan jumlahnya 22 lalu
dengan Dong Il yang baru saja pergi, menjadi 23.
“Apa Dong
Il juga berhenti?”kata Jung Kook tak percaya. Charles pikir Jung Kook yang
sudah menghabisinya di TV jadi tak ada gunanya untuk tetap bersama mereka.
“Dia
mengirim pesan teks tadi mengatakan dia akan memilih Kang Soo Il karena dia
membencimu.” Jelas Charles
“Begini, kita
bisa mempekerjakan orang baru.. Aku punya kalian, Ohh Ya .. ada Pak Park.” Ucap
Jung Kook menatap Wang Goo. Wang Goo yang akan membuka jaket akhirnya kembali
memakainya.
“Kalian
mendukungku... Omong-omong. Aku hanya akan berkampanye dengan orang-orang yang
kupercaya sekarang. Bekerjalah sebaik mungkin sampai akhir. Bantu aku
berkampanye mulai besok.” Ucap Jung Kook
“Apa Kau
ingin kami keluar di lapangan? Bagaimana jika istrimu tahu?” kata Seung Yi dan
Charles pun juga merasa khawatir.
“Dia
sudah tahu kalian bekerja untukku.”kata Jung Kook lalu melihat nama Hoo Ja yang
menelp pada layar ponselnya, tapi membiarkanya.
Hoo Ja
terlihat kesal karena Jung Kook yang tak mengangkat telpnya tapi mencoba untuk
tenang. Saat itu seseorang masuk ruangan. Jung Kook dkk kaget melihat Sang Jin
dan dua anak buahnya datang berkunjung.
Mereka
makan daging pangang bersama, tapi Jung Kook hanya duduk bersama Sang Jin. Anak
buah Sang Jin bertanya pada Wang Goo yang
kuliah jurusan ekonomi di Harvard, apa tahu George Big.
“Kami pergi
berwisata ransel bersama. Apa Kau kenal George?” ucap Anak Buah Sang Jin. Wang
Goo mengaku mengenalnya.
“Kami
sangat akrab, Dia sangat menyukai nasi goreng kimchi. Dia selalu datang untuk
makan. Dia makan banyak kimchi. Dan dia bahkan bukan orang Korea.” Kata anak
buah Sang Jin
“Nama
yang besar. George Big...” komentar Chalres pada Seung Yi
“Siapa
itu George Big? Siapa dia yang pergi berwisata ransel denganmu?” kata Anak buah
Sang Jin yang pria.
“Sayang...
Saat itu kau ikut dengan kami, Bodoh. Kau sangat tertarik kepada adik
perempuannya. Makin aku mulai ingat, maka aku makin kesal. Dasar.. Kau terus
berhubungan,kan?” ucap si wanita marah. Si pria mengelak.
“Kau satu-satunya
wanita yang kuhubungi.. Aku mencintaimu.” Ucap si pria. Si wanta tak percaya
meminta suaminya agar memberikan ponselnya sebagai bukti.
Jung Kook
melihat anak buah Sang Jin yang berkelahi, lalu bertanya apakah tidak akan menghentikan mereka yang berkelahi.
Sang Jin pikir tak masalah menurutnya itu cara mereka mengekspresikan cinta masing-masing.
“Mereka
punya 7 anak. 5 putra dan 2 putri” ucap Sang Jin. Jung Kook bisa mengerti kalau
Mereka pasti saling mencintai.
“Jung
Gook, mengenai apa yang kukatakan di debat...” kata Sang Jin merasa bersalah.
Jung Kook pikir tak masalah karena tidak peduli.
“Semua
politisi sama saja.” Kata Jung Kook. Sang Jin pikir kalau perkataan itu
penghinaan
“Itu
bukan pujian.... Benar... Kau cukup berpendidikan. Semua politisi di luar sana
belajar di universitas top. Tapi mereka tidak pernah inga atau tahu apa pun.
Jika kau tidak ingat dan tidak tahu apa pun, bagaimana kau bisa belajar? Apa
aku salah?” komentar Jung Kook. Sang Jin hanya diam sambil minum Soju.
“Aku
tidak datang ke sini untuk meminta maaf dan memintamu memaafkan aku... Bukan
itu... Aku hanya ingin mengatakan satu hal ini. Aku harap kekecawaanmu kepadaku
sebagai politisi tidak akan meluas menjadi kekecewaan kepadaku secara pribadi. Itu
yang ingin kukatakan.” Ucap Sang Jin.
“Satu-satunya
hal yang kudengar adalah "Aku akan mengecewakanmu mulai sekarang"
dalam perkataanmu. Orang-orang terjun dalam politik, dan menciptakan politik. Jadi,
bagaimana aku tidak kecewa kepada mereka? Jangan berusaha meloloskan diri
dengan omong kosong itu.” Ucap Jung Kook lalu berdiri
“Fokus
saja pada kampanyemu... Akan memalukan jika kau kalah melawanku. Sampai
jumpa.”ucap Jung Kook
“Aku
mendengarmu tadi... Aku dengar apa yang kau katakan kepada Kim Joo Myung di
debat.” Kata Sang Jin.
Flash Back
Sang Jin
bisa mendengar ucapan Jung Kook marah “Apa Pengaduan perdata apa yang kau
serahkan terkait Mi Young? Beri tahu aku sekarang. Apa yang kamu lakukan kepada
Mi Young?”
“Kenapa
kamu berbicara tentang Mi Young dengannya? Apakah pemilihanmu untuk jabatan ini
berkaitan dengan Mi Young?” ucap Sang Jin
“Jika kau
menanyaiku hal ini beberapa jam yang lalu, jawabanku mungkin akan berbeda. Tapi
sekarang,.. aku akan menjawab sepertimu. Aku tidak tahu.. Aku kurang ingat.”
Kata Jung Kook lalu mengajak Seung Yi dkk untuk segera pergi.
Sementara
anak buah Sang Jin masih saja berkelahi membahas tentang wanita lain yaitu
Josephina Big.
Detektif
Koo dan Detektif Na terlihat gugup. Mi Young datang dengan seragam lengkap.
Detektif Ko ingin tahu Apa yang terjadi, Mi Young mengaku sudah berusaha sebaik
mungkin jadi yakin akan diskors selama satu atau dua bulan.
“Seorang
bedebah menerima suap dan menipu kita. Kenapa kau yang harus ditegur?” keluh
Detektif Na marah
“Kita
tidak punya bukti... Lebih baik mengatakan aku gila dan kehilangan kendali.”
Ucap Mi Young
“Kau
bilang salah satu dari kami adalah bayaran Park Hoo Ja. Mari kita temukan orang
itu dahulu. Jika kita menyelidiki bedebah itu, maka kita akan bisa menemukan
bukti.” Ucap Detektif Ko geram. Mi Young pikir tak perlu.
“Sudah
kubilang aku tidak mau mencurigai dan marah kepada satu sama lain. Mari
menunggu sampai orang itu kembali kepada kita.” Ucap Mi Young. Detektif Lee
hanya diam saja.
“Di luar
menyenangkan... Aku tidak ingin bekerja... Mari membolos. Jika ketahuan, kita
akan mengatakan itu pesta perpisahanku.” Kata Mi Young, Detektif Koo dan Na
ikut pergi mengikutinya. Detekif Lee terlambat ikut bersama Mi Young.
Mi Young
menuangkan soju pada Myung Shik berpesan agar membantu para detektif selagi dirinya
tidak ada dan Jangan selalu tertidur. Myung Shik menganguk mengerti. Detektif Na pun kembali memesan dua botol
soju lagi.
“Tapi
Letnan, kurasa ada banyak detektif yang menerima bayaran dari orang jahat dan
melindungi mereka seperti di film-film.” Komentar Myung Shik
“Tidak,
tidak ada... Hanya sampah yang tidak berguna yang melakukan itu. Mana mungkin
polisi melakukan itu? Mereka sampah...” kata Detektif Ko. Detekti Lee bergumam
dirinya memang sampah.
“Bedebah
yang menerima suap seharusnya ususnya ditarik keluar dari tubuh mereka dan
dikunyah. Kita harus mengunyah semua orang berengsek itu.” Ucap Detektif Na
marah. Detektif Lee bergumam kalau dirinyaadlah orang berengsek.
“Di
film-film, orang seperti Detektif Lee menerima suap dan ditembak mati oleh
karakter utama.” Komentar Myung Shik.
“Apa yang
kamu bicarakan, Berandal? Kenapa kau menonton film-film aneh seperti itu? Kau
harus belajar, Berandal! Kau terlihat bodoh. Apa Kau tahu persamaan kuadrat?
Sebutkan. Jangan membuat lelucon tentang Formula One.”ucap Detektif Lee marah
“Tenanglah,
Detektif Lee... Kenapa kau mengejeknya? Lagi pula bukan kau yang menerima suap.
Kau sangat aneh.” Kata Mi Young heran.
“Tidak
apa-apa... Itu karena dia mengatakan hal-hal tentang penampilanku... Hei...
Myung Shik, pulanglah dan belajar
persamaan kuadrat. Orang dewasa perlu bicara.” Ucap Detektif Lee.
Myung
Shik binggung, Detektif Lee menyuruh untuk pergi. Akhirnya Myung Shik pergi dan
pamit pada seniornya. Setelah Myung Shik pergi, Detektif Lee langsung meminum
soju satu botol habis. Semua terlihat bingung dengan tingah rekan kerjanya.
“Aku
orangnya, Letnan... Aku yang menerima suap Park Hoo Ja... Setelah penipuan
makelar real estat palsu itu, aku menerima telepon dari nomor tidak dikenal... Dia
memintaku bertemu, jadi, aku pergi.” akui Detektif Lee
Flash Back
Detektif
Lee pertema kali bertemu saat di ruangan Real Estate, lalu datang menemui Hoo
Ja kaget melihat ada banyak uang di dalam koper, lalu bertanya alasa memberikan
uang itu padanya. Hoo Ja tahu kalau seluruh keluarga Detekti Lee tinggal di
luar negeri
“Dan kau
mengirimi mereka uang... Aku meminjamimu uang tanpa agunan agar anak-anakmu
bisa belajar dengan nyaman. Perusahaan kami paling menghargai detektif. Detektif
selalu memberi kami sebanyak apa yang kami berikan, tidak seperti
politisi.”ucap Hoo Ja dengan senyuman mengoda.
“Tapi aku
benar-benar tidak tahu tentang kasus ini. Aku tidak tahu apakah dia tidak
memercayaiku, tapi aku benar-benar... Kau mengambil semua ponsel kami. Tapi Dia
mengambil...” ucap Detektif Lee
Tiba-tiba
Detektif Koo langsung meluapkan amarah memukul Detektif Lee itu sangat
menjijikkan. Detektif Na meminta agar berhenti, Detektif Lee mulai mengaduh
kesakitan, Mi Young pun membiarkan seperti ingin melampiaskan amarahnya.
Akhirnya Detektif
Lee sudah babak belur sambil mengepel lantai yang basah. Mi Young meminta
Detektif Lee agar mendekat dan mengajak untuk melakukan sesuatu. Detektif Lee
terlihat binggung, Mi Young tahu kalau Park Hoo Ja akan terus melakukan
kejahatan.
“Dan aku
akan kembali setelah skorsku usai. Tetaplah bersamanya sampai saat itu.” Ucap
Mi Young. Detektif Lee tak mengerti maksudnya.
“Aku akan
melupakan masalah suapmu Jadi, bayar aku dengan sesuatu yang besar nanti. Kau Jadilah
agen ganda di antara kami.” Kata Mi Young
“Untuk
apa kau melupakannya? Kau harus memenjarakannya.” Keluh Detektif Kook. Detektif
Lee meminta diam saja karena Mi Young sedang
bicara.
“Jadi,
maksudmu, jika aku memainkan peran besar dalam menjatuhkan Park Hoo Ja, lalu
apa kau akan melupakan bahwa aku menerima uang darinya?” kata Detektif Lee
memastikan.
“Kau
sudah mengaku, jadi Kau harus menebus kesalahanmu. Jauhilah masalah selagi aku
tidak ada.” Pesan Mi Young
“Tentu
saja. Aku akan bersikap baik dan tenang seperti tikus. Letnan kita sangat
keren. Aku berpikir begitu sejak pertemuan pertama kita. Kau sungguh-sungguh
tipeku.” Kata Detektif Lee. Tiba-tiba Detektif Na membanting gelas dimeja.
“Tapi
sebelum itu, bolehkah aku memukul Dal Shik si Berengsek itu sekali saja di
wajahnya? Aku sangat kesal.” Kata Detektif Na
Detektif
Lee pikir rekan kerjanya itu sedang mabuk. Mi Young mengajak Detektif Koo untuk
pergi saja. Detektif Koo memberitahu Detektif Lee kalau Na Bo Yun adalah juara
tinju jadi akan mati.
“Hei, Dal
Shik. Aku akan bersikap tidak sopan khusus hari ini... Kemari, Berandal.” Ucap
Detektif Na, Mi Young dan Detektif Koo membiarkan Detektif Na untuk membiarkan
dipukuli.
Jung Kook
kembali melakukan kampanye dan makan didalam mobil sambil mengeluh. Wang Goo
datang meminta maaf karena ketiduran padahal Biasanya bangun pukul 6.00 sama dengan
ayam jantan.. Jung Kook menyindir Wang Goo yang bilang tidak pernah ketiduran
seumur hidupnya.
“Benar.
Ini pengalaman pertamaku ketiduran, aku sangat bingung. Aku menghukum diriku
agar tidak mengulanginya lagi.” Kata Wang Goo membela diri
“Terserah.
Entah belajar menyetir atau tidur lebih sedikit... Kau tidak bisa mengerjakan apa
pun dengan baik kecuali PR. Bahkan sebelumnya, aku memintamu membeli apa pun
selain kopi karena aku tidak bisa tidur dan kau membelikanku kopi.” Kata Jung
Kook marah
“Aku
memberitahumu berulang kali bahwa aku melewatkan kata "selain". Aku
mendengarmu berkata, "Belikan kopi." Ucap Wang Goo membela diri.
“Kau
selalu membuat alasan dan Bahkan makanan ini... Kau yang memesannya, kan?” ucap
Jung Kook. Wang Goo membenarkan.
“Aku
memberitahumu berkali-kali bahwa aku tidak bisa mencerna daging. Semuanya
adalah daging tumis.” Kata Jung Kook lalu mengeluh dengan semua kotak makan
yang dipesn Wang Goo.
“Apa ini Deodeok
dan daging perut?” ucap Jung Kook kesal, Wang Goo mengaku kalau itu kotak makan
miliknya.
“Kau
memesan makanan yang mahal khusus untuk dirimu. Cepat bantu yang lain. Bekerjalah
untuk deodeok dan daging perut.” Kata Jung Kook kesal
Wang Goo
mulai menari dengan lima jari sambil mengatakan "Sempurna, sempurna Yang
Jung Gook sempurna" Jung Kook makin kesal menyuruh Wang Goo pergi
saja. Jung Kook mengeluh Wang Goo itu
memang tidak tahu malu.
Saat itu
Hoo Ja kembali menelp tapi Jung Kook memilih untuk tak mengangkat telpnya dan
akan mulai makan. Tiba-tiba Min Ji datang dari pintu sebelah kanan, Jung Kook
mengeluh agar membiarkan bisa makan lebih dulu.
“Aku akan
membantu kakak karena aku mengerti situasi kakak... Sejujurnya, kenapa kakak
meminta bantuanku hanya dengan 70 dolar? Setidaknya berikan sedikit perhatian.”
Kata Mi Jin kesal
“Jika
kakak membayarmu lebih tinggi, itu akan ilegal dan melanggar UU Pemilu..Itulah
hukumnya.” Jelas Jung Kook.
“ Itu
hukum yang bodoh. Setidaknya kakak harus membayar upah minimum. Aku pekerja
yang hebat. Sejujurnya, aku baik... Tapi mereka akan berhenti jika kita
mengatakan akan membayar mereka 70 dolar sehari. Bagaimana? Kakak akan membayar
lebih, atau haruskah aku berhenti?” ucap Mi Jin.
“Apa kau
mengancam kakakmu?” keluh Jung Kook. Mi Jin pikir itu pasti.
“Apa ini
terdengar seperti permintaan? Aku berbicara terlalu baik.” Komentar Mi Jin
Jung Kook
mengaku tidak punya uang. Mi Jin mengeluh dengan kakaknya, lalu mencoba mencari
di saku baju kakaknya sambil mengancam akan memberikan 100 pukulan untuk setiap
sen yang ditemukan. Jung Kook meminta Mi Jin untuk berhenti.
“Hei...
Kau akan membuat kakak menumpahkan ini.” Ucap Jung Kook. Tiba-tiba Tuan Choi
datang dengan anak buahnya menyurh Mi Jin pergi.
Mi Jin
binggung akhirnya pindah ke kursi belakang, Tuan Choi tiba-tiba langsung
memberikan pukulan untuk Jung Kook.
Mi Jin
terbangung dan panik melihat tubuhnya sudah diikat pada bangku. Jung Kook panik
memastikan keadaan Mi Jin baik-baik saja dan bertanya apa yang dilakukan. Mi
Jin mengaku tak tahu karena si brengsek yang membawanya juga.
“Di mana
kita? Aku takut.” Kata Mi Jin panik. Jung Kook meminta adiknya agar bisa tenanguntuk
saat ini karena Tidak akan terjadi
apa-apa.
“Yang
benar saja... Apa maksudmu tidak akan terjadi apa-apa? Kami di sini untuk
memastikan sesuatu terjadi.” Ucap Tuan Choi datang dengan Hoo Ja dan adiknya.
“Siapa
dia?” tanya Hoo Ja melihat Mi Jin. Tuan Choi memberitahu kalau itu adalah adik
Jung Kook.
“Aku
membawanya ke sini juga karena mereka bersama.” Jelas Tuan Choi. Hoo Ja pun
bertanya apakah Jung Kook adalah kakak Mi Jin.
“Kau
sangat sial punya kakak seperti dia.”ejek Hoo Ja. Jung Kook meminta adiknya
agar jangan takut.
“Percayalah
kepada kakak... Percayalah kepada kakak dan kakak akan membebaskanmu...” kata
Jung Kook menyakinkan.
“Siapa
kau? Aku bukan adik orang berengsek itu. Aku baru bertemu dengannya hari ini.”
Ucap Mi Jin tak mau mengakui Jung Kok
“Tenanglah.
Percayalah kepada kakakmu.” Tegas Jung Kook binggung, Mi Jin mengeluh Jung Kook
yang mengaku sebagai kakaknya.
“Kau
orang asing.” Teriak Mi Jin. Jung Kook meminta adiknya agar sadar. Mi Jin
menjerit kalau Jung Kook yang harusnya sadar.
“Dengar,
Nona... Maksudku, Bu. Aku baru bertemu dengan orang berengsek itu hari ini. Aku
datang untuk bekerja paruh waktu dan aku berdebat dengannya karena membayar
kami sangat rendah. Aku tidak berbuat salah. Ampuni aku.” Ucap Mi Jin pada Hoo
Ja.
“Dengar,
Pimpinan Park. Adikku tidak melakukan kesalahan.” Ucap Jung Kook membela. Mi
Jin mengeluh Jung Kook yang mengakui sebagai adiknya.
“Lepaskanlah
dia... Aku tidak tahu kenapa aku dibawa ke sini, tapi...” ucap Jung Kook yang
disela oleh Mi Jin ingin tahu alasan ikut dibawa juga
“Lepaskan
adikku... Berhentilah bicara. Lepaskan adikku lalu kita akan bicara... Kau
hanya membutuhkan aku.” Tegas Jung Kook. Hoo Ja hanya diam sedari tadi melihat
adik kakak yang adu mulut.
“Akan
kulihat bagaimana kerjamu. Buat dia tidak sadarkan diri sampai kita selesai
bicara. Dia terlalu berisik.” Ucap Hoo Ja pada Tuan Choi.
Mi Jin
menjerit panik karena Tuan Choi pasti akan memukulnya. Jung Kook meminta Mi Jin
agar diam saja. Tuan Choi akhirnya mendekat dan seketika Mi Jin langsung jatuh
pingsan dipelukanya. Jung Kook binggung begitu juga Tuan Choi lalu memastikan
menjatuhkan kelantai.
“Diam... Kita
tidak punya banyak waktu... Aku menikmati debatnya... Kau hebat... Banyak omong
kosong.” Ucap Hoo Ja menyindir
“Kau yang
menyebabkan semua ini! Jika kau tidak mencari masalah dengan Mi Young... Jika
kau tidak mencari masalah dengan ayah kami, semua ini tidak akan terjadi.”
Tegas Jung Kook
“Jangan
membicarakan itu. Aku sangat kesal sekarang.. Jadi Jelaskan kepadanya.” Kata
Hoo Ja pada Sek Park.
“Han Sang
Jin, 28 persen... Kang Soo Il, 35 persen. Yang Jung Gook, 3.9 persen... Ini
adalah hasil poling sebelumnya... Kau tahu, bukan? Sekarang pukul 11.55...
Dalam lima menit, hasil poling kedua akan keluar. Hasilnya akan menentukan apa
yang terjadi kepadamu.” Jelas Sek Park.
“Apa
maksudmu? Apa yang akan terjadi kepadaku?” tanya Jung Kook binggung
“Ratingmu
sebelumnya adalah 3,9 persen. Untuk setiap penurunan 0,1 poin dalam poin ini,
maka kami akan memotong satu jarimu. Jika turun 0,1 persen, ibu jarimu. Jika
turun 0,2 persen, telunjukmu. Jika turun 0,3 persen...” kata Sek Park dan Tuan
Choi memperlihatkan Jari tengahnya.
“Jika
turun 0,5 persen, maka Kau akan kehilangan seluruh tangan kirimu. Jika turun
satu persen... Kau harus makan dengan kakimu. Jika turun lebih dari satu
persen... Kepalamu akan kupenggal.” Ucap Hoo Ja mengancam.
“Aku sudah
memberitahumu, kan? Bahwa jika kau berencana mempermainkan aku, maka kau harus
mempertaruhkan nyawamu terlebih dahulu.” Tegas Hoo Ja.
“Kau
pasti bingung. Aku bukan pria yang sama seperti dahulu. Sekarang aku kandidat
untuk Majelis... Kau tidak bisa menyentuhku lagi. Itulah diriku!” tegas Jung
Kook berani melawan.
“Kami
akan menyebarkan video bahwa kau akan mundur dari pemilu. Dalam sebulan, tidak
ada seorang pun yang akan memikirkanmu. "Ada seorang pria, Aku bertanya-tanya
apa kegiatannya sekarang." Hanya sejauh itu mereka akan memikirkanmu.”
Tegas Hoo Ja. Jun Kook ingin bicara.
“Tutup
mulutmu... Tutup mulutmu dan jangan ucapkan satu kata pun. Aku muak
mendengarkanmu sekarang. Seharusnya kau bekerja lebih baik saat aku sudah
menyiapkan semuanya untukmu.” Kata Hoo Ja. Jung Kook bertanya apa itu.
“Kau
bersikap seperti orang bodoh di televisi. Kini waktu kita tiga menit.”ucap Hoo
Ja. Jun Kook panik mendengarnya.
“Setelah
tiga menit, nasibmu akan ditentukan.” Tegas Hoo Ja. Tuan Choi siap dengan
ponselnya melihat jam dan menghitung mundur.
Joo Myung
masuk ruangan dengan wajah lesu sambil mengeluh karena semua orang bekerja
keras, sehingga tidak ada seorang pun di kantor padahal meurutnya sudah usia.
Ia pun mengambil salah satu brosur "Yang Jung Gook" dan mulai
mengambarnya.
“Berapa
menit lagi?” tanya Hoo Ja di ruangan. Tuan Choi memberitahu satu menit lagi.
Jung Kook makin panik. Tuan Choi memberitahu kalau waktunya 30 detik lagi.
“Poling
itu tidak berarti... Seringkali hasil poling berbeda dari hasil sebenarnya...”
ucap Jung Kook, Hoo Ja langsung menyuruh diam saja. Diam.
“Aku
tidak akan mengulangi perkataanku.” Ucap Hoo Ja marah. Tuan Choi menghitung
mundur dari sepuluh.
Sementara
Joo Myung sedang mengambar wajah Jung Kook dengan tanduk dsb, seperti
melampiaskan amarahnya. Jung Kook mulai
berdoa karena hidupnya tinggal tiga detik lagi dan Waktunya habis. Saat itu
telp dikantor berbunyi. Hoo Ja pun meminta anak buahnya memberitahu hasilnya
dari telp.
“Apa Kang
Soo Il mendapat 40 persen? Naik lima persen?” kata Joo Myung kesal mengeluh
dengan Tuan Kang itu sangat beruntung
“Apa dia
mendapat bantuan dari langit? Lalu Han Sang Jin? Han Sang Jin mendapat berapa?”
ucap Joo Myung
“32
persen... Han Sang Jin mendapat 32 persen.” Kata Hoo Ja. Joo Myung mengeluh
kalau Sang Jin mengambil semua suara mereka
“Berapa
perolehan Yang Jung Gook?” tanya Joo Myung. Hoo Ja pun ingin tahu Berapa
penurunan kandidat mereka.
Jung Kook
terus berdoa, tiba-tiba Joo Myung dan
Hoo Ja kaget karena hasilnya Sepuluh persen. Joo Myung memastikan kalau memang
melihatnya dengan benar dan meminta agar memeriksa lagi.
“Apa Aku
mendapat 10 persen? Itu tidak mungkin. “kata Jung Kook juga tak percaya. Mi Jin
sedikit membuka mata bisa mendengar.
“Aku tidak
tahu apakah harus tertawa atau bagaimana.” Kata Joo Myung
“Baiklah...
Cari tahu bagaimana dia bisa mendapat 10 persen..” kata Hoo Ja menyudahi
telpnya. Jung Kook pun tersenyum bahagia.
“Bagaimana
jika kita rehat sejenak, Pak? Kau sudah bekerja keras.” Kata Hoo Ja keluar ruangan
lalu menelp Joo Myung mengajak untuk bertemu.
“Apa Kakak
mendapat 10 persen? Sungguh? Kakak yang terbaik. Aku mencintai Kakak. Kakak
tahu aku mencintai Kakak, bukan?” kata Mi Jin terlihat bahagia.
Hoo Ja
datang bertemu dengan Joo Myung ingin tahu Apa yang terjadi. Joo Myung pikir
Menurutnya mereka mundur beberapa langkah dan menginjak berlian. Hoo Ja hanya
bisa tertawa tapi terpaksa. Mi Young pergi menaiki lift.
Ia melihat
berita di Lift "Yang Jung Gook menerima
10 persen dalam poling” wajahnya tersenyum lalu berita di TV “Istri Kandidat Bekerja
Keras dalam Kampanye" sambil membersihkan rumah dan memasak.
Mi Young
makan menu makan dan mengajak ibunya makan. Nyonya Kim membahas Mi Young
diskors selama sebulan meminta agar menganggap saja sebagai libur dari
pekerjaan dan istirahatlah selama sebulan tapi tetap “ akan mempertahankan
mejanya. Mi Young mengucapkan Terima
kasih.
“Dan Mi
Young, kau harus segera menyelesaikan masalah Jung Gook.” Ucap Nyonya Kim.
“Bagaimana
caraku melakukan itu?” tanya Mi Young binggung. Nyonya Kim pikir Mi Young tidak
bisa membiarkan dia tetap melakukan itu.
“Terus
terang, bagaimana jika Park Hoo Ja membalas dendam?” kata Nyonya Kim khawatir.
“Aku akan
memastikan dia tidak melakukannya.” Ucap Mi Young yakin. Nyonya Kim bertanya bagaimana cara Mi oung
bisa melakukan itu
“Jika dia
kalah dalam pemilu, maka kau tidak bisa melakukan apa-apa. Kau tidak bisa
mengikutinya 24 jam sehari.” Ucap Nyonya Kim khawatir, Mi Young pun memikirkan
caranya.
“Aku
harus terkurung di rumah. Aku tidak bisa melakukan apa-apa. Apa yang harus
kulakukan?” jerit Mi Young frustasi. Nyonya Kim pikir heran Mi Young yang
berpikir tidak bisa melakukan apa-apa.
Joo Myung
duduk bersama Jung Kook dkk mengajak untuk melihat yang dikatakan orang-orang
yang akan memilih Jung Kook, "Dia keren selama
debat. Aku terkejut dia menyebut dirinya dan kandidat lainnya penipu. Dia
tampak bodoh. Orang bodoh adalah politisi terbaik."
"Apa
Dia tampan"? Itu omong kosong. "Caranya yang bersemangat untuk
mengalahkan ketakutannya terhadap kekalahan dan mengekspresikan pendapatnya. Dan
komentar tajamnya seperti lahar membara membuat jantungku berdebar." Kenapa
berandal ini menulis puisi? Ada banyak orang aneh di luar sana.”keluh Joo Myung
“Omong-omong,
ini konsensus. Tapi ada banyak perbincangan mengenai istrimu.” Ucap Joo Myung.
Jung Kook bertanya apakah in Tentang Mi Young?
“ Ya,
beberapa mengatakan mereka akan memilihmu, tapi mereka belum yakin. Sekitar 3
hingga 4 persen. Mereka mengatakan, "Kenapa istrinya tidak membantu
kampanye? Apa ada masalah di antara mereka? Jika ada, aku tidak bisa memilih
dia.” Ucap Joo Myung
“Jika dia
tidak bisa berkomunikasi dengan istrinya, bagaimana dia bisa berkomunikasi
dengan masyarakat?" kata Joo Myung membaca komentar.
“Mari
kita minta bantuan Mi Young. Dia pasti punya banyak waktu luang.” Kata Hoo Ja
“Kamu
tidak boleh mengatakan itu, setelah perlakuanmu kepadanya.” Keluh Jung Kook.
“Istrimu
tidak mati, jadi, hentikanlah. Pikirkan saja tentang pemilu ini. Haruskah
kuingatkan apa yang akan terjadi jika kau kalah? Aku lelah mengulangi
perkataanku.” Kata Hoo Ja.
“Tidak! Jika
aku kalah, biarlah. Aku tidak bisa memintanya melakukan itu. Aku tidak bisa
menepati satu janji kecil. Bagaimana mungkin aku bisa menghadapinya lagi jika
aku memintanya...” ucap Jung Kook lalu kaget melihat yang datang adalah Mi
Young
Flash Back
“Mari
kita selamatkan dia. Mari kita selamatkan dia lebih dahulu, paham? Meski dia
mengacau, dia pria yang kau cintai. Siapa lagi yang bisa membantu dia selain
kau? Dia suamimu.” Ucap Nyonya Kim menyakinkan anaknya.
Jung Kook
kaget melihat Mi Young yang datang, Mi Young seperti yaki akan membantu
suaminya lalu bertanya apakah ada yan bisa dilakukanya.
Bersambung
ke episode 19
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Min, aku baru smpet liat ini drama kan. Tapi masih nggak ngeh, pas Detektif Lee dikasi suap sama Park Ho Ja, itu Detektif Lee disuruh ngapain ya kerjanya?
BalasHapusSoalnya yg masalah Ma Sang Bum trnyata yg jadi mata2 kan malah Detektif Jang itu. Rada bingung hehe
Plis dong pencerahannya