PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
“Anggota
Dewan, aku telah menyingkirkan Hoo Ja. Aku ingin mencoba berpolitik dengan
benar. Sekarang aku tidak perlu
mencemaskan siapa pun lagi. Hoo Ja sudah tidak ada. Aku akan menjalankan
politik yang ingin kujalankan, politik yang bermanfaat.” Ucap Jung Kook
“Kau akan
membantuku, kan? Ada sesuatu yang harus dilakukan sekarang.” Kata Jung Kook
yakin menatap berkas "Undang-undang Pengaturan Suku Bunga"
Joo Myung
tak percaya kalau Jung Kook ingin menghentikan mereka dari mencabut
undang-undang itu padahal Hoo Ja yang
mengusulkan itu dan Itu alasan Hoo Ja menempatkannya sebagai anggota dewan,
tapi Jung Kook ingin menghentikan...
“Siapa yang
tahu kapan dia akan bebas? Masa hukumannya masih belum dikonfirmasi.” Kata Joo
Myung khawatir.
“Ya, tapi
sekarang dia tidak ada di sini. Kita harus menangani ini selagi dia tidak
ada.”ucap Jung Kook
“Mereka
sudah mendiskusikan ini. Bagaimana kamu menghentikannya?” tanya Joo Myung
“Itu
sebabnya aku butuh bantuanmu.” Ucap Jung Kook. Joo Man pikir Jung Kook sudah
gila karena tak ada alasan harus membantunya.
“Tidak,
aku tidak akan melakukan ini.” Tegas Joo Man, Jung Kook menjelaskan kalau
Pengaturan suku bunga melindungi mereka dengan finansial lemah terperangkap
dalam jerat.
“Tujuan
regulasi untuk melindungi orang berfinansial lemah dengan melarang pengambilan
keuntungan berlebih. Itu tidak melarang pemberian suku bunga...” ucap Jung Kook
yang langsung disela oleh Joo Man.
“Hei...
Apa kau paham dengan ucapanmu? Jangan asal mengulang ucapan yang pernah kau
dengar... Beri tahu aku pendapatmu. Kenapa kau ingin menghentikan pencabutan Undang-undang
Pengaturan Suku Bunga?” kata Joo Mon
“Jika
regulasi ini dicabut orang-orang yang sudah kesulitan akan makin sulit. Seorang
anggota dewan tidak boleh melakukan itu.” Tegas Jung Kook
“Kau
sudah banyak berubah sejak kali pertama kita bertemu. Apa kau menyadari hal
itu?” komentar Joo Man
“Aku
harus berubah. Aku rasa posisiku mengubah diriku.” Ucap Jung Kook bangga. Joo
Myung mengeluh kalau itu hanya omong kosong.
“Menurutku,
kau menemukan posisi yang tepat. Jadi, bagaimana aku bisa membantu? Cukup
berikan aku tiga hal.” Kata Joo Myung
“Koneksimu...
Intelijen Dan strategi.” Ucap Jung Kook. Seung Yi menyusun name tag "Mendukung, Menentang, Netral"
“Kita
akan bertaruh dengan ketiga hal itu. Apa lagi yang bisa dilakukan bersama oleh
profesional seperti kita?” tegas Jung Kook. Joo Myung berkomentar gerakan Jung
Kook cepat juga lalu saling bersulang.
Netral"
lalu meminta agar mereka perhatikan ini baik-baik. Ia menjelaskan Dari 300
anggota dewan, ada 147 orang yang mendukung pencabutan undang-undang ini.
“Mereka
semua berasal dari Parta Nasional. Sebanyak 140 orang dari Partai Minjin
menentang. Lalu ada 13 orang dari pihak Partai Gonsojong dan Partai Sojang.
Mereka netral. “ jelas Joo Man
“Tapi
mereka hanya sekadar menyatakannya. Meski mereka menentang diadakannya rapat
umum, kemungkinan besar itu akan lolos. Jadi, kita harus memastikan 14 orang
dari mereka sama sekali tidak bisa menghadiri rapat agar tidak ada kuorum...
Apa Kau mengerti?” kata Joo Man
“Ya,
tentu saja... Apa yang pertama harus kulakukan?” tanya Jung Kook
“Pertama,
kita dekati mereka. Kau harus dekat untuk bisa bicara dengan mereka. Pertama,
kita incar wanita ini.” Ucap Joo Man memilih satu nama
Jung Kook
bermain tenis meja melihat seorang wanita tua yang terlihat gesit bermain juga.
Seung Yi kesal dengan Jung Kook yang sengaja membuang bola jauh-jauh. Jung Kook
menatap si nenek yang berdiri sampingnya teringat yang dikatakan Joo Myung.
“Byun Jae
Jung, menjabat empat periode bersama Gyehyuk. Jika mendapatkan dia, suara tiga
anggota Gyehyuk lain milik kita.”
Seung Yi
akhirnya dengan sengaja melempar bola ke arah Nyonya Byun, Jung Kook langsung
mendekat meminta maaf, lalu berpura-pura kalau didepanya itu adalah Anggota
Dewan Byun Jae Jung. Nyonya Byun menganguk. Jung Kook berkata kalau itu memang
kebetulan.
“Apa kau
suka tenis meja? Senang berjumpa denganmu. Aku Anggota Dewan Yang Jung Gook
dari Seowon... Kalau tidak keberatan, mau main bersama? Bagaimana?” kata Jung
Kook. Nyonya Byun pun setuju.
“Dia
sangat kompetitif. Dia hidup dengan perasaan itu. Jadi, jangan meremehkan dia.
Lakukan yang terbaik. Kalian bisa minum-minum setelah kau menang dan bicara
soal regulasi ini. Misalnya, "Bukankah disayangkan jika itu dicabut?"”
saran Joo Myung
“Tapi
usianya sudah 70-an. Aku tidak bisa melakukan itu Aku tidak bisa melakukan itu.”
Kata Jung Kook
Nyonya
Byun yang terlihat sudah tua tapi masih gesit untuk berolaraha. Jung Kook
sempat kaget lalu mengaku terkesan karena Nyonya Byun itu sangat hebat dalam
tenis meja. Nyonya Byun bermain satu ronde lagi dan Jung Kook bisa
mengalahkanya.
“Pak
Yang, kita sudahi saja.” Kata Nyonya Byun yang mulai kelelahan. Jung Kook mengeluh
karena baru satu pertandingan. Akhirnya Nyonya Byun kembali bermain tapi
langsung jatuh.
“Berdiri!
Ayoo.. Berdiri! Kita harus bertanding satu kali lagi!” kata Jung Kook melihat
Nyonya Byun tak terlihat
“Ada yang
salah” ucap Seung Yi melihat Nyonya Byun tergeletak di lantai. Jung Kook pun
mendekat menyadarkan Nyonya Byun lalu meminta agar memanggil ambulance.
“Dia
menderita angina. Dia akan dirawat di rumah sakit selama satu bulan.” Kata Joo
Myung. Jung Kook hanya bisa tertunduk meminta maaf.
“Tidak
apa-apa... Kau tidak tahu, maka kau melakukan itu. Jangan dipikirkan. Jangan
cemas... Sekarang Baiklah. Kita incar dia.” Ucap Joo Myung mengambil nama yang
lainya.
Seorang
pria sedang minum-minum bersama dengan rekan kerjanya, Charles dan Jung Kook duduk
tak jauh dari keduanya. Joo Myung memberitahu kalau target mereka kali ini Pria
yang sangat suka minum-minum
“Jadi, kau
minum sebentar bersamanya lalu memberi tanggapan di saat yang tepat. Dan
katakan kita butuh regulasi ini.” Ucap Joo Myung . Akhirnya Jung Kook mulai
minum.
“Menurut
pandanganku, suku bunga...” ucap Jung Kook mulai bicara tapi Pria itu mengajak
untuk minum dulu dan bisa bicara nanti. Jung Kook pun menurut.
“Akan
kuulangi... Suku bunga...” kata Jung Kook kembali minum, tapi Si pria tetap
menyuruh Jung Kook kembali minum bahkan meminta agar menghabiskan satu gelas
penuh soju.
Jung Kook
dan Charles tak tahan lagi akhirnya mulai mabuk, mengajak anggota dewan untuk
bermain “Es krim terbaik. 44.” Dengan gaya imut. Anggota dewan terlihat kesal
melihatnya, Jung Kook tetap meminta agar bermain dan melihat si pria itu sudah
kalah. Akhirnya Anggota dewan yang kesal pun memilih untuk pergi.
Jung Kook
merasa bersalah karena banyak minum, Joo Myung pikir tak perlu dibahas lagi
karena ini bukan salah Jung Kook tapi utu pengaruh alkohol, lalu memilih nama
lain yaitu Jang Doo Bong dari Partai
Changjo.
Wang Go
menjatuhkan makan tak percaya kalau Tuan Jang sedang melakukan demo sendirian
"Mogok Makan Jang Doo Bong, Perbaiki Undang-undang Pemilu" Joo Myung
memilih Kang Mi Ja dari Partai Kebahagiaan kalau akan membujuk dia.
“Anggota
Dewan Kang?” kata Jung Kook melihat seseorang, Tuan Kang membalikan badan. Jung
Kook menjatuhkan hadiahnya yang berisi sepatu heels seperti salah mengira.
“Cho Sung
Chan...Kim Mi Ok... Cha Min Joon... Baek Gil Soo... Cho Sung Jin... Min Byung
Soo.” Ucap Joo Myung berganti dan semua yang Jung Kook temui diruangan tak mau
menerimanya.
“Baek
Chang Jin... Dia harapan terakhir kita... Tidak ada yang lain lagi.” Kata Joo
Myung.
Jung Kook
bicara dalam sebuah rapat, membahas Senjata nuklir ilegal adalah masalah serius
dalam perkembangan industri permainan. Ia juga mengaku pernah diserang nuklir
jadi Itu hal yang paling menghina dan menyebalkan.
“Nuklir
harus dieliminasi... Tentu. Para bajingan yang menggunakan nuklir adalah penjahat
paling keji.” Ucap Jung Kook lalu terdiam melihat sepanduk yang baru saja di
pasang kalau ada di forum "Denuklirisasi Semenanjung Korea"
Jung Kook
mengumpat kesal pada dirinya dan semua orang akhirnya keluar dari ruangan. Jung
Kook mengeluh karena harus menyinggung masalah nuklir, Tuan Baek mendekat
mengaku suka tanggapan Jung Kook karean Baik mengenai Semenanjung Korea atau
permainan, mereka pasti ingin nuklir dihapuskan.
“Maaf... Aku
mendapat informasi yang salah mengenai seminar ini.” Kata Jung Kook
“Undang-undang
Pengaturan Suku Bunga. Maksudmu tentang itu, kan?” ucap Tuan Baek. Jung Kook
membenarkan tapi binggung karena Tuan Baek bisa tahu.
“Kami
tahu kecenderunganmu mengenai hal itu. Tentu, kita sepakat dalam beberapa
sudut, tapi aku tidak akan seperti yang kau harapkan.” Kata Tuan Baek
“Kenapa
Anda berpikir seperti itu?” tanya Jung Kook. Tuan Baek memberitahu Partai
Gongsojang memiliki terlalu banyak RUU yang terhubung dengan RUU Partai Nasional
“jadi,
kau tidak bisa membujuk mereka. Para anggota dewan dari partai kami... Kau tahu
pemilu akan diadakan tahun depan.” Ucap Tuan Baek. Jung Kook bertanya Ada apa
dengan itu.
“Kabar telah
tersebar bahwa Kim Nam Hwa akan menjadi pemimpin partai yang baru. Apa kau
tidak dengar? Pokoknya, pemimpin partai berikutnya akan mengusulkan untuk
mencabutnya. Mengerti? Bagaimana mungkin kami menentang? Itu namanya mencari
masalah. Kamu setuju, kan?” jelas Tuan Baek.
“Tunggu.
Anggota Dewan Kim Nam Hwa akan menjadi pemimpin partai? Apa? Dia sedang diselidiki oleh polisi karena
menerima suap. Bagaimana dia bisa... Aku tidak mengerti...” kata Jung Kook
binggung.
“Anggota
Dewan Yang.... Kau tidak perlu tahu... Kau ini naif. Apa yang paling membuat
seorang politikus menderita? Manipulasi politik. Lalu apa alasan yang paling
sering digunakan politikus...” tegas Tuan Baek.
Tuan Kim
berjalan dikeberobungi oleh reporter, mengaku kalau itu adalah manipulasi
politik. Semua wartawan mengikuti Tuan Kim sampai ke depan ruangan, Tuan Kim
meminta wartawan aga memikirkan lagi kalau dirinya tak mungkin seorang politikus menerima suap dari
seorang lintah darat?
“Apa itu
masuk akal? Aku tertawa saat mendengar itu. Itu Lucu, bukan? “ ucap Tuan Kim
“Polisi
bahkan memiliki catatan transaksi dari bukti penerimaan suap itu. Apa ada
tanggapan mengenai hal itu?” tanya wartawan.
“Dengar...
Aku baru saja mengatakannya. Ini semua sudah direncanakan. Ini manipulasi
politik. Sekarang, pikirkanlah... kalian Berhenti memotret.. Jangan difoto...
Coba pikirkan... Sejujurnya... Jika aku menerima suap, untuk apa aku
menyimpanny di rekening bank sendiri?” ucap Tuan Kim
“Itu
bukan tabungan. Baiklah... Aku sudah menjelaskan situasiku dengan jelas. Terima
kasih.” Tegas Tuan Kim dan masuk ke dalam ruangan, wartawan terus mencoba
mencari informasi sampai akhirnya ass Tuan Kim mendorong keluar.
Tuan Kim
yang marah menjatuhkan semua barang diatas meja. Gwi Nam menelp Tuan Kim ingin tahu cara Tuan
Kim membebaskan Pimpinan Park dan tidak mengatakan apa pun. Tuan Kim yang kesal
memberitahu kalau nyaris dipenjara.
“Bisa-bisanya
kau memintaku untuk membebaskan Pemimpin... Dasar lugu.” Ucap Tuan Kim marah.
Gwi Nam tak bisa menahan emosinya.
“Kau
bilang "Hei, kamu." Apa? Aku sampaikan ini untuk kali terakhir. Aku
akan menangani regulasi suku bunga sesuai perjanjian, jadi, jangan pernah
menghubungiku lagi. Aku akan mengganti nomorku. Jika kamu menghubungi lagi,
maka aku akan melumatkanmu. Paham? Selamat tinggal.” Tegas Tuan Kim
“Hei, Kim
Nam Hwa!” teriak Gwi Nam marah dan kaget melihat Jin Hee tiba-tiba datang ke
ruangan.
“Apa Kau
tidak menyapa Kakakmu?” sindir Jin Hee. Gwi Nam bertanya alasan kakaknya
datang.
“Apa lagi
tujuan kakak ke kantor? Kakak datang untuk bekerja... Lalu Kenapa ini masih ada
di sini? Sudah kusuruh untuk menyingkirkannya.” Kata Jin Hee ingin membuang
papan nama "Park Hoo Ja"
Gwi Nam
menahanya, Jin Hee memperingatkan adiknya agar melepaskan tanganya. Gwi Nam tetap menahanya, Jin Hee marah
menyuruh adiknya melepaskan dan akhirnya menampar adiknya, Gwi Nam ketakutan
menutupi wajahnya.
“Hoo
Ja...Dia masih belum diberi hukuman, jadi, tolong...” ucap Gwi Nam, dan Jin Hee
kembali memberikan tamparan pada sang adik.
“Sejak
kapan adik kecil kita ini berhenti mendengarkan Kakaknya?” ucap Jin Hee terus
memukul adiknya sampai jatuh tersungkir.
“Hei... Adik
kecil... Kita akan segera mengadakan rapat pemegang saham. Kakak akan menjabat
sebagai pimpinan. Kami sudah memutuskan itu. Jadi, tolong dengarkan ucapan
Kakakmu. Mengerti? Adik kecilku sayang.” Ucap Jin Hee duduk dikursi Hoo Ja. Gwi
Nam melirik sinis pada sang kakak dengan wajah yang terluka.
Gwi Nam
menemui Hoo Ja di penjara. Hoo Ja mengetahui kalau para tetua itu berpihak pada
Kakak Pertama. Gwi Nam memberitahu kalau melihat mereka sudah menjadwalkan
rapat dan menyiapkan agenda, Jin Hee sudah memanipulasi para tua bangka itu dan
menanti waktu yang tepat untuk mengusir Hoo Ja.
“Makin
tua, kau harus lebih pendiam dan lebih banyak mentraktir. Tapi kenapa kita
tidak mengenal orang yang seperti itu? Mereka banyak bicara dan sama sekali
tidak ingin memberi bantuan. Lalu? Apa yang dilakukan Jung Gook belakangan ini?”
tanya Hoo Ja.
“Sepertinya
dia berupaya untuk mencegah pencabutan. Tapi usaha itu sia-sia.” Kata Gwi Nam,
Hoo Ja menganguk mengerti.
“Saat
terkurung di sini, aku memiliki banyak waktu untuk berpikir. Jadi, aku banyak
"berpikir", dan sangat yakin sudah mengosongkan seluruh brankasku.”
Ucap Hoo Ja mengingat lagi.
Hoo Ja
mengeluarkan semua berkas meminta adiknya agar
Hancurkan setelah menyalin di komputer. Tapi saat Mi Young datang ada
berkas lain di dalam brangkas yang membuatnya masuk ke penjara.
“Kenapa
ada tumpukan kertas konyol di dalam sana? Aku berulang kali memikirkan itu.”
Ucap Hoo Ja.
Jin Hee
datang ke kantro adiknya meminta agar menemuinya di Lobby, dan Hoo Ja merasa sudah
memikirkan itu kalau hanya ada satu jawaban setelah bertemu kakaknya, Jung Kook
masih ada didalam ruanganya dengan alasan masih belum selesai bicara tentang Mi
Young.
“Apa Maksudmu...
Jung Gook dan Kakak Pertama bekerja sama?” kata Gwi Nam
“Kemungkinan
besar itu yang terjadi... Tidak, aku yakin itu... Sudah kukatakan, aku banyak
berpikir... Di sini hanya bisa makan, buang air, dan berpikir. Bahkan aku
memikirkan cinta pertama masa kecilku.” Akui Hoo Ja
“Sekarang
kita harus bagaimana?” tanya Gwi Nam pikir mereka harus menjatuhkan Jung Gook
dan...
“Tidak. Terlalu
berbahaya jika kamu bergerak sendiri. Mari kita hubungi Kakak Ketiga.” Kata Hoo
Ja. Gwi Nam kaget memastikan kalau itu adalah
Mi Hee.
“Hanya
dia yang bisa memperbaiki ini.” Ucap Hoo Ja yakin, Gwi Nam pikir Min Hee tak
akan membantu mereka dengan cuma-Cuma.
“Tentu
dia tidak akan membantu dengan cuma-cuma. Dia tidak pernah melakukan sesuatu
yang tidak menguntungkan. Kita belum menemui kakak kita yang menikahi pria
kaya, Minta dia untuk berkunjung. Aku sendiri yang akan membuat kesepakatan
dengannya.”ucap Hoo Ja
“Aku tidak
suka harus bertemu dengannya. Aku tidak tahan bertemu dengannya. Dia hanya satu
tahun lebih tua dariku.” Kata Hoo Ja mengumpat kesal
Jung
Kook membahas Jika mereka mendapatkan
Kim Nam Hwa, maka mereka bisa mencegah pengambilan suara RUU untuk mencabut
regulasi suku bunga. Joo Myung memberitahu kalau Pemimpin partai adalah raja
dan membahas kalau Kasus suap Hoo Ja tidak banyak berpengaruh.
“Berdasarkan
informasi anggota dewan lainnya, dia akan terus mengelak dan mengulur waktu hingga
pemilihan umum tahun depan. Saat itu, jika dia terpilih sebagai pemimpin
partai, kasus itu mungkin sudah mati.” Tegas Jung Kook
“Sudah
ada yang menggunakan cara seperti ini di masa lalu. Berulang kali menyangkal
dan mengulur waktu. Sungguh sangat menyedihkan.” Komentar Jung Kook menyindir
dan semua orang menatap Joo Myung.
“Apa? Ada
apa? Kenapa kalian menatapku? Kenapa tatapanmu seperti itu? Itu caramu menatap
Paman!.” Kata Joo Myung pada Wang Goo.Wang Go mengaku kalau ini bukan tatapan
hormat
“Jadi,
bagaimana rencanamu untuk menjatuhkan Kim Nam Hwa?” tanya Joo Myung
“Aku
berharap kita bisa menangkap dia berdasarkan kejahatannya, tapi kita tidak
mampu melakukan itu.” Jelas Jung Kook
“Kenapa
tidak minta bantuan Mi Jin? Sudah lama kita tidak bertemu dengannya.” Kata Wang
Goo dengan penuh semangat, Seung Yi tak setuju.
“Kita
menggunakan pesan phishing untuk mengambil data dari ponselnya. Memangnya itu
kejahatan? Itu hanya sebuah kecurigaan. Kita yang melakukan kejahatan. Meretas,
menyebarluaskan informasi pribadi, dan lain-lain.” Jelas Jung Kook
“Kita
butuh bukti langsung dan membawanya ke jalur resmi. Jika menemukan bukti, kita
bisa memberikan itu kepada istrimu.” Kata Joo Myung
“Detektif
Kejahatan Intelektual tetap saja polisi. Kita bisa pikirkan soal itu saat punya
bukti. Bagaimana mendapatkan bukti melawan Kim Nam Hwa? Aku tidak bisa
menemukan caranya.” Kata Jung Kook
“Kenapa
tidak? Kita bisa tanyakan langsung. Biar kutanyakan.” Kata Joo Myung
“Dia
tidak akan memberitahumu. Kalian bahkan tidak akrab.” Komentar Jung Kook.
Joo Myung
yakin karena sudah lama menjadi anggota dewan jadi Kedudukannya paling tinggi
di Partai Nasional. Ia pikir Jung Kook tak perlu cemas karena akan membuat
nyaman hingga Tuan Kim mau bicara. Jung Kook pun mempercayainya.
“Nam Hwa,
mari minum. Para ajudan juga...” ucap Joo Myung mulai minum, tapi Tuan Kim
duduk dimeja lainya, seperti Joo Myung sudah disingkirkan.
Jung Kook
mengetahui kalau Joo Myung yang tidak menjawab teleponnya. Charles memberitahu
ponsel Joo Myung yang mati. Jung Kook
pun berpikir tak perlu memikirkan lagi karena akan membawa seseorang. Seung Yi
bertanya siapa orangnya, apakah Orang yang dekat dengannya.
“Hanya
seseorang yang cukup dekat, tapi tidak terlalu dekat. Seseorang yang membuat
merasa nyaman tapi tidak juga.” Kata Jung Kook.
Di sebuah
rumah yang terlihat seperti gubug sederhana, Sang Jin memasak dengan kayu bakar
seperti kembali ke masa jaman dulu. Jung Kook melihat dari kejauhan seperti
kasihan tapi seperti senang melihat Sang Jin yang terlihat santai.
Jung Kook
duduk menunggu sempat mengerutkan dahi melihat Sang Jin yang memiliki alat
pembuat kopi otomatis sementara yang lainya masih bersifat manual. Sang Jin
memberikan kopi untuk adik iparnya. Jung Kook pikir Sang Jin pasti merasa mesin pembuat kopi dan
semua yang dipunya ini tidak cocok.
“Rumah
ini sangat alami... Aku bukan orang yang pemilih, tapi menjadi pemilih soal
kopi.” Kata Sang Jin lalu melonggo medengar ucapan Jung Kook.
“Apa Kau
ingin aku menggali hal buruk Nam Hwa?” kata Sang Jin, Jung Kook membenarkan dan
memohon.
“Kenapa
orang yang berada di partai yang sama melakukan itu? Tidak, aku tidak bisa.”
Kata Sang Jin menolak
“Kamu
harus melakukan itu karena dia ada dalam partaimu. Memang kau tidak muak dengan
budaya politik kita? Mereka membutuhkan nominasi untuk pemilihan berikutnya,
jadi, apa pun keputusan partai, mereka harus setuju” kata Jung Kook
“Jika
pemimpin partai memilih ini, mereka harus mengikuti. Jika memilih sisi satunya,
mereka bergegas ke sana. Itu bukan melayani rakyat. Itu melayani partai.” Tegas
Jung Kook
“Meski
akan terjadi, aku tidak bisa.” Kata Sang Jin menolak. Jung Kok kembali
mengulang yang dikatakan Sang Jin sebelumnya.
“Hukuman
paling berat dari menjauhi politik adalah kau harus bekerja seumur hidupmu. Aku
banyak berpikir saat menggeluti politik selama beberapa bulan ini. Hukuman
paling berat dari menjauhi politik adalah kau harus hidup dengan cara yang sama
selama sisa hidupmu.” Ucap Jung Kook
“Para
pemilih yang memilihmu hidup seperti itu, dan anggota dewan yang terpilih harus
hidup seperti itu. Kecewa, frustrasi, sedih, tanpa mencoba berubah. Cara yang
sama persis. Itu cara hidup mereka, tersakiti setiap empat tahun.”jelas Jung
Kook
"Seperti
itulah politik." Bersembunyi di balik ucapan itu dan tidak mencoba
berubah? Itu yang dilakukan para profesional. Orang-orang baru seperti kita
seharusnya berbeda. Mari bersikap seperti orang naif yang bodoh dan penggal
kepala orang-orang jahat serta menciptakan dewan yang sungguh peduli kepada
rakyat.” Jelas Jung Kook.
Akhirnya
Jung Kook dan Sang Jin pergi ke Seoul, Jung Kook bertanya sudah berapa kali
bertemu dengan Kim Nam Hwa. Sang Jin mengaku baru bertemu secara resmi satu
kali. JungKook kaget dan mengartikan harus
menemuinya lagi.
“Ayo kita
ke kantornya!” ucap Jung Kook. Sang Jin kaget akan pergi sekarang dan akan
mengatakan apa nanti.
Sang Jin
tiba-tiba masuk ruangan menanyakan kabar Tuan Kim, Tuan Kim kaget dan binggung
bertanya alasan datang. Sang Jin mengaku hanya kebetulan lewat. Tuan Kim dengan
gugup mengaku senang sambil berjabat tangan bertanya apakah ingin teh. Sang Jin
pun tak menolaknya.
“Apa kau
sungguh pergi setelah minum teh? Kau ini kenapa? Seharusnya kau bicara.” Keluh
Jung Kook bertemu dengan Sang Jin
“Dia
hanya bilang minum teh. Aku bisa apa lagi?” ucap Sang Jin yang tak bisa
berpura-pura.
“Itu
sekadar ucapan. Jika ada yang menyuruh "kerja keras" apa kau akan
melakukannya? Kenapa kau lugu sekali?... Yang benar saja. Sering-seringlah
temui dia mulai sekarang... Sampai kalian menjadi akrab.” Kata Jung Kook
melangkah pergi
“Bagaimana
kami bisa akrab?” tanya Sang Jin bingung berteriak pada Jung Kook tapi Jung
Kook tetap pergi.
**
Bersambung
ke episode 31
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar