PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Duk Mi
berbaring di kamar dengan Sindy tidur diatas ranjangnya, teringat kembali yang
dikatakan Eun Gi “Saat ini, kau bukan keluarga atau teman bagiku. Kau seorang
wanita. Aku menyukaimu, Duk Mi.” Ryan menelp, Duk Mi meminta menunggu sebentar karena
akan bicara di luar kamar.
“Hyo Jin
sedang tidur di sebelahku sekarang.” Kata Duk Mi lalu bergegas keluar dari
kamar.
“Direktur...
Em.... Tidak ada apa-apa.” Ucap Duk Mi ragu-ragu. Ryan pikir Suara Duk Mi terdengar tidak baik.
“Apa ada
masalah? Mungkinkah, apa karena Direktur Nam?” kata Ryan, Duk Mi kaget Ryan
bisa mengetahuinya.
“Apa kau
tidak tahu? Aku memilikimu di telapak tanganku.” Goda Ryan bangga.
“Sejujurnya,
Eun Gi beri tahu aku bahwa dia menyukaiku.”akui Duk Mi. Ryan mengaku sudah
tahu.
“Aku
dengar dia mengatakannya pagi ini. Apa kau mencoba membuatku cemburu dengan
mengatakannya lagi?” keluh Ryan.
“Aku
mengatakannya padamu karena berjanji untuk tidak saling menyimpan rahasia.” Jelas
Duk Mi
“Terima
kasih sudah mengatakannya Dan, jangan membuat keputusan tergesa. Direktur Nam adalah
keluargamu yang berharga dan Aku tahu kau tidak punya perasaan padanya.” Jelas Ryan
terdengar dewasa.
“Tapi
bukan berarti... aku tidak akan cemburu sama sekali, jadi jangan terlalu
percaya diri.” Tegas Ryan, Duk Mi menganguk mengerti.
“Omong-omong,
apa Hyo Jin menyebabkan masalah? Kalau dipikir-pikir, ada dua fan-girl di rumah
itu. Bukankah mengejutkan ibumu?” goda Ryan.
“Hyo Jin
akan diusir jika ibuku tahu. Ibuku membenci fan-girl.” Cerita Duk Mi, Ryan
kaget mendengarnya.
“Apa yang
kurasakan saat ini? Aku berjanji pada diriku sendiri aku harus memastikan
pacarku tidak ketahuan bahwa dia fan-girl.” Kata Ryan mengejek.
Duk Mi
pikir tak seperti lalu tersadar kalau Ryan sedang mengejeknya. Lalu mengeluh
kalau pacarnya bertingkah seperti sangat mengerti padahal sedang mengejeknya.
Di cafe
Sun Joo
berbaring disofa dengan tatapan kosong seperti tak ada gairah hidup, Seung Min
datang memanggil istrinya, menjelaskan kalau tidak akan melanjutkan dengan
subjek itu pada awalnya karena tahu istrinya dan juga Duk Mi akan membencinya.
“Tapi,
atasanku berjanji untuk mengirimku ke tim variety show jika aku melakukannya. Dan
kupikir aku akan bisa menjaga pertunjukan senetral mungkin. Kau juga ingin aku
berhenti bekerja seperti ini dan menuju tim variety show.” Jelas Seung Min.
“Apa kau
terpaksa karena aku? Apa kau melakukannya demi aku saat kau hanya ingin
melanjutkan mengerjakan urusan saat ini?”kata Sun Joo sinis.
“Tidak,
bukan itu yang aku maksud.” Kaat Seung Min.
“Apa kau
tahu apa yang aku benci tentangmu saat ini? Jika kau menyakitiku, kau bisa terus
melakukannya. Kenapa kau memanfaatkan aku sebagai alasan untuk bertingkah
seperti korban? Apa kau berharap aku mengerti dan mengasihanimu dalam situasi
ini?” sindir Sun Joo.
“Seharusnya
aku beritahumu dari awal... Seharusnya aku tidak berhenti... Aku tidak tahu
kenapa aku melakukan ini.” Kata Seung Min merasa bersalah.
“Haruskah
aku beri tahu kau... kenapa kau tidak beri tahu aku dari awal? Itu karena kau
tidak merasa perlu. Kau tahu aku akan sangat marah jika aku tahu, tapi kau
hanya perlu melarikan diri saat itu. Kau mungkin berpikir seorang ibu tidak
akan bisa bercerai hanya karena alasan itu.” Ucap Sun Joo.
“Itu sebabnya
kau tidak beri tahu aku. Kau sudah merencanakannya. Kau memanfaatkan keluarga
kami yang kaya sebagai senjata untuk menikamku dan memanfaatkan Geon Woo
sebagai perisai untuk bersembunyi di belakangnya. Itu adalah langkah jahat dan
pengecut.” Ucap Sun Joo lalu melangkah pergi.
Seung Min
menahanya bertanya kemana Sun Joo akan pergi,
Sun Joo pikir mau kemana lagi kalau harus pulang lalu melepaskan
tanganya. Seung Min tak bisa berkata-kata.
Pagi hari
Sindy
memberikan USB sebagai biaya akomodasi. Duk Mi tak mengerti apa maksudnya Biaya
akomodasi. Sindy mengaku kalau itu adlah Salinan asli CUPATCH dan berjanji
kalau tidak mengambil foto mereka lagi
tapi hanya foto mereka saat berkencan.
“Dan... Aku
minta maaf.” Ucap Sindy menghitung lima kata, Duk Mi tersenyum lalu melihat
foto saat dirinya keluar dari rumah Ryan mengunakan jaket yang sama seperti
milik Shi An.
Tiba-tiba
Yoo Sub berteriak kaget, Kyung Ah
bertanya ada apa. Yoo Sub meminta agar melihat di layar komputernya. Kyung Ah mendekat memastikan kalau yang
dilihatnya itu gambar lukisan. Yoo Sub gugup tiba-tiba Kyung Ah ada didekatnya.
“Nona Sung,
lihatlah kemari.” Kata Kyung Ah, Duk Mi pun bergegas melihatnya dan kaget
melihat karya Lee Sol.
Duk Mi
memperlihatkan foto lukisan pada Ryan
diruanganya. Ryan bertanya Di mana menemukannya. Duk Mi memberitahu Yoo Sup menemukannya di situs web investasi
seni dan itu adalah koleksi pribadi yang diunggah setahun lalu.
“Ini tidak
persis dalam kondisi utuh, tapi aku bisa tahu ini adalah karya Lee Sol.” Ucap Duk
Mi
“Apa Kau
sudah menelepon kolektor?” tanya Ryan, Duk Mi mengaku sudah dan Dia tampaknya
tidak memilikinya sekarang.
“Dia
menyimpannya di galeri, jadi aku akan pergi dan memeriksanya.” Jelas Duk Mi.
Ryan mengatakan akan pergi bersamanya.
Duk Mi
masuk ruangan memberitahu pegawai lain kalau akan pergi dengan Ryan pergi ke
galeri. Kyung Ah menganguk mengerti. Ryan menatap Yoo Sub memgucapkan
terimakasih dan memujinya kalau sudah kerja dengan baik.
“Apa
kalian mendengar itu? Dia mengucapkan terima kasih.” Kata Yoo Sub bangga
setelah Ryan keluar ruangan, Kyung Ah pikir Ryan sudah lebih dewasa sekarang.
Mereka pun
masuk ke sebuah ruangan dan terlihat seperti gudang, Duk Mi tak percaya kalau
ini tempatnya menyimpan lukisan Lee Sol. Si wanita mengaku Tidak semua lukisan disimpan.
“Aku
menyimpan karya seni yang rusak parah atau yang tidak layak dijual tepat
sebelum dibuang.” Ucap si wanita mencari dalam tumpukan lukisan
“Aku
ingin tahu apa yang ini.” Kata si wanita memperlihatkan sebuah lukisan.
“Aku yang
akan periksa.” Ucap Ryan lalu terdiam melihat lukisan Lee Sol. Duk Mi
menyadarkan Ryan.
Akhirnya
Duk Mi bertemu dengan si pemilik, Ryan terus menatap lukisan Lee Sol. Si wanita
tahu kalau lukisan itu dalam kondisi yang sangat buruk sehingga merasa tidak
enak untuk menjualnya. Duk Mi meminta agar mengirimkan saja ke Galeri Cheum. Si
wanita menganguk mengerti.
Ryan
terus menatap lukisan dengan tatapn sedih, Duk Mi seperti bisa merasakanya lalu
mengenggam tangan Ryan seperti ingin memberikan semangat.
Keduanya
keluar bersama sambil bergandengan tangan, Duk Mi memberitahu kalau akan
meminta Tuan Yang untuk melakukan pemulihan. Ryan menganguk mengerti tapi
wajahnya masih terlihat sedih. Duk Mi
teringat sesuatu kalau Ada sesuatu yang perlu dibeli.
“Bisakah
kau menungguku di sana?” kata Duk Mi menunjuk bangku taman.
“Haruskah
aku ikut denganmu?” kata Ryan, Duk Mi menolak meminta agar Ryan menunggu saja.
Duk Mi
pergi ke toko es krim melihat pasangan yang sedang minum sesuatu lalu
memesannya. Ryan masih menunggu ditaman, Duk Mi datang membawakan minuman sambi
meniup dalam gelas minuman. Ryan bertanya apa yang dilakukanya.
“Ini roda
kincir.” Ucap Duk Mi lalu melihat Ryan menawan saat tertawa.
“Direktur,
Tuan Yang adalah pemulih terbaik di Korea. Aku yakin bahwa lukisan Lee Sol akan
dipulihkan dan dikirim dengan baik, jangan khawatir.” Ucap Duk Mi menyakinkan.
“Maafkan
aku... karena merenung soal ini dan berkubang dalam kesedihanku.” Kata Ryan
merasa bersalah.
“Aku
merasa tidak enak melihat semua karya seni itu ditumpuk di sana. Seseorang mungkin
menuangkan emosi mereka ke dalamnya dalam beberapa poin, tapi sekarang mereka
hanya tergeletak di sana.” Jelas Duk Mi
“Kita
jangan pernah berakhir seperti lukisan-lukisan itu. Kita akan menatap,
mencinta, dan saling tertarik. Seperti itulah kita.” Ungkap Duk Mi lalu
merasakan cuacanya bagus. Ryan seperti senang sambi minum dengan wajah bahagia.
Shi An
mendengarkan lagu yang akan dirilis dalam studio lalu memberitahu Da In kalau
itulah suasana umum dari lagu itu. Da In pikir Sepertinya akan bagus dan
Sepertinya akan cocok. Shi An lalu memperlihatkan sesuatu, saat itu Manager Shi
An mengangkat telp dan berbicara dengan Ryan.
“Ya, aku
akan beri tahu Shi An.” Ucap Manager, Shi An langsung bertanya apakah itu telp
dari Ryan.
“Ya. Dia
menemukan karya seni Lee Sol yang lain.” Kata Manager, Shi An terlihat
bersemangat dan tak percaya mendengarnya.
“Aku
harus bertanya soal itu saat pulang.” Kata Shi An penuh semangat
“Jangan
mengganggunya, Dia mungkin akan bersama pacarnya. Apa dia pria yang beruntung? Dia
bersama pacarnya sepanjang hari.” Kata Manager iri
“Kau akan
bikin Da In salah paham. Aku hanya berpikir dia sering datang.” Kata Shi An
panik memberikan kode agar tak banyak bicara karena Da In terlihat sedih
“Kau
lihat mereka tempo hari. Mereka bermesraan di lift pagi itu.” Kata Manager, Shi
Ah makin tak enak hati mencoba mengalihkan pembicaran.
Ryan
menatap lukisan Lee Sol miliknya, Shi An datang bertanya apakah bisa melihat
lukisan Lee Sol besok. Ryan memberitahu kalau Sebenarnya cukup rusak jadi perlu
dipulihkan dulu. Shi An ingin tahu seberapa parah rusaknya.
“Aku
bertemu ahli pemulihan besok, jadi aku akan beri tahu kau. Nona Sung bilang pemulihannya
yang terbaik di Korea, jadi, tidak perlu khawatir.” Kata Ryan melihat wajah Shi
An terlihat khawatir.
“Aku
benar-benar ingin melihatnya. Kesembilan lukisan Lee Sol di satu tempat. Apa
orang yang membelinya setuju untuk meminjamkannya untuk pameran?” tanya Shi An.
“Ya, akan
segera tiba di galeri.” Kata Ryan, Shi
An mengaku ingin cepat melihatnya.
“Apa kau
mau makan ayam goreng? Jika tidak mau, maka...” kata Ryan mencoba menghibur Shi
An.
Shi An meminta
Ryan agar berbicara banmal, Ryan pun mengulanginya "Mau makan ayam
goreng?" Shi An bahagia mendengarnya meminta Ryan agar Pesan ayam tanpa
tulang.
Tuan Yang
melihat lukisan dengan kaca pembesar, Duk Mi bertany apakah bisa dipulihkan
sebelum pameran, Tuan Yang mengatakan akan usahakan dan meminta agar Jangan
khawatir karena Bentuknya lebih baik daripada yang terlihat.
“Kau bisa
Kirim ke studioku.” Kata Tuan Yang, Duk Mi menganguk mengerti lalu mengantar
keluar ruangan
“Mohon
bantuannya, Tuan Yang... Semoga harimu
menyenangkan.” Kata Duk Mi ramah. Tuan Yang pun berharap Duk Mi yang sama.
Ryan
terlihat sedih menatap lukisan didepanya, Duk Mi mendekat bertanya apa yang
dilakukan sesudah bekerja hari ini. Ryan bertanya balik Apa ada sesuatu yang ingin Duk Mi lakukan,
Duk Mi mengaku Sebenarnya, sudah bersih-bersih rumah hari ini.
“Lalu...
kenapa?” kata Ryan bingung, Duk Mi mengaku kalau pacarnya akan datang. Ryan
bingung.
“Sampai
jumpa di penthouse.... Jangan cepat-cepat datang ke sananya.” Goda Duk Mi lalu
melangkah pergi. Ryan tersenyum bahagia.
Duk Mi
sudah mengunakan dress merah, memegang vacum cleaner karena Ryan sudah tahu,
jadi akan membuatnya terlihat nyaman, tapi menurutnya terlalu berlebihan dan
memilih untuk menyingkirkan beberapa saja. Ia tiba-tiba berpikir tak
mengubahnya.
“Dia tahu
kau fan-girl. Jadi Mungkin aku akan menyingkirkan satu saja... Shi An, maafkan
aku.” Ucap Duk Mi membereskan barang-barang dikamarnya.
Ia
membersihkan bantal lalu mengelap komputer dengan stiker, yang masih [PRIA PALING TAMPAN SEALAM SEMESTA, CHA SHI
AN] Ryan sudah siap pergi dengan membawakan cake dan juga wine. Tiba-tiba Ibu Duk
Mi datang heran melihat pintu rumah anaknya terbuka.
Duk Mi
berpikir Ryan yang datang, tapi betapa kagetnya melihat ternyata Ibunya yang
datang. Ibu Duk Mi tak percaya melihat isi kamarnya penuh dengan wajah Shi An,
lalu mengeluh kalau Jadi ini sebabnya meninggalkan rumah untuk berkhotbah
sebagai wanita mandiri era ini.
“Ibu,
bukan begitu.” Ucap Duk Mi panik. Ibu Duk Mi pikir anaknya tahu yang dikatakan
jika melihatnya ngefan-girl lagi.
“Ibu, Tenang
dan dengarkan aku....Kamar ini...” ucap Duk Mi mencoba mencari alasan, tapi
ibunya sudah lebih dulu mengambil bantal dan memukul anaknya.
“Di mana
gunting? Aku akan... mencukur kepalamu dan kepala idola itu juga.” Kata Ibu Duk
Mi, Duk Mi mengaku tidak punya gunting.
Ryan
datang mendengar dari luar kalau Duk Mi mengeluh kesakitan dan langsun masuk
dengan botol wine untuk berjaga-jaga. Duk mi mengeluh pada ibunya. Tapi Ibu Duk Mi mengaku
kalau bukan ibu Duk Mi.
Duk Mi
mengeluh aklau memang bukan ibunya, kenapa marah dan memukulnya. Saat itu
tiba-tiba Ryan datang memeluk Duk Mi dan melindunginya, Ibu Duk Mi kaget karena
baru saja memukul Ryan. Ryan terlihat rambutnya hancur terkena pukulan bantal.
Ibu Duk
Mi tak enak hati menyalahkan Duk Mi kalau meberitahu sedang menunggu tamu dan
ingin tahu alasan Ryan datang ke rumah anaknya.
Duk Mi mengaku membahas galeri, tapi Ryan mengaku kalau mereka sedang berkencan.
“Apa Kau
sedang berkencan? Dengan Duk Mi?” kata Ibu Duk Mi kaget, Ryan membenarkan.
“Kami
belum lama berkencan.” Akui Ryan. Ibu Duk Mi akhirnya mengaku rumah anaknya
karena dirinya.
“Semuanya
adalah milikku... Aku suka pemuda itu. Tapi, ayah Duk Mi tidak menyukainya. Jadi
aku membawa semua barangku di sini. Kau terkejut, kan?” kata Ibu Duk Mi mencoba
melindungi anaknya.
“Ibu, Direktur
sudah tahu aku suka idola.” Kata Duk Mi menahan tawa, Ibu Duk Mi tak percaya
kalau Ryan sudah tahu.
“Apa Kau
tahu dia seperti ini? Namun kau masih menyukainya?” tanya ibu Duk Mi tak
percaya. Ryan membenarkan.
“Setiap
kali aku melihat dia ngefan-girl, dia terlihat sangat bersemangat dan aku mulai
menyukainya.”akui Ryan. Ibu Duk Mi benar-benar tak percaya mendengarnya.
“Coba
Lihat, sudah aku bilang. Aku tidak bisa berkencan bukan karena aku fan-girl,
Jika aku berniat sangat mudah.” Kata Duk Mi bangga
“Apa kau
pikir aku menghentikanmu ngefan-girl karena kau tidak bisa berkencan? Itu
karena kau pulang ke rumah terluka sepanjang waktu. Apa kau dengar soal saat
dia pulang dengan lengan yang patah saat SMA?” tanya Ibu Duk Mi
“Ya. Aku
mendengar dia belajar selama satu tahun lagi karena itu. Itu karena...” ucap
Ryan dan disela oleh Duk Mi.
“Aku bersyukur
kau mengerti putriku, tapi aku harap dia tidak terluka.” Kata Ibu Duk Mi
“ Itu
tidak akan pernah terjadi. Aku akan melindunginya.” Kata Ryan menyakinkan.
“Lalu,...
Aku harap kau dan Duk Mi...” ucap Ibu Duk Mi, Duk Mi langsung menyela mengajka
ibunya pergi karena pasti lelah.
Ibu Duk
Mi terlihat kesal melihatnya, Duk Mi mengaku kalau dirinya salah. Ibu Duk Mi
memperingatkan agar Duk Mi Jangan pulang dengan tangan patah lagi karena akan benar-benar
mencukur kepalanya.
“Dan coba
bersihkan lebih rapi di sana... Jika sulit, hubungi Ibu.” Kata Ibu Duk Mi
terlihat bisa lebih tenang. Duk Mi
memeluk ibunya, tapi Ibu Duk Mi mengeluh agar melepaskanya.
“Ibu
tahu, aku mencintaimu, kan?” ucap Duk Mi, ibu Duk Mi menyuruh anaknya segera masuk
saja. Duk Mi memberikan tanda cinta pada ibunya sebelum masuk.
Ryan
melihat sekeliling rumah Duk Mi terlihat tak percaya, Duk Mi pikir Ryan pasti
menduga semua ini jauh berbeda dengan yang ada dipikiranya, Ryan membenarkan. Duk
Mi bertanya apakah Ryan merasa aneh, Ryan membenarkan.
“Yang kau
lakukan hanyalah menggambar karikaturku di selembar kertas. Lalu Potret apa
ini? Dan Juga, bunga yang kuberi. Kenapa bunga yang kuberikan padamu ada di
sini? Kau bisa meletakkannya di sini di tengah, Kau bisa mengeluarkan semua
ini.” Ucap Ryan mengeluh
“Kau
bahkan menulis, "Singa". Tempat ini penuh dengan barang Cha Shi An.” Komentar
Ryan kesal.
“Apa kau cemburu
pada Shi An sekarang?”goda Duk Mi. Ryan mengelak kalau cemburu. Duk Mi
tiba-tiba mencium Ryan, Ryan binggung apa maksudnya itu.
“Aku
melarangmu untuk berbicara... Karena kau sangat imut.” Kata Duk mi, Ryan
seperti bisa sedikit tenang.
“Apa
botol air itu?” tanya Ryan melihat botol di dalam rak. Duk Mi membeirtahu kalau
Itu dari 3 April 2019.
“Aku
menerimanya di showcase snapshot.” Cerita Duk Mi bangga. Ryan bertanya apakah
Cha Shi An memberimu botol air
“Tidak. Dia
membidik dengan akurat sehingga aku bisa meraihnya dan melemparkannya padaku
dari panggung.” Cerita Duk Mi
“Lalu Kertas
apa itu?” tanya Ryan melihat kertas ada dalam plastik.
“Itu adalah
confetti yang dia lemparkan dari atas panggung. Aku masih bisa merasakan kegembiraan
penampilannya.” Akui Duk Mi.
Ryan mengerti
lalu berkomentar kalau Kombinasi warna yang bagus. Duk Mi pikir mereka beralih
ke pameran nomor dua, yaitu Pameran ini terdiri dari berbagai karya seni
penggemar. Ryan pikir kalau Duk Mi
mengekspresikan inner beauty Cha Shi An melalui Potret realisme ekstrem.
“Tidak...
Keindahan Shi An terlalu tidak realistis, jadi tidak mungkin untuk mengekspresikannya
melalui gambar. Dan Juga, Ini Kong.” Cerita Duk Mi penuh semangat.
“Aku
berpartisipasi dalam acara fan-sign hanya dengan membeli satu album dan bahkan
menerima hadiah langka ini dengan memenangkan undian berhadiah.Aku merasa
sangat bahagia sesudah mengakui bahwa aku seorang fan-girl.
“Tapi Duk
Mi... Ada satu hal yang menggangguku.” Kata Ryan, Duk Mi bertanya apa itu.
“Rasanya
kita bukan satu-satunya di sini.” Ucap Ryan menunjuk ke arag standing banner
Shi An.
“Tapi, di
luar dingin. Aku tidak bisa menyingkirkannya begitu saja.” Kata Duk Mi.
Ryan bertanya
Ada apa dengan lehernya, Duk Mi membisikan
kalau Si Brengsek Eun Gi, memenggal kepalanya. Ryan hanya bisa
tersenyum.
Ryan
mengirimkan pesan pada Duk Mi sebelum tidur “Sung Duk Mi, selamat tidur” Saat
tidur Ryan kembali bermimpi melihat lukisan gelembung lalu menepuk pundak
ibunya seperti menahanya pergi, tapi wanita itu mengaku bukan ibunya.
Duk Mi
sudah tertidur mendengar telpnya berdering, Ryan bertanya apakah sudah tidur.
Duk Mi mengaku belum tidur dan Masih terlalu dini untuk tidur dan bertanya Kenapa
Ryan belum tidur. Ryan mengaku sedang bekerja.
“Apa
Sampai sekarang? Kau seharusnya menyuruhku sebagai gantinya” ucap Duk Mi
“Kepala
kurator-ku sedikit...” goda Ryan, Duk Mi ingin tahu Sedikit apa. Ryan mengaku
Duk Mi itu Sedikit terlalu berbakat untuk disuruh.
“Apa kau
sulit tidur?” tanya Duk Mi menyalakan lampu kamarnya, Ryan menyuruh Duk Mi
tidur saja dan Jangan nyalakan lampu.
“Di mana
kau sekarang?” tanya Duk Mi karena Ryan bisa tahu kalau menyalakan lampu.
Duk Mi
bergegas keluar rumah lalu mengatakan kalau akan segera turun setelah melihat
Ryan berdiri didepan mobil. Ryan pun menghampirinya, Duk Mi tak percaya kalau
Ryan sungguh datang jauh-jauh untuk menemuinya, dengan senyuman bahagia
berpikir kalau seperti memenangkan lotre.
“Bukannya
kau bilang fan-girl tidak bisa memenangkan lotre?” ejek Ryan. Duk Mi pikir
benar juga.
“Aku
sudah melihatmu, jadi aku harus pulang sekarang.” Ucap Ryan. Duk Mi tak pecaya
kalau Ryan datang ke sini sungguh hanya untuk melihatnya.
“Aku
sudah bersemangat sekarang... Maaf sudah membangunkanmu, Cepat Masuklah ke
dalam.” Kata Ryan lalu akan masuk ke dalam mobil.
Duk Mi
tiba-tiba berlari ke arah Ryan dan memeluknya dari belakang, Ryan kaget lalu
menatapnya. Duk Mi kembali memeluknya lalu menenangkan kalau tak apa-apa,
karena mereka berjanji tidak akan saling menyimpan rahasia.
“Oleh
karena itu, tak apa, Kau bisa menangis juga.” Ucap Duk Mi, Ryan akhirnya
menangis dipelukan Duk Mi.
Bersambung
ke episode 12
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar